Minggu, 1 Juli
2012/4-30
05.00 setelah
shalat shubuh berangkat kepasar sebab hari ini akan diselenggarakan gerak jalan santai se RW dan pertandingan
sepak bola lapangan kecil ibu- ibu antar RT.
Memang udara gelap dan dingin pagi ini membuat cepat lapar, sembrurat awan merah di ufuk timur juga ngak nampak, memikirkan sesuatu yang bisa dimakan dengan cepat, apa ya, makanan yang paling murah dan efisien adalah tape singkong, cukup dua ribu rupiah sudah bisa dimakan berdua dengan istri dan masih terlebih untuk dibawa pulang, untuk siapa saja anak-anak dirumah kalau mau.
Memang udara gelap dan dingin pagi ini membuat cepat lapar, sembrurat awan merah di ufuk timur juga ngak nampak, memikirkan sesuatu yang bisa dimakan dengan cepat, apa ya, makanan yang paling murah dan efisien adalah tape singkong, cukup dua ribu rupiah sudah bisa dimakan berdua dengan istri dan masih terlebih untuk dibawa pulang, untuk siapa saja anak-anak dirumah kalau mau.
Pasar itu
berhiaskan lampu dengan kabel yang tidak teratur.
Sayuran utama
wortel, terong, sawi keriting dan sawi hijau, buncis, tomat, tempe yang
dipotong kecil untuk orek tempe, ikan lele, kacang hijau, kacang kedelai,
kacang tolo, sudah terbeli
06.45 sudah di
rumah
07.00 sudah
berada dilapangan berbaur dengan banyak warga untuk persiapan jalan santai
pagi.
Mentari pagi mengiringi keceriaan pagi di kompleks
perumahan puri Cileungsi Gandoang Bogor
07.30 mulai
berjalan, ada yang berkelompok dan saya berdua dengan istri, sementara Yasin
dan Fifi yang juga ikut sudah berpencaran bersama temannya.
Persiapan gerak jalan
07.45 berjalan
melewati gang yang sempit dan berbelok melintasi jalanan bukan mobil dan
akhirnya tembus dijalan utama Grand Nusa Indah yang biasa digunakan jalan
bersama istri sore hari.
Jalan sempit diapit dua pagar tinggi
Route berliku keluar masuk perkampungan penduduk
memasuki jalan besar
Rombongan menyemut meniti jalur
Fifi mengikuti lomba menggambar
08.35 memasuki
garis finis
08.40 makan
hidangan sederhana yang disumbang dari 8 RT Puri Cileungsi berupa kacang rebus,
ubi rebus, keladi rebus, jagung rebus, singkong rebus dan pisang rebus.
Dari semua
makanan yang dihidangkan, yang paling habis terlebih dahulu adalah kacang
rebus, kemudian jagung rebus, kemudian pisang rebus, dan yang paling susah
habisnya adalah singkong rebus, ubi rebus dan keladi rebus.
08.45
tinggalkan lapangan untuk pulang dan mandi serta dilanjutkan mengerjakan shalat
dlhuha.
09.00 kembali
ke lapangan dengan ganti baju sebab badan sudah bersih sambil mengenakan topi
kulit bundar hitam.
Istri pun
demikian sudah berganti pakaian untuk seragam RT 05 berupa kaos atasan berwarna
hijau, berjilbab lengkap dan siap bermain bola.
Sementara itu
Fifi yang ikut lomba menggambar sudah duduk rapi dengan peralatan gambarnya.
Penarikan nomer
peserta gerak jalan dimulai, 256 nomernya Fifi mendapat door Prize berupa alat
cetakan penghias kue terbuat dari plastik.
dan 516 nomer
gerak jalan nya istri mendapat door prize berupa cleanwatercetle aluminium,
lumayan untuk membuat teh dirumah.
09.30
bertandingan bola dimulai RT05 melawan RT04, untuk sementara istri belum
diturunkan, terjadi perubahan susunan permainan saat kedudukan score dua- dua.
Istri di tunjuk
bermain sebagai penjaga gawang bola.
Sepak bola ibu-
ibu ini lebih banyak hiburannya dari pada seriusnya, sering terjadi bola yang
ada di kakinya ditendang, tapi bola ngak bergerak, sebab yang ditendang bidang
kosong, hal yang sedemikian yang sering menjadi tawa terhibur nya warga.
kedudukan
diakhiri dengan kemenangan RT 05 dengan kedudukan empat dua.
Tanpa banyak
ucap, langsung pulang sebab hari siang dan panas makanan belum tersaji di
rumah.
Masak
secepatnya, shalat dzuhur dan makan dan dilanjutkan istirahat.
Fifi yang selalu bersemangat menemani ibunya bermain bola
sdang menunggu jadwal bertanding berikutnya
13.00 mulai membuat jus sayur : mengkudu, wortel, terong, tomat, buncis; istri langsung minum dua gelas.
Istirahat
tidur.
14.00 membuat
teh jahe dan membangunkan istri untuk segera minum teh jahe hangat manis.
15.15 Shalat
Ashar
15.30
pertandingan di mulai antara RT 05 melawan RT 02
Istri
diturunkan sebagai penyerang sayap kanan.
Banyak
tendangan istri yang hampir masuk goal tetapi terhalang tiang.
kedudukan sama
kuat, lima - lima
Pada babak ke
dua istri dipasang sebagai penjaga gawang, pada kedudukan enam lima ini istri berhasil mematahkan
serangan lawan yang mencoba menyamai score enam- enam dengan melompat mengambil
bola dan langsung di buang ketengah lapangan.
Gagalnya bola
yang tertangkap oleh istri ini disambut dengan teriakan histeris kegembiraan
para ibu- ibu yang melihat nyaris bahaya yang tak sanggup terelakan, sebab bola
yang ditendang melambung keatas dan masuk ke gawang melalui atas sangat sukar
di antisipasi oleh ibu- ibu yang memang bukan pemain bola.
Dan ke gembiraan
pun pecah saat peluit panjang tanda berakhirnya pertandingan bola ibu- ibu
babak semi final ini dengan score enam lima untuk kemenangan RT 05.
Sebab ada
sebagian ibu- ibu yang tidak percaya jikalau bisa masuk final mengingat
musuhnya sangat kuat.
Pertandingan
final ini tidak seberat semifinalnya, sebab
musuh yang dihadapi tidaklah seberat semifinal, dengan banyak bermain
membuang bola keluar lapangan, akhirnya pluit panjang tanda berhentinya
pertandingan ditiup, kedudukan empat dua untuk kemenangan RT05 sebagai juara
sepak bola ibu- ibu lingkungan RW08 Kelurahan Gandoang, Kecamatan Cileungsi,
Kabupaten Bogor.
Acara pemberian
hadiah berupa satu does supermie untuk juara satu dua tiga empat dan tambahan
mug cangkir keramik polos putih, langsung pulang sebab langit semakin redup.
Selangkah
sebelum masuk rumah terdengar Adzan Maghrib dikumandangkan.
03.12 terbangun
untuk persiapan makan sahur dan shalat tahajud, sebab hari ini adalah puasa
sunah terakhir sebelum menjumpai nifsu syaban di hari Rabu lusa.
08.50 Tiba
waktunya untuk mengurus pengiriman uangnya Tyas, Aswan, ibu di Wonorejo dan Pak
Lik Bambang di Tempeh Lumajang.
09.00 bermotor
dengan istri melintas di jalan Mampir yang rusak, kering, berdebu, bergelombang
dalam, saya yakin kalau musim hujan jalan ini tergenang air sedalam 80 cm lebih
kurangnya, kerena saat melintas pagi ini, jalanan yang hancur itu dilewati
motor seperti naik jungkit- jungkitan.
Tiba di BTPN
Cileungsi sekitar jam 10.00 dan dapat giliran no 49, kerena saat ini nomer yang
dipanggil adalah 39, istri merasa malas untuk meninggalkan ruangan
Sempat
bersilaturahmi dengan bapak pensiunan Kementerian Agama Cianjur, yang rumahnya
di Tanjung Ria, sebelah timurnya kecamatan Cariu, menjumpai para pensiunan itu
ada rasa aneh, kurang bersahabat nadanya, bisa dibawa kerena penyakit diusia
lanjutnya, atau dibawa perasaan masih berkuasa selama bekerja dulunya.
Tiba-tiba ada
SMS dari Tyas bahwa semua syaraf lidahnya kaku, saya langsung berubah sedih,
membayangkan sakit di sinus hidungnya, dipakai makan sedikit semua giginya
sakit.
Ternyata di
ruang sekecil Bank Cabang Pembantu ini banyak pensiunan yang sudah berdatangan,
saya tidak tahu apakah dia menanggung anak sakit juga.
10.30 akhirnya
nomer 49 yang saya pegang dipanggilnya.
10.35
meninggalkan BTPN CP Cileungsi
10.36 motor
dihidupkan dan menuju langkah berikutnya yaitu Bank Mandiri Cileungsi, amboi
antriannya sangat banyak.
10.35 Bank
Muamalat untuk sodaqoh yatim dan pendidikan pesantrennya di NTT- TTS
10.56 masuk
Bank Mandiri Cab Kranggan
untuk kirim
uang ke Tyas di Denpasar Bali dan Aswan
di Makassar.
Disini antrian
berdiri, dapat di giliran badan ke 17, tapi dilayani 3 teller, agak cepat.
11.15 Kantor
pos Cileungsi, wah antrian di bagian wesel sangat banyak
Keluar lagi
dari kantor pos Cileungsi dan bermotor lagi dengan istri dalam cuaca terik matahari menuju Cibubur.
11.56 saat
adzan Dzuhur dikumandangkan baru memasuki kantor pos cabang pembantu di jalan
lapangan tembak Cibubur, salah seorang pegawai kantor pos yang biasa berjumpa
dan bisa di sebut yang paling bersahabat terlihat di depan pintu untuk bersiap
melangkah keluar menuju masjid Sirajul haq di jalan lapangan tembak.
saya dapat
antrian ke tiga, untuk pengiriman wesel ke ibunda di Wonorejo dan paklik
Bambang di Tempeh Lumajang
12.15 keluar
dari kantor pos menuju masjid untuk mengerjakan shalat dzuhur, terlihat istri
tertidur sambil terduduk.
12.45 masuk
bengkel yang ada di depan masjid Sirajul Haq untuk mengganti rantai sepeda
motor yang sudah menipis.
13.30 saat
bermotor menuju pulang dari Cibubur, motor jalan nya enak, tidak lagi batuk-
batuk setelah diganti satu set rantainya.
14.00 di pasar
Cileungsi istri minta berhenti untuk membelikan baju putih sekolah tiga anak,
Astari, Yasin dan Fifi.
14.39 masuk
rumah dengan kelelahan luar biasa, sebab melaksanakan puasa sunnah.
Selasa, 3 Juli
2012/5
11.53 di
kantornya pak Wayan
pengusaha AC,
asal Gianyar Peliatan, gara2 dapat PMDK UI 1990 keterusan kerja di Jakarta dan
sekarang jadi Direktur PT Line Solusi Pratama, Kirana Bisnis Park DI Panjaitan
48 Cawang.
11.32 diajak
melihat perluasan kantor di lantai empat, saya melihat keraguan konstruksi
bisnis properti, sebb ktnya bisa.
Kontrak lelang
banyak disiapkan, kantor kecil cukup efisien.
11.56 adzan
Dzuhur, shalat di lantai tiga, sebab ada musholah.
12.30 makan
siang nasi padang, perkedel dan rendang, istri dan Fifi yang dilantai bawah
dapat bagian juga.
Berdua puluh karyawan.
Hubungan erat
dengan karyawan
13.00 saat
pulang, berjalan bertiga dengan Istri dan Fifi meninggalkan kompleks
perkantoran Kirana Bisnis Park.
Motor yang
diparkir agak jauh sudah menunggu, bermotor bertiga melintasi terowongan
underpass Cawang, motor berjalan lancar saja, malahan cenderung kencang,
setibanya di perempatan Celilitan, belok kiri menuju jalan Celilitan Besar.
Hari Sabtu
kemaren saat melintas disini, macetnya bukan main, dan sekarang cukup
sepi.
13.56 Di
Kecamatan Makasar Jakarta Timur, tiba- tiba saja motor mati.
Mendorong motor
sementara istri dan Fifi berjalan mengiringi, panas yang terik ini membuat baju
basah kuyup.
Melewati
tikungan dimana hari Sabtu kemaren sepulang dari Popti sempat lengan kanan di
senggol taksi, tikungan itu dekat dengan penjual Batagor dan siomay yang paling
enak sedunia.
Ada jalanan
mendaki dan terasa berat motor ini.
Saat berdiri
didepan bengkel sambil melepas kelelahan yang menyelimuti, sampai tangan kanan
gemetar menahan capek, tiba- tiba salah seorang montir bengkel itu berbisik,
" lagi penuh langganan pak, takutnya ngak tertangani nanti " memang
saya melihat sendiri sebegitu banyaknya orang dengan motornya menunggu kapan
dikerjakan.
Dorong lagi,
sekarang memasuki gang yang menghubungkan Pinang Ranti dengan Taman Mini,
kebetulan jalanan menurun sehingga motor dinaiki sementara Fifinya ada
digoncengan.
Dorong terus sambil menyebut Maha Besar Nya Allah SWT,
perempatan di Taman Mini dan pondok Gede yang selalu ramai itu sudah di lewati.
Mendekati Taman Mini sepanjang jalan berjejer pedagang es
pisang hijau dalam kemasan gelas, es ini paling enak dimakan di piring atau
mangkok lebar dengan satu pisang, tetapi yang ada adalah pisang hijau dikemas
di gelas plastik.
14.30 Saat melintas didepan padepokan pencak silat di Taman Mini
Indonesia, ada seorang yang menghampiri, berbadan gemuk dan berusia diatas
empat puluh tahunan ia menawarkan diri untuk mendorong motor saya sampai ketemu
bengkel.
“ Wah bengkelnya jauh di Cijantung ! ” kataku, “ tidak
mengapa “ katanya.
Akhirnya motor didorong sementara Fifi dan istri ikut
digoncengannya.
Motor didorong dari belakang sementara saya memegang kemudi,
seperti mengendari sesuatu mainan saja, memang betul motor ini tak lebih barang
mainan kalau sudah mesinnya tak berfungsi.
Setibanya di terowongan Taman Mini saat berhenti kerena
lampu merah, ia masih ingin mendorong hingga Cijantung.
Memasuki depan Rumah Sakit Pasar Rebo, terlihat dari jauh
para polisi lalu lintas yang sedang melakukan razia ketertiban sepeda motor.
Saya minta turun untuk mendorong motor, setelah melewati
polisi tadi motor dinaiki lagi dan dorong kembali, jumpa pertigaan langsung
belok kiri memasuki jalan Kesehatan, dan berhenti di depan bengkel.
Hanya ucap terima kasih dan keramahan saja yang bisa di
lontarkan, sebab sangat sulit untuk berjumpa.
Akhirnya orang itu berangkat kembali dengan motornya, entah
kemana hendak dituju.
Dengan pemilik bengkel yang biasa menangani motor ini,
langsung mesin di buka dan terlihat didalam banyak bagian mesin yang patah.
Mempertimbangkan kerusakan ini maka motor di tinggalkan
saja, sementara saya istri dan Fifi pulang.
Rabu, 4 Juli 2012/5
Pagi belum terlihat, gelap masih menyelimuti, setelah shalat
shubuh dan membaca Al – Quran berlari bersama istri untuk menjaga stamina.
Berlari dan dilanjutkan dengan berjalan hingga ke Grand Nusa
Indah, melihat kembali tapak bekas gerak jalan hari minggu kemaren.
Masuk rumah saat Matahari dalam waktu Dlhuha, ya mengapa
tidak mandi dan terus shalat.
Senjah hari menjelang maghrib, dirumah sudah bergegas menuju
musholah sebab malam ini adalah malam nisfu syaban, berarti 15 hari lagi akan
masuk puasa Ramadhan.
Tahun - tahun sebelumnya nisfu syaban dikerjakan dirumah
mengingat di masjid banyak di lakukan bid'ah, dan malam inipun terkena lagi,
Bid'ah itu berupa shalat Tahmid, seharusnya shalat ini harus
dikerjakan sendirian, tidak boleh berjamaah, masjid kecil ini melakukan
berjamaah,
Keras kepalanya si imam terlihat dari wajahnya dan isi
perutnya, hindari, akhirnya setelah berakhir shalat Isya, shalat sunnah dua
rakaat dan pulang, sebab si imam akan melakukan shalat tasbih berjamaah.
Setibanya di rumah langsung membaca Yasinan lagi tiga kali
dan doa nisfu syaban.
Kamis, 5 Juli 2012/5
Terbangun jam 02.40 diperut terasa ngak enak, mencoba mengingat habis makan apa ya kemarennya.
07.00 mem blender jus sayur untuk menjaga stamina :
mengkudu, wortel, sawi, ketimun, nenas.
08.30 berjalan kaki menuju jalan raya
09.00 terminal Cileungsi
09.45 teminal Kampung Rambutan
09.50 menyusuri jalan Kampung Rambutan untuk memotong hingga
jumpa jalan baru.
Jalanan sempit sehingga cukup hati- hati berjalan.
Saat baru melangkah keluar dari Terminal Kampung Rambutan,
gang- gang sempit itu sekarang sudah banyak di barisi dengan pedagang nasi
dengan segala macam lauknya.
Berjalan di sepanjang jalan besar dari jalan Baru lurus ke
selatan.
Jalan ini penuh berbaris dengan pedagang nasi berbagai type
masakan,
Didepan RSD Pasar Rabu masih terdapat polisi yang melakukan
penertiban, hampir tiada hari tanpa polisi.
Saat sampai titik berbelok kekiri di ujung ketemunya jalan Kesehatan dan jalan
Simatupang, saya bilang dengan istri sampailah sudah walau harus berjalan lagi
beberapa meter.
10.05 tiba di bengkel
Saat motor mau diserahkan, motor tidak mau hidup mesinnya, berkali- kali di usahakan hidup oleh pemilik bengkel, tapi gagal. Saya membuka ceritra sedikit bagaimana prosedure menghidupkan motor ini, cepat dia menyimpulkan berarti dukungan akki yang lemah, ia membuka tempat duduk motor salah satu langganan, dan mencopot akkinya dan di pancingkan ke motor saya, motor mau hidup.
Dilanjutkan dengan proses pembayaran, kemudian dia minta
maaf sebab habis menjatuhkan helm saya semalam hingga pecah sambil menyerahkan
helm nya sendiri untuk saya gunakan.
11.30 di Bank Muamalat Cijantung Jakarta Timur, menyantuni Yatim NTT-TTS sebagai bentuk rasa syukur motor sudah bisa di bawa pulang, tidak usah berharap lebih.
Yang penting kerjakan semua kebaikan, bentuk jiwa mendekat
kepada Khalik
12.17 mengerjakan shalat Dzuhur dimasjid Ibadur Rahman
Kelapa Dua Wetan Jakarta Timur
13.12 ban belakang kempes, awalnya saya merasakan kok aneh saat mengemudi sekeluarnya dari masjid Ibadur Rahman, setelah mendorong 900 m ada tukang tambal ban yang lagi makan nasi bungkus, tunggu selesainya makan, baru ban motor dikerjain.
14.30 masuk rumah lelahnya bukan main
di tambah lapar, sehingga sewaktu istri menghidangkan kepala
- kepala ikan lele ya sikat saja ditambahi sayur sawi hijau, kepala- kepala ini
akibat di goreng e e e copot kepalanya.
Tulang kepala yang tak tergigit dimakan habis dengan kucing
rumah si bontek.
Jumat, 6 Juli 2012/5
10.00 di jalan raya Gandoang Cileungsi depan Taman Buah
Mekarsari, jalanan cenderung sepi, persiapan Jumatan.
10.50 tiba di Bank BTPN KCPembantu Cileungsi, tidak ada yang
antri, langsung ke kasir.
10.56 bermotor perlahan di depan pertokoan Kenari Cileungsi
sebab istri hendak membeli Telephon rumah, harga yang ditawarkan cukup tinggi,
sehingga pindah toko, telephon rumah sudah mulai sedikit penjualnya sebab
tersaingi dengan keberadaan hP.
11.00 Bank Muamalat
15.00 SMS masuk Tyas nya opname di Rumah Sakit Sanglah
Denpasar
Kalau anak masuk rumah sakit apalagi jauh jaraknya, hati
orang tua mana yang tak akan gundah.
Sabtu, 7 Juli 2012/5
01.11 terbangun ingat jikalau tiba giliran untuk ronda lingkungan, istri ikut terbangun untuk menyiapkan teh jahe hambar hangat kerena tidak ada kue yang dimakan maka tahu kuning di goreng singkat pun jadi.
01.30 melangkah
keluar melawan dingin diluar ditunggu oleh dua orang se RT, keliling perumahan.
03.00 saat
masuk rumah dikeluhkan istri jikalau kucing bontek muntah di dua tempat.
03.15 persiapan
ngepel muntahan kucing
03.30 shalat
tahajudan mengingat Tyas di rawat di RSUP Sanglah menjalani transfusi.
07.30 rumah diketok ternyata pak Budi menarik iuran untuk merayakan tujubelas agustusan hari kemerdekaan tingkat RT yang di ajukan jadwalnya yaitu hari ini, saat itu istri sudah menangis sebab Tyasnya sendirian di rumah sakit Denpasar, akhirnya saat ini juga saya putuskan untuk berangkat ke Denpasar.
.45 diantar pak Budi warga RT menuju ke terminal Cileungsi.
Mencari bus
yang langsung Cileungsi Bandar Udara sesuai promosinya di perempatan, setelah
bertanya berkali- kali baru ketemu dimana bus berhenti menunggu penumpang,
ternyata berangkatnya jam 09.00
09.07 masuk bus Bandara di kampung Rambutan
09.15 Damri Bandara berangkat dari Kampung Rambutan, dengan 20 orang penumpang, bus terlihat kosong.
Jakarta pagi
ini lancar sekali, tidak menjumpai kemacetan yang menghawatirkan, bangunan -
bangunan tinggi bermunculan di cakrawala Jakarta.
09.30 saat
kondektur bus itu memungut biaya bus ia bertanya pada saya naik pesawat apa
pak, saya tersenyum belum punya tiket, tapi tujuannya Denpasar, kalau gitu
turun di terminal tiga pak, ya tidak apa- apa jawabku membenarkan.
Saat itu
jalanan kota Jakarta sangat lancar, sehingga perjalanan ke Bandara tidak ada
aral melintang, akhirnya tertidur.
10.08 tiba di tool gate Cengkareng. Bus bandara dari Kampung Rambutan itu berjalan terus menuju ke terminal 3.
10.15 terminal
3, di terminal ini dilakukan penerbangan khusus Mandala, Airasia dan Lionair
jurusan Jakarta- Denpasar, Jakarta- Kualalumpur, Jakarta- Hanoi, Jakarta -
Singapura.
Tiket ke
Denpasar tidak didapat di terminal ini
10.37 pindah terminal, gagal juga, dijelaskan petugas tiket kembali aja ke terminal tiga pak masih ada tiket.
11.00 Sewaktu
diatas sutlebus yang mengantar ke terminal tiga, didalam bus masih ada
penumpang kebangsaan Indonesia, suami istri dan anak lakinya udah besar sekitar
klas enam SD, mereka turun di terminal Internasional, ternyata mau ke Jeddah
Arabsaudia, wah ini yang saya kagumi, sebab lama sekali saya berkeinginan pergi
ke Arabsaudia dengan penerbangan murah, dan dari Kingabdulazis naik bus menuju
Makkah, ambil Mikot, langsung umroh, atau tinggal disana setahun hingga tiga
tahun, bekerja di sektor konstruksi atau arsitektur, atau di bidang kebijakan
infrastruktur, atau urbanmanagement, sesaat perhatian melayang dan baru sadar
jikalau sudah tiba di terminal tiga.
11.20 akhirnya di terminal tiga dapat tiket penerbangan pesawat Lionair 17.55 FLT JT026 tiba di Denpasar 20.45
11.30 shalat
dua rakaat bersyukur dapat tiket ke Denpasar mengingat kepadatan penerbangan di
musim liburan ini.
Senang melihat
manusia yang memiliki kemampuan untuk terbang, entahlah, yang jelas saya tidak
ada apa- apa nya.
Bertahan terus di musholah sambil membaca Al-Quran ayat Al-Imran.
terdengar orang
memasuki musholah ternyata sudah Dzuhur (
12.00 ) langsung shalat berjamaah, setelah itu duduk di bangku luar
untuk makan siang, ternyata sudah banyak wajah- wajah asing yang baru turun dari
pesawat ternyata orang Malaysia tetapi dari etnis keturunan India, wajahnya
tidak cantik, kalau di Indonesia tergolong jelek.
Kalau di Bali ini tergolong keluarga Rahwana atau keluarga Astina, hitam, keriting, besar, berbibir tebal dan lebar, ada sedikit wajah sinis jikalau melihat orang Indonesia, saya sudah membayangkan betapa kejamnya orang ini kalau di negerinya, dan mempunyai pembantu rumah tangga yang orang Indonesia.
Pasti bisa diperkirakan rumah itu berubah menjadi rumah hantu.
Tapi mengapa membayangkan
pembantu, bagaimana kalau yang datang ini teman bisnismu, sebab dia juga
manusia yang membutuhkan kehidupan, ya harus hati- hati.
Dari garis
wajahnya ia cenderung susah dipercaya, tapi ia menuntut kejujuran dari kita,
ini yang bahaya, angapannya dia bisa mempengaruhi kita.
Ada yang baik dari orang ini, jangan dijadikan ia orang berposisi puncak, jadikan ia explorasi, ia akan bekerja dengan ketekunan tinggi mencapai sesuatu yang masih sumir sifatnya.
Satu sendok
nasi dimakan dengan lauk tahu dan kecap, lha kecap ini, adalah sesuatu yang
tidak sengaja dibawa, kecap itu selalu didalam tas, barangkali aja dalam
perjalanan menjumpai makanan yang kurang selera, ya dikecapin aja.
Ternyata masih ada dua barang yang kurang perhatian mengapa tidak diturunkan saja di rumah tadi, barang itu adalah tang putih kecil pembuka kunci stater motor dan cutter kecil sewaktu dibeli di Ketapang saat malam Idul Kurban kemaren di Ketapang untuk mengupas pepaya, buka puasa dengan pepaya, tapi mengingat sifat berangkatnya yang cenderung tergesa, sebab keputusan berangkat itu setelah shalat dlhuha jam tuju pagi tadi, langsung masukan keperluan harian seperti sarung, handuk, sikat gigi dan lain-lainnya.
Sebab saya duduk dibangku sisi musholah, dan memang sekarang ini waktunya shalat dzhuhur, maka banyak para penumpang yang sholat.
Seorang bapak
tua pensiunan unilever, mengantar kakaknya, seorang bapak yang lebih tua dua tahun darinya, yang hendak
sholat.
Saya juga lagi
makan siang dari tempat nasi nya Fifi yang kecil tapi ngak abis- abis isinya
ini, ternyata sang kakak itu hendak ke Bangkok, Thailand, he he pikirku, sebab
hal ini menarik.
Tapi keinginan
tahu ini tak terpenuhi, sebab ia sangat sempit waktu untuk secepatnya boarding,
pesawatnya sudah ada.
Makan siang
habis ( 12.30 ) dan saya harus mencari tempat sampah, sebab plastik pembungkus
tahu gorengan mama itu harus dibuang.
Berjalan
dilorong panjang, rupanya ini lorong kedatangan penumpang, kalau keberangkatan
saya harus naik keatas.
Duduk lama dan
bersilaturahmi di anjungan Bank Mandiri bagian penukaran uang asing, duduk disini dengan dua orang pegawai khusus
hari libur lelaki muda usia sekitar 25 th, dan beberapa kali minta tolong di
charger Hp Tiphon yang sangat cepat habis baterynya.
14.50 Lapor ke dua untuk minta bording pass.
14.55 minta
diri dari bank mandiri bagian money changer, berjalan menuju air minum yang
disediakan gratis.
15.00 mengisi
air minum yang sudah hampir habis di watermountain free,
15.20 saat melalui pemeriksaan detektor logam maka terlihat pisau kecil cutter di beli di Banyuwangi Ketapang waktu gagal menyebrang, disita dengan petugas, ya direlakan.
15.25 Shalat
Ashar didalam terminal keberangkatan.
17.05 saat
berjalan menuju toilet diujung, penumpang penerbangan lain sudah sepi, tinggal
lion saja yang ramai.
Udara sore
semakin redup, warna jingga sore hari menghiasi langit biru.
Saat matahari bundar dengan warna kuning kejinggan 17.45 diatas cakrawala landasan pacu lapangan terbang internasional Cengkareng Terminal 3, saat tidak lama lagi akan tenggelam, mulai memasuki pesawat Lionair JT026 tujuan Denpasar, pesawat boing penuh penumpang.
Sedikit sedih naik pesawat ini, keuntungan bersih pesawat ini lari ke Singapura sebagai pemilik modal, otomatis mesejahterakan negara tetangga.
Mencoba melihat
diluar dari jendela pesawat, hitam gelapnya malam saja yang mengiringi
penerbangan malam, titik titik lampu perkotaan
terlihat sepintas, dan saat gelap menghampar dibawah saya yakin
penerbangan sudah lepas dari Banyuwangi, dan kini diatas samudra luas selatan
pulau Bali, dari dalam pesawat sendiri diberitahu jikalau beberapa saat lagi
akan dilakukan pendaratan di bandara Ngurah Rai.
Pesawat semakin memendek dan tanggul terujung landasan sudah kelihatan di malam itu dan beberapa saat kemudian pesawat menginjak daratan dan dilakukan proses pengereman, pesawat tetap berjalan perlahan menuju terminal dan diatas pesawat penumpang mulai melepas sabuk pengaman.
Jam 20.53
pesawat mendarat di Ngurah Rai Denpasar Bali.
Kaki ini mulai menuruni anak tangga sambil menerima ucapan terima kasih dari pramugari, dan berjalan terus melewati sisi terminal yang sedang di konstruksi di bangun baru.
Ada sesuatu
arsitektur gagal dalam menampilkan Bali, sejak mendarat, selain aturan global
penerbangan selebihnya gagal suasana arsitektur nya, malahan terkesan belum
selesai dan kumuh.
Berjalan terus
melewati lorong panjang dengan penuhnya penumpang yang berdatangan maupun yang
berangkat malam itu, apa ya kok serasa ngak enak airport ini, padahal bertaraf
internasional, ya ada jawabannya, patahan, saat berbelok itu kesan manusia
umumnya akhir, tapi ini di belokan lagi, kemudian belok lagi, ketidak jelasan
ini yang mempertanyakan dimana kedudukan internasionalnya.
Seharusnya
lurus titik.
Berjalan terus, terlihat para rombongan touris asing yang akan meninggalkan Bali dengan banyak tas dan jinjingan yang dikumpulkan disudut ruang.
Saya tetap
berjalan terus mengikuti arus manusia yang keluar dari airport, saat itu
terpikirkan jikalau terjadi riot, kekacauan, akibat kebakaran atau terorisme,
airport ini sangat tidak efisien menyelamatkan manusia.
Tiba didepan toilet, buang air kecil dahulu, setelah itu berjalan di areal luar airport Ngurah Rai, dan ada beberapa orang jasa antar penumpang dengan ojeg menawarkan jasa, kerena tidak cocok harga akhirnya berhenti.
Tiba diujung
trotoar berhadapan langsung dengan banyak mobil, ada sebuah wajah dari kaca
mobil yang menawarkan jasa antarnya dari pada pulang ke Denpasar kosong,
okeylah saya setuju.
Bermobil menyusuri padatnya lalu lintas di jalan yang sempit, memasuki kawasan Kuta dan jalan lurus masuk kawasan Monang maning.
Memang harus
diakuhi bahwa Denpasar 1975 beda dengan Denpasar 2012, yang bertanggung jawab
adalah siapa yang mengijinkan, sebab dari dahulu itu Bali itu terkenal dengan
ketaatannya memegang kesepakatan yang dirumuskan dalam awig- awig, lho sekarang
kok begini.
Kelihatannya disini rakyat di sisihkan, bentuk ketaatan rakyat hanya diwujudkan dengan adanya Pacalang, keberadaan pacalang disudut kota mencerminkan rakyat taat hukum, hukum yang mana sementara penggunaan lahan tidak selaras dengan lebar jalan pencapaian.
Mengingat
kedudukan airport Ngurah Rai sangat penting maka diperlukan jalan besar utama
bebas hambatan dari Bali barat melipir masuk ke kawasan Kuta, dan dari Bali
timur masuk dari timur bandara.
Akhirnya perjalanan malam itu sampai di pertemuan enam jalan, belok kiri jumpa tembus ke jalan Diponegoro, Hassanudin, rumah dinas Gubernuran, Hayam Wuruk.
22.30 Tiba diujung jalan Anyelir, dan mulai membaca nomer rumah, untungnya kelompok rumahan disini disiplin memasang nomer rumah, akhirnya no 51 didapat rumahnya Ida Bagus Gde Yadnye, teman karib semasa kuliah dahulu.
22.35 Berdiri lama di depan pintu gerbang berpagar besi, ingin tertib, jikalau jarak rumah dan pagar sangat jauh terlindung di balik tembok, seharusnya penghuni rumah menyiapkan bel pintu pertanda ada orang ingin masuk, keniscayaan yang terjadi adalah rumah ini tidak menyiapkan bel pintu.
Anjing tetangga
sudah menyalak bising saat pagar besi pintu gerbang dipukul menghasilkan bunyi.
22.40 Terlihat ada seseorang datang dan ternyata Yadnye sendiri yang datang, kemudian berpelukan.
Langsung
digiring masuk melewati garage yang berfungsi Foyer untuk merubah orientasi,
bangunan yang banyak pepalihannya yang malahan menjadikan bangunan terlihat
kotor.
Melewati jalan
setapak menuju kamar sederhana, " Gong malam ini tidur disini ", saya
tidak menolak, memang berpisah sejak tahun 1984 sangat merindukan.
22.50 Dijamu minum teh hangat di Foyer halaman ternyata berdampingan dengan dapur.
22.56 Bermotor dengan Yadnye menuju pasar Kamboja, pasar aktif di malam hari, udara cukup dingin, dan kuliner yang dimakan adalah sate gule kambing.
Aroma sate
masih sama seperti tiga puluh tahun yang lalu dan mendapat nilai tuju tapi
gulainya hanya dapat nilai empat, lain kali tidak mau lagi, antara harga yang di minta engan rasa yag i berikan tidak seanding
Bermotor lagi
melintas jalan Hayam Wuruk, Sudirman, di jalan ini sempat melihat jalan yang
menghantar ke rumah di jalan sudirman satu nomer tujubelas, itu dahulu, tiga
puluh tahun lalu.
23.30 Melangkah berdua dengan Ida Bagus Gde Yadye dihalaman Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar, melintas pintu masuk yang malam itu dijaga beberapa Satpam.
Bank Darah diujung lorong panjang, mencoba
menyapaku ditengah malam dengan senyuman khasnya, disini tak beda jauh dengan
pelayanan bank darah di PMI Kramat Jakarta.
Beberapa kereta panjang berisi pasien yang tak berdaya memasuki rumah sakit dengan iringan beberapa anak dan istrinya, sunyi dihamparan gelap malam 22.45, akhirnya bangsal Gadung dijumpai dan kamar no satu, masuk sambil menyebut nama Tyas, yang bangun dari pembaringan seorang mahasiswi yang menemani Tyas tidur, pikirannya suara dokter yang mengontrol kesehatan pasien di tengah malam.
Tyas bangun
sambil bersungut- sungut tapi langsung gembira melihat ayahnya datang.
gani.phoea@yahoo.com
.sms0817344688
Minggu, 8 Juli
2012/5
01.00 Tengah
malam, tidak terlalu dingin, bermotor, membelah kota Denpasar diwaktu
malam dengan Ida Bagus Yadnya dari Rumah
Sakit Umum Pusat Sanglah menjenguk Tyas.
Belum
berkesempatan shalat maghrib dan Isya, dikerjakan setelah di rumah Yadnya.
Saat tidur
nyamuk datang berombongan tanpa undangan dan menyerang, terpaksa tutup semua
permukaan kulit dari serangan nyamuk.
Jam 03.00 keluar untuk mencari air wudlu untuk mengerjakan shalat tahajudan dalam perjalanan.
Gelap diluar
rumah dan rindangnya pepohonan yang ada dihalaman rumahnya Yadnya, diiringin
bertiupnya angin pagi hari yang dingin, saya seperti terlempar didunia jaman
dahulu Bali di tahun 1870.
Syukurnya saya
tidak perlu jauh- jauh kekamar mandi, sebab di depan kamar yang saya tiduri
terdapat kran air untuk menyiram halaman rumput dan tanaman, disana berwudlu
Shalat tahajud.
Tertidur lagi
05.30 terbangun untuk kerjakan shubuhan.
Tidak ada suara
adzhan terdengar, betapa sunyinya.
Mengaji
Al-Quran surah Al-Imran 149 - 200
Setelah itu
mencoba meraih Hp mengapa stroom nya ngak mau masuk sehingga betery Hp nol
jadinya.
Untungnya
membawa batery cadangan shg saat itu bisa kirim SMS ke Jakarta Cileungsi
menceritrakan keadaan saat ini.
07.00 Shalat
Dluha.
Kemudian
berjalan- jalan keluar halaman, jalan itu ternyata jalan mati, terbukti tidak
banyak kendaraan yang lewat, banyak kendaraan lewat sebatas ujung gang selebar
jalan ini 30 m kanan, tiba2 saja dari
kejauhan diujung jalan dipagi ini ada seseorang bermotor dengan putranya baru
pulang dari masjid, ternyata setelah di dekati dan salaman ia ceritra seperti
pernah melihat saya ditahun 1984, setelah diselusuri, ternyata ia adik ipar
dari mas Sutarman, yang rencananya sebentar siang rumahnya mas Sutarman akan di
datangi.
Ia masuk rumah
dan sibuk dengan urusan rumah tangga pagi itu.
persahabatan yang terjalin sejak 1974
semasa menikmati pendidikan di
Fak Teknik Arsitektur Univ Udayana Bali
08.00 istrinya
Ida Bagus Gde Yadye memberi isyarat jikalau sarapan sudah siap.
08.30 bermotor
goncengan dengan Gde Yadnye menuju Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar.
Turun dari
goncengan Yadnye di belokan jalan kekiri di samping jalan masuk parkiran,
Yadnye langsung memasuki jalan Buton, dan saya memasuki jalan Halmahera.
Ibu Pastike,
dosen sosiologi Fakultas Teknik Universitas Udayana tahun 1975, hari ini
terlihat di depan rumahnya di kompleks dosen Halmahera, dan dia masih ingat
wajah saya, ia memberi salam demikian pula saya membalasnya, suasana kompleks
perumahan dosen Universitas Udayana
terlihat sedikit terjadi perubahan, faktor perubahannya 3% dari keadaan
tahun 1985 saat daerah ini saya tinggalkan, di jalan beberapa anjing rumah
menyalak kencang.
Jalan kecil
yang menghubungkan perumahan Dosen dengan Asrama Mahasiswa sudah ditutup.
Saat melihat
rumah di jalan Tanimbar 40 itu dimana mas Sutarman tinggal bersama Kakaknya,
rumah itu tidak ada perubahan dan si Kakak tersebut yaitu bapak Suhariono telah
meninggal beberapa tahun lalu, mas Sutarman sekarang tinggal bersama anaknya sebab
istrinya telah meninggal dunia setahun lalu.
Anak itu
bernama Rio dan sudah selesai SD nya, musim sekolah minggu depan ia masuk
.
.
Kegembiraan
yang sedikit terjadi saat bertemu dengan mas Sutarman, ibu Suhariono yang
pensiunan Polisi Wanita itu terlihat hari ini sedang sakit, berbagai penyakit
melandanya, tetapi yang dominan adalah gula darahnya.
Tidak bisa lama
disini sebab Tyasnya di Rumah Sakit Sanglah sudah memanggil melalui Hp.
Melangkah kaki
menuju Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar, melintas didepan rumah almarhum
bapak Suyono Tejosudargo, rumah itu sebagai saksi bisu, ruang yang diperbaiki
untuk menampung para mahasiswa yang ingin belajar tambahan bahasa Inggris di
sisi kirinya masih berdiri kokoh, status rumah itu sudah dijual, tinggal tunggu
waktu hilang, rumah itu telah mencatatkan dirinya bahwa tiga anggota keluarga
yang meramaikan rumah itu telah berpulang ke Kholik, Allah SWT.
Diawali
berpulangnya alm bpk Suyono Tejosudargo, disusul dengan Istri tercintanya, dan
terakhir anak pertamanya Hary yang pernah kuliah di Arsitektur Fakultas Teknik
Universitas Udayana.
1975 saat saya
rajin mengunjungi rumah itu, masih teringat telinga ini sapaan halus seorang
ibu yang menemani alm bpk Suyono Tejosudargo di akhir hayatnya, dan redup
matanya yang banyak menjadi saksi perjalanan hidupnya, membesarkan anak-
anaknya, kini saya lewat di rumah itu hanya sunyi yang menemani.
Kaki ini
berjalan terus menuju rumah sakit umum pusat, dan terlihat Fakultas Sastra
dimana Tyas menuntut ilmu Sastra Jepang didalamnya.
Ini hari
minggu, begitu ramainya rumah sakit didatangi pengunjung, seperti semalam
sewaktu saya kesini, Bank Darah PMI itu yang pertama kali menyapa,
Saat memasuki
bangsal dimana Tyas di rawat, terlihat Tyas sedang sarapan dari sebuah nampan
besar dengan lekukan yang berisi menu pagi ini.
Tyas menawari
saya roti- roti bawaan teman kuliahnya yang menjenguknya kerumah sakit, setelah
itu mulai ngurus darah untuk transfusi siang ini, suster penjaga pagi itu
memberikan pada keluarga Tyas sebuah kotak plastik tertutup rapat tempat
mengambil darah.
Pagi belum
beranjak siang, rumah sakit banyak dikunjungi keluarga pasien, berjalan
diselasar panjang bertiang kayu sebagian dan bertiang beton, sambil membawa
sebuah wadah untuk tempat meletakan
darah segar.
Diruang tunggu
pengambilan darah sudah ada 8 orang menunggu panggilan pengambilan darah,
jikalau dilihat dari keadaannya orang ini termasuk orang jauh, kabupaten
sekitar Denpasar.
Saya tidak
membuka komunikasi.
20.16 namanya
Tyas dipanggil, langsung saya terima darah itu dan dimasukan dalam wadah dan
berjalan tegak membawa sel hidup penyambung nyawanya Tyas, melintas lorong
panjang, malam yang semakin dingin ini mengantar hembusan angin halus tengah
malam, saya perhatikan di Denpasar ini kalau malam terjadi pergerakan udara,
sangat beda dengan Jakarta, berjumpa
banyak orang dan seorangpun tak dikenal.
Suster ruangan
langsung melakukan penataan transfusi darah Tyas,
Awalnya suster
keberatan melakukan transfusi malam hari takut ada permasalahan alergy darah,
tapi saya yakinkan aman untuk Tyas, jam 20.30 Tyas tertidur sambil ditransfusi
lengannya, dan saya memandang satu persatu tetesan darah yang masuk jangan
sampai terhambat.
23.25 tetesan
darah yang mengalir di selang trasfusi telah habis, selang dikunci, dan saya
keluar mencari suster yang sudah tidur terduduk di bangku administrasi, suster
muda usia, perkiraan 23 tahun, senyum nya manis ciri orang Bali asli, tanpa
bertanya saya menduga ini wanita diyakini berasal dari Bali timur, entah
Klungkung, atau Gianyar.
Ia tersadar
sewaktu saya datang, dan dia sendiri yang bilang, sudah habis darahnya pak,
diucapkan ditengah malam saat semua pasien tertidur, saya hanya mengiyakan
saja.
Seperti telah
standard apa yang dilakukan jikalau pasien Thalasemia telah habis transfusi, ia
mencabut ujung slang dari labu darah yang sudah kosong dan menyambungkan
kembali ke botol larutan Nhcl.
Tyas sudah
tidur nyenyak.
23.35 Saya
tinggalkan ruang perawatan, dan pelan- pelan pintu utama saya tutupkan.
Menapak kembali
selasar panjang bertiang kayu itu, dikejauhan ada dua orang mendorong kereta
jenazah, langkah kakiku ini mungkin terlalu cepat sehingga tidak berapa lama
dua orang itupun bisa disalip, tapi tiba- tiba saja terjadi pengurangan
kecepatan berjalan kaki, sebab di pertemuan tiga ruas selasar tak berdinding
itu masuk pula kereta dorong dengan membawa pasien dengan wajah kaku dan sinis
dan berbaju putih tebal tapi diatas kepalanya ada kuncir melilit dengan secuil
bunga menghiasinya, di iringi 3 wanita paruh baya.
Bali, pikirku,
ditengah malam, dilorong rumah sakit, masih terjadi kemacetan.
Kemacetan ini
bisa terjadi didunia nalar, yaitu kemacetan konsep, lho konsep kok macet, ya,
kemacetan konsep.
Bali ditahun
1978 tidak dipikirkan seperti ini,
Seperti ada
proses perencanaan yang tidak jujur di ungkap, atau keterbatasan kemampuan
untuk mengeksplorasi permasalahan dengan model dugaan ( itu seharusnya terjadi
tahun 1987 ) saat saya berada di Maluku Ambon, sehingga tidak tahu apa yang
dilakukan.
Tetapi malam
ini saya melihat ada yang terputus konsep itu.
Suatu
perencanaan yang bisa berumur panjang tanpa gejolak perubahan yang drastis
adalah saling menutupinya konsep globalnya dan konsep mikronya, suatu contoh
konkrit dan ini belum dilaksanakan, hanya dari benak saja akibat kaki ini mati
langkah saat kemacetan terjadi akibat bertemunya dua bed dorong pelayanan
pasien, pasien yang telah meninggal dan pasien yang akan meninggal, dan saya
yang berjalan kaki persis terkunci di sudut tiang.
Pemikiran itu
adalah, di Kota Denpasar jikalau model pengembangannya mengikuti kota - kota
tak berujung seperti kota Surabaya, atau Jakarta, jawabku singkat, janganlah
kearah sana.
Buatlah kota
Denpasar dan kota- kota di kabupaten lainnya kecuali Buleleng lho, kota
terkonservasi, lakukan terobosan baru dengan semangat kejujuran manusia Bali
yang berbudaya, yaitu good governance yang plus Bali, artinya pengkayaan konsep
good governace pemerintah pusat yang penerapannya berbeda dengan propinsi lain.
Kendaraan
pribadi tidak boleh beredar dikota konservasi, yang boleh beredar adalah
kendaraan umum yang terkoneksi jaringan.
Jadilah manusia
masa depan tanpa meninggalkan tradisi, dan janganlah tradisi dijadikan alasan
penghambat masa depan.
Kawasan padat
penduduk dengan transportasi sepeda kayuh dan berjalan kaki, dan khusus untuk
daerah tertentu jalan utama bisa dilintasi mobil pribadi.
Mengapa saya
berjalan sedemikian jauhnya keluar dari ruang perawatan Hematologi, terpikirkan
jikalau di RSCM, keluar dari ruang perwatan akan bertemu lift.
tapi ini kan
Denpasar.
Melihat
pertumbuhan angka kesakitan, satu saat RSUP Sanglah Denpasar harus dibangun
satu blok bertingkat 8, saat itu akan terjadi keributan persyaratan bangunan,
dengan membeban fungsi khusus, rumah sakit harus terlepas dari persyaratan yang
selama ini menjerat pertumbuhan bangunan vertikal di Bali. syarat khusus memungkinkan
RSUP Sanglah Denpasar bisa dibangun hingga 8 lantai.
23.45 sudah di
luar RSUP Sanglah Denpasar, disudut jalan itu masih terlihat penjual kopi
gunting, menunggu pembeli yang kedinginan diwaktu malam, ( kopi gunting, sebab
digunting dulu dari untaian kopi bungkus setelah terbuka dituangkan ke gelas
disiram air panas termos baru di minum, dahulu 1975 terkenal di Sanur istilah
tahu gunting, yang dijual di pinggir pantai, penjualnya seorang bapak Jawa
berbahasa Bali, pembelinya adalah siapapun yang habis main air di pantai, entahlah hari ini masih ada atau tidak ).
Berjalan terus
melewati bangunan pendidikan berlantai banyak tapi tidak terlalu tinggi, dan di
design sembrono, tidak mengikuti aspek perencanaan, yang membuat suramnya wajah
sudut kota Denpasar.
Ingin mencari
inspirasi di kota Denpasar, rasanya kok ngak terwujud, yang ada permasalahan
yang keluar dari pakem nya, yang membelit dan di biarkan begitu tanpa
keputusan.
Bagaimana kalau
kesimpulan itu adalah banjir bandang terjadi di kota Denpasar, seperti peristiwa Ambon 1 Agustus 2012 dengan ketidak
mungkinan, sebab tidak ada hutan yang di gusur di uluannya, kecuali hujan deras
bagaikan bocornya langit, dari derita yang terjadi, permasalahan utama bahwa
Denpasar memerlukan drainage utama yang menghubungkan kota Denpasar ke laut
harus dimiliki.
Jangan ditanya
masalah penting dan tidaknya saat ini.
Malam ini
anjing jalanan tidak menggonggongku berkepanjangan, sehingga ( 23.56 ) saya
sudah disudut jalan menikung dimana ada pintu kamarnya mas Sutarman.
Setelah diketok
beberapa saat.
Pintu dibuka,
salam di ucapkan, senyum kelelahan di ungkapkan, langsung minta ember untuk
mencuci baju sebab pakaian yang saya kenakan ini sejak kemaren pagi berangkat
dari Jakarta, belum berganti, baunya macam- macam, bau perjalanan, yang pasti
bau rumah sakit yang dominan, langsung dikucek dengan rinso, jemur, entah kapan
keringnya, mataharinya masih di Amerika sana, kemudian bersihkan badan dan bilas
sedikit, sikat gigi, langsung baring, wafat kecil.
Senen, 9 Juli
2012/5
03.00 saat
alarm di Hp membangunkan
langsung
bangun, dan ada burble angkat berat di kolong tidurnya mas Sutarman, angkat
beberapa angkatan langsung ke kamar kecil, wudlhu dan shalat tahajud.
Akibat
kelelahan malahan tertidur lagi habis shalat tahajud, sehingga saat adzan
Shubuh dari masjid Annur membangunkan bergegas menuju masjid dan saat masuk
masjid, shalat Shubuhnya sedang berlangsung sehingga saya masbuk satu rakaat.
shalat sempat jumpa dengan wajah lama yaitu H Musa, 1975 ia masih muda dahulu dan sekarang garis muda mulai dipinggirkan dengan usia, tapi masih gagah.
Masjid Annur semakin sepi, dilihat saya sendirian di masjid saya ditawari untuk naik ke mobil nya dan menyusuri jalan Renon, sambil berceritra banyak mengenai langka kaki ini yang membawanya jauh menapak dunia, mengingat perubahan waktu sedemikian cepat di kota Denpasar, akhirnya saya minta turun di depan Masjid
dan masuk ke
rumah mas Sutarman lewat belakang masjid.
07.00 Berjalan menuju kampus di jalan Sudirman, setibanya
setelah itu
berjalan terus menuju kampus, melewati
Driaraba, suatu yayasan yang menampung seseorang tuna netra, akhirnya jalan
Sudirman di jumpa, dan kampus Universitas Udayana terlihat,
dari luar pagar kampus, kampus itu seperti nenek yang sesak nafasnya, bangunan yang memenuhi sepetak lahan kampus itu seperti bongkahan batubata yang ditumpuk dan tidak perduli akan dicapai dari mana tumpukan itu, tidak adanya open space yang menghubungkan pertemuan masyarakat luas dengan masyarakat kampus, bangunan kampus hanya di dirikan untuk kepentingan aktualism dengan berpijak pada pondasi yang lama sehingga aspek pembaharuannya tidak terlihat, walau di bangun dengan dana APBN cukup besar.
Berjalan terus dan melihat keanehan yaitu bangunan rektorat di tinggikan dan ada jalan dibawah samping, ini dia, aneh, suatu perencanaan tidak menghasilkan jawaban yang enak, kecuali sangkalan yang tidak masuk akal, saya sangat erat di bangunan ini semasa rektornya masih bapak Ngurah, sebab saya sempat di Dewan Mahasiswa sebelum di bubarkan dengan adanya statuta kampus.
dari luar pagar kampus, kampus itu seperti nenek yang sesak nafasnya, bangunan yang memenuhi sepetak lahan kampus itu seperti bongkahan batubata yang ditumpuk dan tidak perduli akan dicapai dari mana tumpukan itu, tidak adanya open space yang menghubungkan pertemuan masyarakat luas dengan masyarakat kampus, bangunan kampus hanya di dirikan untuk kepentingan aktualism dengan berpijak pada pondasi yang lama sehingga aspek pembaharuannya tidak terlihat, walau di bangun dengan dana APBN cukup besar.
Berjalan terus dan melihat keanehan yaitu bangunan rektorat di tinggikan dan ada jalan dibawah samping, ini dia, aneh, suatu perencanaan tidak menghasilkan jawaban yang enak, kecuali sangkalan yang tidak masuk akal, saya sangat erat di bangunan ini semasa rektornya masih bapak Ngurah, sebab saya sempat di Dewan Mahasiswa sebelum di bubarkan dengan adanya statuta kampus.
Teringat nama-
nama,alm Banzai, Bandesa, Wirati Tabanan yang suka pusing, Mantre pertanian
katanya sih sudah profesor sekarang, almarhum mas Ajar Sanjoyo yang meninggal
di makamkan di Bekasi, almarhum Suparta nidha katanya sih sudah meninggal,
almarhum Beny SMHK, sebab sewaktu masih
SMHK ia sangat cerdas tapi angka tahun bertambah ia tidak terkenal lagi, memang
ada keanehan di masyarakat sama seperti berhenti nya jam berdenting, kalau
terkenal masih nama dan gelar yang lama, walau individu tersebut sudah berubah
status, tetap saja kenangan masa itu yang di perlihatkan, oleh sebab itu
berhati- hatilah memanage waktu sekarang ini agar tidak jadi masalah di
kemudian hari.
Biarlah sejarah
yang menghakimi dan waktu yang bersaksi, berjalan terus, dan ada ke anehan
lagi, dahulu ada pura kecil saja di samping auditerium dan sekarang membesar,
entah tahun besok akan membesar lagi seperti gen carsinoma, entahlah, saya
mencoba mencium kecerdasan di kampus ini, kok ngak terlacak,
Kecerdasan
intelektual itu tidak hanya dengan menyandang sederet gelar menghias nama
generiknya, tetapi kemampuan menyimpulkan fenomena yang terjadi dan dicarikan
jalan penyelesaiannya tanpa harus merasa menggurui.
Kecerdasan kampus
yang intens itu tidak melulu mengikuti periodik time, kesinambungan dari
berakhirnya waktu sekarang dan datangnya
waktu baru, soal ke fanahan dunia, biarlah, lho yang namanya dunia ya begitu.
Pagi masih
merentang panjang, parkir sepeda motor telah penuh yang dahulunya parkir sepeda
kayuh didepan perpustakaan, pantes saja terasa sesak kampus ini, sebab waktu
yang telah ditempuh sepanjang ini tidak dipetik hikmanya.
Berjalan terus
menuju kampus Fakultas Teknik, sepi, dan ada keanehan adalah kampus ini
tenggelam, pondasinya tidak tinggi lagi, mungkin kerena dilakukan peninggian
jalan pencapaiannya, sebab dahulu memang becek.
Saya masuki
ruangan yang saat itu kosong, hampir tidak ada perubahan susunannya, saya masih
bisa membaca dahulu ada bapak Ir Oka Landung dari Kesiman, dan ada pula bapak
Ir Oka brewok yang terkenal dengan pendekatan konsep humanisme dalam
perencanaan, ada pak Putra yang sedikit bicaranya, ada pak Latre.
Ada pak Glebet yang selalu kesulitan bernafas, dan ada Bapak Drs Rai Kalam dengan suaranya yang halus yang penuh ragu dan kalau dipaksa mengambil keputusan selalu ngak tepat, dan ada bapak Ir Cok Mayun, yang badannya kecil tapi berseragam angkatan laut, yang terkenal dengan pemikiran "sedikit sebelah kiri" untuk menguji teori keseimbangan diluar batas.
Dan ada pula putu Mahayuna sebelum menjadi sarjana teknik berkelahi dengan Rabindra didepan teras Fakultas Teknik, dan almarhum Putu Mahayuna yang berbadan kecil itu mengambil batu, dan ada pula seseorang yang lupa namanya tapi ia sebagai kepala tata usaha, ada pula bapak Aik Suwarno, ada mas Gatot, ada almarhum bapak Oka Sujadnye, ada pak Diartika yang baru pulang belajar dari ITS Surabaya, ada adiknya pak Diartika si Latria, ada pak Suweca Kader terakhir saya dengar lagi diabetes, ada pak Lanang Putra kumis, pak Sudi yang dari Tenganan Pengrisingan dan ada pak Suyono Buleleng yang tidak sama panjang kakinya, dan selalu sesak nafas tapi murah senyum.
Ada pak Glebet yang selalu kesulitan bernafas, dan ada Bapak Drs Rai Kalam dengan suaranya yang halus yang penuh ragu dan kalau dipaksa mengambil keputusan selalu ngak tepat, dan ada bapak Ir Cok Mayun, yang badannya kecil tapi berseragam angkatan laut, yang terkenal dengan pemikiran "sedikit sebelah kiri" untuk menguji teori keseimbangan diluar batas.
Dan ada pula putu Mahayuna sebelum menjadi sarjana teknik berkelahi dengan Rabindra didepan teras Fakultas Teknik, dan almarhum Putu Mahayuna yang berbadan kecil itu mengambil batu, dan ada pula seseorang yang lupa namanya tapi ia sebagai kepala tata usaha, ada pula bapak Aik Suwarno, ada mas Gatot, ada almarhum bapak Oka Sujadnye, ada pak Diartika yang baru pulang belajar dari ITS Surabaya, ada adiknya pak Diartika si Latria, ada pak Suweca Kader terakhir saya dengar lagi diabetes, ada pak Lanang Putra kumis, pak Sudi yang dari Tenganan Pengrisingan dan ada pak Suyono Buleleng yang tidak sama panjang kakinya, dan selalu sesak nafas tapi murah senyum.
Diteras
Fakultas Teknik ini, yang sangat- sangat kecil terlihat putu Rumawan ditahun
1978, saudara Keddy yang melankolis dengan kemeja warna kuningnya, ada ptu
Wisma yang mahasiswa sipil itu, ada Mulyadi yang almarhum di Jakarta, ada
adiknya Mulyono entah dimana sekarang, ada Putu Darta yang menikah dengan
penjual, yang saat tahun itu mereka adalah kakak kelas, tiba- tiba muncul Rai
Semadhi yang berbadan kecil yang katanya sekarang sudah menjadi Pendeta, ada
Cok Jublag,
Entah orang ini beritanya bagaimana gitu, ada
Lasie yang tidak pernah lagi terdengar kabarnya, ada Lutfi, ada Sudarman, ada
Maman Bongol, ada Ktut Latre, ada Gde Putra yang selalu tertawa yang selalu
merasa miskin hidupnya, saat itu Gde Putra ini paling pandai mengerjain teman-
temannya, saya selalu terhindar dari ejekan mereka sebab saya adik kelas, dia
mempunyai istilah terhadap pola gosok gigi di Bali, jaman itu kan mahal-
mahalnya pasta gigi, atau kita para mahasiswa tidak punya uang, Gde Putra
bilang, sekarang ada pepsodent, ada delident, ada fuyungdent, kemaren Batadent,
tertawa orang dibuatnya saat menyebutkan Batadent, sebab pola membersihkan gigi
jaman itu dengan memanfaatkan batu bata di gosok dalam keadaan basah dan
serbuknya yang basah itu di raih dengan telunjuk tangan kanan dan digosokan
kegigi hingga putih mengkilat baru jalan kekampus.
Ada pula bayangan Retti Adnyane, ada Suaste yang dari Pupuan, ada Anom Prawiro teman seangkatan yang juga almarhum, saya ikut proses pernikahannya di kuil Pecinan di Tabanan, saat Alm Anom Prawiro menikah ini, baru di munculkan video Shooting, operatornya disewa dari Surabaya, ada Adnyanegare, ada Nitiyasa, ada Ktut Laba, ada Manuaba, ada Midane, ada Oka Dalem si penari Baris yang masuk kelompoknya Guruh Sukarnoputra, ada Yayak, ada Alitpuja yang sekarang tinggal di Depok, ada Mas Sutarman, dan ada almarhum Yudiasna Putra si orang Lombok.
Ada Made Gerane yang pensiun Pekerjaan Umum di Palangkaraya, dan ada Paul si orang Kupang, ada Mohammad Jawas yang suka main bola dan sponsornya almarhum pak Cok Mayun, ada Abdinegare, ada Cok Permadi yang tinggi badannya dibandingkan mahasiswa lainnya dan ada pak Yanglung, oh ya saya sempat sebelum ke Fakultas Teknik ini pergi ke warung samping Fakultas Teknik, saya di sapa dengan gadis penjual, mau cara apa pagi begini, mencari pak Yanglung, kataku, ia belum menyapu ruangan, pak Mayun sudah datang mau memberikan kuliahnya pagi ini, si gadis penjual itu terkejut, sudah lama pak Yanglung tidak menyapu kelas kuliah, pak Yanglung sekarang sudah tua tidak bekerja lagi, pak Mayun kan sudah lama meninggal, bapak ini orang hidup apa orang mati, saya tertawa sendiri.
Ada pula bayangan Retti Adnyane, ada Suaste yang dari Pupuan, ada Anom Prawiro teman seangkatan yang juga almarhum, saya ikut proses pernikahannya di kuil Pecinan di Tabanan, saat Alm Anom Prawiro menikah ini, baru di munculkan video Shooting, operatornya disewa dari Surabaya, ada Adnyanegare, ada Nitiyasa, ada Ktut Laba, ada Manuaba, ada Midane, ada Oka Dalem si penari Baris yang masuk kelompoknya Guruh Sukarnoputra, ada Yayak, ada Alitpuja yang sekarang tinggal di Depok, ada Mas Sutarman, dan ada almarhum Yudiasna Putra si orang Lombok.
Ada Made Gerane yang pensiun Pekerjaan Umum di Palangkaraya, dan ada Paul si orang Kupang, ada Mohammad Jawas yang suka main bola dan sponsornya almarhum pak Cok Mayun, ada Abdinegare, ada Cok Permadi yang tinggi badannya dibandingkan mahasiswa lainnya dan ada pak Yanglung, oh ya saya sempat sebelum ke Fakultas Teknik ini pergi ke warung samping Fakultas Teknik, saya di sapa dengan gadis penjual, mau cara apa pagi begini, mencari pak Yanglung, kataku, ia belum menyapu ruangan, pak Mayun sudah datang mau memberikan kuliahnya pagi ini, si gadis penjual itu terkejut, sudah lama pak Yanglung tidak menyapu kelas kuliah, pak Yanglung sekarang sudah tua tidak bekerja lagi, pak Mayun kan sudah lama meninggal, bapak ini orang hidup apa orang mati, saya tertawa sendiri.
Saya berdiri
didepan fakultas teknik pagi ini yang kosong, yang kesunyiannya sama seperti
saya berdiri di Taman Makam Pahlawan Lumajang kalau saya mendatangi kubur
almarhum ayahku.
Kepada para
sesepuh Fakultas Teknik Universitas Udayana, kepada rekan se angkatan yang telah mendahului
Pagi ini didepan ruang kosong fakultas teknik unversitas udayana, saya seperti berada di dalam lukisan yang dibuat oleh teman- teman senirupa, dahulu senirupa teman kita, sebab masih satu fakultas yaitu fakultas teknik, lukisan yang masih basah cat nya dimana obyek lukisannya masih bisa bergerak dan obyek lukisan itu bisa membuat lukisannya sendiri.
Waktu juga yang
mengadili amalan kita, waktu yang tak lekang dan tanpa air mata, saya
tinggalkan kekosongan itu.
Mari kita bina
semangat persatuan Fakultas Teknik Universitas Udayana untuk meraih kesuksesan
Indonesia melangkah di dunia industri lintas negara.
Goresan tangan sewaktu kita mengerjakan tugas
mengambar bentuk dibawah asuhan bapak Ida Bagus Tugur, bukan hanya sekedar
memindahkan pepalihan angkul- angkul di pura ulun danu kedalam kertas, adalah
suatu methoda bagaimana bentuk itu lahir dari perhitungan proporsional dan
mempunyai waktu awal, sekarang mungkin sudah berakhir pepalihan menguasai bentuk bangunan, syarat melihat pepalihan itu
adalah seukuran jalan kaki, sehingga jika dilihat dari balik kaca mobil,
pepalihan itu akan hilang, tersisa wujud globalnya saja.
sehingga untuk
melestarikan keberadaan pepalihan, hilangkan jalan besar, raih se senti ke
sentimeter kesuksesan itu, dan lakukan penzoningan kawasan konservasi dan
kawasan non konservasi.
Sehingga tidak
perlu keluar ungkapan "Undagi
tak lagi di undang ke Bali "
Pindah ruangan,
saya berjalan mendekati bangunan yang dahulu di gunakan studio senirupa, saya
berusaha mencari sosok perupa wanita yang dibina disini " Agnes
Yulianawati " tak lagi dijumpa, atma dan pralina nya entah kemana
sekarang, ia pernah di Jepangkan, dan bangunan ini sudah dipugar dan dijadikan ruang jurusan.
Tiba- tiba di
ujung anak tangga itu turun sosok badan langsing seorang bapak, yang tahun 1983
dia adalah adik kelas saya cepat mengenalnya tapi lupa nama, kalau melihat
rekam dalam benak bapak ini dahulunya adalah seorang adik kelas arsitektur yang
suka bergerak dan maghnit tubuhnya tidak pernah ketemu dengan saya, tapi
sekarang ia ada dihadapan saya, ia mencoba mengingat tapi putus asa, saya
bilang lupa adalah kodrati tidak usah di ingat dan saya masih ada dihadapan
anda tanpa harus ketemunya ingatan.
Ternyata ia
menduduki jabatan sekretaris jurusan arsitektur.
Saya
dipersilahkan naik keatas untuk menjumpai Ir Suwirye yang sudah menjadi ketua
Jurusan Arsitektur.
Dengan Suwirye
saya langsung kenal sebab dahulu juga sudah akrab, hanya kerena dari adik kelas
maka keakrabannya sering putus, beda nuansa.
Untuk
menyempurnakan rinduku pada kampus ku, saya datangi perpustakaan,
Bangunan
perpustakaan masih bangunan yang dahulu, dan pernah terbakar, penjaga
perpustakaan itu masih mengenal saya dan saya pun mengenalnya.
Berjumpa pula
dengan teman seangkatan Sunarte Pertanian yang kini sudah tinggi juga
pangkatnya, ia masih ingat saya dan saya masih ingat dirinya, badannya tidak
banyak mengalami perubahan kecil begitu juga dari dulu, sewaktu bicara panjang
hingga sampai ke kampus, ia memberi tahu bahwa istrinya adalah seorang suster,
dua hari lalu ia ceritra kepada nya tentang pasien mahasiswi dengan Hb 6.3
masuk rumah sakit dirawat dan ia yang menerima, hanya diantar beberapa teman
mahasiswinya beda jurusan, tidak ada orang tua nya, kata istrinya.
Saat itu saya
tidak menduga istrinya pak ktut Sunarte timpal pertanian pidan itu adalah
perawat yang menerima pasien Tyas anakku.
Akhirnya saya
menceritrakan perihal penyakit yang di derita Tyas.
Hari pun
beranjak siang, secepatnya kembali ke RSUP Sanglah Denapsar mengantisipasi jadwal waktu transfusi darah lanjutan di Rumah
Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar,
Terakhir
sebelum saya meninggalkan Kampus Universitas Udayana saya berharap atas nama
kejujuran dan kehidupan ilmiah yang selalu disandang oleh perguruan tinggi Universitas
Udayana saya mohon agar pihak
Universitas berani mengeluarkan statement yang dibacakan saat acara wisudawan
para lulusan dari berbagai jurusan di fakultas "bahwa kelak apabila
dikemudian hari diketahui bahwa si pemegang gelar ini melakukan tindak korupsi
maka pihak universitas langsung menggugurkan hak penggunaan gelar kesarjanannya
dan perguruan tinggi unversitas Udayana tidak lagi mengakui dirinya sebagai
alumni Perguruan Tinggi Universitas Udayana".
13.00 Masjid
Annur untuk mengerjakan shalat Dzhuhur yang tertunda beberapa saat dari waktu
yang sebenarnya.
16.00 setelah
shalat Ashar jumpa dengan pak H Roqib, proses jumpa nya sedikit lucu, padahal
sudah satu jemaah shalat Ashar, tapi kerena lama tak jumpa saya anggap dia ngak
ada di masjid, saya mencoba bertanya pada orang senior, adakah ia mengenal pak
Roqib, itu pak Roqib dipojok kiri depan, dengan gembira saya langsung menjumpai
orang ini, ia terlihat sedikit terkejut, tapi ia berusaha mengingat akhirnya
terlihat wajah gembiranya. sekarang
menjadi pengusaha penyembelian sapi dan penyedia daging.
16.15 sudah di
ruang 1 bangsal Gadung
, Tyas
memberitahukan jikalau pak Diartika datang menjenguk dan ingin bertemu tapi
dari pagi saya di kampus, sementara itu diruang perawatan terlihat banyak
berkumpul para perawat, akhirnya saya mencoba me Hp pada salah satu suster
perawat ini mana yang bereaksi dengan nomer ini berarti dia ibu Sunarte
pertanian.
Betul juga ada
ibu gemuk yang menerima Hp, Hp saya matikan langsung saya datangi ibu itu untuk
memperkenalkan diri sebagai ayahnya Tyas.
Ibu itu orang
bali asli, dan dia sudah diberitahu oleh suaminya keberadaan saya menemani anak
yang sakit.
16.30 Jadwal
mengambil darah.
17.00 Tetesan
darah transfusi kembali memasuki Tyas.
18.00 pak
Juremi dan istri datang berkunjung, datang pula Ir Muhammad Jawas bersama istri dan anak
perempuannya,
ramai suasana,
bertahun- tahun tidak jumpa.
21.00 transfusi
berakhir.
22.00 pak
Juremi datang menjemput setelah
mengantar
pulang istrinya tadi 19.00
22.30 tiba di
Imambonjol 100, Tegal, dirumahnya pak Juremi.
Selasa, 10 Juli
2012/5
03.30 Hp
berdering membangun dan baru sadar saat melihat dinding putih dan sepi sebab
tidur sendirian, wouw berarti saya tidur di Gang 100 Jalan Imam Bonjol Denpasar
Bali, di rumahnya pak Juremi, pak Juremi ini adalah guru kelas sewaktu kelas
lima di SD Muhammadiyah Denpasar tahun 1965.
04.00 shalat
tahajud
04.20 Keluar
dari ruang dan masuk kerumah induk ternyata pak Juremi udah bangun, langsung
diajak ke masjid Baitur Rahim, Monang- maning Denpasar.
Bermotor pagi
hari di kota Denpasar, di gonceng pak Juremi seorang yang pernah guru SD 1965.
Denpasar pagi
itu tidak terlalu dingin, tetapi
kesibukan lalu lintas diwilayah Monang maning sudah terasa aktif, dengan
banyaknya motor yang melintas, sejak beberapa hari ini saya perhatikan para
pengemudi motor di kota Denpasar sangat agresive.
Pagi itu dibawa
melintas didepan Muhammadiyah dan losmen Kusumasari, berhadapan langsung dengan
kuburan Badung, bekas losmen itu
sekarang berubah menjadi pertokoan, tinggal semasa 1964- 1969, saat
anak- anak dengan segala kenakalannya.
Masuk jalan
kecil yang membelah kuburan Badung, dan diakhir wilayah kuburan, suasana urban
sudah mewarnai hingga masuk perumnas.
05.30 Shalat
shubuh di Masjid Baiturahim Monang- maning, Monang - maning ditahun 1970 adalah
tempat memancing ikan jeleg, dengan umpan nya buah buni, sekarang berubah
menjadi kawasan permukiman padat yang tumbuh sedikit sentuhan planning, lebih
banyak tumbuh swadaya masyarakat.
06.00
silaturahmi pagi hari kerumahnya Ir Muh Jawas.
06.30
silaturahmi ke bapak Fakih Hasan
08.30 sudah
bermotor pagi hari diantar pak Juremi menuju RSUP Sanglah Denpasar sebab pagi
ini akan ke Lab untuk periksa berapa Hb darahnya Tyas setelah semalam di
transfusi yang ke empat kantong darah.
08.50 paklik
Doko datang, adiknya ibu yang menikah dengan gadis Bali ( 1973 ),
08.59 berjalan
melintasi bangsal berdua dengan paklik Doko menuju bangsal Nagasari tempat
perawatan stroke, untuk menengok pak Mafrukin yang lagi terkena stroke.
09.10 bertiga
membaca tahlil, sebab kondisi pak Mafrukin menurun, tadi pagi ada perdarahan di
lambung dan kondisinya melemah
09.30 kondisi
pak Mafrukin semakin baik dan waktunya di tinggalkan.
09.35 pak Fakih
Hasan datang berempat dengan putrinya dan menantunya menjenguk Tyas, suasana
gembira.
10.00 mengantar
pak Fakih Hasan menuju ruang perawatan Nagasari di mana pak Mafrukin di rawat,
kondisi pak Mafrukin semakin baik.
11.00 dalam
usia tuanya pak Fakih Hasan terkena gangguan volume paru intake udara segarnya
sedikit ( diketahui saat memeluk pundaknya saat menyusuri selasar rumah sakit
), kemudian terlihat mereka meninggalkan
RSUP Sanglah Denpasar, tinggal saya sendiri melihat punggung mereka berempat
menghilang dibalik tembok Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar.
12.20 shalat
Dzhuhur di musholah RSUP.
12.30 mencari
makan siang dengan skala limaribuan, pasar Sesetan sama sekali tidak menjumpai
penjual makanan, dapat makanan dijalan Buton.
15.00 proses
keluar dari Rumah Sakit,
16.00 masih di
depan Adminstrasi pembayaran perawatan selama dirumah sakit.
17.00 di bantu
keponakannya pak Mafrukin untuk mengangkat segala barang- barangnya Tyas keluar
dari Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar, dilapangan parkir sudah menunggu
saudara Adib si putranya almarhum bapak Adnan yang akan mengantarkan Tyas keluar
dari RSUPSDenpasar menuju tempat
indekosannya.
18.00 masuk
kembali ke RSUPSanglah Denpasar Bangsal perawatan Nagasari untuk menjaga
semalam pak Mafrukin.
18.15 shalat
Maghrib di musholah
RSUPSanglah
Denpasar.
19.30 Shalat
Isya
22.00 mulai
ngantuk, dan pak Mafrukin tidur nyenyak.
Rabu, 11 Juli
2012/5
03.30
terbangun, baru sadar jikalau tertidur di bangku samping berbaringnya ketua
Pengurus Wilayah Daerah Bali pak Mafrukin.
Membetulkan
tidurnya, strooke yang menyerang pak Mafrukin membuat ia tidak bisa menggaruk
punggungnya yang gatal.
03.45 mandi di
kamar mandi ruang perawatan Nagasari, dan setelah itu sambil bersarung dan
bersepatu berjalan cepat menuju masjid An-Nur.
Menyusuri jalan
raya Nias hingga ketemu jalan Diponegoro di pagi hari jauh sebelum masuk waktu
shubuh, diseberang jalan, disudut pasar Panjer, sudah terlihat pembeli
mengerumuni penjual, kemungkinan besar penjual makanan, ternyata penjual daging
babi.
Jalan terus dan
didepan pintu gerbang masjid sudah merasa ragu jangan2 pintu berteralis besi
itu terkunci, syukurnya tidak.
Berwudlhu dan
masuk masjid, masjid dalam keadaan kosong, shalat atahsyahud masjid setelah itu
shalat tahajud, membaca Al-Quran.
05.20 Adzan
Shubuh
05.40 bermobil
dengan H Musa untuk kedua kalinya, memasuki wilayah Renon, masuk sana belok
sini sudah ngak hafal arahnya ngak tahu sampai di depan rumah cukup besarnya
dengan pintu kayu, rumah bagus.
Dirumah itu H
Musa banyak berceritra sepeninggal saya dari kota Denpasar, banyak berbicara
mengenai cita- citanya untuk menyatukan umat Islam di kota Denpasar, sebagai
umat yang kokoh persaudaraannya.
Menjelang jam
06.00 diantar pulang dan diturunkan dari mobil di titik pertemuan jalan Nias
dengan jalan Diponegoro.
Sambil bersarung dan bersepatu memasuki Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah, dari pintu kanan, PMI Cabang Denpasar, lorong panjang sepenggal, belok kiri menuju ruang Administrasi RSUP Sanglah, tembus di sayap kiri tempat perawatan pasien strooke Bangsal Nagasari.
Didalam ruang perawatan pak Mafrukin sedang diberi minum dengan keponakannya, tapi diruangan sudah ada Pemuda Muhamadiyah, si Hadi, gundul, mahasiswa Fakultas Sastra Bahasa Indonesia.
Saat itu pak
Mafrukin mintu dimiringkan badannya sebab terasa panas punggungnya, bertiga
memiringkan tubuhnya pak Mafrukin.
Sekitar jam 07.00 pak Mafrukin merasa lapar, saya secepatnya keluar kamar menuju meja perawat memberitahukan laparnya pak Mafrukin, sang perawat langsung mempersiapkan hidangannya tapi dilakukan tindakan pengurasan lambung terlebih dahulu, sebab ada luka di lambungnya.
Air dimasukan
dari hidung kiri dan di keluarkan dari hidung kanan, dan cairan berwarna kuning
keluar dari lambung, setelah itu diberi asupan susu oleh keponakannya.
Saat itu saya keluar untuk mengerjakan shalat tahajud di musholah yang disediakan pihak Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar.
08.00 diantar Hadi si Pemuda Muhamadiyah yang ikut menjaga pak Mafrukin, untuk mencari tiket pulang.
08.10 bermotor dengan Hadi menuju Muna Tour jasa travel tiket penerbangan di jalan Diponegoro itu, pagi itu penjaga travel masih belum mempersiapkan peralatan kerjanya, sewaktu saya masuk untuk mencari tiket penerbangan Denpasar Jakarta hari ini sebanyak dua tiket.
Ia cepat2
menghidupkan komputernya dan mencari tiket hari ini, seperti diduga semula,
fullbooking, penuh semua, ada kosong dikit di harga dua jutaan ke Jakarta untuk
nanti sore dan malam dan besoknya disekitar harga satu juta sembilan ratus
ribuan.
Kereta Api pikirku, bermotor lagi dengan Hadi, disepanjang jalan Diponegoro pagi itu ke Genteng Biru, pelayanan Kereta Api hanya sampai Surabaya kata petugas itu, untuk lanjutannya kami tidak menyediakan tiketnya.
Tidak bisa hal
ini terjadi sebab saya membeli sejak dari stasiun awal.
Seharusnya PT KAI yang memperpanjang pelayanan nya hingga Denpasar menyediakan satu gerbong untuk penumpang dari stasiun awal seperti Denpasar ini, sehingga menjamin tiba selamat di Jakarta.
Lha kalau
seperti peristiwa pagi ini, pelayanan Jakarta hanya dilayani sampai Surabaya,
kan tidak memberi kepastian kepada penumpang, penumpang mundur, padahal sudah
berniat naik kereta api hingga Pasar Senen Jakarta.
Lha tanggung jawab profesinya bagaimana, ya pantes tidak maju- maju, ganti direksi tidak semakin baik, seperti ada sesuatu ke tidak bisaan yang melanda seluruh jajaran, sehingga masalah kebanggaan memberi service kepada masyarakat diutamakan, menjadi mandul, dan membuat seluruh jajaran kereta api tidak habis fikir akan berbuat apa.
Tidak
sebagaimana yang di contohkan mbah ku
Almarhum Sahut Wirosudirjo, pensiunan Sep Kereta Api Stasiun Tempeh Lumajang
(1965) dan meninggal ( 1990 ), ia sangat jujur untuk menyediakan gerbong barang
pengangkut tembakau dari Tempeh, saya masing ingat kalau mbah almarhum lagi
koordinasi dengan stasiun Lumajang yang banyak stok kereta barangnya untuk di
bawa ke Tempeh, sebab di Tempeh ada permintaan mengangkut Tembakau ke Jember,
dan pisang ke Banyuwangi untuk dibawa ke Australia, dalam jumlah banyak, dan
harus berbicara keras melalui telephon berbatery basah di setiap stasiun
kereta, bersuara keras setingkat teriakan itu yang terdengar olehku yang lagi
bermain sewaktu kecil dulu diluar stasiun, dan terngiang hingga sekarang ini.
Dengan Hadi turun didepan agen penjual tiket Bus Malam Executive Lorena, dan ada ketersedian tempat duduk dua orang pemberangkatan besok pagi, jam 06.00 sudah di stasiun Ubung.
09.30 Timbul lapar saat lewat di depan penjual nasi kuning Muslim, di Denpasar ini seni nya mencari makanan halal adalah bukan ditulis Halal, tetapi Muslim, dijual dalam gerobak aluminum baik dan bersih, dan tertulis nasi kuning Muslim, kalimat muslim ini pertanda secara significant kehalalannya tanpa birokrasi MUI.
Hadi ikut
makan, saat itu terlihat ada seorang ibu Bali, membeli nasi kuning lima
bungkus, saya bilang dengan Hadi, kalau orang Bali boleh beli makanan muslim
tapi kalau orang Islam tidak boleh membeli makanan masakan orang Bali.
Hadi hanya
mengangguk.
Bermotor lagi
dengan Hadi dan turun di depan Bank Muamalat jalan Diponegoro Denpasar untuk
menyantuni Yatim Piatu NTT TTS.
Pagi itu bank cukup sepi, saya hanya dilayani sendirian, dan sudah merupakan syarat utama Satpam di posisi penjaga pintu depan Bank adalah mengucapkan Assalamualikum Wr Wb, saya pun menjawab dan masuk dan baru sadar jikalau ini bukan di Bank Muamalat Cijantung seperti biasanya, tapi di Bali, benar juga dugaanku, Satpam itu orang Bali terlihat ada wayan di badgename di atas saku kanannya, saya tidak sempat bertanya apakah dia Balimuslim atau tidak.
10.00 saat berjalan menyusuri trotoar jalan Diponegoro kota Denpasar hendak menuju ke RSUP Sanglah Denpasar, terdengar ada orang berlari dibelakang saya, saya memperhatikan tekanan langkah kakinya ringan saja, sehingga tidak menjadi perhatian saya, ternyata Tyas yang hendak ke Bank Mumalat dan melihat saya keluar dari bank Muamalat ia mengejar.
Saya ceritrakan jikalau tiket bus sudah di tangan sehingga siap berangkat besok pagi.
Tyas ikut masuk
ke Ruang pak Mafrukin dan melakukan pertolongan menggaruk punggungnya sebab akibat
strook yang dideritanya pak Mafrukin tidak bisa menggaruk.
11.57 mohon
diri dari pak Mafrukin sebab besok pagi akan berangkat ke Jakarta dengan Tyas,
naik bus malam Lorena.
12.00 menuju
ruang perawatan Gadung 1 tempat Tyas dirawat dan bercanda dengan pasien Ginjal
yang akan pulang hari ini dan berlinangan air mata melihat Tyas yang
menyambutnya dengan gagahnya.
12.20 Shalat
Dzhuhur di musholah RSUP Sanglah Denpasar sebelum langka kaki ini keluar dari
halaman rumah sakit.
16.00 ke
kuburan almarhum kakak di Wanasari Kampung Jawa Denpasar, saat melintasi
perempatan Jalan Sumatra, dan Jalan Gajamada, ada sesuatu yang tetap semenjak
tahun 1964 hingga sekarang adalah bau perempatan itu, bau nya pesing kencing,
kalau dahulu bisa jadi, bau itu ada, sebab daerah itu dijadikan tempat parkir
dokarbali dengan kudanya bertelanjang dan kencing disepanjang jalan sambil
memuat barang dagangan.
16.30 Kuburan
Islam Kampung Jawa Wanasari, sore itu suasana di perkuburan islam wanasari
kampung jawa Denpasar agak ramai sebab ada pemakam tiga kematian, sempat
menjumpai keluarganya Prayitno, teman SD dan STeknologi Tulangampiang Denpasar
Bali.
16.45 bermotor
dengan mas Sutarman melewati banjar Belong, memasuki wilayah elite di tahun
1965 yaitu jalan Gajah Mada dari sisi Barat, wilayah kota itu tidak bersinar
sekarang, sudah mati masanya.
17.00 dirumah
Bli Ktut Suwarna, di Banjar Gelogor, Tegal, Denpasar pemilik losmen Kusumasari
sewaktu tinggal disana tahun 1964 - 1969.
Dirumah ini
seperti suasana detik terahkhir penyerahan kekuasaan Kerajaan Pandawa Amarta
kepada penerusnya yaitu Parikesit,
Sebab Bli Ktut
Suwarna di usianya sekarang sudah terkena berbagai penyakit, Bli Griya saja
sudah meninggal, tinggal bli Nyoman Puspa yang lemah kepeminpinannya, sementara
generasi anak mereka sore ini ikut bercengkrama di depan Bale Gde dengan
prestasi yang baik dan usia yang matang.
Wajah - wajah
putra putri Bli Ktut Suwarna, Bli Griya, Bli Puspa sama persis sepertinya
ayahnya, saat itulah saya teringat Pandawa Pralaya.
Dirumah ini pula diberitahukan jikalau Made Adi teman bermai dibelakang sekolah Muhamadiyah Imam Bonjol sudah lama meninggal dunia.
Dirumah ini pula diberitahukan jikalau Made Adi teman bermai dibelakang sekolah Muhamadiyah Imam Bonjol sudah lama meninggal dunia.
Pulang
secepatnya bermotor dengan mas Sutarman kembali ke jalan Nias sebab saat Maghrib
akan tiba.
Shalat Maghrib
dan Isya di masjid Annur.
Setelah itu
pulang secepatnya ke mas Sutarman, dan setelah makan malam langsung tidur
mengingat besok pagi akan pulang.
Kamis, 12 Juli
2012/5
01.00 Terbangun
sebab haus, terlihat mas Sutarman belum tidur, saat akan tidur lagi terlihat
Banu di kamarnya sedang mencoba untuk tidur malam, sempat menasihati Banu untuk
memanage uang yang diterima setiap acara pertunjukan musik Africa nya.
01.30 masuk ke
pembaringan lagi, tidur periode sekarang malahan tidak nyenyak.
03.00 bangun
dengan sigap sebab sadar jikalau sudah waktunya meninggalkan pulau Bali, mandi
dan shalat tahajud.
04.00 mulai
persiapan berangkat, membangunkan mas Sutarman, jam 04.20 pagi hari sudah
bermotor dengan mas Sutarman menuju pertigaan jalan Nias dan jalan Diponegoro.
Dititik itu
sunyi sekali, mas Sutarman merelakan untuk pagi buta itu menjemput Tyas,
tinggal sendirian untuk menunggu kedatangan Muhammad Jawas.
Keriauan pasar
pagi di seberang jalan masih berjalan, pembeli dan pedagang yang baru datang
langsung terlibat tawar menawar barang.
04.20 Pagi
masih gelap dan Muhammad Jawas datang bermobil putih bersama putri
satu-satunya, langsung berhenti dititik yang dijanjikan, pertigaan jalan
Diponegoro dengan jalan Nias.
Disebabkan Tyas
belum juga datang saya masuk kedalam mobil dan mulai bicara masalah
pengalamannya lama di Lampung pengawas konstruksi Bendung
04.33 Mas
Sutarman datang menggonceng Tyas, langsung masuk mobil, dan salaman dengan mas
Sutarman untuk selanjutnya berangkat ke Terminal Ubung.
05.19 tiba di
terminal Ubung.
Orientasi
Tempat mengingat berpuluh tahun telah lewat tidak mengenal ulang sambil mencari
musholah
Akhirnya
musholah dibuka dan jam 05.25 shalat berjamaah.
06.00 jadwal
bus yang dijanjikan belum datang juga.
07.00 Bus jarak
jauh yang parkir di terminal Ubung seperti Pahala Kencana, Kramat Jati, Titian
Emas, Jawa Indah, Gunung Harta sudah banyak yang berangkat meninggalkan
terminal ubung.
Ir Muh Jawas dengan putrinya yang mengantar ke terminal Ubung
08.00 Bus
Lorena tujuan Jakarta tiba.
08.30 bus
lorena Denpasar Jakarta mulai bergerak meninggalkan terminal ubung.
Kota Denpasar
yang memiliki penduduk bermobil banyak, terlihat banyak di jalanan sehingga macetnya entah udah hilang nikmat
bertempat tinggal di kota Denpasar jadinya.
08.22 Abian
Tuwung Tabanan
08.24 Kediri Tabanan
08.30 Kota
Tabanan sisi baratnya.
08.32 Memasuki
terminal persiapan Tabanan untuk mengambil penumpang, yang spesifik di dalam
terminal ini ada penjual pisang goreng dimana saya tahu pisang yang digoreng
adalah pisang yang ada di Tabanan, manis nya itu lho enak banget.
Dan penjual
sudah mempunyai kecerdasan lebih yaitu pisang goreng yang dijual dikemas di
wadah plastik, tiga goreng pisang di satu plastik pembungkus dihargai seribu
rupiah
08.52 Meliling
Tabanan
09.14 Antosari
Tabanan
09.52 Pulukan
Madewi Jembrana
10.35 Pasar
Senggol Negara, sepi, tapi naik 5 penumpang.
10.58 Melaya Jembrana
11.13 ditengah-
tengah wilayah hutan lindung Bali Barat, bus berhenti satu menit untuk
memancing monyet, dan monyet pun keluar.
11.36 Pelabuhan
Gilimanuk untuk menyebrang ke pulau Jawa
11.43 Bus
memasuki badan kapal penyebrangan.
12.20 ditengah
selat Bali, terpaan angin dari arah lambung kapal cukup kuat, hamparan pulau
Jawa semakin dekat.
12.50 kapal
penyebrangan merapat di daratan pulau Jawa.
12.57
meninggalkan Ketapang kota pelabuhan penyebrangan pulau Jawa sisi paling timur.
13.30 memasuki
wilayah hutan lindung Blauran.
Bus berjalan
cukup kencang, wilayah timur Jawa Timur ini sudah panen mangga.
14.17 Panji,
pabrik gula Situbondo, ditandai ramainya lori tebu melintas.
14.18 memasuki
kota Situbondo. Karakter kota - kota Jawa Timur, alun- alun.
Jalan di bagi
dua arah,
15.15 mendekati
Besuki, jajaran pantai dan lereng bukit batu menjadi hiasan.
15.20 masuk
rumah makan Puritama Seafood Pasir Putih, bus belum berhenti tapi saya sudah
berdiri sebab akan mengejar sholat terlebih dahulu daripada makan, tepat
berhenti, langsung turun dan berlari menuju musholah dan shalat berjamaah
dengan Tyas.
Setelah itu
masuk ruang makan dengan merobek tiket, menu nya cukup enak, tahu goreng, soup
hambar isinya lengkap, mie goreng, ayam goreng dipotong kecil, semangka, dan
teh manis.
16.12 bus
melanjutkan perjalanan dengan iringan matahari bersinar diatas hamparan pantai.
16.42 Paiton
PLTU
16.51 Sore
semakin redup, para santri putri berjalan dan bersepeda dikota Kraksan.
17.23 Suasana sore semakin redup, di Prajekan
Probolinggo, masuk Gading Probolinggo.
Sepi, semua
masuk rumah untuk persiapan mengerjakan
shalat.
17.32 sudah
terdengar adzan maghrib.
17.43 masuk
kota Probolinggo
melintas kota
Surabaya tertidur
21.06 Kota
Lamongan, perbaikan dan pelebaran jalan
diujung kota, akibatnya arus kendaraan tersendat.
23.30 Tuban,
rumah makan Tamansari , makan tengah malam tanggungan bus yang dinaiki dari
Denpasar hingga Jakarta, shalat Maghrib dan Isya dengan imam sholat anak
remaja, cepet amat shalatnya, saat masuk keruangan makan hidangan makan
malamnya lebih sederhana dibandingkan di Pasirputih, yaitu nasi, sayur bobor
bayem dan daun labu kuning, ayam goreng.
kecap tidak
dikasi cabe.
Jumat, 13 Juli
2012/5
00.02 Kernet
bus Lorena mengingatkan bus akan berangkat. tapi Tyas nya masih dikamar kecil.
00.10 bus
berangkat melanjutkan perjalanannya.
02.13 bus
berjalan perlahan kendaraan berbaris rapat perkiraan lokasi berada di Rembang,
agaknya ini awal kemacetan parah, kerena terlalu lama macet banyak para supir
truk panjang tertidur sehingga menambah parah, keparahan ditambah lagi dengan
satu bus Lorena tujuan Denpasar Bandung
yang berjalan seiring dengan bus Jakarta Denpasar itu balik kanan kerena
ngak tahan macetnya Rembang.
03.15 masuk
kota Pati
04.15 Masuk
Kudus disini terdengar adzhan Shubuh.
Shalat shubuh
dalam bus.
04.30 masuk
ujung timur jalan tol kota Semarang
melihat halaman
terminal kosong langsung timbul keinginan untuk berlari lari di terminal,
tingkatkan speed sampai nafas ter engah- engah, Tyas udah nyiapkan minuman kopi
luwak terminal Mangkang Semarang.
06.25 Bus bergerak meninggalkan terminal Mangkang untuk keluar kota Semarang menuju Pekalongan.
07.13 shalat Dlhuha Sendang Ungu Batang,
sebab yang lain
masuk kantin terlebih dahulu, Alhamdulillah bisa Shalat normal, sebab semalam
dan tadi pagi shalat di bus dalam kondisi darurat, darurat jangan lama tunjukan
rasa syukurmu dengan Shalat.
saat masuk di
kantin, melihat harga nasi gudeg lengkap Rp 17 500,- akhirnya saya tawar Rp 10
000,- dengan dihilangkan sambel hati kreceknya, disetujui, kerena Tyas ngak
bisa makan pagi maka nasinya dibungkus akan dimakan di bus.
Kalau saya langsung dimakan disitu, dan betul juga enaknya sungguh menyakinkan, memory ini teringat perjalanan makan nasi gudeg di terminal Solo tahun 1994 dengan Aswan anak pertama, sampai Aswannya bilang enak pa gudeg nya enak pa.
07.55 bus bergerak meninggalkan Batang.
08.03 melintas
Alas Roban.
08.24 Pagi
sudah terang benderang, hamparan hijau sawah di Pekalongan sisi timur kota
terlihat menghampar luas.
08.49 Jalan
Sudirman Pekalongan
08.50 Saat bus
henti, di jalan Slamet Riady berhenti lintasan Kereta, tebak2 an kiri kanan dan
jenis kereta, tyas menang kiri lwt KA barang
10.10 melintasi kota Tegal, panas menyengat.
10.54 Brebes
Sedih juga saat
melihat orang berangkat Jumatan, sebab saya di bus tidak bisa Jumatan.
Subhanalloh
Walhamdulillah Walla Illa Hailalloh tidak bisa jumatan ya Allah.
13.23 masuk Indramayu, udara panas dan macetnya lalu lintas panjang sekali. Kawasan Pantura yang paling suka makan korban kecelakaan lalu lintas, gila ngak Indonesia menyumbang kematian kecelakaan lalu lintas 3000 jiwa meninggal setiap tahunnya, berarti 82 orang meninggal sehari, atau 3 orang per jam, gawat.
Kita ini layaknya seperti negara bebal yang tidak mau menjadikan peristiwa itu suatu perbaikan di kemudian harinya.
14.04 Lohbener Indramayu, baru terlepas dari kemacetan disusul kemacetan berikutnya, masalah transportasi sudah waktunya dipikirkan serius, hal ini kalau di lalaikan, beberapa tahun mendatang kehidupan semakin tidak nyaman.
Penggunaan
mobil pribadi sudah menakutkan kerena banyaknya kecelakaan kecelakaan, terkadang kesulitan BBM yang
menyebabkan semua kendaraan tidak jalan adalah merupakan peringtan jikalau
kepentingan kita di masa datang tergantung sikap kita terhadap energi hari ini.
Menyusuri jalan
lurus yang sering memakan korban, jalan keputusan yang harus di lakukan pihak
pemerintah sebagai pemegang anggaran belanja negara adalah memanfaatkan kamera
yang dipasang pada tiang tinggi untuk memonitor : 1) kestabilan pengemudi, 2)
pengemudi tidak boleh loncat jalur, dan berkecepatan lewat batas ketentuan, 3)
diberitahukan diujung kawasan kontrol ini ada petugas tilang yang melakukan
tilang atas pelanggaran yang dilakukan.
16.10 keluar
dari rest area Tamansari Cabang Pemanukan, harga makanan cukup mahal, sempat
shalat Dzhuhur dan Ashar sore semakin tergelincir diufuk barat.
17.00 masuk
pintu tol Cikampek
17.45 Kerawang
Barat
18.04 Macet di
pintu tol Cikarang Bekasi
19.00 keluar
dari pintu tool Cipularang dan langsung masuk tool Wiyoto Wiyono.
Saat bus
berhenti menurunkan penumpang, ikut turun, berjalan sedikit dan menyebrang
jalan, tunggu lama kendaraan umum tidak ada, kemudian naik taxi sampai parkiran
angkot 56.
20.30 diatas
angkot 56? duduk paling depan sebab membawa beberapa koper cukup besarnya.
21.30 tiba di
Gandoang.
21.45 masuk
rumah.
Sabtu, 14 Juli
2012/5
11.45 Mie ayam
setiap anak dapat satu bungkus.
Setelah shalat
Isya, silaturahmi dengan bapak orang Palembang yang sering sakit ginjal, sebab
dia menerima saya sebagai sahabatnya.
Minggu, 15 Juli
2012
Hari mulai
terang, sekitar jam 06.00 saat berangkat bersama istri menuju pasar mengingat
kulkas sudah kosong.
Sarapan
blenderan halus kacang ijo dan kedelai dan kayu manis sudah di lakukan
sehingga
semangat untuk mengarungi dingin pagi menuju pasar,
Senen, 16 Juli
2012
08.55 Bank TPN
Cileungsi
09.00 Bank
Muamalat Cileungsi
10.00 Lottemart
Ciputat, ikan yang dibeli : bandeng kecil dua bungkus, ikan ayam2, ikan
tongkol, ikan selar, ikan dori, kurma, telor, istri memasukan barang untuk
dibeli, baskom kecil, tepung beras dua bungkus, piring plastik untuk hantaran
buka puasa ke masjid.
11.30
tinggalkan Lottemart Ciputat
12.15 Macet
parah di sekitar mall Cijantung dipicu
dari pulang anak sekolahan di Yayasan Sudirman Cijantung, dijemput dengan naik
mobil.
Jalanan sempit,
anak sekolah yang parkir motor di pinggir jaan.
12.30 Shalat
Dzhuhur di masjid jalan raya Bogor Ciracas
Setelah
bermotor lagi
Ada makan nasi
padang serba delapan ribu, dipersimpangan Keong, kesana untuk makan siang, beli
satu untuk berdua, sebab ada juga membawa nasi dari rumah.
Satu piring
berdua dengan istri ini ditambah nasi dari rumah mempunyai konsep makan jangan
bebas- bebas tanpa larangan, cukuplah makan di siang hari untuk mencegah sakit
badan.
13.45 Saat
melintas di Cibubur, bukan main ngantuknya, udara cukup panas,
Selasa, 17 Juli
2012
01.00 Jaga malam
yang giliran jaga jatuh hari ini,
Ceritra ronda
hari ini agak sedih, satu truk menyerbu penduduk kampung yang memiliki ternak,
dirampok, dipotong ternaknya, dibawa dagingnya, sisa tulang, dibiarkan,
Perempuan mati
diterkam kumbang si kucing besar, ada cecceran darah, ada batalyon pendidikan
menembak
18.45 setelah
shalat maghrib, hujan deras menyiram, cukup deras sih, air yang jatuh diatas
sampai dua kali ember besar.
Rabu, 18 Juli
2012
17.56 masuk
rumah dengan basah kuyup, menggigil sedikit, kehujanan sejak di Mall Pondok
Indah Jakarta Selatan, saat keluar dari Pasar Cipulir yang gagal membeli sarung
sebab saat itu pedagang pasar banyak yang sudah pulang ( 13.00 ) yang terbeli
hanya amanahnya ibu2 pengajian yang
disapaikan ke istri kepingin hadiah kaos kaki muslimah sekaligus untuk menutup
aurat.
Terjadinya penundaan hingga kepasar Cipulir jatuhnya tengah hari, disebabkan motor masuk bengkel jam 09.00 di bengkel "Saudara" di pertigaan jalan Bogor Raya dan Cibubur.
Untungnya motor
hidup dari rumah sejauh 21 km menuju bengkel, ternyata spuul dinamonya mati,
proses penggantian spuul ini dan pencocokan jenis spuulnya yang agak lama
sehingga keluar bengkel jam 11.50, baru bermotor beberapa menit terdengar
adzhan Dzuhur.
Mengambil shalat di masjid yang belum pernah di masukin, wilayah Cibubur, arah jalan menuju kompleks Batam, ujung jalan wilayah militer.
Kemudian
terkena macet panjang di jalan Simatupang menjelang Terminal Lebak Bulus,
sehingga masuk pasar Cipulir sekitar 12.56.
Shalat Ashar di masjid Pajak disisi kiri jalan Simatupang dari arah Pondok Indah.
Saat pulang
melewati Cijantung, kok ada yang menggembirakan yaitu perbaikan trotoar di
jalan raya Bogor dikawasan Cijantung, kalau saya sih merasa gembira sebab
masalah trotoar ini pernah saya tulis di blog ini juga, kesimpulan tulisan itu
adalah kok wilayah Jakarta Timur tidak seperti termasuk wilayah Jakarta, yang
kental suasana Jakarta sebagai ibu kota Negara ya hanya kawasan jalan Thamrin.
Kamis, 19 Juli
2012
Berita pagi ini
dari salah seorang penderita Thalasemia yaitu si Dikky meninggal anaknya
mempunyai ciri gigi ompong dan rumahnya
di Pasar Minggu Thalasemia
09.00 tiba di
Bank Muamalat Cijantung, anak2 sekolahan pada libur.
10.00 tiba di
Pasar Cipulir untuk membeli sarung 50 biji yang akan dijadikan salah satu isian
paket ramadhan tahun ini.
Saat berjalan
menuju parkir motor, suasana jalan raya sangat mengejutkan, sangat ramai,
padahal tadi sewaktu saya bermotor dan tiba disini belum seramai ini arus lalu
lintasnya.
10.30 menunggu
istri yang mencari baju buat Fifi, sambil memperhatikan keramaian
jalan didepan
pasar Cipulir.
Sudah saatnya jalan Ciledug dan Kebayoran lama di pikirkan secara serius dan berarah selesai masalah, masalahnya adalah kemacetan akibat berlimpahnya kendaraan yang mendatangi kawasan perdagangan Cipulir, kalau mau ditata modern dan artistik sesuai dengan predikat Metropolitannya Jakarta adalah bebaskan Cipulir dari kendaraan plat hitam, merah, kuning, hanya boleh kendaraan interna khusus kawasan Cipulir dan gratis, shelter suttle bus berada dibanyak tempat, Cipulir adalah bangunan satu blok menjulang duabelas lantai, berstruktur anti gempa skala 9, dan ruang bebas mengitari blok Cipulir berjari- jari 1000 m, dengan saluran air kanal- kanal penangkap banjir saling terhubungkan membetuk anyaman jaring laba- laba, kedalaman kanal bisa 4 dan 5 meter, dan diatas kanal terdapat jalan setapak untuk berjalan mendatangi bangunan blok Cipulir, bagi yang tidak sabar menunggu datangnya sutlle bus.
Diujung sungai yang melintasi Cipulir dibuat pintu bendung untuk mengatur ketinggian aman banjir yang akan memasuki kawasan Jakarta hingga bermuara ke laut.
Asumsi
perhitungan banjir kawasan Cipulir ini adalah berapa besar banjir yang diterima
kemudian dibagi habis dengan volume kanal yang terjadi sejajar dengan penataan
kawasan Cipulir, di kali faktor, dimana faktor ini adalah waktu menahan
kandungan air yang memasuki kawasan Cipulir, yang diserasikan dengan kecepatan
limpasan air dipintu terluar air yang masuk ke Jakarta.
Kalau tidak ingin menahan lama- lama air yang masuk ke kawasan Cipulir ya pintu limpasan keluarnya dibuat besar, tapi diperhitungkan juga kesanggupan menerima limpasan air dari masyaraat
Terdapat jalan
lingkar mengelilingi Blok Cipulir, dari jalan lingkar ke pusat gedung hanya ada
sutlle bus, dan trotoar pejalan kaki selebar 4 meter, berundak- undak untuk
mencegah motor masuk dipadu dengan pohon pelindung dari tanaman asli Cipulir
yaitu, rambutan, mangga, Jamblang atau duwet dan buah kayu, entah masyarakat
setempat menyebut buah ini apa, yang asam rasanya dan penutup buahnya enak
dibuat manisan.
Halaman seluas
ini bisa dipakai untuk shalat ied dengan makmum shalat berada dibalik pepohonan
dan rimbunnya tanaman hias disudut mata melihat, serta tempat imam shalat
adalah diujung barat yang merupakan masjid sendiri berdiri dipinggir terluar
sisi barat halaman Cipulir yang bergaris tengah dua setengah kilometer itu.
Masjid yang
berdiri elok untuk shalat jamaah pasar, akan menambah datangnya para pembeli
manca negara.
Soal sungai dibawah Pasar Cipulir sekarang, dipelihara dengan penataan taman yang asri, air sungainya digunakan menyirami taman berdiameter dua setengah kilometer.
Soal jalan
bawah tanah untuk loading dan distribute barang bisa memanfaatkan jalan yang
ada sekarang.
Resiko yang harus dihadapi adalah menghilangkan semua bangunan diarea 2500 m dari pusat Cipulir, ditengah jembatan penyebrangan jualan.
Penataan ulang
sesuai perencanaan.
Keuntungannya,
terwujudnya bangunan dan taman yang serasi hijau banyak tanaman dan
terhindarnya kawasan dari banjir.
Saat ini matahari di Cipulir cukup terik, buruh angkut yang menyongsong datangnya barang dari truk atau kendaraan lain sudah siap berlari, mencari dimana tempat berteduh yang agak dingin, luar biasa panasnya pagi ini.
Ada warung
makan sangat sederhana tertulis Tantina, teringat lagu Ambon burung Tantina,
tapi letaknya di seberang, menyebrang jalan diantara kerapatan kendaraan yang
melintas.
Ditempat menunggu ini adalah merupakan
ujung gang yang
sedikit mendaki dan ada gerobak pasir yang berkali- kali keluar masuk
mengangkut pasir, didorong dengan tiga orang, sebab jalan gang mendaki.
Berkali- kali
ikut membantu mendorong gerobak pasir bangunan untuk membunuh waktu tunggu,
akhirnya istri datang juga.
11.40
meninggalkan kawasan Cipulir
11.50 Parkiran
motor kementerian perumahan rakyat
11.58 Shalat
Dzhuhur di masjid Badan Pertanahan
12.30 Makan
rendang dengan nasi dibawa dari rumah, untuk istri khusus nasi dan rendang
langsung di beli, dan untuk dibawa pulang makan sahur adalah 8 rendang dengan
sambal dan sayur nangka.
13.30 ngantuk
yang luar biasa datang menyerang saat melintas di Kranggan Cibubur, hentikan
motor dan istri ikut turun, menuju musholah di depan supermarket buah segar,
dan saat masuk, banyak karyawan supermarket buah itu yang menjadikan musholah
itu tempat istirahat.
Langung aja
menuju emperan musholah dan berpakaian lengkap dengan jicket langsung berbaring
tidur, nyenyak nya luar biasa.
13.45 datang
lagi kesadarannya, langsung bermotor dan angin panas menerpa Cileungsi siang
itu.
Kesegaran
dibutuhkan untuk bijak mengambil keputusan, kapan kecepatan motor di tambah dan
kapan dikurangi.
14.30 masuk
rumah.
16.50 Berjalan bersama istri untuk melihat semangat warga menyambut bulan suci Ramadhan malam ini, sepanjang jalan menuju masjid diujung jalan yang belum selesai setiap warga yang dijumpai selalu bertanya nanti malam sudah teraweh belum, sudah jawabku tegas, kalau sidang isbath Kementerian Agama memutuskan lain, tanya nya lagi, sudah kelakuan, kataku, sudah terlalu sering sidang isbath tidak mendudukan permasalahan menjadi terhormat, walau ada saksi yang melihat bulan, saksi itu tidak gila, saksi itu dibawah sumpah, tapi dengan ringannya di bantah oleh keputusan sidang isbath, tidak syah, sebab belum cukup umur.
Rindu mu terhadap Ramadhan harus membuat dirimu cerdas, saya sering berujar, menjadi orang islam itu harus cerdas, gunakan otak sehatmu, ingatlah mohon maafnya menteri Agama yang di muat di harian Kompas dan tak tercatat hari dan tanggalnya, dan si bapak menteri itu ternyata orang Palembang beberapa puluh tahun lalu saat ia merasa tidak enak hati menentukan saat Iedul Fitri di hari lain.
Oh ya ada satu lagi, jangan makan uang korupsi nanti otakmu tidak bisa berfikir cerdas
Kemudian
pengakuan kesalahannya yang di muat di koran itu membawa ketenangannya di usia
pensiunnya sehingga meninggalnya beberapa tahun yang lalu.
Dari penafsiran
yang berbeda ini pun yang menjadikan hukuman mati di Indonesia mandul, kecuali
yang jelas-jelas.
Asal bulan
sudah terlihat, dan yang melihat bukan orang gila, hasil ijmanya bisa
dipertanggung jawabkan, ikuti dia, berarti nanti malam shalat teraweh.
Jumat, 20 Juli
2012
00.30 saat
mengakhiri bacaan Al-Quran juz satu surah Al-Baqaroh, berusaha mengambil hikma,
yaitu di akhir ayat 140
Bahwa
sesungguhnya Tuhan mu tidak akan mengabaikan semua perbuatanmu
Artinya, jangan
engkau merasa tidak apa- apa terhadap satu derajat perbuatanmu, Allah SWT
mengetahui.
Ada hikma
terbangun jam sekian ini yaitu gas masak habis, ke warung pak H Roidin yang
bisa diminta tolong melayani gas masak yang habis ini, mendorong gas dengan
bantuan sepeda kayuh kecil.
Tiba- tiba saja
ngantuk pun datang, selamat datang ngantuk dan akhirnya tertidur dengan ikhlas
dan gembira sebab satu juz Al-Quran sudah terbaca.
03.30 Hp anak-
anak saling membangunkan
Sahur sederhana
saja, Tyas nya yang baru masuk rumah sakit di Denpasar juga terlihat bergegas
bangun mengerjakan shalat malam dahulu sebelum makan sahur, Astari pun ikut
shalat malam, Fifi sudah bangun minta makan langsung, dan Yasin si penderita
Thalasemia juga sama seperti kakaknya, susah sekali membangunkannya.
04.45 Shalat
shubuh berjamaah
05.30 Tyas dan
Astari dan Yasin minta diantar bermotor ke jalan raya, rencana nya mau kepasar
Cipulir mencari pakaian.
05.44 Saat
pulang dari mengantar anak2
tidak terasa sarung yang dikenakan naik motor
ini terlepas, masih mengendari motor.
Shalat jumat di
kompleks rumah.
Saat berbuka
puasa Ramadhan hari pertama dibuatkan pisang ijo oleh istri, kekurangannya
adalah jenis pisang yang digunakan kurang tepat dan syrop pemanisnya kurang
merah dan kurang manis.
Sabtu, 21 Juli 2012
00.30 sudah
tidak bisa tidur.
01.00 membuat
sambel goreng kentang kesukaan anak- anak.
01.20 Shalat
dua rakaat.
01.30 membaca
Al-Quran juz 3.
03.00 makan
sahur
06.30 semua
masih tidur, sunyi, saat terbaik untuk shalat Dlhuha.
07.00 pedagang
singkong dan pisang itu lewat depan rumah, dengan suara tuanya ia menawarkan
singkong kurusnya, ngak usah dilihat apa yang dijual, asal dia lewat harus
disantuni.
07.30
memperpanjang langganan internetan smart.
09.00 mendorong
motor untuk mulai di panasi, saat itu lewat pengontrak rumah tetangga
memberitahukan jikalau rekan sekontrakannya yang sama- sama pengrajin sepatu
itu semalam sakit gangguan ginjal dan sudah di bawa ke dokter praktek 24 jam.
Sebelum motor
dihidupkan saya sempat melihatnya, si Edo terlihat berbaring lemas, terlihat
obat delapan jenis diatas meja kecilnya, saya ingatkan jikalau terasa sakit di
jantung, buang semua obat itu, sudah menjadi ciri dari penata laksana medice di
sewilayah Cileungsi adalah obatnya banyak2 sampai delapan jenis lebih obat yang
harus diminum.
09.12 bermotor
dimana istri ikut juga untuk mencari daging yang lagi turun harga di giant
supermarket, mengingat tadi pagi Fifi dan Yasin sedikit mendongkol sewaktu
makan sahur sebab lauknya hanya, dadar telor dibagi tujuh.
Jalanan agak
sepi pagi ini, tetapi para pengemudi melajukan kendaraannya kencang2. ( situasi
jalanan di depan Mekarsari )
17.30 masjid
kecamatan Cileungsi
17.56 saat
dikumandangkan adzan maghrib, saat untuk buka puasa bersama dan hidangan
sederhana
Setelah shalat
maghrib menghampiri istri di kelompok wanita untuk makan apa adanya.
18.12 makan
bawaan dari rumah di emper masjid dengan istri.
18.32 mulai
berdatangan jemaah shalat Teraweh, ramainya anak berlarian di dalam masjid,
suatu fenomena sempitnya rumah, dan sekarang berada di masjid yang luas
sehingga timbul keinginan anak2 untuk berlari.
20.14 masuk
rumah dimana anak- anak masih mengaji Al-Quran.
Minggu, 22 Juli
2012
02.30 terbangun
dari tidur nyenyak.
Mempersiapkan
blenderan kacang ijo campur kayu manis dan kacang kedelai, serta jus sayur
sangat menyita waktu.
03.24 baru bisa
Shalat Tahajud
10.07 saat lagi
membaca Al-Quran surah Al-Imran terdengar suara muntah ringan, ternyata Fifi
yang muntah, langsung saya mencuci cangkir dan diberi irisan jahe dan ditaburi
bubuk teh kasi air thermos dan rebus
beberapa menit agar meningkat suhunya kemudian disaring dan disuapkan ke
Fifinya.
Ya ngak usah
puasa dahulu.
11.19 Fifi
masih muntah lagi, ambil air hangat satu sendok di tetesin minyak kayu putih
dan diminumkan.
17.30 di saat
menjelang maghrib tiba, mulai mengawali langkah kaki untuk meletakan di masjid
atau musholah sepiring korma ditangan ini, atas saran istri musholah terdekat
yang dapat bagian, kalau kemaren masjid kecamatan Cileungsi.
Memang disadari
bahwa di lingkungan kecil musholah ini tidak ada orang yang putus langkah
kelelahan mencari ridlo Illahi, sabar dan tawakal saja yang menemani, musholah
ini sangat lambat sekali disegala hal nya.
22.00 kembali
kaki melangkah ke Musholah untuk melanjutkan bacaan Al-Quran hingga memasuki
juz 5.
23.00 saat
keluar dari musholah bertemu dengan pak Budi yang lagi kena giliran ronda
lingkungan, sempat saya tanyakan kok berhenti latihan lawak nya, soalnya pak
haji sis ngak ada sih, pertanyaan ini hanya untuk mengkoreksi perhatian apakah
masih minat ngak dengan kesabaran panjang, membuat orang tertawa.
Senen, 23 Juli
2012
Khusus untuk
Fifi agar tidak membatalkan lagi puasanya, saat sahur ( 03.00 ) dibuatkan telor
dadar bawang putih.
17.00 berangkat
dari rumah, istri tidak ikut.
17.14 kemacetan
panjang menghadang sejak tanjakan Sosial Gandoang.
17.32 masjid
Al-Hidayah Kampung Sawah Cileungsi Bogor
Selasa, 24 Juli
2012
Rabu, 25 Juli
2012
Bermotor dengan
Tyas pagi ini
09.00 Foto copy
KTP di Gandoang
09.30 Bank TPN
Cileungsi
09.57 bank
Muamalat untuk santunan yatim dan pendidikannya di NTT-TTS
10.12 Tyas di
Bank Mandiri Cileungsi
10.30 Pasar
Cileungsi untuk membeli : kacang kupas persiapan Hari Raya sebanyak 4 bungkus,
hanya saja berat perbungkusnya 880 grm, tidak lagi 1 kilogram, nenas dua buah,
sawi satu ikat besar, wortel dua kilo, kemudian berpindah tempat ke Giant
superstore untuk membeli : ayam lauk, sebab tadi pagi sahur Fifinya minta Ayam
goreng tapi tidak ada persediaan, tepung bumbu, susu kalsiumnya Tyas.
Kamis, 26 Juli
2012
pagi - pagi
udah rugi Rp 10.000,- menggunakan simpati padahal udah menghidupkan program
telepon rumah di simpatinya, telepon rumah pulsanya ngak berkurang malahan
pulsa simpanan yang dimakan.
Habis shalat
Dzhuhur Tyas memberitahukan jikalau mas
Sutarman walau no kode areanya 0361 tetapi bukan flexi atau esia, tapi starone
baru saat itu terkejut, pantes aja pulsa rumah ngak berkurang.
Saya sendiri
yang kurang awas.
22.30 keluar
rumah untuk jaga malam lingkungan RT 05/08 bermodalkan Al-Quran
23.00 teman
group jaga malam RT, tidur- tiduran saya masuk musholah, berwudlu, baca
Al-Quran hingga juz 8.
23.50 mulai
keliling wilayah RT 05/08
Jumat, 27 Juli
2012
02.00 masuk
rumah dari Ronda jaga malam lingkungan RT.
Sedikit ngantuk
tapi tidak bisa ditidurkan, pengaruh minum teh sebelum jaga minum teh dahulu
pulangnya kerena dingin minum
teh lagi,
resikonya ya gini, ngantuk tapi ngak bisa tidur.
04.00 makan
sahur
04.47 shalat
shubuh
08.00 bermotor
dengan istri melintasi Cileungsi, arus kendaraan tidak terlalu padat.
09.00 Bank
Muamalat Yayasan PBSudirman Cijantung Jakarta Timur.
10.00 Lottemart
Ciputat, arus kendaraan cenderung sepi, jumlah pembeli sudah banyak, kebanyakan
mereka yang berkumpul di Lottemart pagi ini adalah para pemilik restorant, atau
rumah makan.
Jumlah ikan
yang disajikan termasuk sedikit, harganya termasuk tinggi, ikan yang terbeli
: ikan tongkol
besar seberat 1.6 kg, ikan patin besar 1.78 kg, ikan ini tertinggal satu sepagi
ini, ada pembeli lebih pagi telah membelinya, sehingga sewaktu ada ibu2 bertanya
ketersediaan ikan patin, dijawab habis dengan petugasnya, ikan ayam- ayam 2.5 kg, filet ikan dori, dari
sekian ikan yang terbeli saya sudah berfikir total harga diatas seratus.
Korma untuk
takjil di Masjid sebanyak 5 bungkus.
Istri
menanyakan mengapa tidak ada diskon yang cukup berarti ya beberapa minggu ini,
saya menerangkan situasi pangan sudah kritis ma, Lottemart saja sudah susah
mempertahankan supllyer untuk tetap mengirimkan barang dan makanan ke agen
pembelian lottemart, apalagi negara, cuma kok tidak ada gregetnya di tingkat
Nasional,
Seharusnya ma,
kataku pada istri sambil menunggu antrian panjang penghitungan belanjaan di
kasir, berusaha untuk tidak melirik kereta belanjaan di tetangga pengantri,
kerena jumlahnya 30 kali lebih banyak dari saya.
Pemerintah
pusat bisa menentukan kepada pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten untuk
masing2 menyewa tanah dan ditanami hortikultur dan tanaman unggulan daerah
untuk memperkuat ketahanan pangan masing2 daerah, pemerintah chinna saja bisa
menyewa tanah di Mamuju Sulawesi Barat dan di tanami padi untuk menunjang
ketahanan pangan 1 400 juta penduduknya yang juga makan beras.
Dua puluh tahun
lagi kita makan apa, diperlukan design baru dan penghitungan ulang kebutuhan
gizi minimum, itupun tanpa ditambahi dengan penyakit yang disandangnya, istri
mengingatkan jikalau sudah sampai di depan kasir, saya bergegas menghidupkan Hp
sebab nomer kartu belanja Lottemart saya catat nomernya di nomer Hp.
Didepan kasir
saya sebut satu persatu nomer kartu belanja Lottemart yang hilang entah dimana.
Saat di kasir,
dari kereta belanjaan saya di turunkan
belanjaan yang tak terbeli kerena uang yang ada habis untuk membayar tiga jenis
ikan dan dua minuman nata de coco untuk buka puasa anak2.
Barang yang
diturunkan dari pilihan saya sendiri adalah udang vaname setengah kilogram, dan
dari pilihan istri yang banyak, ada kue, ada syrup, ada kurma, ada tepung,
uangnya ngak cukup ma kataku.
Setelah itu
bermotor lagi menuju Cileungsi dengan niat masuk masjid apabila waktu shalat
Jumat tiba, jauh telah berjalan setelah di kawasan Cibubur shalat jumat di
masjid AlMuhajidin, atau masjid kuning di Cibubur.
Setelah shalat
pemandangan klasik mewarnai sepanjang jalan adalah pergerakan orang berjalan
kaki dan menyebrang jalan setelah selesai menunaikan ibadah shalat, shalat
bukan terminal untuk membuang waktu pengabdian belangsungnya kehidupan, selesai
mengerjakan shalat bergegaslah mencari rezeki Tuhanmu.
Indah kan,
menghubungkan shalat dan rezeki.
Itupun baru
dari satu ruas jalan, kalau kita naik sedikit 100 m dari muka tanah terlihat
yang jalan kaki di sudut desa sebelah, naik lagi 600 m dari muka tanah terlihat
pergerakan orang keluar masjid sewilayah kecamatan, demikian seterusnya, yang
dituntut oleh orang yang mengaku dirinya muslim adalah ketaatannya pada
perintah agama, laksanakan saja tanpa banyak merekayasa perintah.
13.40 masuk
rumah.
Sabtu, 28 Juli
2012
23.59 Saat
terakhir membaca tilawah Al-Quran surah Al- Arraf dimana diharuskan sujud
tilawah, saat pujian pada Allah SWT dihaturkan dan permohonan di utarakan,
langsung mendapat semangat mengapa tidak ikut sayembara perencanaan gedung LKKP
lokasi Epicentrum Kuningan Rasuna Sahid Jakarta Selatan, dan melibatkan
Muhammad Jawas sebagai team sipilnya.
Bawa
kegembiraan ini sebagai hadiah dari Allah SWT untuk mempersiapkan segala
persyaratannya.
Melangkah
pulang dari musholah
Minggu, 29 Juli
2012
Kesulitan
pertama untuk ikut sayembara design gedung LKKP adalah tidak punya SKA
sertifikat keahlian arsitektur.
20.12 baru
pulang dari super market giant, untuk mencari lauk, bermotor bertiga bapak Fifi dan Tyas,
dikerjakan setelah shalat Isya 8 rakaat, teringat ke giant supermarket sebab tadi sewaktu buka puasa lauknya sangat
kurang bergizi, hari ini Fifi sengaja saya anjurkan tidak berpuasa dahulu,
mengingat susahnya makan tadi sahur, dan badannya semakin lemah.
Giant malam ini
hanya membeli tomat sekilo, ayam seekor potong 12, dan jeruk sunkist sekilo.
23.59
meninggalkan musholah setelah membaca Al-Quran juz 10 sejak 23.00
Bulan terlihat
mengiringi dengan sinarnya yang kemerahan redup dan posisi 15
Senin, 30 Juli
2012
01.00 tidak
bisa tidur
03.00 tahajudan
sebelum makan sahur
04.00 Semua
ikut sahur, lauknya di tingkatkan ada ayam goreng, ada soup ikan, ada mie
goreng, ada ikan bakar
04.56 setelah
shubuhan dan membaca Al-Quran terkantuk ingin tidur.
17.00 beratnya
suatu kesepakatan, disepakati untuk kewajiban dirumah menyediakan takjil yang
harus di kirim kemasjid untuk buka puasa, masjid mana saja yang penting berbeda
setiap harinya.
Saat diatas
motor sendirian, terlihat jalan di Mampir Barat sedang di perbaiki, diturunkan batu- batu besar untuk menjadi
pondasi jalan yang bergelombang.
Bermotor sejauh
6 km dalam kondisi jalan rusak, akhirnya dapat juga masjid desa itu untuk
diserahi satu piring kurma.
23.56 Berhenti
tilawah Al-Quran didepan pintu Jus 12
Al- Quran surat Yunus.
Saat membaca
itu baru dirasakan hadirnya malaikat penjaga Al-Quran dengan kesejukan tinggi,
Pulang.
23.59 masuk
rumah
Selasa, 31 Juli
2012
Berada diujung
bulan Juli, kegelapan malam masih menyelimut, bulan sudah terlihat dengan
cahayanya pendar kemerahan, mengingatkan beberapa hari lagi akan masuk nisfu Ramadhan,
dua hari setelah itu, teringat ada peristiwa penting, turunnya Al-Quran ke
bumi, turun seayat demi seayat, turun dalam jangka waktu cukup lama, kerena
Al-Quran bersifat mendidik untuk cerdas bagi seluruh manusia.
Al-Quran bukan untuk laki2 tetapi untuk perempuan juga.
Al-Quran bukan untuk orang etnis Arab Saudi
saja, tapi juga untuk Indonesia, Amerika, India, Jepang, Tunisia, Birma,
Thailand, Inggris, Belanda, Checo, Rusia.
Tidak ada
kebaikan yang selama ini diselenggarakan atas nama kekuatan negara besar akan
hancur tanpa dukungan, sejarah telah membuktikan.
11.00 berada di Bank Muamalat Yayasan PBSudirman
Cijantung
11.50 saat
melintas di Buncit, kok banyak orang makan siang di saat Ramadhan seperti ini,
kawasan Buncit seperti menentang hukum Illahi, biar loe puasa gua tidak, loe
keberatan, bukannya begitu, kalau keberatan biar kekuatan lain yang
menyerangmu.
11.59 terdengar
adzan di masjid Wustho, Pasar Minggu, ruas Simatupang ke pertigaan Pasarminggu
- Ranggunan
motor diparkir
dan memasuki masjid beriringan dengan jamaah shalat yang lain, masjid ramai dan
shalat cukup khidmat.
Lha disamping
masjid ini ada warteg yang siang itu berkerudung/ bertirai hijau, dan banyak
orang yang keluar masuk makan siang tentunya, tidak tahan dengan aroma jengkol
di semur kecap kental, aroma ini
menyusup jauh di parkiran motor,
oleh sebab itu
HARAM HUKUMNYA ORANG ISLAM BERJUALAN MAKANAN SAAT BULAN RAMADHAN, kecuali yang
membantah, dan yang membantah adalah lebih dekat ke fasik.
13.00 saat
memasuki gedung PAN di Buncit, duduk di ruang tunggu depan lift lantai 3
bersama istri, terlihat foto para tokoh pendiri partai PAN.
13.05 diantar
masuk melintasi lorong jauh kebelakang dan menunggu sebentar sebab dari ruang
dibalik pintu yang terbuka itu terdengar suara memanggil dan memerintah, siapa
di dalam ruang, tanyaku pada pengantar seorang gadis front office, seorang
pengurus PAN juga pak, jawabnya singkat.
Saya merasa
tidak enak saja ada suara sedikit bernada tinggi dari dalam ruangan dan orang
ini akan saya temui.
Betul juga,
saat saya dan istri duduk didua kursi didepan seorang pengurus PAN itu, " wah saya susah pak kalau bapak
mengatakan kepada saya akan membantu pembangunan masjid yang sekarang lagi di
kampanyekan oleh PAN di televisi, dan kebetulan acara itu bapak tonton, kecuali
bapak membawa uang akan membantu menyelesaikan keramik lantainya saja, saya
tinggal menunjuk dimasjid sana pak bapak salurkan dananya ".
" Terima
kasih"
Saya keluar
dari ruangan itu tanpa ada kesimpulan setelah membekal sepotong kop surat yang
dirobek pakai tangan dan gerimpis pinggirannya yang diberikan oleh si pengurus
PAN di RUMAH PAN Buncit, hanya pikiranku bertanya seandainya ada tamu di
hidangkan air teh manis segelas, kemudian di cuprut, diminum sedikit, kemudian
diletakan dan di tinggal pergi, apakah si tuan rumah akan melanjutkan meminum
minuman teh tersebut, kembali kepada segerimpis kertas alamat PAN yang
diberikan kepada saya, apakah sisa kertas yang dirobek kop suratnya dan
tertinggal putih kosong itu masih dipakai, atau dimanfaatkan lagi, dari hati
kecil, harus digunakan, tidak boleh di buang sebab ini semua amanah Publik,
Allah SWT akan mencatat hingga sekecil- kecilnya.
Memang saya
datang ke sekretariat PAN bersama istri siang ini untuk berpartisipasi pada
salah satu kegiatan PAN untuk memperbaiki 1000 masjid.
Menurut bapak
Quraish Shihab dalam beberapa kali ceramahnya, rezeki itu tidak selalu uang,
kekuatan hikma penuturan bapak Quraish Shihab ini yang memperkuat niat saya
untuk mensukseskan program PAN memperbaiki 1000 masjid.
14.00 di
kawasan Cileungsi saat bermotor pulang siang itu sempat mampir sebentar ke
Masjid Al-Hidayah Kampung Sawah depan
terminal, untuk memberikan takjilan berupa sepiring Kurma yang dari tadi
semenjak berangkat dari rumah di simpan di tas nya istri.
14.21 beli
timun suri untuk campuran minuman buka puasanya anak2 di rumah.
14.35 masuk rumah