selamat berjumpa semoga tidak marah-marah

Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka hanya menipu diri sendiri sedang mereka tidak sadar. (QS. 2:9)

In trying to deceive GOD and those who believe, they only deceive themselves without perceiving


Khamis, Mei 07, 2009

Bali dilanda wabah bunuh diri

Minggu, 1 Maret 2009.

Semalam warta berita BBC London pada acara bedah buku karya prof.. doktor Suryani akhli Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.

Saya yang merasa pernah sekolah disana merasa iut tertantang untuk menjawab sepengetahuan saya yaitu bagaimana meminimalkan pelaku bunuh diri di bali, atau berkurang sedikitlah, jangan malahan membesar, sebab disini pemerintah terlihat membiarkan saja, masyarakat pun menganggap hal ini bukan masalah.
Sumber koran Republika 11 September 2008 Jaya Lesmana mengatakan, faktor tekanan mental, himpitan ekonomi dan derita fisik yang tak tersembuhkan menjadi alasan mengapa para korban memilih bunuh diri. Faktor pemicu lainnya yakni tidak adanya teman berbagi dan berbicara.
"Sebagian besar dari para pelaku sudah pernah berbicara ingin mati. Tapi mungkin karena sedikit yang memperhatikan, pelaku merasa sendiri dan akhirnya memilih bunuh diri," tambah Jaya Lesmana. ant/is.
Seingat saya kemampuan masyarakat Bali dahulu sewaktu saya kecil, sangat tinggi untuk meredupkan prilaku menyimpang, ini berarti sedang terjadi perubahan sosial besar- besaran di Bali sehingga siapa yang tidak sanggup menghadapi ia akan meninggal.
Pemikiran awal saya adalah, saya akan mencoba melihat Penataan Ruang di sana apakah sudah tidak bisa lagi dijadikan sarana untuk meredahkan emosi yang tertekan, ataukah penataan ruang disana sudah tidak mampu mendinginkan perasaan yang bergolak.
Kalau dari segi agama, berarti agama Hindu kurang memberi jalan keluar terhadap setiap persoalan yang dihadapi umatnya, mengingat metoda beragama sebagai besar masyarakat di sana adalah awam terhadap agamanya, agama tidak terlalu dipegang kuat, hanya dipegang secara kemasyarakatan.
Pelaku yang memegang agama dengan konskuen juga terlihat damai- damai saja di Bali, tidak terlibat minuman dan hubungan a moral lainnya.
Perlu dilakukan peninjauan ulang terhadap sistim penataan ruang di Bali baik yang mapan atau yang post modern akibat perkembangan kota, saya belum ada data apakah pelaku bunuh diri hidup di wilayah penataan ruang perdesaan atau hidup di wilayah penataan ruang perkotaan baru, yang tidak memperhatikan Trihita Karana, Nawa Sanga.

Resiko bunuh diri itu sudah banyak diketahui sejak dahulu adalah sebagai pola pengakhiran kehodupan yang dibayangi oleh pemikiran di dalam otaknya, melihat setan lah, melihat dosa lah, melihat ke bangkrutan lainnya, sehingga disana belum ada peringatan jangan engkau melakukan ini dan itu nanti kamu akan mati, ujung2nya mati bunuh diri, sepintas adalah orang yang tidak bisa mempertanggung jawabkan prilakukanya sehingga ia merasa berat hati untuk membeban kehidupan dibayangi dosa nya itu.

Kalau diperhatikan kan asal orang itu punya uang kemudian ia akan membeli dan membangun bangunannya yang tidak sesuai dengan kedudukan adatnya, ada orang biasa yang membangun seperti rumah di Puri misalanya, hal ini akan membuat tidak cocoknya antara sipengempu atau yang mendiami rumah itu dengan bentuk rumah yang sudah seperti rumah- rumah di Puri.

Sebab antara isi rumah dan aroma rumah harus senada.

Atau bisa juga sekarang ini sudah tidak ada ruang publik untuk mempertemukan dua orang untuk saling berbicara, ruang publiknya berubah menjadi kafe minuman hingga mabuk dan lupa diri, yang mana itu bukan budaya masyarakat Bali sendiri.

Bisa jadi Bali yang semenjak saya tinggalkan tahun Oktober 1985 , sudah berubah dimana saya sendiri tidak tahu seberapa jauh perubahannya sehingga banyak orang yang tidak mampu untuk menyesuaikan diri.
saya mencoba usulkan bentuk penelitian:

“Evaluasi Penataan Ruang di Bali dalam usaha mengurangi pelaku bunuh diri dan kecelakaan lalu lintas”

Cuma siapa yang mensponsori ?

Sebab datanya berbicara VIVAnews – Polisi Daerah Bali menghimpun sedikitnya tahun 2008 tercatat 611 orang di Bali meninggal dengan cara tidak wajar atau mengenaskan. Rata-rata akibat kecelakaan lalu lintas sebanyak 1.358 kasus dan bunuh diri 121 kasus.

Dari 1.358 kasus kecelakaan, tercatat korban meninggal 490 orang, luka berat 91 orang, dan luka ringan 1.080 orang. Sementara kasus bunuh diri bervariatif, mulai usia 13 tahun hingga 90 tahun, dengan cara yang bervariasi juga, seperti gantung diri, memutus urat nadi, minum racun, menceburkan diri baik ke sungai maupun sumur, dan menusuk diri dengan senjata tajam.

Sekretaris Suryani Institute fo Health, dr Cokorda Bagus Jaya Lesmana menjelaskan untuk angka bunuh diri di Bali masih tinggi lantaran dalam setahun selalu di atas 100.
"Pelakunya yang berhasil sebagian besar adalah laki-laki dan gantung diri menggunakan selendang menjadi pilihan utama. Hal ini lantaran setiap orang Bali pasti memiliki benda itu untuk bersembahyang," terangnya.

Sedangkan untuk kecelakaan di Bali, faktor pemicunya karena pelanggaran marka seperti mendahului tidak aman karena mengambil jalur terlalu ke kanan, mabuk akibat minuman keras.

Kepala Kepolisian Daerah Bali, Inspektur Jenderal Teuku Ashikin Husein akan melakukan langkah mulai menegur sampai dengan penindakan.

"Tahun 2009, kita akan lakukan peneguran tanpa penindakan, ditegur dan dinasehatin, kendaraan diberhentikan pengendara diminta turun dan belajar lagi soal rambu-rambu lalu lintas. Kalau sampai ini masih dilanggar juga langsung tilang," ujarnya yang masing-masing tahap akan disosialisasikan dua minggu.

Tiada ulasan: