selamat berjumpa semoga tidak marah-marah

Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka hanya menipu diri sendiri sedang mereka tidak sadar. (QS. 2:9)

In trying to deceive GOD and those who believe, they only deceive themselves without perceiving


Jumaat, September 11, 2009

Busi meloncat dari rumahnya, kanvas kopling habis


Sabtu, 1 Agustus 2009.



Jam 03.00 bangun untuk mengerjakan shalat Tahajud, perjalanan masih jauh, terbayang terjalnya jalan di gunung- gunung perbatasan Cianjur dan Jonggol.

Shalat shubuh di masjid di sarana pendidikan Muhammadiyah.

Acara selesai shalat cukup baik yaitu pembacaan tafsir, hanya saja penguraiannya kurang berilmu luas.

Saya keluar dari masjid paling belakang sebab sedang menyelesaikan bacaan surah Al Taghabun, sempat matikan lampu, tetapi saya lupa, setelah gelap malahan lupa jalan mana arah pulang, setelah meraba- raba baru terasa kekosongan berarti itu adalah pintu.

Sesampainya di rumahnya Pak Lik Slamet, langsung sarapan pisang goreng dengan air putih, disini tidak biasa air teh hangat.

Kemudian minta ijin akan kerumahnya Aep, sebab tahun 1994 Aep pernah ke kantor di Ciptakarya Wilayah Timur. Aep adalah adik istrinya Pak Lik Slamet, berjalan bertiga kerumahnya Aep dengan Diah, dan Tyas.

Sesampainya di rumahnya Aep, aep pagi itu lupa kepada saya, saya bermain dengan kelupaannya.

Banyak diskusi perihal kehidupan, tetapi pandangan mereka memang berbeda seperti apa yang saya alami sehingga saya hanya bisa berkata, berkatalah hanya Allah SWT yang menentukan.

Saat kembali lagi kerumahnya Pak Lik Slamet, menyempatkan terlebih dahulu shalat dluha dan baru berangkat, tetapi motor mati, diam seribu bahasa, minta di dorong ternyata diam juga, keluar ke jalan umum, minta di dorong tetangga depan rumah dan motor diam juga.

Ke bengkel dan sesampainya di bengkel tukang bengkel akan membongkar motor, saya ngak mau, saya buka sendiri businya dan saya bersihkan, kemudian keluar lagi ke jalan raya, saya dorong dan tidak mau hidup, kemudian saya sela lagi, dan terlihat tanda- tanda kehidupan, motorpun hidup.

Syukur yang besar saya haturkan pada Allah SWT.

Setelah permisi langsung motor melaju keluar kampung Palalayang, memasuki Cihampelas, kemudian di pertigaan belok kiri berjumpa dengan jembatan Batujajar.

Saat melaju lancar saja, tetapi di ujung akhir jembatan jalan nya mendaki motor saya oper gigi ke dua, ngak mau jalan juga ke gigi satu juga ngak mau naik, akhirnya saya lupa ke nol, akhirnya motornya mundur, dan jatuh deh dari motor,
Motor jatuh saya loncat sementara Tyas sudah loncat juga, motor saya dorong mendaki belok kiri, dan setelah jalan datar motor di hidupkan kembali melaju kembali.

Tiba di tikungan pertigaan, yang belok kanan ke Cimahi dan yang belok kiri ke Padalarang. Ikutin yang Padalarang, keluar kota dan memasuki jalanan menurun di Cipatat.

Saat menuruni perlahan jalan di Cipatat ini, dimana aroma tape di kiri kanan, saat itu meletup busi motor, motor berhenti sebab mesin tidak ada pembakaran.

Saya terpaksa memberhentikan kendaraan yang melaju sebab akan mengambil busi yang terlepas kejalan raya, setelah busi di dapat, kemudian dipasang lagi, ternyata busi tidak bisa hidup, otomatis mati sebab pernah di lindas ban mobil.

Berkendaraan motor dengan Tyas melintasi jalanan menurun, sampai pada peninggian motor di dorong lagi, dan di kendarai lagi saat jalan menurun, sampai berjumpa dengan kedai yang menjual busi motor.

Busi sudah terbeli seharga Rp 11 000,- dan dipasang dan motor hidup kembali, malahan si ibu itu menawarkan air minum untuk saya, kemungkinan terlihat wajah payah pada dirih saya, sementara air sudah habis, saya menolak sebab rumah ibu itu ada di bawah sehingga kasian untuk naik turun bukit sekedar air minum untuk saya.

Motor sudah melaju kembali tetapi memasuki selewatnya kota Cipatat kendaraan sudah tidak bisa melaju, sebab plat kopling motor saya pikir sudah aus.

Untuk mengakalinya saya belikan olie di pertigaan jalan menuju danau Seguling.

Setelah olie saya tuang kemudian motor di hidupkan kembali ternyata tidak merobah suasana sebab motor tidak mau melaju kencang.

Masuk bengkel pertama, ternyata ia tidak bisa, masuk bengkel ke dua, di tunggu lama baru ia berkata tidak bisa.

Akhirnya menemukan bengkel yang bisa membongkar setelah melewati tetapi untuk mendapatkan plat kopling harus membeli ke tempat lain.
Menunggu cukup lama samapi terjadi rasa pusing di kepala kerena terkena paparan matahari siang ini, dan rasa haus, minta air minum pada bapak yang menjual nasi, sambil merasakan kualitas air, kualitas air cukup jelek dan terasa amis, tetapi rasa haus hilang.

Plat Kopling seharga Rp 35 000,- dan ongkos pasang Rp 30 000,- kemudian
Motor sudah terasa beda, sudah bisa melaju kencang kembali.

Melewati jembatan Rajamandala masih semangat tinggi menerangkan kepada Tyas jikalau di samping sisi kiri ada jembatan kereta yang masih aktif, kereta tadi sewaktu melintasi silangan jalan raya dan rel kereta.

Memasuki kecamatan Ciranjang tempat shalat Dlhuha kemaren kendaraan melaju cepat.

Akhirnya berjumpa kembali pertigaan jalan kalau lurus Cianjur dan belok kanan menuju Jonggol, di ujung jalan terlihat ada lima kendaraan angkotCileungsi Cianjur antri menunggu penumpang, dan bus ada dua menuju ke Bekasi.

Beli Premium di ujung jalan awal memasuki ruas Cianjur Cileungsi senilai Rp 14 000,-

Kendaraan motor berangkat lagi, jalanan lurus, kiri kanan sawah tetapi saya yakin untuk beberapa tahun mendatang akan dipenuhi dengan bangunan entah pabrik atau penggunaan lainnya.

Motor melaju kencang tetapi di kejauhan terdapat truk besar searah dan dari arah depan ada truk besar juga sehingga waktunya mengurangi kecepatan.

Setelah melewati truk itu kembali berjalan kencang tetapi jalanan ketemu dengan perempatan yang kalau lurus menuju ke Jonggol dan kekiri menuju Cianjur kota, kemudian pemandangan kiri kanan jalan menjelang siang saat itu dipenuhi dengan pepohonan.

Jalanan mendaki terus berbelok dan memasuki kota Cikalong, terlihat toko yang menjual olie sewaktu ke Bandung dahulu melihat Pak Lik Slamet sakit, terbaca Iwan bengkel, namanya.

Jalanan mendaki terus motor kuat menanjak walau pada tanjakan terjal hanya pelan sekali jalanannya, pada jalanan menurun sangat hati, perlahan- lahan.

Memasuki jalanan rusak saat akan memasuki perbatasan Jonggol Bogor dari Cianjur, jalanan menurun kendaraan berhenti sebab harus antri tetapi motor berjalan terus malahan memimpin kendaraan banyak di belakangnya.

Dzhuhur pun datang tetapi shalat di niatkan di masjid Besar di ujung awal memasuki perbatasan Jonggol

Sepatu saya lepas di masjid itu, tetapi setelah saya berwudlhu dan melirik kearah sepatu, sepatu telah di pindahkan ke rak sepatu, saya mengimani shalat Dzuhur saat ini dengan makmum cukup berlima.

Setelah memberi uang pada penjaga sepatu motor di hidupkan kembali. Perjalanan berlajut memasuki kawasan Tanjung Sari, terasa lama sekali untuk mencapai Cariu.

Akhirnya kecamatan Cariu tercapai juga, udara panas cukup menyengat, suasana kemarau sudah menghadang mata. terasa keluar dari desa itu berarti memasuki Jonggol, tetapi jalananya ada bagian yang jelek, debunya banyak.

Akhirnya memasuki kota Jonggol kendaraan masih perkasa dan mampu berjalan cepat di kelokan jalanan yang berbelok kiri dan kanan, saat akan memasuki Gandoang terjadi kelambatan akibat banyak truk pasir yang berjalan perlahan.

Masuk pasar Gandoang belok kiri dan berjalan lurus berarti sudah memasuki rumah, melewati belakang rumah dan masuk dari sisi kiri dan langsung masuk keruang depan.

Terasa lega memasuki rumah tepat jam 14.00 siang.

Fifinya minta oleh- oleh pisang goreng dari Pak Lik Slamet.

Kemudian makan siang dengan sayur asem, sangat sedap sekali.

Malam harinya di undang selamatan rumah kakak kandungnya pak Sukarna yang baru menempati rumah di samping rumahnya pak Karna.

Istirahat malam yang indah.

Tiada ulasan: