selamat berjumpa semoga tidak marah-marah

Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka hanya menipu diri sendiri sedang mereka tidak sadar. (QS. 2:9)

In trying to deceive GOD and those who believe, they only deceive themselves without perceiving


Rabu, Mei 30, 2007

Konsep poster Jepara

Kamis, 24 Mei 2007.

Kekantor, dengan membawa konsep poster Jepara didalam benak.
Sesampai dikantor langsung berkreasi poster.
Yang sudah jadi hari ini adalah poster Jepara.
Sewaktu memasuki poster Sungai Kali Surabaya, macet sebab fotonya ngak banyak bicara, apa yang akan dirobah dan akan kemana tujuan perubahan lahan sungai.

Diminta menandatangani surat perjalanan dinas ke surabaya kemaren dengan nilai Rp 1 220 000,- saya ngak mau sebab saya menerima hanya Rp 440 000 transportnya dan 520 000 lupsumnya.
Pak Budi terlihat ngak enak, ya sudah kalau situ setuju ya tanda tangani sendiri, kalau saya ada beda nilai antara yang diterima dengan yang dipertanggungjawabkan selama otak belum bisa menerima, ya ngak diterima.



Makan malam keluar sendiri cari nasi campur sayuran tanpa lauk seharga Rp 4 000,-

istirahat

Rabu, 23 Mei 2007.

Istirahat banyak dirumah.
Pagi-pagi sudah dibuatkan jus tauge dan tempeh yang meminum saya dan istri, Tyas disediakan tetapi ngak diminum.
Sore hari akan lari-lari sore, tetapi anak-anak minta main bola, ya main bola aja.

di terpa hujan lebat di tengah malam

Selasa, 22 Mei 2007.

Shalat shubuh di masjid kompleks Depr PU Pasar Jumat, disana ditanya oleh teman yang pensiun, teman yang dahulu sangat karib sewaktu di Wilayah Timur Cipta Karya., katanya ; APAKAH SUDAH TINGGAL DISINI ?
Saya jawab, ngak saya tidur dikantor.

Setelah shalat pulang secepatnya ke ruangan, sebab sebelum berangkat tadi sempat masak nasi dan sekarang perhitungannya nasi sudah matang, betul juga nasi sudah matang.

Jam 05.00 sudah makan pagi dengan lauk belut goreng tepung oleh-oleh dari bepergian orang keuangan, dicampur kecap sedikit, enak sekali.

Jam 06.00 ke pasar kompleks PU untuk membeli Tauge Rp 1500,- dan Rp tempeh Rp 1000,- kemudian sesampainya dikantor diblender dan diminum.

Badan terasa mantap


Pagi- pagi ditelepon oleh Ninor HAM untuk menghadiri anwizyng pagi ini.

Jam 10.00 pagi saya pergi kesana dan mencari angkot menuju Pondok Labu, tahu jikalau saya ngak tahu jalan kesana, dikerjain sedikit ngak apa, memang betul angkot itu tidak sampai titik pergantian angkot di depas pasar Pondok Labu.

Naik Metromini lanjutan dengan membayar Rp 1000,- sebab pasar Pondok Labu memang tinggal 1500 m lagi.

Kemudian melanjutkan naik angkot 105 tujuan Gandul, Rp 2000,-

Sesampai di Hukum dan HAM tidak ada orang yang ngundang dan acaranya sendiri dimulai jam 13.00.

Sialan sekarang baru jam 10.40, sepertinya aku ini ngak ada pekerjaan, kemudian Departemen Hukum dan HAM itu saya tinggalkan.

Sepanjang jalan menuju pulang kekantor Hp yang saya kantongi berkali-kali dihubungi dengan Ninor untuk mohon maaf, saya biarin aja.

Jam 12.30 kembali Ninor menghubungi, dimana saat itu saya sudah makan siang dikantor, sehingga sebetulnya sangat malas untuk bepergian kesana.

Tapi kali ini saya kabulkan sebab Ninor berjanji akan membayar taksinya, oleh sebab itu saya kesanan naik taksi saja.

Rp 80 000,- taksi untuk mencapai kantor Hukum dan HAM di Gandul, saya pikir ini meter taksi yang dipercepat.

Acara aanwyzing sendiri terlihat sangat lemah lembut, saya curiga jikalau pekerjaan ini diatur.

Makan soup iga dengan konsultan perencanaan, sepulangnya aanwysing.

Sebelum maghrib semapt ke carefure untuk membeli susu nya Yasin, susunya Fifi, gula pasir, minyak kelapa, dendeng manis,
Makan malam dikantor jam 19.30

Pulang jam 20.00

Diperjalanan didera hujan lebat, dan ngak bawa terpal lagi.

mengerjakan poter

Senen, 21 Mei 2007

Berangkat kekantor dengan niat akan tidur malam ini di kantor.

Ditengah perjalanan disekitar Pasar Rebo, terasa ada yang bunyi di gir rantai belakang motor, saya sudah curiga saja jikalau gir belakang motor sudah goyang.

Balik arah, memotong arus lalu lintas perlahan-lahan, motor sengaja saya matikan dan saya tuntun untuk balik arah.

Sampai dibengkel yang terletak dijalan kelapa dua wetan dari arah susu indomilk, anak-anak jogjakarta yang nangani, dan roda belakang dibuka dan dipasang klem dan gir terlihat kuat lagi, sekarang berani dibawa agak cepat.
Membayar Rp 10 000,-

Sesampai dikantor, betul juga dipanggil teman ini yang sudah jadi pimpinan, ia minta dibuatkan poster pada semua kegiatan yang pernah dilakukan.
Sekitar jam emapt sore keluar mencari dedaunan, terkumpul daun mengkudu, daun sirih, daun pepaya, daun sambiloto.

Buka puasa langsung minum jus pepahitan.

Terlambat dapat makan malam, sehingga keluar sendiri cari makan malam.

Makan malam datang juga setelah jam delapan malam.

Sampai malam

lari - lari

Minggu, 20 Mei 2007.

Lari- lari pagi, kemudian dilanjutkan kepasar bersama Fifi dan ibunya, yang dibeli tomat sudah naik harganya sehingga saat ini membeli 1 kg saja, wortel dan buncis, lele sekilo, tauge sekilo dan bumbu lele goreng,

Shalat Jumat di Masjid Rumah

Jumat, 18 Mei 2007.

Shalat Jumat di masjid dekat rumah.

ke Pasar

Kamis, 17 Mei 2007.

Kepasar pagi hari, membeli ikan lele dan sayuran lainnya terutama tomat dapat 2 kg. Terutama membeli sedotan lobang saluran kamar mandi, karet sedotan itu dijual Rp 12 000 tetapi bisa ditawar sampai harga Rp 9000,- Kerja bakti membangun sebagian jalan disamping rumah.

Mandi siang ini sangat enak sebab kaki tidak diganggu genangan air.

telepon dari kantor

Rabu, 16 Mei 2007.


Telepon dari kantor menanyakan mengapa tidak kekantor, saya jawab masih capek lah.

sudah di Jakarta lagi

Selasa, 15 Mei 2007.

Jam 04.30, saat shubuh menjelang kereta memasuki kota Cirebon. Setelah shalat shubuh kemudian sarapan air putih untuk menahan diri agar tidak terjadi buang air diperjalanan.

Jam 07.00 kereta memasuki Stasiun Jatinegara, langsung naik angkot tujuan Uki, untuk ganti kendaraan 56 tujuan Cileungsi, kendaraan ini ditengah jalan tol kempes ban sehingga menurunkan penumpang dipindahkan ke angkot 56 yang datang tanpa penumpang.

Sewaktu memasuki rumah Tyasnya bertanya kok cepat amat, tadi pagi eyang tri memberitahu jikalau pagi ini sudah ada di Wonorejo, setelah beberapa hari menginap dirumahnya Debog sang adik.

Saya secepatnya menghubungi ibunda di Wonorejo memberitahukan situasi saat ini saya sudah ada di Jakarta lagi, lain kali aja direncanakanmatang-matang.

Pulang ke Jakarta

Senen, 14 Mei 2007


Jam 03.00 pagi Hp berdering membangunkan untuk segerah melakukan shalat Tahajud, istirahat sebentar kemudian tedengar adzan Shubuh, saya keluar menuju masjid doi kompleks Bulog itu juga, saya menjadi iman shalat shubuh dan makmumnya satu orang yaitu penjaga masjid itu juga.

Saya kembali keruangan membangunkan anak2 untuk shalat, hasbis shalat tidur lagi, kemudian mandi dan persiapan untuk mengikuti acar Seminar Lumpur Lapindo.

Sewaktu mobil jemputan datang, hanya menyisahkan satu orang yang terangkut, dipilih pak Budi saja yang berangkat dahulu, kemudian saya akan dijemput belakangan.

Dijemput belakangan ini lah yang menjadi pertanda bahwa saya tidak ikut seminar Lumpur Lapindo pagi itu.

Saya dan Anak-anak menunggu di wisma Bulog hingga jam 11.00 siang, jemputan belum datang juga.

Fifi sangat gelisah, apalagi ia sakit perutnya, sudah dua kali ia berak- berak pagi ini.

Sudah saya bawa tidur dikamar, untuk menenangkan anak- anak yang sangat- sangat gelisahnya, setelah berfikir dan memasuki alam supranatural untyuk meminta petunjuk, disadari bahwa saya hari ini ter sudutkan dalam situasi jelek, rapat lapindo hanya dilakukan sehari ini tetapi saya sudah datang ke Surabaya, tidak dijemput, dan tidak tahu alamat hotelnya.

Beberapa kali ibu penjaga wisma saya tanya soal hotel yang dimaksud ia tidak tahu juga.

Akhirnya diputuskan pulang ke Jakarta, sebab akan ke Wonorejo sampai siang hari ini ibu ngak bisa dihubungi.

Chek out dipenginapan Bulog dan berjalan ke jalan raya Ahmad Yani didepannya untuk mencari angkot tujuan Stasiun Wonokromo.

Di Stasiun Wonokromo ternyata tiket untuk pemberangkatan ke Jakarta sudah tutup, disarankan untuk mencari tiket di Gubeng.

Masih distasiun Wonokromo, Fifi dan ibunya duduk di bangku panjang stasiun dan Yasin berdiri melihat datangnya Kereta Api yang lewat.

Tidak lama kemudian datang kereta api komuter yang melayani pinggiran Surabaya, saya dan anak- anak naik untuk menuju stasiun Gubeng.

Setibanya di stasiun Gubeng langsung membeli tiket Kereta Api Bisnis Jayabaya untuk pemberangkatan nanto sore tujuan Jakarta, anak- anak seharga Rp 96 000,- dan orang dewasa Rp 120 000,-

Semuanya terhitung Rp 436 000 ,-

Setelah itu memasuki ruang tunggu pembelian tiket untuk melakukan shalat Dhuhur dan meletakan tas dan setelah itu mengajak anak-anak mencari makanan yang akan di makan selama naik kereta api malam.

Berjalan bertiga saya, Fifi saya gendong dan Yasin saya tuntun, menyebrang jalan menuju supper market besar Delta. Yang dibeli adalah semua makanan kesuakaan anak- anak, terutama Yasin ngak lupa paket nasi dan ayam goreng dan minuman air plastik gelas.

Memasuki stasiun kembali sambil persiapanmelakukan shalat ashar. Dan stelah itu keluar menuju peron sebab tidak beberapa lama lagi KA Jayabaya akan datang.

Betul juga dikejauhan terlihat sinar lampu sorot lokomotif memberitahukan bahaya melintas, dan gerbong putih memajang kecil yang menyatakan bahwa itu kereta api kelas bisnis.

Setelah benar- benar kererta berhenti anak-anak naik mencari gerbong lima dan nomer tempat duduk 5 ab dan 6 ab.

Kereta berangkat, kita lupakan kenangan jelak kota Surabaya. Susun stamina sebab pekerjaan masih panjang menunggu.

Anak-anak senang dan hiruk pikuk naik kendaraan, dan makannan yang tadi dibeli sekarang dimakannya.
Kereta a[pi Jayabaya berangkat dengan kapasitas terisi separuhnya sehingga banyak tempat bisa untuk tidur rebahan.

Kebun Binatang Surabaya

Minggu, 13 Mei 2007.

Kereta api Kertajaya memasuki Semarang sekitar jam 00.30 tengah malam, sehingga bisa diperhitungkan lancar memasuki Surabaya.

Shalat shubuh setelah kereta berhenti di stasiun Cepu.

Sewaktu kereta berhenti distasiun Bojonegoro, enam penumpang disisi bangku saya turun, mereka penumpang satu keluarga sejak dari stasiun Senen Jakarta, ada dua orang nenek usia diatas 65 tahun, ada putri berumur 34 tahun, ada dua anak berumur 12 – 13 tahun, ada seorang bapak sekitar 40 tahun,
Setelah mereka turun saya bisa rebahan badan yang ngantuk sejak semalaman.

Memasuki Pasar Turi Surabaya sekitar jam 06.30 pagi hari.

Yang menjemput adalah mas Asmono, kakaknya mas Ajar Sanjoyo, ia pensiunan Dinas Kesehatan di Mataram Lombok NTB.

Langsung menyusuri kota Surabaya dan mampir terlebih dahulu dipenginapan yang disediakan panitia untuk keluarga saya adalah di wisma Bulog, jalan Ahmad Yani Surabaya.

Setelah cek in pagi itu, saya dapat kamar diluar sisi kanan bangunan, cukup kecil ruangannya tetapi terdapat kasur besar untuk dua orang, setelah meletakan barang- barang yang ngak dibawa, langsung kembali kemobil.

Dengan mas Asmono diajak mampir kerumahnya, tidak jauh dari situ, didaerah Ketintang, menyebrang sungai Mas, dan memasuki komplek perumahan apa gitu lupa.

Masuk kerumahnya langsung salaman dengan istri dan anaknya, istri dan anaknya ini juga yang menjemput saya tahun lalu sewaktu saya melakukan perjalanan dinas ke Lombok NTB.

Shalat Dlhuha, sebagai rasa syukur semua berjalan lancar, sebab kita sangat tidak tahu apa yang telah terjadi dibelakang dan didepan kita.

Shalat Dhluha nya di kamar depan, bangunan itu sangat besar, terhitung dua kamar tidur dibawah dan dua kamar tidur diatas.

Fifinya sangat senang, berbagai minuman pembuka haus sudah banyak dihabiskan.

Kini giliran makan pagi, semuanya makan dan giliran Fifif yang sangat tidak nyaman makannya, harus disugesti in dahulu baru mau makan, kalau ngak makan tidak diajak ke kebun binatang Surabaya.

Setalah acara makan kemudian berkendaraan lagi ke Mbah Ni di Sidotopo Surabaya Timur, saat ini yang naik kendaraan saya, Yasin, Fifi, Istri, Mas Asamono dan Istrinya.

Kendaraan diarahkan mencapai stasiun Gubeng Surabaya, dari sana menyusuri jalan Gubeng lurus ke utara menuju Sidotopo Lor Sekolahan.

Sewaktu mobil masih disisi kiri dari dua jalur yang ada didepan rumahnya mbah Ni, sudah terlihat mbah Yah duduk didepan pintu tokonya, sekarang mencari tempat untuk memutar dan menghampiri rumah itu, dan turun semuanya.

Mbah Yah terlihat sangat terkejut kok di datangi pagi- pagi dengan orang yang tak diduga.

Setelah memberikan uang sebagai rasa sambung persaudaraan, meningkatkan kekerabatan dan tali silaturahmi pada empat sasaran yaitu : Mbah Ni yang usianya 110 tahun, mbah Yah anaknya yang usianya 78 tahun, Wahyu buyut lelaki yang tinggal disitu bersama bayi dan istrinya yang juga menjaga mbah Ni dan mbah Yah, dan Mbah Jum disamping yang selalu setia menjamu kedatangan saya dengan keluarga, bagaimana gak sangat gem,biranya istri sebab anaknya Aswan dirawat dirumah ini sewaktu sakit, sewaktu susuahnya hidup di Surabaya sebagai mahasiswa ITS jurus Kelautan.

Mbah Ya datang memberikan sebuah buku biologi SMA dan setelah dibuka oleh istri saya didalamnya terdapat celana dalam nya Aswan yang telah dicuci bersih, yang tertinggal sewaktu bulan agustus tahun kemaren datang kesini dalam rangka mengurus ATM BNI nya yang ditelan mesin ATM di Makasar.
Dan terdapat juga KTP Gandoang yang katanya hilang, sehingga ia harus mengurus KTP baru di Pangkep Sulawesi Selatan.
Dan Terdapat pula Foto Postcard nya seukuran 12 cm dengan bajunya yang berwarna kuning.

Oleh ibunya semua ini akan dibawa ke Jakarta, sebab ia tahu anaknya itu rata- rata suka kelupaan dengan barang- barangnya.

Setelah bercengkrama dan dirasa memasuki waktu jedah, langsung mohon diri, sebab Fifi sudah merengek minta ke kebon Binatang.

Kendaraan kembali menyusuri jalan menuju stasiun Gubeng dan memasuki Ngagel untuk menuju ke pemakaman Ibunda dan Ayahnda mas Asmono, mas Ajar, di perkuburan Ngagel.

Dua orang almarhum itu sangat memperhatikan saya sewaktu saya masih mahasiswa dahulu kalau ke Surabaya ya nginapnya dirumah mereka, bertidur dilantai dengan mas Asmono yang juga mahasiswa kedokteran dan mas Ajar Sanjoyo yang masih kuliah di peternakan.

Kini baru sempat bertandang ke Pesareannya, saya Istri, Fifi dan Yasin, dengan anak kandungnya mas Asmono dan istrinya yang orang bali itu.

Setelah ke pemakaman kendaraan langsung menuju ke Kebon Binatang, suasana kebon binatang pagoi itu sangat ramainya, sebab hari ini adalah hari minggu, terlihat banyak pengunjung dari jauh- jauh sekitar Jawa Timur sudah datang dengan membawa tikar dan makanan juga dalam wadah yang besar- besar.

Mencari tempat parkir kendaraan sangat susah.

Memasuki Kebon Binatang Surabaya, Fifinya sangat banyak tertawanya, banyak binatang yang dilihat.

Naik Gajah, yang naik adalah istri, Fifi dan Yasin, waktu menunggu giliran naik gajah yang lama.

Siang hari menjelang, Fifi sudah terlihat ngantuk, pulang dengan mengelilingi satwa Harimau dan Singa dan kura-kura.

Mendapatkan pintu keluar sangat senangnya anak- anak sebab sudah terbayang akan tidur katanya Yasin.

Seaktu kendaraan keluar dari Kebon Binatang Yasin dan Fifi sudah tidur, kendaraan melaju, sekarang sunyi, komentarnya mas Asmono, setiap kali melewati kebon binatang dipojokan kota Surabaya itu, ia ingin masuk, tetapi alasan apa untuk masuk kesana, kok ngak ada, baru sekarang ini alasan itu sangat kuat, ada Fifi yang masih 3 tahun 8 bulan, ada Yasin yang perawatan sakit Thalasemianya, sehingga semangat sekali mas Asmono untuk berkunjung ke Kebon Binatang.
Sampai istrinya berkomentar, sudah lama mas nya ingin masuk kesanan tetapi belum ada alasan untuk masuk kesana, baru sekarang itu alasannya bisa terbentuk.

Memasuki rumah, anak-anak sudah bangun, sampai mas Asmono heran kok bisa tidur cepat dan bangun cepat, saat makan siang di hidangkan rujak cingur khas Surabaya, jangan ditanya enak dan pedasnya.

Shalat Dhuhur dan langsung tidur siang, tetapi Fifinya ngak bisa tidur siang, ia bolak balik naik turun tangga lantai satu dan lantai dua.

Yasin asyik bermain game di komputer mbaknya yang memuat game, bagaimana menjadi pembantu sebuah restoran, dan game tembak=- tembakan.

Ashar pun tiba, shalat ashar dan kemudian membaca semua koran yang ada sambil dihidangkan minuman hangat.

Mahghrib pun tiba, setelah shalat maghrib, berbincang banyak masalah perjalanan yang telah dilewati, Fifinya sangat antusias.

Tiba adzan Isya, kemudian melakukan shalat isya terlebih dahulu, kemudian makan malam.

Setelah makan malam, semuanya naik kekendaraan untuk mengantar ke wisma Bulog.

Di Wisma Bulog langsung berpisahan, barangkali besok sudah ngak ketemu lagi, kemudian terlihat mas Asmono dan Istrinya mohon diri.
Jalan sekitar Bulog untuk mencari sikat gigi sebab ibunya lupa membawa sikat gigi dan mencari wartel yang masih buka untuk menelpon Tyas.

Dari jakarta Tyas berbicara jikalau ia sudah berusaha menelpon ke Wonorejo ke Eyang Tri nya tetapi ngak nyambung juga, demikian juga saya berkali- kali menelpon ke eyang trinya anak- anak juga ngak nyambung- nyambung juga.

Hampir jam 23 malam, pintu diketok ternyata pak Budi datang bersama rombongan, kemudian melakukan pertemuan di loby wisma Bulog untuk membahas acara esok harinya.

Berangkat ke Surabaya

Sabtu, 12 Mei 2007.

Menjelang pagi saat shalat tahajud, persiapan untuk anak-anak sudah dimulai, ternyata hari ini Yasin dan Astari tidak sekolah sebab libur dari sekolahannya.

Jam 10.00 pagi makan pagi sekalian makan untuk berangkat, agar nanti mendekati waktu berangkat tidak disibukan dengan makanan segala.

Jam 12.00 saat adzan dhzuhur terdengar saya langsung berkemas, dan anak- anak sudah berkemas, kemudian keluar rumah, Fifi, Yasin dan Ibunya naik ojek, sedangkan saya berjalan kaki kedepan, ke perempatan Gandoang.

Sesampainya di perempatan Gandoang berusaha berhenti 5 menit untuk menunggu bus ke Cileungsi, siang itu bus tidak ada yang lewat, semua kendaraan dikuasai dengan angkot.

Naik angkot ke Cileungsi bersamaan itu juga turut naik tetangga, istri pak Warsan yang ikut naik ke Cileungsi bersama anak perempuannya.

Fifi minta dipangku diatas tas yang saya bawa, sehingga Fifi terlihat tinggi kerenanya.
Setibanya diperempatan Cileungsi langsung ganti mobil, sekarang naik bus AC jelek kondisinya kerena kurang perawatannya. Jurusan Cileungsi Senen seharga Rp 8000,- mengambil dua tempat duduk, Yasin dipangku ibunya dan Fifi saya pangku.

Setibanya di stasiun Senen, minta turun diujung pintu masuk jalan kereta api, disisi stasiun Senen, dan saat yang sama pintu dibuka sebab ada kereta yang akan keluar, ternyata KA Yang akan keluar adalah Tegal Arum tujuan Senen – Tegal.

Disamping rangkaian kereta Tegal Arum, sudah siap kereta Kertajaya jurusan Surabaya.

Saya naik tidak di emplasemen, sebab kereta diparkir di jalur tengah, sehingga kalau ada penumpang yang akan naik cukup tinggi, Fifi dan Yasin cukup digendong dan meinta seseorang penumpang diatasnya untuk menarik, tetapi istri yang ikut cukup berat juga, mendorong ke arah naik mendekati pintu, terakhir saya yang naik cukup hap loncat dan sudah diatas.

Gerbong tiga kata Yasin dan secepat itu juga gerbong itu didapat, kemudian mencari deretan kursi nomer 10 DE dan 11 DE, ternyata kursi ini saling bertolak belakang. Kemudian saya meminta kepada penumpang dibelakang agar mengijinkan saya untuk menduduki kursi tersebut biar berhadapan dengan anak- anak, dan hal itu tidak menjadi masalah.

Kemudian kerena sudah merasa enak dengan situasi yang didapat, saya memutuskan untuk makan, jangan sampai kereta berangkat baru makan, nanti goyang.

Jam 16.20 kereta Kertajaya berangkat.

Perjalanan ini terasa hanya menghibur anak- anak dan istri, apalagi sepanjang jalan Fifinya selalu keterkejutan apabila mendengar suara keras kereta yang bersilang jalan di sisi rel lain.

Kereta ini berjalan normal dan cepat, maghrib sudah hampir masuk Cikampek.

Shalat shubuh ke masjid

Jumat, 11Mei 2007.

Saat terbangun jam menunjukan pukul 03.00, saat melakukan shalat tahajud.

Melakukan shalat tahajud sendirian dikantor ditengah malam.

Saat shubuh, ikut dengan penjaga malam yang bergegas untuk mengejar berjamaah shalat shubuh di masjid terdekat.
Lain kali saya harus membawa baju kokok, untuk shalat berjamaah.

Siang semakin bersinar, pekerjaan leaflet tinggal merapikan saja. Dan sekitar jam 10.00 pagi sudah akan dicetak, ternyata mesin cetaknya yang tidak baik.

Jam 18.30 dibayarkan uang lumpsum dua hari ke Surabaya seharga Rp 520 000,- pikiran saya ini kalau anak-anak minta pulang naik Jayabaya Bisnis akan habis ongkos Kereta saja.

Pulang kerumah, memasuki rumah jam 20.00.

Fifi yang belum tidur, menyambut kepulangan dengan meriah sebab ia ingin segerah nauk kereta api besok.

Pesan Tiket KA

Kamis, 10 Mei 2007.

Sahur untuk puasa hari Kamis ini, makan sengaja sedikit sebab waktu sudah habis, tetapi secepatnya orang makan walau sedikit juga kekurangan waktu, saat bedug di Masjid digebug saat itu berhenti untuk makan tetapi belum sempat minum.

Tahan

Merendam pakaian yang akan dicuci.

Shalat Shubuh berjamaah dengan anak- anak.

Mencuci pakain ada dua ember banyaknya, setelah itu dilanjutkan dengan Astari untuk membilas.


Berangkat kekantor, jam 07.00, Fifi dan ibunya ikut, akan mengirim uang di Bank BRI Kranggan, Depan Cibubur Plaza.

Siang hari setelah mendapat uang transportasi ke Surabaya, untuk pemberangktan hari Sabtu besok, sebesar Rp 440 000,- langsung pergi ke stasiun Senen untuk memesan tiket.

Sengaja tidak naik motor sebab siatuasi transportasi di Jakarta keadaan jelek, sehingga diputuskan naik Kopaja nomer 20 jurusan Lebak Bulus Senen.

Perjalanan diwarnai dengan banyak pengamen yang beroperasi, Kopaja ini terkenal dengan banyaknya copet yang beroperasi, sehingga kalau bisa jangan menarik perhatian pencopet.

Tiba- tiba ditengah jalan di jalan Warung Buncit, naik seorang ibu gemuk tetapi dari bau badanya orang ini tidak pernah mandi, sehingga sangat menyiksa penumpang, ia naik untuk meminta-minta bersama dengan anaknya seusia 3 tahun laki-laki, sianak ini juga terlihat ngek pernah mandi dan sangat senang sekali dibawa ibunya naik mobil penumpang, anak ini kerena senangnya berlari-lari dan mencoba duduk dengan berdampingan dengan bapak-bapak yang terlihat rapi siang ini, bapak itu juga merasa terganggu dengan baunya.

Saya sudah mempersiapkan uang untuk memberi sodaqohnya tetapi ibu dan anak itu mendadak turun sebelumnya sempat berteriak- teriak menggantungkan badanya yang besar itu di pintu Kopaja, kerena berisiknya sehingga banyak penumpang ibu- ibu yang saling bertanya apa gerangan yang dilakukan oleh ibu usia muda dengan anaknya itu.

Ibu itu berteriak seperti klenek bus umumnya, menyebutkan lokasi dimana Kopaja itu hendak bertandang.

Tiba- tiba hujan turun, ditengah hujan deras itu ibu itu turn dari Kopaja dan berlari kepinggir jalan.

Hujan sangat derasnya, yang dikhawatirkan adalah kemacetan dan genangan air, sebab lintasan jalan di Jakarta sangat tidak emmperhatikan kondisi saluran air.

Tiba di stasiun Senen, langsung membeli tiket jurusan Surabaya untuk pemberangkatan tanggal 12 Mei 2007.

Sepulangnya saya melakukan kesalahan cukup menganggu, yaitu tidak melakukan shalat ashar sebelum naik bus menuju pulang kemkantor Klebak Bulus.

Betul juga memang bus yang dinaiki adalah Bus Pattas AC Jurusan Senen – Lebak Bulus dan penumpangnya cukup banyak, Cuma jalur yang dilewati ini terkenal macetnya, yaitu jalur Salemba, Diponegoro, Thamrin, Blok M, Panglima Polim, Simatupang, Lebakbulus dan lanjut ke Ciputat.

Di Panlima Polim ini saat kemacetan luar biasa menghadang, jam sudah menunjukan jam 17.00 dan saya belum shalat Ashar, jam 17.15 masih di jalan itu juga melihat didepan dan dibelakang kendaraan berbaris tanpa berdosa, berhenti begitu saja menurut peraturan, seperti bayi layaknya.

Akhirnya saya putuskan untuk shalat ashar diatas bus, yang menjadi perhatian adalah ini masih dalam keadaan dalam kota. Mengapa tadi tidak memperhatikan untuk shalat terlebih dahulu sebelum naik kendaraan.

Saat adzan maghrib terdengar adalah saat untuk buka puasa, tetapi ditengah kemacetan ini tidak ada pedagang air yang datang mendekat, sehingga buka puasa ditahan saja.

Memasuki kantor sekitar jam 16.30. bergegas ke kantor dan langsung buka puasa dan shalat maghrib.

Setelah makan malam, keluar ke carefure untuk membeli kasur untuk tidur dikantor.

Setelah itu pak Budi minta tolong dibuatkan leaflet untuk dibawa ke Surabaya.

Bekerja sendirian dikantor, sekitar jam 23.30 seperti ada gangguan, punggung dan kepala bagian belakang terasa ada yang pegang.

Menerima telepon dari rumah malahan terjadi salah pengertian, suara saya yang terdengar oleh istri adalah suara wanita, sehingga istri punya pikiran macem-macem, kalau saya pikir, hantu di kantor ini menyisip lewat suara di telepon dan mempengaruhi pikiran istri saya.

Saya ngak takut, saya disini mau kerja, biar tengah malampun pekerjaan saya lakukan.

Mengantuk pun tiba, tetapi mata tidak bisa dipejamkan.

istirahat dirumah

Rabu, 9 Mei 2007.


Istirahat dirumah, mengantarkan anak-anak sekolah dan istirahat lagi.

Fifi minta distelkan lagu Tasya di CD, kemudian minta susu dan makan disuapin, kelihatan manjanya, oleh sebab itu diniatkan dibawa saja kalau jadi ke Surabaya esok Sabtu.

Maghrib, sesudah shalat ke bengkel sepeda motor dekat rumah, kebengkel bersama Fifi. Yasin dan Ibunya juga turut serta.
Ganti olie dan perbaikan lampu belakang, olie kena Rp 22.000,- lapu belakang Rp 3000 dan rumahnya Rp 4000,- total Rp 29 000,-

Jam 19.30 kendaraan selesai diperbaiki lampu belakngnya, kemudian pulang dan masuk rumah untuk makan malam dan dilanjutkan Shalat Isya dan berangkat tidur, Yasin langsung berlarian untuk tidur disamping saya.

tengah malam belum bisa tidur

Selasa, 8 Mei 2007.


Jam 00.30 belum bisa tidur, sendirian dikantor, beberapa tikus datang mendekat dan berlari lagi menyusuri pinggiran meja kerja untuk mencari makan, tikus itu terlihat membesar perutnya, adakah ia hamil dan sekarang mencari sarang untuk beranak.

Sementara itu komputer diruangan distel acara pembacaan Al Quran, supaya hati ini ada pautannya.

Jam 03.00 Hp berbunyi dan bangun tetapi ngantuknya luar biasa, sehingga minta perpanjangan waktu dahulu, jam 03.30 baru bangun yang benar, minum air dahulu,

Shalat Tahajud dan istirahat lagi, tidak beberapa lama terdengar Adzan Shubuh.

Setelah shalat shubuh, makan pagi, dengan memakan nasi yang dimasak kemaren sore, masak sendiri dikantor, dengan bantuan rice coccer, lauknya ikan tongkol yang dibawa dari rumah dengan lidah sapi, yang penting pagi ini badan sudah fit.

Jam 06.00 membuat jus campuran tauge dan tomat dan jeruk untuk menyehatkan badan.

Jam 07.00 mandi kemudian shalat dlhuha, diruangan belum ada orang kantor yang datang.

Segarnya badan mengantar untuk membahas kembali permasalah kantor berkaitan dengan kerjaan saya yaitu evaluasi monitoring dan evaluasi manfaat.

Jam 12.00 siang pun tiba shalat dhluhur kemudian makan siang.

Dapat telepon dari rumah jikalau sarang semut sudah habis dengan minyak rambut juga sudah habis.

Jam 15.30 setelah shalat ashar jalan- jalan ke Supermarket dan membeli sarang semut obat / tanaman / jamu perangsang pemebentukan darah Rp 125 000,- Minyak rambut Rp 9 000,- Ikan Bandeng Rp 16 000,- Sayap Ayam Rp 21 000,-

Rencana Pertemuan Lumpur Sidoharjo

Senen, 7 Mei 2007.

Kekantor seperti biasa, hanya kali ini yang dibawa dari rumah ada baju dalam untuk ganti dan baju kaos, kemudian ada beras setengah kilo untuk dicampur dengan beras yang enak di kantor yang juga beratnya juga tinggal setengah kilo, sebab sudah tiga kali dimasak, ada tauge dan ada tomat, juga ada ikan matang yang kemaren dibeli di pasar dan daging gule padang.

Jam 14.00 siang pak Budi menghampiri saya untuk menawarkan tiket pesawat terbang ke Surabaya.

Guna membahas Lumpur Sidoharjo pada tanggal 14 Mei 2007, hanya dapat uang jalan dua hari saja.

Saya tetap naik kereta api.

Habis Ashar pergi ke Carefure untuk membeli bahan-bahan lembur berupa kue, susu dan aple.


Masalah laporan Lakip, kelihatannya sulit banget, beberapa tangan yang telah memperbaiki tetapi juga ngak beres, saya sengaja melempar Lakip ini ke pak Daman, tetapi hasilnya tidak memuaskan.

Coba saya akan tangani sendiri.

Ashar mulai diumumkan siapa- siapa menteri yang digeser dan siapa menteri baru yang didudukan dikabinet, menteri yang seumur dengan saya Yusril Ihza Mahendra kena pinalti kehilangan dukungan menjadi menteri, dan dia terdengar menolak pilihan pengganti jabatan sebagai duta besar di Malaysia, selama sepak terjangnya yang saya nilai adalah beberapa bulan belakangan ini ia terlihat berani menyalahi hukum publik.

Mulai menantang orang – orang cerdik pandai dipelosok negeri untuk beragumentasi hukum perihal uang Tomy yang masuk ke aliran kas rekening Departemen Hukum dan Ham.

Hal ini yang menggambarkan rapuhnya si Yusril, sehingga dalam kapasitas ke presidenan, SBY memandang perlu untuk mengabaikan Yusril.

Saya sempat tidak yakin terhadap posisi menteri- menteri baru dalam kabinet bersatu jilid tiga ini.

Saya sempat berfikir orang-orang ini adalah orang- orang hebat, para menteri maksudku, yang kurang hebat kinerjanya ya Presidenya sendiri.

Presiden kurang terampil seperti Sudirman, kurang loby seperti Suharto, kurang patriotik seperti Sukarno.

Sewaktu pengungsi Lapindo dari Porong datang ke Jakarta malahan sang Presiden pergi ke Bogor, dalam acara makan durian.

Pada hal Presiden kan dipilih langsung oleh rakyat, apakah para pengungsi yang datang ( Tanggul Angin Sejahtera ) itu tidak secara perkasa membela pasangan SBY sewaktu kampanye pemilihan Presiden kemaren.

Sangat perkasa bagiku sebab saya tahu siapa orang Sidoharjo. Dan sekarang yang dibela malahan pergi ke Bogor, walau toh akhirnya beberapa hari kemudian mereka diterima oleh Presiden sendiri, tetapi Presiden sudah kalah satu point strategis, inilah yang membuat saya bertanya apakah betul sang Presiden itu tanggap disetiap peristiwa, titis ing weruh, sumringah ing waton.

Adzhan Maghrib terdengar, saat bergembira untuk buka puasa, kali ini buka puasa tidak pakai jus sayur, perut terasa panas.

Jam 19.30 baru mulai makan nasi, hal ini disebabkan kerena tidak ada yang berinisiatip untuk menyuruh siapa yang membeli nasi dan uang siapa.

Seperti biasa saya mengisi dahulu dengan makanan kue- kue yang ada dimeja kantor.

Betul juga sehabis makan malam perut masih ngak enak, cocoknya ya di kasih pahit-pahitan, saya mengambil daun pepaya lima lembar dan memakannya didepan pak Budi.

Pak Budi berbaring sakit kerena asam uratnya meninggi sehingga persendian kakinya ngak bisa ditekuk.

Betul juga, setelah memakan daun pepaya, perut terasa enak dan bisa berkosentrasi untuk melihat kekurangan pekerjaan selama ini.

Jam 23.00 menaikan sepeda motor ke dalam lobby kantor.

kerja bakti

Minggu, 6 Mei 2007.

Ke Pasar Cileungsi, agak terlambat berangkatnya, sempat shalat Dlhuha sebelum berangkat. yang dibeli adalah tomat paling utama, tauge, buncis, Daging Kepala sekilo, obat batuknya Fifi.


Masuk rumah ternyata kerja bakti sudah dimulai sehingga tidak bisa lama- lama dirumah langsung kerja bakti membuat jalan lapis beton dibekas jalan lama yang sudah rusak.

Kerja bakti sampai Ashar.

sudah di rumah

Sabtu, 5 Mei 2007.


Memasuki stasiun Cirebon sekitar jam 00.30. kemudian kereta meluncur dan perjalanan ini lancar tidak ada hambatan, kecepatan kereta stabil juga dan tiba di Bekasi saat pak Daman turun dari kereta jam menunjukan pukul 03.30.


Masuk di stasiun Jatinegara jam 04.10 turun perlahan-lahan kemudian mencari kendaraan ke Cawang Uki dan pindah naik angkutan ke Cileungsi no 56, sewaktu duduk meunggu penuhnya penumpang yang akan menuju ke Cileungsi ini, saya iseng- iseng melihat Hp ternyata Hp menunjukan jam 04.45.
Saat shalat Shubuh pikirku, kemudian bertiga turun dari angkot yang sedang menunggu penuhnya penumpang itu, kemudian mohon diri dengan sipengemudi, kalau soal alasan shalat siapaun di dunia ini tidak ada yang melarang, sehingga saya menacri tempat shalat secepatnya diantara keremangan shubuh.

Dari petugas kebersihan yang sedang menyapu, ia menujukan tempat dimana adanya masjid, saya harus memasuki gang dan ternyata banyak bus antar kota yang melintas digang sempit itu.

Shalat shubuh sudah dilaksanakan dan kemudian berjalan kembali menuju angkot 56 yang menuju ke Cileungsi, ternyata angkot itu masih sepi dan baru beberap penumpang yang ada didalamnya.

Tetapi setelah saya bertiga naik hanya lima menit saja menunggu tiba- tiba berdatangan orang-orang yang akan berangkat ke Cileungsi sehingga angkot berkapasitas deretan kanan 9 deretan kiri 8 deret tengah 6 depan 2 pun berangkat.

Sesampainya di Cileungsi naik bus ke Jonggol, sewaktu menunggu bus ini berangkat, sebab manaiki bus dalam keadaan kosong, sempat sarapan roti yang dibawa dari Cileungsi dan dimakan di Cileungsi setelah berdiam dua hari, bus akhirnya juga berjalan membawa 5 orang penumpang. dan turun di Gandoang sudah ditunggu tukang ojek yang mengantar keberangkatan dua hari yang lalu.

Sesampainya dirumah Fifi yang terlihat baru bangun sudah minta oleh-oleh dari Jogjakarta.

Istirahat.

Yogjakarta hari ke dua

Jumat, 4 Mei 2007.

Jam 02.00 saya masuk ruangan untuk tidur malam lagi sebab mengantuk sudah datang.

Jam 03.00 Hp berbunyi dan mengerjakan shalat Tahajud.

Jam 04.00 saya berjalan keluar kompleks untuk mengerjakan shalat shubuh di Masjid IAIN diseberang jalan.

Jam 04.30 saya kembali keruangan dan membangunkan anak-anak untuk bangun, kemudian nonton TV Pagi, menunggu lama bosan acar dipagi hari akhirnya diputuskan untuk jalan-jalan.

Jalan-jalan pagi hari masih sepi, Jogjakarta sangat kotor, sampah berserakan dimana mana, didepan gedung Wanita, kemudian berjalan melewati hotel, dan sampah terlihat bersih.

Dipersimpangan jalan saya bertiga memasuki jalan Gejayan dan masuk pasar, ujung jalan Gejayan ini agak spesifik yaitu banyak pepohononan dan banyak pertokoan, berjalan ini mengingatkan sewaktu jalan- jalan juga dengan Tyas di ujung Pulau Madura.

Sepanjang jalan banyak toko roti yang buka, Cuma sayang selera makan sudah tertutup dengan makanan dari penginapan.

Bertiga memasuki pasar Gejayan, pasar termasuk kecil tetapi bersih, parkir sepeda motor saja yang meluber hingga ke jalan raya, sehingga jalan macet dibuatnya.

Yasin sangat tidak bisa menikmati suasana pasar, sepanjang jalan perlahan dipasar minta cepat saja, kalau bisa cepat apa yang dicari dan dibeli dan keluar dari pasar.

Banyak kue yang dilihat tetapi pertimbangannya kalau dibawa ke Jakarta apakah tidak rusak.

Akhirnya keluar dari pasar tidak membeli apa- apa hanya sempat memotret menggunakan tustel kantor yang dipinjam, memperlihatkan bagaimana Tyas dan Yasin berjalan berendengan ditengah pasar Gejayan Jogjakarta.

Perjalanan menuju penginapan pagi itu diwarnai dengan tertawaan melihat reklame sehat kaki, yang dibayangkan anak-anak sehatnya kaki dengan olah raga tetapi adalah dengan terapi refleksi.

Soal refleksi- refleksian ini anak- anak sangat memahami sebab kalau saya sudah sakit perut terutamanya, anak-anak yang saya suruh menekan dititik sakit sampai perut terasa enak.

Memasuki ruangan makan dipenginapan ada beberapa orang sudah mulai makan pagi, makan pagi dengan lauk pecel dan tempe dan telor dan mie.

Mandi dan shalat Dhluha, kemudian memasuki runagn sidang, pembahasan dilanjutkan dengan pemaparan Mitigasi Bencana.

Saya memberi saran pada pembahasan Nabire berkaitan dengan Mitigasi Bencana Alam, terutama gempa, sebab saya tidak melihat langka – langka si pemapar bahwa masyarakat Irian terutama masyarakat Nabire sangat menyukai duduk digardu pos penjagaan, mengapa tidak dipasang leaflet di gardu penjagaan berupa bagaimana menghindari diri pada saat gempa, bagaimana memilih tempat penyelamatan diri terhadap ancama gempa laut yang melahirkan tsunami.

Pada saat terjadi sidang sekitar jam 08.30 saya dengan Yasin keluar naik becak untuk membeli tiket pulang ke Jakarta nanti sore dengan kereta Progo.

Saya menawar becak seharga Rp 5000,- untuk mengantar ke stasiun Lempuyangan, dan menikmati berbecak berdua dengan Yasin, sebab Tyas saya tugaskan untk mencatat semua apa yang didengar soal pertemuan.

Tiba di stasiun ternyata loket masih tutup, kemudian melanjutkan kepasar Lempuyangan, membeli bakpia patok seratus butir, bumbu pecel satu bungkus sekilo, dan rempeyek renyak kecil putih empat bungkus dan empyang kacang jahe empat bungkus, semua habis Rp 62 500,- dan akan diambil nanti sore menjelang pemberangkatan kereta.

Balik kestasiun dan ternyata loket buka tepat jam 09.00, langsung membeli empat tiket terdiri dari tiga dewasa dan satu anak- anak. Kemudian pulang naik becak, saat itu dikereta sedang masuk kereta api Progo yang datang dari Jakarta.

Memasuki ruangan pertemuan dan pembahasan masih berlangsung.

Jam 11.15 saya meninggalkan ruangan sebab akan mengerjakan shalat Jumat.

Mandi terlebih dahulu kemudian disusul dengan Yasin yang mandi, kemudian berjalan menuju masjid IAIN.

Sepulangnya dari Masjid langsung memasuki ruangan makan dan makan bertiga dengan Tyas dan kemudian tidur.


Jam 15.00 saat adzhan Ashar dikumandangkan bangun dan mandi dan shalat dan persiapan berangkat, ternyata pak Daman tidak ada ditempat, ia jalan- jalan dengan pak Budi cari oleh- oleh.

Diatas meja saya tulis nomer tempat duduk di karcisnya dan jam keberangkatan barangkali ia sempat mengejar kereta.

Saya keluar dari penginapan bertiga dan berjalan melewati IAIN menuju rel kereta api, sepanjang jalan tidak ada tukang becak. Sehingga dapat becak selewatnya rel kereta.


Rp 4000 ,- berbecak bertiga sampai di stasiun, sebab memang jauh sih cukupan dekat juga jauhan, dalam perjalanan ke stasiun itu Yasin mencoba main terka-terkaan berapa jarak Jogjakarta Bandung, Jogjakarta Surabaya, Jogjakarta Jakarta, Yasin menjawab 140,100 dan 200, kalau kalah di gigit telinganya, ternyata sesampainya di stasiun semua jawaban Yasin salah, ternyata 390, 309 dan 524 Km.

Didalam stasiun menentukan titik dimana Tyas harus berada sebab semua barang dititipkan sementara dimana Tyas menunggu sedangkan saya dan Yasin mengambil oleh- oleh yang sudah dibeli tadi pagi.

Setelah memasuki pasar dan jalan bergegas mengambil oleh- oleh yang dititipkan. Yasin merengek minta makanan yang akan dimakan sepanjang perjalanan naik keret api, kemudian saya masuk ke mini market dan membelikan makananya seperti susu, minuman vitamin c, keripik, biskuat dan lainnya seharga Rp 19 500 ,- kemudian nasi bungkus yang akan dimakan di kereta tiga bungkus seharga Rp 9000 ,- dengan lauk gudeg kering dan sayuran dan tahu kuah.

Sewaktu memasuki stasiun jam sudah menunjukan pukul 16.30, ternyata pak Daman sudah sampai di stasiun dan sekarang sedang shalat.

Keadaan di stasiun sangat ramai sekali, kelihatannya kereta api penuh.

Jam 16.35 kereta di langsir menuju jalur pemberangkatan jalur dua, dan kemudian penumpangbergegas naii ke gerbong masing- masing, saya masuk gerbong 5 nomer duduk 11 e dan f dan 12 e dan f.

Tepat jam 17.05 kereta berangkat meninggalkan Jogjakarta.

Shalat maghrib sewaktu kereta berada disekitar stasiun Sentolo, banyak penumpang yang naik. Kemudian dilanjutkan dengan makan malam kemudian berbicara- sedikit dan tidur sambil duduk.

Sesudah stasiun Kroya sekitar 5 Km setelah Kroya terjadi ansiden, kereta yang dinaiki menabrak pik up terbuka suzuki carry, mobil dalam keadaan ringsek tetapi tidak terberitakan ada yang meninggal, dimungkinkan penumpangnya sudah menghindar terlebih dahulu sebelum kedatangan kereta.

Hal ini dirasakan sewaktu saya berbicara banyak dengan pak Daman mengenai pekerjaan tiba- tiba kereta serasa direm mendadak dan berhenti, ternyata sewaktu saya melihat kesisi jendela di sebelah bawah sudah terdapat mobil yang riksek tersebut.

Memasuki stasiun Purwokerto sekitar jam 22.00 malam.

Rapat Pembahasan Laporan Pendahuluan Jogjakarta pertama

Kamis, 3 Mei 2007.

Jam 05.00 baru sadar jikalau bus sudah sampai di Kebumen, shalat shubuh masih diatas bus, dan bus tetap berjalan, penumpang sudah mulai turun.

Perjalanan sangat lambat sebab kehidupan kota-kota yang dilalui sudah bangun, ditandai dengan kesibukan pasar dan keramaian anak sekolah yang menyita ruas jalan sehingga jalanan menjadi sempit.

Masuk Jokjakarta jam 08.30. turun di terminal Giwangan, dan langsung naik Taksi,.Rp 30 000 ,- mengantar ke IAIN yang didepannya ada Cipta Karya, tempat pertemuan.

Sesampainya disana langsung masuk Kamar dan dikamar terdapat tempat tidur tiga bed, kemudian sarapan pagi setelah itu mandi dan shalat Dhluha. Kemudian memasuki ruangan sidang pembahasan laporan pendahuluan.

Tyas dan Yasin menyusul kemudian dan langsung ikut duduk dibelakang.

Acara memang sudah dimulai tetapi perjalanannya belum cepat sehingga masih bisa dikejar, pemaparan pertama adalah balai Surabaya, memaparkan pembahasan laporan pendahuluan

1. Penelitian Sosial Ekonomi Penyelenggaraan Jalan Lintas Timur Sumaera Bagian Selatan

Untuk ini saya memberi masukan, kerena luasnya jangkauan dan beragam permaslahan diperlukan dibuat model,
tapi dijawab dengan pongahnya, balai Surabaya memang termasuk orang pangah, disini tidak diperlukan penetrapan model.


2. Model Peran Masyarakat dalam Penyelenggraan Jalan Cimahi Jawabarat.

3. Model Peran Masyarakat dalam Penyelenggraan Jalan di Kabupaten Bangli Propinsi Bali.

Kemudian istirahat shalat dhuhur dan makan siang.

Jam 14.00 tepat memasuki ruangan dan acara paparan Balai Jakarta

1. Konsultasi publik dan Finalisasi model OP irigasi partisipasif, disini saya menyanggah soal pemikiran peserta yang beropini kepada si pemapar bahwa konsultasi publik kalau bisa dilakukan ber seri ( time series ) sehingga untuk mengentahu perkembangan suatu kemajuan kegiatan, sanggahan saya adalah konsultasi publik bisa dilakukan untukmenjelaskan bagaimana kegiatan itu dilakukan.
2. Sanggahan berikut adalah disini telah diasumsikan bahwa nilai rangsangan dana bantuan yang bersifat stimulan sebesar Rp 1 000 000 sampai Rp 2 000 000 ,- itu kan jelas stimulan sewaktu kegiatan masih ada, tetapi saat kegiatan tidak ada, bagaimana mencari dana stimulan itu sendiri, danan stimulan itu merupakan jiwa OP Irigasi Partisipatif. Sehingga jikalau ada finalisasi model, mengapa tidak diarahkan kepada mefinalkan kajian bagaimana mendapatkan satu sampai dua juta itu sebagai bentuk OP Partisipasif berjalan.
3. Paparan Pemetaan Sosial dan Penguatan Kelembagaan Masyarakat pada Cathment Area DAS Kritis.

Disini saya menyanggah perihal pendifinisian kritis nya sesuatu Yang tidak diuraikan dengan tepat, kemudian pemapar mendifinisikan sehat dan tidak sehatnya irigasi dengan sepotong kalimat sehat sebab pendifinisian sehat dan tidak sehatnya di lingkungan Departemen Pekerjaan Umum adalah jelas dan terukur.

Kemudian soal lIteratur yang dijadikan pijakan analisa mengapa mengambil dari “selayang pandang “, SEPENGETAHUAN SAYA SELAYANG PANDANG TIDAK BISA DIAMBIL SEBAGAI SUMBER ANALISA. Tetapi sebatas pemberi informasi.


4. Pemaparan berikutnya adalah Kajian Persepsi Budaya terhadap Pengelolaan Sumber Daya Air.
Disini saya memberi masukan apakah pada wilayah Kalimantan dimana banyak didatangi oleh orang asing dan dikelolah oleh Malaysia tetapi berbasiskan budaya Dayak.

Disini saya tinggalkan ruang untuk shalat Ashar. Saat itu anak- anak minta akan jalan- jalan sekitar kantor, saya memberi saran berjalan kekanan jalan menyusuri trotoar sejauh 500 meter kemudian balik dan melewati sisi kiri sejauh 500 meter dan kemudian balik.

5. Acara berikut adalah Pemaparan dari balai Jogjakarta.
Membahas Kajian Sosial Penghunian dan Pengelolaan Rumah Susun

Disini saya hanya membeli masukan apakah efektifitasnya kajian ini terhadap perubahan prilaku penghuni rumah susun.

Paparan berikut Kajian Sosial Ekonomi Penghunian RISHA

Disini saya memberi masukan dimana slot masyarakat adat masuk dalam design RISHA, soal isi pemaparan bahwa RISHA bisa diterima oleh masyarakat sebab terbukti masyarakat bisa mewujudkan dalam penggunaan yang berbeda, RISHA di fungsikan sebagai rumah tinggal, RISHA difungsikan sebagai tempat suci, bukan itu berarti bahwa masyarakat menerima RISHA .

Paparan berikut adalah Kajian Sosial Ekonomi Penerapan Insenerator.

Disini saya memberi masukan bahwa suatu saat nanti Insenarator yang sekarang dihindari sebabagi salah satu alternatif pemusnahan sampah domestik, penduduk akan menerimanya, tetapi dengan syarat – syarat yang mengikat, mengapa kajian tidak memposisikan dirinya sebagai selangkah maju terlegih dahulu kedepan.

Seperti perencanaan Airport, setiap orang tahu tinggal atau hidup berdampingan dengan Airport adalah tidak enak, sehingga diperlukan beberapa regulasi, dengan sistim pen zoningan.

Sehingga 100 meter dari insenerator adalah hutan hijau, 400 meter padang rumput dan semak dan taman bunga, dan 500 meter adalah penghunian penduduk.

Acara menjelang maghrib masih berlangsung panas, saya tinggalkan untuk mengimami anak-anak untuk shalat maghrib di musolah, ternyata anak- anak lebih senang menonton TV sebab TV nya TV Kabel, dan pilihan acaranya banyak.

Saya tetap menjalankan shalat Maghrib berjamaah dengan beberapa orang di penginapan, setelah itu saya hampiri anak- anak yang sedang menonton bahwa melihat tingkah laku sedemikian, nanati kalau bapak ada acara lagi, ngak usah ikut. Kemudian terlihat mereka bergegas keruangan untuk mengerjakan shalat maghrib.

Saya kembali ke ruangan sidang yang belum juga usai, ternyata sudah bubar, sebab saya berjumpa rombongan yang baru keluar dari ruang sidang dan saya tetap masuk keruangan untuk mengambil beberapa catatan saya.

Malam menjelang, tetapi makan malam belum disiapkan, kesempatan utnuk menelpon ke Jakarta berbicara dengan anak- anak, telepon diterima dengan Astari dan membayar Rp 500,-

Kemudian saya tawarkan kepada Yasin untuk berbicara dengan ibunya asal saja tidak melewati harga Rp 1 500,- ia pun mau dan berbicara dengan ibunya.

Acara makan malam pun dimulai, sayur bayam di beri santan dengan lauk dendeng paru, tempe goreng dan kerupuk.

Setelah itu saya kembali kekamar dan mengerjakan shalat Isya dan berbaring kecapaian, saya lihat anak- anak keluar dari ruangan dan menonton TV.

Jam 23.30 saya terbangun sebab sudah tidak bisa tidur lagi, sementara Tyas tidur di sisi kanan saya dan Yasin tidur di sisi kiri saya, sedangkan pak Daman tidur ditemat lain kamar.

Saya menuju keruangan makan yang kalau malam dijadikan ruang menonton TV. Saya mencari siaran TV mode kesenangan saya tetapi tidak ada sehingga saya lebih tertarik dengan acara TV Traveling yang menceritakan pernik- pernik kehidupan di Mesir.

Pak Kisdi meninggal dunia

Rabu, 2 Mei 2007.

Pagi hari setelah shalat tahajud dan menjelang shalat shubuh, dari pengeras suara Masjid, diumumkan jikalau pak Kisdi telah meninggal jam 02.30 tadi pagi.Pak Kisdi ini adalah warga perumahan Puri Cileungsi, beda RT tetapi satu RW dengan saya.

Ia terjatuh hari sabtu kemaren ditempat dimana saya menobrok kijang kayu, dilokasi itu memang sering terjadi kecelakaan, angka kematian di ruas Cileungsi dan Gandoang sangat tinggi.

Sehabis shalat shubuh berjalan dengan istri menuju ke rumah Duka, sesampainya disana ternyata jenazah belum datang, setelah silaturahmi dengan warga yang sudah datang pagi itu, bersama istri mengundurkan diri dengan janji dalam hati jam 08.00 akan kesini lagi.

Berjalan pulang melewati perumahan yang semuany sibuk menghadapi pagi, ada yang sibuk mengantar anaknya ke sekolah, ada yang persiapan kekantor, dan dirumah semuanya lagi libur hari ini.

Shalat dlhuha dan disusul istirahat sebentar dan sekitar tepat jam 08.00 berjalan kembali kerumah duka bersama Yasin, Yasin saya motivasi bahwa sering melakukan shalat jenazah akan mendapat rahmat dan kemudahan, apalagi sebentar siang akan memebeli tiket bus Sumber Alam tujuan Jogjakarta, kalau mau ikut harus menyisihkan niat di hati untuk mau menyalati jenazah.

Sesampainya dirumah duka ternyata Jenazah sedang dimandikan, saya duduk dilur bersama Yasin menerima salam beberapa kerabat RT dan RW yang hadir, saya perhatikan dengan jarang nya saya bertemu dengan mereka, rata – rata satu persatunya orang di perumahan Puri ini sudah pada makmur, sudah gemuk- gemuk.

Saat jenazah akan diberangkatkan saya menyelinap masuk dan mengambil foto ternyata sangat sibuk sehingga hasil foto goyang dan kabur, saya berjalan dahulu bersama Yasin menuju Masjid dimana jenazah akan di shalati sambil memotret kedatangan para warga yang akan menyalati dan kedatangan jenazah.

Setelah di Salatain Jenazah berangkat ke kuburan saya dan Yasin berjalan pulang untuk bergegas menuju tempat pembelian tiket bus Sumber Alam tujuan Jogjakarta.

Yang ikut membeli tiket, Fifi ngak mau ngak, Yasin juga ngak mau ngalah, Istri sehinga motor sangat berat terasa.

Baru keluar sudah dihadang dengan hembusan angin kering yang membawa debu, saya dan semuanya tidak membawa pelindung hidung, sehingga sering-sering menutup nafas.

Setibanya ditempat pembelian tiket, langsung membeli tiket empat orang, saya Tyas, Yasin dan Pak Damanhuri. Dapat nomer duduk 1,2,3 dan 4.

Istri sempat berbicara dengan agen bus bagaimana cara membuat agen cabang di Puri Cileungsi untuk mpenjulana tiket Sumber Alam. Pihak agen meminta agar tempatnya ada disisi jalan raya sebab agen akan meletakan bus didepan agen, hal ini yang harus dipikirkan, konsep kita jangan mengeluarkan uang terlebih dahulu, apalagi sampai sewa ruangan segala.

Menjelang pemberangkatan, hujan deras dan terpaksa harus naik ojek semua, untuk itu diperlukan ojek 2 buah.

Sewaktu mendaftarkan diri, untuk menukar tiket pesanan pagi untuk dirubah menjadi tiket pemberangkatan, saya disapa dengan tetangga se perumahan yang berangkat juga dengan Sumber Alam.

Jam 17.00 bus berangkat dengan jumlah penumpang sebanyak 16 orang dan langsung dihadang kemacetan luar biasa sehingga sampai di Batar Gebang sewaktu bus menjumpai pak Damanhuri, waktu sudah menunjukan jam 19.00.

Bus menuju ke Pondok Ungu dan menerima banyak penumpang, bus berangkat ke Jogjakarta jam 20.00 dengan jumlah penumpang 56 orang.

Jam 23.00 masih di Indramyu, keadaan memang masih sepi, kemacetan dijalanan tidak ada.

Sekitar jam 24.00 Bus sampai di Brebes, akan belok kanan memasuki jalan khusus ke Purwokerto, berarti memisahkan diri dengan jalan Pantura, kalau lurus jalan ini akan mengantar ke Pemalang, Semarang dst

Kirim uang buat ibunda

Selasa, 1 Mei 2007.

Jam 04.10 terbangun, sebab akan shalat tahajud, minum terlebih dahulu kemudian bergegas kebelakang, untuk berwudhu.

Setelah itu terdengar adzan shalat Shubuh.

Makan pagi jam 05.00 dengan hidangan nasi dan ikan yang dimasak tadi malam, enak.

Jam 06.00 menurunkan sepeda motor.

Jam 06.30 memblender tauge dengan tomat, rasanya enak, perut rasanya dingin, keasaman perut akibat kurang tidur tidak terasa.

Jam 07.00 mandi, shalat Dhluha dan dilanjutkan ngaji surah An-Nisah mengenai suruhan untuk membela orang-orang yang tertindas.

Masuk lagi kepekerjaan.

Jam 08.30 turun keluar kantor berniat ke kantor pos akan mengirim uang buat ibunda tercinta di Wonorejo.
Berjalan melewati jalan utama yang menuju kantor, bus karyawan Departemen Pekerjaan Umum yang melayani wilayah Batargebang Bekasi sudah datang, terlihat sopir dan para penumpang sangat mengenali saya yang sedang berjalan menyongsong datangnya bus, sebab diujung jalan itu lalu lintas dibuat lambat dengan memasang portal, sehingga jalan menyempit, mana pejalan kaki dan bus menjadi satu.

Nyebrang jalan didepan terminal, banyak wajah – wajah gadis muda yang sedang menunggu angkutan kota menuju tempat kerja, kemudian berjalan meniti pinggiran jalan yang hampir tidak menyiapkan jalan untuk pejalan kaki, fasilitas umum yang satu ini jangan terlalu diharap di negara ini.

Ketemu pengemis ibu-ibu tua yang sedang menjulurkan tangannya, saya merogoh kantong dan menangkap satu lempeng uang logam entah berapa nilainya, saya letakan ditempat yang telah disediakan oleh ibu itu di depannya.

Tiba-tiba terdengar iringan motor dengan suara berbanyak dan membunyikan sirene, kalau dilihat dari banyaknya pasti ini para anggota buruh yang hendak demo di hari ini, memperingati hari buruh di dunia

Ternyata sewaktu ia lewat, ternyata iring- iringan pengantar jenazah yang hendak dikubur pagi ini, bendera kuning terbuat dari kertas minyak tipis dilambai-lambaikan oleh setiap pengendara motor pengantar, untuk meminta pelintas yang lain untuk berhenti dan memberikan jalan pada rombongan.

Kematian selalu menghadirkan semangat kegotong royongan, semangat murka dan merusak bersama-sama, semangat yang sama untuk akan menghadapi maut, entah hari ini atau esok.

Kantor pos itu masih kosong sehingga saya dilayani pertama, tiba-tiba disamping kanan saya datang seorang anak muda lelaki dengan badan gempal dan berambut panjang, juga ingin mengirim uang entah untuk siapa.

Saya menyapa dia dengan mengatakan panjang rambutnya, ia mengatakan jikalau telah lima tahun tidak memotong rambutnya, sayapun mengatakan bahwa saya baru hari minggu kemaren mencukur rambut saya yang hendak memanjang bebas.

Setelah selesai urusan pulang balik kekantor berjalan kaki menyelusuri jalan di depan Sekolah Polisi Wanita dan disini jumpa lagi dengan ibu tua yang duduk di pinggir jalan menanti sedekah dari siapa yang lewat, saya meletakan satu keping uang logam dan berjalan kembali.

Menjelang petang setelah shalat Ashar, pak Budi meminta daftar biaya siapa – siapa yang akan berangkat ke Jogjakarta, saya mendaftarkan tiga nama, saya sendiri, pak Abdullah dan pak Damanhuri, ternyata kerena ini tanggal satu sehingga setelah shalat Ashar semua pada pulang, Pak Abdullag puulang, demikian juga pak Daman pulang, saya sampai mengejar ke Satpam dibawa tetapi mereka semua menghilang, tinggal saya sendiri menyusun anggaran untuk pemberangkatan ke Jogjakarta.

Menerima uang masing – masing Rp 1 160 000 ,- untuk tiga hari perjalanan dinas dengan transport kereta api.

Uang pak Daman akan diberikan besok setelah jumpa di Jogja, dan uangnya pak Abdullah dipisahkan, untuk transportnya dilimpahkan ke Tyas, pak Abdullah tidak pergi hanya Tyasnya yang pergi mengganti fungsi pak Abdullah, sedangkan lumpsum harian tetap diberikan ke pak Abdullah.

Masuk rumah jam 22.00, memang agak lambat mengingat semakin malam semakin ngantuk dan bahaya perjalanan pulang semakin besar.

Berbekal tauge

Senin, 30 April 2007.

Kekantor seperti biasa tetapi dari rumah membawa tauge dan tomat dua butir, untuk persiapan buka puasa nanti sore.

Ditengah jalan mendamaikan serempetan kendaraan sepeda motor yang dibawa oleh Tentara berpakaian preman dan mobil bagus sejenis sedan terbaru dikemudiakan polisi berpakaian preman.

Saya Cuma merasa bahwa kok ada kemacetan, ternyata diujung kemacetan sedang terjadi gontok- gontokan antara dua lelaki usia diatas 40 thn berpakain preman dan masing-masing berteriak dari satuan militer, saya datang untuk menenangkannya dan berfikir jernih.

Aman, dan jalanan kembali lancar.

Informasi ke Jogjakarta, rencana untuk pembahasan Laporan Pendahuluan di letakan di Jogjakarta, lama kegiatan sehari, membahas semua laporan pendahuluan di tiga balai, yaitu : Balai Jogjakarta, Balai Surabaya dan Balai Jakarta. Khusus untuk Pusat dibahas khusus di Puncak.

Jam 16.30 saya turun dari kantor untuk mencari daun-daun untuk persiapan buka puasa, daun itu adalah daun mengkudu, daun sirih, daun asem, daun sambiroto, daun pohon eveayuvedra india ( mimba ), daun pepaya, kemudian diletakan dahulu di servan kantor.

Saya keluar lagi ke carefure untuk membeli kue-biskuit, terdiri biskuit biskuat panjang, biskuit gepeng asin, ikan tenggiri, energen, jeruk dan aple.

Balik lagi kekantor suasana maghrib sudah mendekat, saya secepatnya masak nasi empat genggam.

Kemudian mulai memblender daun-daun diatas ditambah dengan tauge yang dibawa dari rumah, sewaktu akan di minum Pak Daman, teman sekerja yang sering ikut lembur juga saya tawari, sewaktu ia minum, ternyata ia tidak kuat, muntah- muntah dan berlari menuju tempat pembuangan.

Saya tawari pak Imam, ia mau minum, dan pahit katanya, saat yang sama saya juga minum satu mangkok besar sebab saat itu sudah terdengar adzan maghrib.

Shalat mahgrib, banyak yang jadi makmum.

Makan malam dengan nasi ayam.

Kemudian melanjutkan pekerjaan, perumusan tata cara penilaian evaluasi manfaat kegiatan.

Malam hari ada saran masuk terhadap sistim evaluasi manfaat yang sudah saya susun, konsepnya pekerjaan itu sudah selesai jadi ngak usah dibahas proses terjadinya pekerjaan, apakah hal itu menyimpang dari visi dan misi institusi bukan tinjauan kali ini tetapi tinjauan program tahun yang beberapa lalu kok menyetujui program tersebut.

Yang menjadi titik bahasan sekarang adalah bagaimana mencari manfaat dan itu nilai pembobotannya diperbesar, pembobotan untuk evaluasi dipersedikit.

Jam 20.00 saya menghubungi anak-anak dirumah, kerena sangat bising suara di dalam telepon saya tidak leluasa berbicara.

Kemudian saya menghubungi ibu di Wonorejo Lumajang untuk memberitahukan jikalau besok tanggal satu saya akan kirim uang ke ibu.

Perut kembali lapar, makan nasi dengan ikan yang direbus dengan bumbu mie goreng.
Jam 23.30 menaikan motor kedalam lobby kantor.
Jam 22.40 bertandang ke ruang pak Kuat yang masih dikantor, berbincang-bincang mengenai masa depan kantor, hendak dibawa kemana perannya, pak Kuat mengidolakan bagaimana jikalau kantor ini berdisiplin pada penelitian, kemudian dilemparkan ke sektor.
Masuk tidur jam 00.20

Tahlilan dirumah pak Parno

Minggu, 29 April 2007

Lari pagi, harus dilakukan walau waktunya sangat mepet, lari pagi bersama Fifi dan Ibunya, tetapi mereka akhirnya toh tertinggal juga.

Lari pagi kali ini sangat tidak enak sebab debu berhamburan dikemas dalam gelap meremang dipagi hari.

Kendaraan ada saja yang lewat dan jalan lintasan berlari yang mulai rusak, inipun ditimbun dengan tanah bercampur batu, kemudian mengering dan dilewati kendaraan tinggal debu yang beterbangan.

Saya sangat terganggu dengan siatuasi sedemikian, saya balik, tepat jam 05.40 memasuki rumah dan bersiap hendak kepasar, ke pasar Cileungsi bersama ibunya dan Fifi, bermotor ditempat lari tadinya.

Yang saya beli adalah, Tomat 2 Kg harganya agak tinggi, tapi masih dapat Rp 3 500,- se kg nya, wortel. Buncis kentang jambu 2,5 kg Rp 5000.- tauge dan Kikil sapi seharga Rp 27 000,- satu kaki sapi.


Sesampai dirumah adalah membersihkan kikil dan dimasak dalam Steammer, alat masak uap, dan saya tinggal cuci baju, kemudian masih berkeringat banyak mandi dan setelah itu shalat Dhluha, makan pagi dan tidur lagi.

Siang hari menjelang Ashar, cukur rambut, dikerjakan oleh istri, rambut saya yang mulai memanjang dan berwarna ke abu-abuan itu dipotong, sedang dalam taraf pemotongan separuhnya, fifi menangis minta ditemani ibunya dalam tidur siang itu.

Cukur dilanjutkan setelah ia tenang lagi.

Malam harinya tahlilan dirumahnya pak Parno, se RT juga untuk 40 hari mertuanya yang meninggal. Kalai ini yang memimpin doa pak Syarif.

Fifi ikut juga acara tahlil, dia berjalan hilir mudik diantara orang-orang yang ngaji seghingga saya perlu memberi peringatan dengan cubitan kecil di kakinya, agar tenang ada orang ngaji.

Pak Kisdi Tetangga, Koma

Sabtu, 28 April 2007


Sabtu Malam sehabis shalat Isya, menghadiri undangan tahlilan dari pak Rudy se RT di rumah, saat itu saya mempersiapkan diri untuk makan malam setelah habis shalat mahgrib, sudah duduk didepan TV sambil melihat tayangan sinetron Intan, tiba-tiba pintu diketok, dari balik bayangan kaca saya melihat sosok pak Rudy se RT yang berdiri, saya persilahkan masuk, dan kemudian pak Rudy menyampaikan maksudnya untuk mengundang malam ini pembacaan tahlil buat setahun kakak iparnya yang meninggal.

Saya menyanggupi dan setelah ia pulang kembali saya melanjutkan persiapan makan malam dengan anak-anak, hidangan bandeng bakar, dari tadi pagi masih berlanjut.

Saya berangkat ke tempat tahlilan bersama Fifi. Fifinya semngat ikut. Sewaktu acara tahlilan akan dimulai dan rekan-rekan se RT mulai berdatangan asap rokok pun ditebarkan, sebab yang merokok banyak sekali, sampai-sampai acara diundur biar asap rokoknya berhenti dikepulkan.

Acara tahlil saya pimpin dengan kehatia- hatian jangan sampai menimbulkan kemusyikan pada Allah SWT.

Informasi tambahan, pak Kisdi yang orang BAKN sekarang sedang koma sebab tadi pagi dia jatuh dari motor dengan sebab apa, banyak yang tidak tahu, titik jatuhnya ditempat saya menerobok kijang angkutan kayu hari Selasa dua minggu yang lalu.

shalat tahajud dikantor

Jumat, 27 April 2007


Jam 03.00 Hp yang saya letakan dikepala berbunyi membangunkan saya untuk mengerjakan shalat tahajud, tetapi kelelahan juga yang saya minta untuk tidur lagi beberapa menit, terbangun lagi sekitar jam 03.45 secepatnya bangun dan langsung minum dan makan kue tanggo, faver, tanggo ini yang menyebabkan tenggorokan saya sedikit terasa dan merangsang batuk.

Sebelum saya mengerjakan shalat Tahajud saya sempat menyeduh mie tanpa bumbu, dan diletakan diatas mangkok, akan dimakan setelah shalat.

Setelah mengerjakan shalat tahajud lantas menyantap mie
Kemudian melanjutkan pengerjaan leaf let Jepara, sampai dicetak halaman depan begitu akan mencetak halaman dalamnya mesin printernya yang ngadat.

Shubuh datang, secepatnya mengerjakan shalat, setelah itu menanak nasi di ricecocers, beras yang ditanak sebanyak tiga gengaman tangan, saya kembali ke ruang komputer untuk mencari penyebab mengapa printernya ngadat.

Sejurus kemudian saya mendengar klek isyarat jikalau ricecocer itu sudah selesai tugasnya.

Saya langsung makan nasi hangat dengan lauk rempeyek kacang ijo sisa semalam, ditambahi dengan kecap.

Nasi sebanyak satu mangkok itu habis juga.

Badan sudah siap bekerja lagi, untungnya adalah mencapai tempat kerja sejauh nol kilometer.

Jam 06.30 saya turun mengeluarkan sepeda motor supaya jangan kedahuluan dengan datangnya para pegawai.

Kemudian mandi dan mengerjakan shalat dlhuha.

Kepasar dilingkungan kompleks perumahan, dan membeli sayur soup dengan menambah tomat sebutir dan menukar kol dengan tauge, kemudian sesampainya kembali kekantor, diblender dan langsung diperas dan diminum.

Sehabis shalat jumat, menyempatkan diri ke Carefure untuk membeli, makanan anak-anak, biskuat bunder dikemas panjang 4 bungkus, top besar bersalut coklat enak, yang lagi promosi turun harga 5 bungkus, dibeli lima sebab perhitungannya Fifi, Yasin, Astari, Tyas dan Mamanya dapat semua.
Pepsodent pasta gigi, betadine kumur ukuran kecil, gula pasir 2 kg, Bandeng besar berat 1100 gram, tumben dapat bandeng sebesar ini, beli walau harganya jadi membesar.

Sesampai dikantor langsung mengerjakan pekerjaan evaluasi sebab pekerjaan ini banyak sekali.

Pulang kantor jam 21.00.

Perjalanan malam sehingga pulang sangat hati-hati.

Sesampainya dirumah betul juga kue enak Top yang diperebutkan terlebih dahulu, pokoknya enak. Ribut- ribut anak sendiri.

Nginap di Kantor

Kamis, 26 April 2007

Kekantor, dengan persiapan akan menginap dikantor, sehingga pagi ini sudah menyiapkan baju yang akan dikenakan besok pagi jumat.

Sesampai dikantor, menggarap leaftlet yang gagal hari Selasa kemaren, sekarang komputer di akali sepotong kemudian di simpan.

Mau masuk kemudian di simpan, dan sepotong disempurnakan dihalaman baru.

Akhirnya banyak halaman yang harus dibuat untuk menduplikasi gambar, tetapi syukur Alhamdulillah bisa terwujud.

Sehabis shalat ashar mencari dedaunan untuk di jus, terkumpul daun sambi roto, daun jeruk, daun pohon asam, daun pepaya, daun saga daun mengkudu.

Akan dibuat minuman menjelang buka puasa.

Buka puasa dengan minuman jus daun, mengkudu, asem, saga, sirih, raja pahit sambiroto, daun pepaya, diblender jadi gelas besar dan diminum, pengaruh capek badan mendadak hilang.

Sewaktu akan mengambil air wudhu untuk shalat maghrib, terdengar suara tangis dari kamar mandi yang diperuntukan bagi pegawai wanita, ternyata yang menangis adalah nike, sarjana rekrutan baru kantor dan mulai beberapa bulan ini terlibat dalam kegiatan kantor, hanya ia dari sub bagian Kajian dan Diseminisasi dan Informasi.

Ia terlihat menangis dikamar mandi disertai dengan teman wanitanya sesama rekrutan sarjana baru, Cuma agak lamahan sedikit dari yang menangis, ia terlihat berusaha memijat segala badan sigadis yang menangis, keluhan sigadis badanya sangat dingin, ia terlihat menggigil.

Kemudian terlihat ia dibopong memasuki ruangan untuk duduk di sofa dan tetap menggigil kedinginan disertai menangis.

Saya dengan pak Daman dengan Ajie berjamaah mengerjakan shalat Maghrib, setelah shalat saya melihat sudah banyak orang yang menolong, ada pak Budi, pak Edi, pak Imam, pak Charles, pak Daman, Ajie, dan terlihat pak Edi berusaha menyadarkan si gadis yang sekarang telah pingsan, kemudian terlihat badan sigadis merenggang dan bergetar.

Kemudian ia berteriak sekuat-kuatnya, saya tidak memandang bahwa itu ada roh yang masuk, tetapi saya berfikir mekanisme tubuh manusia bahwa ia menahan dingin sehingga ia harus mengerahkan tenaganya dan berteriak.

Hanya saja menjadi pikiran mengapa ia terkenan serangan dingin.

Ia masih begetar dan terlihat pak Edi kecapean mendampingi si gadis yang pingsan sambil mengurut kening dan tengkuk si gadis ia berteriak juga menyebut asmah Allah.

Ia minta diganti dan saya yang mengganti, tetapi saya berbisik nama-nama Allah saja selayaknya didengar dari jarak dekat.

Sejurus kemudian saya bangun dan diganti dengan pak iman, kemudian terlihat ia pingsan lagi dan setelah itu sadar.

Semua lega melihat dia sadar kembali, kemudian saya tinggal memasuki ruangan kerja untuk melanjutkan pekerjaan leaflet Jepara.

Jam 19.30 nasi dengan lauk lele goreng datang dan langsung makan, sebab memang lapar sebab seharian telah mengerjakan puasa.

Kemudian terdengar ada suara baru, ternyata ayahnya Nike si gadis yang kesurupan itu dan sekarang sudah sadar, datang, ternyata lagi umurnya sama dengan saya, usia 51 juga, dan ia kerja di Departemen PU yang sama hanya beda direktorat, ia di direktorat Sumber Daya Air.

Kemudian sekitar jam 20.30 pak Budi minta diadakan pembahasan rapat Diggest Investasi Prasarana Sarana ke PU an di setiap Propinsi, rapat pembahasan diikuti empat orang yaitu, saya, pak budi, ajie dan andi.


Rapat bisa menyimpulkan kegiatan tahun 2008 dalam rangka memberi peluang investor menanamkan investasinya di bidang ke PU an, untuk itu diperlukan dana 15 milyard untuk membuat peta peluang investasi seluruh wilayah Indonesia dan kondisi sosek masyarakat untuk menyongsong investasi ke PU an.


Jam 22.30 rapat selesai, kemudian saya melanjutkan pengerjaan leaftlet Jepara, sebelumnya sempat membantu pak Daman untuk merumuskan laporan- laporan bulanan yang berkaitan dengan Evaluasi dan Monitorting.

Jam 24.00 saya turun bertiga ( saya, Pak Daman dan Aksan ) ke bawah untuk menaikan motor ke lobby kantor, kemudian naik lagi, Aksan juga menaikan motornya ke lobby, setelah itu terlihat pak Daman kembali kearah Flat untuk tidur di flatnya pak Budi, sedangkan saya dan Akhsan naik lagi kelantai tiga untuk selanjutnya saya mulai tidur di ruang musholah.

Akhsan malahan kembali keruang kerjanya untuk mengerjakan leaflet juga.