selamat berjumpa semoga tidak marah-marah

Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka hanya menipu diri sendiri sedang mereka tidak sadar. (QS. 2:9)

In trying to deceive GOD and those who believe, they only deceive themselves without perceiving


Isnin, November 29, 2004

Kunjungan Syawal

Sabtu, 26 November 2004
Rencana Puasa syawal hari ke 5 hari ini batal, sebab istri marah-marah, dibilangin mau masuk surga sendiri aja, sebab tidak sebab sahur dan sempat bangun, hanya menyisahkan waktu sedikit sekitar 5 menit untuk memasuki imsyak, jadi sebaiknnya minum sirup squas manis untuk berbekal puasa, tetapi istri tidak sempat sahur jadi niat puasa diurungkan, rencana hari senin besok dilanjutkan lagi.
Edi Purwanto, Ramadhan masih bergemah, suasana halal bi halal masih dihidupkan, waktu liburan kantor bisanya hari sabtu dan minggu, hari direncanakan ke rumah pak Edi purwanto di Bojong Gede, sekitar jam 10.30 baru bisa berangkat setelah menyelesaikan segala urusan rumah tangga, dari yang cucian yang menumpuk terus akibat sedkitnya pasokan matahri, hari-hari mendung terus, dari rumah mengambil jalan lewat samik, bukan jalan raya umumnya ( Cileungsi - Jonggol ) untuk menghindari kemacetan di pasar Cileungsi, hari hujan semalaman menyisahkan genangan air sedikit, yang ikut dalam silaturahmi kali ini adalah Fifi dengan Ibunya, perjalanan perlahan disebabkan jalan memang jelek, hal yang mengejutkan dalam perjalanan berangkat ini adalah dibukanya jalan baru dari ujung belakang taman buahnya ibu Tien Suharto menembus kebun kelapa, perhitungan saya jalan ini akan digunakan untuk lewatnya angkutan truk sampah DKI Jakarta yang akan dibuang di desa Bojong, untuk menghindari penghadangan oleh penduduk yang tidak menyetujui sampah dikelolah didesanya, yang jadi pikiran saya adalah, bisa saja pemerintah Propinsi atau Kabupaten mempunyai dana untuk membangun jalan tetapi membangun jalan kerena akan mendukung beroperasinya pengelolaan sampah di desa Bojong akan pasti menambah keruhnya suasana, masyarakat Bojong yang dibangkitkan semangat heroiknya akan mempertahankan tanah miliknya semaksimal mungkin untuk jangan sampai terkena pengelolaan sampah DKI Jakarta, hingga hari ini masih ada kepala keluarga yang belum pulang ke rumah kerena tidak diketahui keberadaannya akibat keributan tanggal 22 November Senin Minggu lalu antara aparat brimob kepolisian dengan penduduk yang tidak menghendaki sampah dikelolah di daerahnya. Kita tunggu saja, setealh berkendaraan 90 menit akhirnya sampai juga dikompleks perumahan bambu kuning desa Bojong Gede, Bogor, melewati jalan besar Kantor Bersama Pemda Bogor di Cibinong, mencoba melihat alamatnya di secarik kertas yang ditulis saat Edy purwanto berkunjung kerumah, tertulis depan masjid, sehingga yang ditanya adalah dimana masjid kompleks, terus aja masuk kata seseorang pejalan kaki disisi kanan jalan, Masjid sudah didapat dan tertulis Blok D II dari nomer 1 - 22, rumahnya edy di nomer 14, berarti disinilah letaknya, motor dibelokan memasuki gang lebar, dan akhirnya rumahnyapun didapat, Fifi sangat senang dirumah ini, sebab anak-anaknya pak Edy semuanya anak laki-laki, jadi kalau ada anak perempuan yang datang otomatis semuanya memperhatikan walau masih usia balita, ada yang ngajak main Fifi mengendari Vespa mini, ada yang ngajak main ball dan ada yang bermain lempar koin, semua dihadapi dengan gembira oleh Fifi,adzan dhzuhur berkumandang, perbincangan terhenti saat melaksanakan shalat dhzuhur, setelah itu dilanjutkan makan siang dan makan asinan buatan istrinya pak Edy yang orang Padang ini, setelah agak siang, mohon diri untuk melanjutkan perjalanan ke Darmaga IPB Bogor, nengokin adik istri, selepas Kompleks rumahnya pak Edy mengambil jalan kekiri, menyusuri rel kereta api Jakarta - Bogor, jalannya kecil, angkotnya banyak, motor tidak bisa melaju cepat, khawati kendaraan dari arah depan, melewati stasiun KA Bojong Gede, didepan stasiun macetnya luar biasa, semua kendaraan angkot berhenti mengharap penumpang yang baru turun dari KA mau naik angkotnya, maju terus, melewati Stasiun KA Cilebut, agak longgar sebab bersamaan tidak ada KA yang berhenti, akhirnya menemukan jalan antara Mangga Dua Bogor dengan IPB Bogor, belok kekanan sudah dihadang kemacetan luar biasa, melintas hanya bisa dibahu jalan, mobil berlapis- lapis. dari dua arah, yang memungkinkan dilewati adalah jalan tengah antara dua mobil yang berpapasan, antrian mobil macet ini menciptakan gang terbuka lebar di tengah-tengah dan penuh dengan kendaraan sepeda motor. dengan doa mengiringi perjalannku aku bisa melintas dengan selamat, jam 14.00 tiba dirumah adik ipar yang sedang menyelesaikan S2 nya Kesehatan Masyarakat, di IPB Bogor. rumah terlihat berhamburan ditengah-tengah ruangan tergeletak mikroskop untuk mengamati nyamuk dengan segala jenisnya, saya sempat melihat nyamuk malaria, whah... seperti babi hutan pikirku, semua ruas tubuhnya ditumbuhi bulu-bulu yang menyeruak kasar, dan diantara bulu bulunya terdapat ruang yang memungkin sesuatu yang hidup menumpang disana, aku keluar dan memetik bunganya pohon mangga, dan kuleletakan dibawa mikroskop dan setelah diatur fokusnya maka terlihat hamparan hijau muda berbulu halus terasa lunak seperti beludru. tidak beberapa lama kemudian adhzan Ashar berkumandang, saatnya shalat dan secepatnya mohon diri, selama perjalanan pulang hajan menderas, sampai dirumah sebelum maghrib.

Minggu, 27 November 2004
Pagi-pagi sudah kepasar, istri juga ikut, membelanjakan dana Rp 31 000,- yang terbeli adalah ikan basah kembung 1,5 Kg seharga Rp 15 000,- 0,5 Kg lele seharga Rp 5 000,- Buncis 1 Kg, Tomat, Lombok dan Labu saim seharga Rp 6000,- Kacang Tanah berkulit untuk direbus 1,5 Kg seharga Rp 4 500,- Sodhakoh Rp 500,- sesampainya dirumah ambil cucian, sebab ditargetkan jam 08.30 akan pergi ke Mas Ajar Sanjoyo.akhirnya bisa berangkat jam 10.00 dan tiba disana jam 12.00. pulangnya diiringi hujan deras. mas ajar dalam kondisi sakit, kakinya memerah, pulang setelah shalat ashar, hujan gerimis sampai dirumah. motor sangat kotor mblekuteg.

Selasa, November 23, 2004

Silaturahmi ke pak Marzuki Usman

Rabu.24 November 2004.
Semalam pulang ke rumah jam 21.00, menembus cuaca hujan sepanjang hari, bersama anak-anak, habis mengunjungi mantan Menteri Kehutanan dan Menteri Pariwisata Bapak Marzuki Usman. Berangkat dari rumah setelah shalat Ashar, baru dimulai proses persiapan, ada yang mandi, Yasinnya kepingin ikut tapi belum mandi, dengan semangat ia mengatakan sanggup mandi 5 menit, kesibukan luarbiasa, hujan turun merintik diluar rumah, cuaca mendung dan abu-abu. jalan berlumpur. akhirnya berangkat juga, yang ikut, Yasin, Astari dan Tyas, semuanya di lindungi dengan plastik hujan yang sudah dua tahun umurnya, motor dikendarai dengan moderat, tidak berkecepatan tinggi, sebab jalanan basah, pemandangan tak dijadikan prioritas, sekarang bagaimana samapi ketujuan dengan selamat, hujan sepanjang jalan masih turun, beberapa kali terkena percikan keras dari air genangan jalan yang dilewati mobil sedan berkecepatan lebih, akhirnya sampai juga di slipi, sejauh 57 km dari rumah, masuk dengan ijin dari satpam, yang ditanya terlebih dahulu mau menjumpai siapa, tamunya pak Marjuki jawabku, satpam itu mempersilahkan parkir motor dihalaman samping.Memasuki ruangan yang ber AC anak-anak mengeluh kerena kedinginan sebab pakaian mereka ada yang basah terutama ujung-ujungnya, kemudian minta AC dimantiin, kemudian air teh hangat dengan sendok mungil di hidangkan, anak-anak mencicipi, eh tehnya pahit, nggak ada gulanya, gulanya tersendiri, ini ada gula cube nya, Yasin mencoba dan bisingnya luar biasa, beberapa kali sendok itu terjatuh di meja kaca, kemudian Astarinya. Tiba-tiba azhan Magrib berkumandang, sampai azhan selesai pak Marzuki Usman belum muncul, mohon diri untuk sholat maghrib di masjid, sepatunya Yasin basah, Yasin minta di gendong ke mesjid. sepulangnya dari masjid terlihat Pak Marjuki Usman sudah menunggu, mengenakan sarung warna hijau kecoklatan dan kaos baju hitam, anak-anak berbaris menyalami, kemudian pembicaraan hangat tetapi anak-anak tidak bisa mengikuti, banyak yang dibicarakan perihal zhalimnya negara ini terhadap rakyatnya. pas azhan isyak mohon diri untuk pulang, sholat dirumah, sebab memperpanjang penitipan sepeda motor dengan satpam tidak enak, hari tidak hujan lagi, udara dingin menyelimuti, diberi jiket kulit harum untuk hangat-hangatnya yasin katanya, yasin yang mengenakan jaket kulit itu. Sempat mampir ke pengisian BBM dekat kantor malam itu, isi bensin 5 liter, kemudian pulang dengan jalur biasa pulang kantor, jalanan agak sepi sedkit tetapi kemudian macet jalan perlahan mengingat terjadi penyempitan jalan. ditengah jalan anak-anak minta makan bakso, untuk mngusir dingin, dipilihkan bakso super besar, dicari-cari didapat diujung jalan Cibubur dengan jalan Jakarta Bogor. satu bulatan besar bakso seharga Rp 6000,- Sambil menahan kantuk akhirnya masuk rumah shalat isyak lantas tidur.

Isnin, November 22, 2004

Hari Raya Idul Fitri 2004

Lebaran Hari Pertama
Minggu, November 14. 2004 Shubuh masih tergantung, waktu shalat tahajud masih tersisa, membangunkan anak- anak untuk persiapan ke Masjid, mengingat penghuni perumahan sudah banyak otomatis masjid akan didatangi arang banyak yang akan mengurangi kesempatan mendapatkan tempat yang baik dan afdol. terseleksi masjid dibatas desa, tidak masjid komplek perumahan, tujuannya silaturahmi dengan penduduk perdesaan disekitar perumahan, naik sepeda motor bertiga bersama Aswan dan Yasin, sedangkan ibunya bersama Tyas, Astari Fifi shalat di masjid komplek perumahan , disepanjang jalan desa sudah beriring dan dalam kelompok kecil-kecil rombongan yang hendak menjalankan shalat idul fitri. ada juga yang membawa tikar mengantisipasi jikalau tempat shalat penuh dan harus shalat dihalaman luar masjid. Jam 06.30 shalat dimulai, takbir dikumandangkan membelah langit, seusai shalat dan mendengarkan khotbat idul fitri jemaah masjid bergerak salam salaman dan keluar dari majid, pemandangan yang luar biasa pagi hari itu adalah warna warni baju yang dikenakan dengan berlatar belakang suasana pagi kehijauan daun, semua beriring disisi jalan raya, sesampainya dirumah, yang mengerjakan shalat di masjid kompleks belum usai, terdengar khotba idul fitri baru di bacakan. Bersih bersih ruangan untuk mempersiapkan tamu yang akan datang, tebar tikar lebar untuk memperluas gerak anak-anak. Tiba-tiba ibunya muncul disertai anak-anak, menceritrakan jikalau fifi sangat lucu sewaktu di bawa shalat ied di Masjid, sebelum shalat dimulai fifi menghampiri anak lelaki sepantar kakaknya Yasin, dikira kakaknya barngkali, ditepuknya dari belakang, kemudian fifi membungkukan badannya mengintip dengan gerakan lucu ternyata salah dan anak lelaki itu tertawa dan ditimpali tertawa cekikian dari fifi sambil menggerakan punggung badannya mengangguk-angguk, gerakan ini membuyarkan perhatian ibu-ibu yang duduk khusyu mengumandangkan takbir mengikuti iman, dan ikut tersenyum melihat nya.
Acara Sungkeman, acara sungkeman keluarga ini berlangsung sejak anak-anak masih kecil hingga sekarang dan diawali istri kemudian diikuti anak-anak pertama hingga anak ke lima.
Tamu berdatangan, tamu komplek berdatang bergiliran seusai shalat ied di masjid sambil membagikan uang, saya mempersiapkan uang ribuan sebanyak 50 lembar.
Hidangan, Hidangan yang dipersiapkan dirumah untuk menyambut Lebaran kali ini adalah Brongkos, Opor ayam, Rendang Basah berkuah, Ketupat sembilan puluh biji, semua dibuat sendiri, sedangkan kue lebarannya membeli di blok M sebanyak 12 toples plastik.
Kunjungan Lebaran. Kunjungan lebaran baru dimulai setelah shalat Ashar, sore hari. sasarannya adalah senior, Bapak Mahasin, teman Ayah Almarhum sewaktu di Rohisdam XVI Udayana dahulu, rumahnya disini ada di kompleks AD Cibubur, 20 Km dari rumah. yang ikut kunjungan sore hari ini adalah Tyas, Yasin dan Astarinya tidak ikut kerena belum siap bajunya. Dirumah Pak Mahasin, Hujan menderas diirngi angin mengguruh. sambil menuinggu redahnya hujan silaturahmi bernostagia sewaktu masih berkumpul di Jalan Sudirman Denpasar Kompleks Militer. Informasi yang didapat, adalah menjelang beberapa hari memasuki bulan puasa, ibu Mahasin menelepon kerumah, rasanya sih hari minggu tiga hari setelah puasa, telepon itu tidak bisa dijawab dengan baik dari rumah mengingat telepon itu di Hp dari atas bukit diPemalang, Saat itu ibu Mahasin sedang ke Pemalang untuk membagikan bingkisan puasa dan lebaran berupa kain sarung dan beras dan uang sekedarnya atas nama yayasan yang dikelolahnya, dan saat itu teringat jikalau masalah air minum di desa itu belum tuntas sehingga ibu Mahasin menelepon kerumah, Idul Fitri saat ini lah baru bisa dibicarakan, Menjelang Rembang sore, hujanpun redah, secepatnya pamitan, ditengah jalan mampir shalat maghrib di musholah kecil di depan sebelum hero, memasuki rumah, kering, hujan tidak sampai di rumah.

Lebaran Hari Kedua
Senin, November 15. 2004, Setelah shalat shubuh ditetapkan hendak kemana hari ini, disepakati untuk pergi kerumah Hakim Agung Mayor Jenderal Purnawirawan Iskandar Kamil SH.dibilangan Slipi, Kebon Jeruk, Rawa Belong, Kompleks Perumahan Perwira Mabad. Persiapan, susahnya memberi makan Yasin, dengan segala cara dirayu kalau perlupun digendong akhirnya dimotivasi tidak akan pergi ke kebonjeruk ke rumahnya pak Iskandar jikalau tidak mau makan, akhirnya mau juga. jam 11.00 siang baru bisa berangkat, rombongan dibagi dua, Aswan anak pertama, Tyas yang nomer dua dan Astari yang nomer tiga, naik bus, sedangkan bayi Fifi, Ibunya dan Yasin bersama saya naik motor. Melintas jalan arteri Cibubur, Jalan Bogor- Jakarta, jalan Simatupang, Pondok indah, jalan arteri hingga ketemu jalan Slipi- Kebon Jeruk dan masuk pertigaan Rawabelong dan memasuki kompleks, Alhamdulillah dikejauhan arah depan telah terlihat berjalan perlahan Aswan Tyas dan Astari, Silaturahmi berjalan meriah, fifi yang melihat rumah luas berlari dan berlari sampai kekebon belakang, Hidangan lebarannya adalah nasi, rebung bambu dimasak padang, kulit kering di masak padang dan rendang terasa pedas sedikit, setelah itu sholat Dzhuhur dan jam 14.00 mohon diri, dibekali dua dos yang isinya akan dibuka dirumah, pulangnya posisi sama sewaktu berangkat, dan saya sempat ke POM Bensin dekat kantor untuk isi penuh tangki kendaraan. Sesampainya dirumah, hari hampir soreh, ternyata bungkusan dua dos itu isinya banyak kue lebaran coklat, gula-gula, susu milo, dan macam-macam lainnya yang mahal-mahal.

Lebaran Hari Ketiga
Selasa, November 16. 2004 Ke Ciledug, ke Ibu Nurjanah, orang Pengairan. keluar dari rumah setelah Shalat Dzuhur, posisi dirubah, Ibunya dan Fifi, Yasin dan Tyas naik bus, dari kampung rambutan naik pattas AC Kp Rambutan Ciledug, yang naik motor Aswan Astari dan saya, Setibanya di Ciledug, ibunya telah sampai duluan dan tidak terlalu lama, suasana silaturahmi pun sangat meria, bersamaan itupun ibu Nur didatangi saudaranya, adik suaminya beserta suami, istri anaknya dua orang, total jiwa dirumah itu dengan kedatangan keluarga saya ada 16 orang, hal ini terasa sewaktu makan siang, satu kali tanakan nasinya bu nur dikerubut sebanyak enambelas orang lantas ludes, des, des. setelah shalat Ashar mohon pamit, posisi pulang dirubah, Astari tidak mau naik motor, minta gabung dengan ibunya naik mobil bus, yang naik motor saya dengan Aswan. Pulangnya lewat Bintaro, tembus Ciputat, jalan Arteri Simatupang, Pasar Rebo, Cibubur dan langsung pulang, di Cileungsi Awan gelap sudah menggantung mohon doa, agar jangan dulu turun hujan sebab pakaian belum dimasukan, setibanya dirumah hujan baru turun dua tetes. Cepat cepat aswan ambil pakaian diatas, dan saya secepatnya menjemput ibunya dijalan, awan gelap sudah menyelimuti, hujan deras sudah turun, jarak pandang mata sudah meredup, basah kehujanan, motor susah dikendalikan jalanan licin sebab untuk beberapa meter harus melewati jalan tanah yang sangat licin, akhirnya sampai juga dijalan aspal dan sesampai diujung jalan terlihat ada orang yang melambaikan tangannya, apakah itu istri dan anaku pikirku, secepat itukah datangnya, ternyata setelah berusaha melihat dikeredupan sore menjelang petang dan maghrib lampu mati, terlihat secara samar bahwa itu bukan istri dan anaku tetapi orang yang sedang mencari ojeg, aku dikirain ojeg rupanya, memang ojeg sangat sedkit yang beroperasi. Shalawat Nabi terus aku kumandangkan untuk menjemput kedatangan istri dan ketiga anaku, hujan lebat sedemikian pekatnya, gelap menyelimuti, akhirnya yang ditunggupun tiba setelah 40 menit menunggu di ujung jalan. Menaiki motor untuk memasuki rumah dibagi-bagi, pemberangkatan pertama Yasin dan Fifi digendong Ibunya, sedang pemberangkatan kedua, Astari bersama Tyas.

Lebaran Hari Keempat
Rabu, November 17. 2004, Melihat yasin tergolek lemas, kecapaean, mengingat beberapa hari ini berpergian terus menerus. diparutin temulawak dan diperas dan diminumkan, kemudian staminanya yasin baik lagi. istirahat. setelah shalat Ashar melakukan kunjungan ke Kampung Rambutan ke rumahnya Pak Marsudi, yang ikut Aswan dan Yasin. Ternyata ibunya pak marsudi baru meninggal bulan Juli kemaren, sewaktu pak Marsudi datang ke Purworejo ibunya merasa sesak dadanya. dibawa ke dokter praktek dengan pak Marsudi, dan ditebuskan obat apotik yang mahal sampai Rp 500 000,- sesampainya dirumah diminumkan dan langsung lemas ibunya dan dibawa ke emergency lantas meninggal.Hal inilah yang menyebabkan mengapa pak Marsudi tidak pulang ke Purworejo.

Lebaran Hari Kelima
Kamis, November 18. 2004, Puasa Syawal hari pertama. Istirahat dirumah, Yasinnya belum semangat makannya, setelah shalat dhluha ambil daun beluntas beberapa lembar campur daun pepaya dan diblender dan diminumkan ke Yasin dan Fifi, dan terlihat reaksinya, ia mulai mau makan. Kunjungan lebaran kali ini diarahkan kedalam kompleks perumahan

Lebaran Hari Keenam
Jumat, November 19. 2004, pagi-pagi sudah menangkap buah mengkudu, dan di blender dan diminum seluruh rumah, baik Fifi dapat bagian juga, kemudian jam 08.00 berangkat kunjungan lebaran ke pak Bambang Praswil dikompleks Binamarga Cimanggis, yang ikut Yasin, Astari dan Tyas, Aswannya langsung dari rumah ke Stasiun Senen beli tiket. disini ternyata istrinya pak Bambang yang kurang fit, ternyata sakit Jantung. jam sepuluh ada berita dari Aswan jikalau Aswannya sudah hampir sampai di Senen, saya tinggalkan anak-anak dirumah pak Bambang untuk baca buku, dan saya menjemput Aswan ke Stasiun Senen, jalanan lancar kendaraan bisa dipacu agak cepat. setelah mendapatkan Aswan secepatnya pulang ke Pak Bambang dan secepatnya shalat Jumat, yang agak terlambat sebab Khotib sudah naik mimbar, siar yang disampaikan adalah Islam sangat mendukung Kebaikan dan kerohiman tetapi mengapa keniscayaan itu dilekatkan ke Islam. Makan siang dengan pak Bambang, istirahat sebentar, dan mohon diri, pemberangkatan awal yang diantar adalah Aswan diantar sampai Cibubur, sampai ketemu ankot yang ke Cileungsi, kembali lagi ke pak Bambang dan pemberangkatan terakhir yang ikut, Yasin, Astari dan Tyas naik motor. Malam harinya dilanjutkan kunjungan ke kompleks.

Lebaran Hari Ketujuh
Sabtu, November 20. 2004 yang berpergian hari ini adalah giliran ibunya, setelah dua hari dirumah aja, yangikut naik motor sekarang adalah Fifi, Ibunya, Yasin duduk didepan. berangkat jam 09.00. motor diarahkan ke Batargebang dan sesampainya di Kemang ternyata rumahnya pak Ukon Kusnaedi telah dijual.Kendaraan dilanjutkan lagi ke Kali malang lewart Bekasi, jalanan dipenuhi motor dengan keluarga. akhirnya tiba di Lampiri mampir dirumah ibu Sudiati, silaturahmi berjalan indah, Yasinnya terheran-heran kenapa diatas rumah yang sedang dikunjungi ini melintas berkali-kali pesawat terbang, habis dekat dengan lapangan terbang, Ibu Sudiati adalah teman istri saya sewaktu kursis mubalig di Masjid Al Ashar tahun 1999 dahulu. Ibu Sudiati bercerita jikalau jangan membaca Al-Quran mencari ayat-ayat tertentu saja, tidak boleh, dianjurkan untuk membeli buku di Senen, buku-buku Islam yang bisa dijual lagi dan untungnya adalah hasil kortingan yang kita dapatkan dari toko buku. Perjalanan silaturahmi dilanjutkan kekompleks Binamarga I Kalimalang, rumahnya bapak Soepadiyo, dahulu pernah kepala Dinas PU Jayapura, sama-sama ibadah haji tahun 1992, sekarang Widiaiswara dan pagi ini ia sedang membetulkan mobilnya sewaktu saya dan istri memasuki halaman rumahnya. Pem,bicaraan silaturahmi dirumah ini adal;ah sekitar sakit Thalasemia dan tambahan Yasinnya yang sekarang sudah menjadi Pasien. Silaturahmi dilanjutkan kerumah ibu Roslan Siregar, Janda Senior PU di Balai Pustaka Raya 22 Rawamangun, dirumah ini silaturahmi diwarnai sakit gulanya ibu Ruslan Siregar yang baru dikenai bulan Mei kemaren, berarti diusianya yang sekarang 60 tahun fungsi pankreasnya ibu Ruslan sudah tidak berfungsi, sebelum pulang sempat shalat dhuhur, makan siang dan diberi sajadah dan mukenah. Kendaraan diarahkan ke Blok M, sesampai di Blok M isi bensin dahulu kemudian ke Matahari, untuk mencari kortingan, kecewa berat ternyata barang yang dikorting telah dinaikan terlebih dahulu, bayangkan celana pendeknya Yasin saja dijual diatas Rp 100 000, dikorting 50 % jatuhnya limapuluhan, celana pendek limapuluhan ribu, aneh pikirku, penipuan ni. ketipu ni ye. Shalat Ashar di Blok M, Hujan berat. masuk rumah jam 18.30.
Fifi berjalan jalan di pelataran parkir Blok M, saat akan mengambil motor dibasement lantai dua, tiba-tiba istriku minta ijin akan membelikan celana pendek buat aswan yang akan berangkat besok hari minggu, saat istriku sedang mencari celana pendek, aku Yasin dan Fifi, bermain dihalaman parkir blok M, langit mendung udara meredup sejuk, Fifi dengan gembira bermain dihalam parkir yang luas tanpa terhalang, dibanding dirumah yang RSS Type 21.

Lebaran Hari Kedelapan.
Hiruk Pikuk di Pagi Hari
Hari minggu 21 November 2004. Shalat shubu baru usai, saya berjamaah dengan Aswan, tiba-tiba setelah shalat shubuh dia menghampiri ibunya yang sedang tidur dengan bayi fifi, Ma tanggal di tiket salah, saya kan berangkat tanggal 21 hari ini sedangkan di tiket tanggal 20 November, kemaren, ibunya bergegas melihat dimana keberadaan kalender tiket itu, dan terbaca secara jelas tanggal 20 November 2004, lho yang beli siapa, alasannya kan saya mau beli tiket langsung hanya ayah saja yang nyuruh hari jumat kemaren beli tiket dan diberi tiket yang berangkat hari sabatu tetapi hal ini tidak ada yang tahu, sampai diketahui tadi pagi seusai shalat shubuh, kemudia soal kacamata, saya mencari kacamata kemana-mana tidak ada, ternyata lensa kaca mata diketemukan di bangku sedangkan gagang kacamata diketemukan dibawah mesin cuci, lho kok bisanya, bagaimana peristiwa ini terjadi, susah dipikirkan, kemudian ban kempes sepeda motor, semalam memang masuk rumah dari silaturahmi lebaran jam 18.30 masih ada waktu shalat maghrib, ternyata ban kempes pagi hari. ini merupakan rasa syukur kok tidak terjadi semalam, coba kalau terjadi semalam dimana membawa bayi segala, kehujanan dan malam telah menyelimuti. Pgi hari saat kacamata telah diketemukan dan telah dirangkai kembali antara lensa dan gagangnya, ibunya hendak membelikan lauk pauk untuk bekal makannya Aswan dijalan, dan sewaktu mengeluarkan motor ban motor kempes, mendorong montor hingga ke tukang tambal ban dan ban dalam harus diganti, keluar dana Rp 21.000 ,- disaat sedang menanti tukang tambal ban bekerja, datang pula penderita ban kempes sedang mendorong sepeda motornya mendekati tukang tambal ban, ada teman pikirku, ternyata sipendatang bariu ini orang Batak,yang tambal ban orang Batak dan ramailah bahasa komunikasi yang digunakan, mengingatkan saya sewaktu bertugas ke Kotacane Juli 2002, udara di Batak dimana mereka dibesarkan adalah sangat indah, pasti melahirkan manusia-manusia yang berbudi tinggi, hal ini terlihat prilaku mereka terhadap saya, sangat berbudi halus, ramah, herannya mengapa mereka cepat berubah apabila situasionalnnya berbeda, pikir- pikir punya pikir, minumanlah penyebab mereka biss cepat berubah menjadi brutral membunuh berdarah dingin, padahal hakeklatnya mereka adalah orang baik- baik. tiba tukang tambal ban mengingat kan jiaklau ban belakang yang kempes sudah diganti dan siap berangkat kepasar, situasi cepat siang, Aswan akan berangkat secepatnya pagi ini mengingat ia belum punya tiket ke Surabaya, di pasar hanya belanja Tahu dan Ayam sekilo, pulang secepatnya dan diperjalanan sejauh 7 Km antara rumah dan pasar, banyak menjumpai pemudik yang baru memasuki kota jakarta dari arah Cianjur, yang paling menakutkan adalah hadirnya bus berbadan besar yang melintas dengan kantuk sang sopir kerena bekerja seharian, menjelang pagi memasuki Jakarta adalah waktu yang paling berbahaya. Tepat jam 09.00 Aswan saya antar ke jalan raya ,Tetangga-tetangga memberi dukungan atas keberangkatan Aswan, antusias ini terlihat sewaktu saya nmembantu aswan menukarkan uang seribu rupiah dirubah menjadi recehan seratus rupiah malahan diberi recehan segenggam setelah dihitung ada 27 keping ratusan rupiah, hal ini untuk mengantisipasi sikap brutalnya para pengamen jalanan yang beroperasi di gerbong kereta dengan paksa ia meminta penumpang untuk bersedakah kepadanya. Sete;lah Aswan diantar giliran Ibunya yang diantar hingga jalan raya, mengingat ibunya sangat bersemangat mengantar Aswan sampai ke Stasiun Senen, Tinggal saya dan empat anak dirumah, tidak kemana-mana, mengingat hari mendung dan situasi di jalan sangat ramai, khawatir kecelakaan lalu lintas aja, jadi ya dirumah aja, bermain dengan fifi. sore hari jam 17.00 ibunya datang memberitahukan jikalau Aswan telah berangkat dengan KA Jayabaya dan harus membeli tiket ulang. dapat tempat duduk 14 c gerbong ke 4 bisnis klas. harga Rp 100 000 ,-

Selasa, November 09, 2004

Puasa hari ke 25

Gagal Antrian di BCA Blok M
8 November 2004
Sepulang dari Itikaf malam ke 25 di Masjid At Tin Taman Mini Indonesia, badan sangat ngantuk sehingga masuk rumah jam 05,30 pagi langsung tidur, dan bangun-bangunnya jam 08.00 antar Istri bayar listri jam 0900 dan sampai dikantor dengan kemacetan siang itu jam 11,56 saat shalat Dzhuhur baru masuk dengan terdengar azannya. Sebelumnya memang harus ke batas ciledug dahulu untuk ganti olie motor yang sudah satubulan belum diganti sehingga masuk kantornya kesiangan, Belum sempat mendengar ceramah di Masjid, langsung keluar untuk mengejar kantor pos mengirm uang buat ibunda di Wonorejo Lumajang Jawatimur, bayar cicilan rumah di Cibeber Leuwiliang Bogor, Kemudian ambil antrian di BCA Blok M untuk membayar uangnya Aswan, eh ternyata yang antri luar biasa, lemes badan akhirnya antrian di tinggalkan. pulangnya ambil Donat yang sudah dipesan paginya eee sesampainya dirumah jumlah donatnya kurang. 

Puasa hari ke 26

Mengejar Kue Lebaran.
9 November 2004. Pagi-pagi setelah shalat shubuh, saya dan Aswan bergoncengan naik motor menuju kantor, perjalanan lenggang, Tetapi setelah melewati Plaza Cibubur di Kranggan disisi kiri terlihat serombongan orang dengan kendaraan motor diletakan seadanya dan sekilas terlihat ada lelaki gemuk berjiket merah pudar matahari berbaring, kelihatannya ia sebagai korban, saya tidak bisa berhenti terlalu lama, takut pasar kue di blok M tutup, lahian jarak yang harus ditempuh tersisa 35 Km lagi, Perjalanan kembali di percepat, sesampai di cibubur pompa bensin laju kendaraan agak terhambat, penyempitan dan pembuatan gorong-gorong air hujan, Kemudian kendaraan melaju kembali sesampai di pasar Cibubur lama, kembali terhambat kesibukan pasar pagi, selepas itu kendaraan melaju kembali, sesampai di Aldy Donut, mampir sebentar, komplain sebab kemaren memesan kue Donet yang satu bungkusnya berisi 18 donat kak setibanya dibuka diberikan satu bungkus isi 10 donut, kerena itu makanan jadi kita komplain biasa aja dan ditanggapi dengan baik dan diterima malahan saya pesan satu bungkus yang nanti akan diambil sepulangnya dari kantor sebanyak 2 bungkus. Kendaraan kembali berjalan dan sampai di blok M langsung pagi-pagi itu kekantor, kendaraan saya parkir di kantor, dan berjalan bergegas berdua dengan Aswan menuju pasar kue Blk M, Blok M pagi itu sangat kotor, sisa sisa kegiatan malam berupa sampah makanan berserakan dan sedkit menimbulkan bauh, belum terik matahari jadi belum terlalu bau, cepat- cepat kesasaran, biasa kalau di pasar kue pagi, sejauh mata memandang banyak kue basah dan kue kering, lauk an seperti ikan bakar dan ayam bakar belum lagi makanan palembang kalau bukan lagi mpek-mpek berserakan di mana- mana. Tawar harga kue, disepakati haga satu toples ukuran sedang Rp 10 000,- beli 12 toples dan dimasukan dalam dos, kemudian mengantar Aswan naik kendaraan Metromini tujuan Kampung Rambutan untuk balik ke Rumah kerena dari kantor kerumah harus neik kendaraan tiga kali, yaitu Blok M - Kampung Rambutan, dilanjutkan Kampung Rambutan Cileungsi, dan dari Cileungsi ke Gandoang, dari Gandoang kalau enak ya jalan kaki, tetapi bisa juga naik ojeg , jarak menuju rumah tinggal 900 meter lagi