Jumat, 1 Agustus 2014
09.56 Dengan berniat akan shalat
Jumat di Ciledug, berangkat dengan motor, bertiga sebab Fifi ikut naik motor
bersama ibunya.
11.00 Melintas di Simatupang.
11.49 Masih di Bintaro, terkejut
sebab waktu shalat Jumat sudah sangat dekat.
11.50 Dipintu kereta api yang
beberapa bulan yang lalu terjadi kecelakaan kereta api menobrok truk tangki
pertamina yang menimbulkan kebakaran hebat dan meminta korban jiwa.
11.51 Melesat di jalanan sepi yang
bermuara di markas kesatuan militer angkatan darat Kodam di jalan H Saidi
11.55 Terjadi perubahan lintasan
jalan bersamaan dengan telah terbangunnya jalan tol yang melintas diatas jalan
Ciledug Kebayoran Lama, jalan haji Saidi itu diputar mengikuti dinding tebing
tol, motor di pacu terus dijalan raya Ciledug itu dan akhirnya melewati
pertokoan TomangTol, belok kiri.
11.57 Masuk kerumahnya pak Liliek
yang akan berangkat shalat Jumat bersama menantunya, motor di parkir, kemudian
salaman sambil menanyakan mengapa badannya pak Lilik kok kurus sekali, saya
sakit katanya, dan saya ikut di mobil bertiga menuju ke masjid untuk shalat
Jumat, masjid itu terletak di dalam kompleks perumahan Taman Asri Larangan
Utara, di dalam perjalanan ke tempat shalat Jumat itu pak Lilik ceritra jikalau
awal sakit dipicu saat ada tumbuh daging kecil di bawah ketiak kanan, saat itu
ia sedang mengangkat seratus koper koper para jemaah haji 2013 dimana pak Lilik
ikut menjadi jemaah haji juga, hanya saja saat itu ia melihat mengapa koper-
koper jemaah haji kok di letakan sembarangan di loby penginapan dimana ia
tinggal, koper itu banyak sekali, dan pak Lilik melihat sendiri ibu- ibu
kesulitan menuju ke kamar kecil sebab harus melangkahi banyak koper, di saat
itulah pak Liliek berinisiatip untuk merapikan koper- koper itu, merapikan berarti
ya mengangkat koper yang berat2 yang isinya permadani tebal.
Setelah mengangkat koper sebanyak
itu, baru terasa ada yang perih di
sekitar bawah ketiaknya.
Dan hari ini adalah kemoterapi hari
ke empat di RS Dharmais, rencananya akan dilakukan setelah shalat Jumat ini.
Shalat Jumat belum terlambat,
Alhamdulillah sekali, sebab seperti di angkat oleh Malaikat saja bermotor
bertiga itu, jam sebelas empat puluh sembilan itu masih di pertigaan jalan raya
Veteran, Setelah supermarket Giant, yang
diarah belakang saya menuju Rempoa, dengan jalan Bintaro Permai dengan jalan
Bintaro Raya, saat akan belok kiri kok terlihat tanda larangan melintas,
berarti setelah peristiwa terbakarnya lokomotip kereta api Bogor Jakarta
tobrokan dengan Truk Tanki Pertamina, dibuat pengaturan lalu lintas dan tidak
boleh belok kiri dari arah Rempoa di jalan veteran.
Kerena sepi, padahal ini yang
bahaya, masuk saja, sampai pintu kereta api, selamat dan sampai di rumahnya pak
Lilik.
Saat memasuki masjid, tidak
memperhatikan jikalau masjid ini palsu, tidak ada imam nya, setelah shalat
sunah dua rakaat baru meluruskan mata lho kok melihat layar televisi, ait ait
ait ini berarti saya berada di tempat lain tidak satu hamparan dengan imam
shalat, tidak syah shalat disini, saya bertanya dengan jemaah shalat di
samping, lho imamnya dimana kok disini di pasang monitor televisi, ada di atas
jawabnya, langsung saya angkat sajadah dan pindah ke lantai atas yang sudah
penuh sesak, ada yang di hindari jemaah saat itu, yaitu terpaan sinar matahari siang
yang cukup terik, dimana tempat yang di terpa paparan sinar matahari di situ
kosong, dapat lah shaft shalat di kelompok depan.
Khotbanya bagus mengingatkan
kebodohan bangsa Indonesia atas eksploitasi tambang freeport yang emasnya di
ambil oleh Amerika dan Indonesia tidak dapat apa2 nya.
12.45 Shalat Jumat sudah selesai dan
kembali bermobil ke rumahnya pak Lilik.
12.50 Setibanya di rumahnya pak
Lilik terlihat persiapan untuk berangkat masuk perawatan inap di RS Dharmais.
Sabtu, 2 Agustus 2014
04.00 Terbangun untuk mengerjakan
makan sahur puasa sunnah Syawal hari pertama, dan istri puasa membayar hutang,
sebab bulan Ramadhan istri berhutang sebelas hari puasa.
05.00 Menuju RSDharmais sebab pak
Lilik di rawat disana.
06.59 Yaaaaa baru masuk terminal
Kampung Rambutan, belum cari parkir motor, belum lepas jiket, belum berjalan
menuju halte busway, kesimpulannya gagal mengejar jam tujuh pagi di halte
buswaai kampung Rambutan, saat mana tiket busway dijual dua ribu rupiah.
07.18 Masuk halte Busway Kampung
Rambutan dan betul juga tiket sudah menjadi tiga ribu limaratus rupiah untuk
satu orangnya.
07.20 Busway berjalan dengan
penumpang hanya empat orang termasuk saya dan istri dan dua anak muda yang baru
pulang mudik.
07.35 Halte busway BKN, turun untuk ganti
busway yang menuju Grogol.
07.54 Cukup lama menunggu bus yang
menuju Grogol, terbanyak menuju harmoni.
08.00 Bus datang yang menuju Grogol
dalam keadaan kosong.
08.30 Salah turun di halte untuk
menuju RS Dharmais, berarti kurang satu halte lagi, untung saja pemberitahuan
ini di dapat sebelum keluar dari halte.
Masuk lagi dan menunggu cukup lama
datangnya busway.
08.55 Bus itu akhirnya datang juga, bus berhenti, naik dan sejurus kemudian
turun di halte berikutnya, halte RSHarapan Kita.
Berjalan bersama istri menyusuri
jalan raya besar.
09.00 Didepan Rumah Sakit Dharmais,
pusat kanker Indonesia
09.08 Di lantai delapan, ternyata
pak Lilik tidak raawat nginep kemaren sore untuk Kemoterapi, sebab dokter tidak
ada.
Hal ini diberitahu oleh seorang
wanita yaitu istri dari pasien yang di rawat di bed samping bed nya pak Lilik,
hanya saja pak Lilik memilih pulang.
09.20 Saat keluar dari lift lho kok
melihat ada musholah kosong, putuskan untuk shalat Dlhuha di musholah Rumah
Sakit Dharmais, sebab dalam perjalan pulang nantinya waktu dlhuha ini akan
hilang bertemu dzhuhur.
09.30 Busway menuju ke Cawang UKI,
dapat tempat duduk setelah tiga busway sebelumnya dibiarkan lewat.
10.00 Halte busway Cawang UKI, ganti
bus yang menuju Kp Rambutan
10.20 Meninggalkan Terminal Kampung
Rambutan?
11.40 Masuk rumah.
Minggu, 3 Agustus 2014
Senen, 4 Agustus 2014
Selasa, 5 Agustus 2014
Rabu, 6 Agustus 2014
10.00 Kegembiraan terjadi disaat
mana Erick yang membawa mobil terbuka pickup hitam datang dirumahnya ibunya pak
Parman di Radio Dalam Jakarta Selatan. dimana saya dengan Tyas sudah berada di
tempat itu setengah sembilan tadi pagi, Tyas hari ini mau mengangkat barang2
miliknya yang ada di tempat indekosannya di Radio Dalam, indekosannya tidak di
perpanjang lagi, dan Erick mau membantu mengakut barang Tyas.
10.20 Mengakhiri kunjungan ke Radio
Dalam, Erick dengan mobilnya menuju Cileungsi dan saya bermotor dengan Tyas.
10.25 SPPBU di Margaguna Raya untuk
isi bensin, sebab tadi berangkat sama sekali tidak isi bensin.
10.30 Masjid Maulana di jalan
Simatupang, sesudah sekolah Prasetya Mulia dan berdampingan dengan gereja
katholik Santo Stefanus, sebelum perempatan Fatmawati, untuk mengerjakan shalat
Dlhuha.
12.05 Shalat Dzuhur di musholah
kecil depan Mall Cijantung.
13.30 Masuk rumah ternyata Erick
baru lima menit masuk rumah terlebih dahulu.
Kamis, 7 Agustus 2014
04.00 Makan sahur untuk berpuasa
Syawal hari ke empat.
07.30 Setelah shalat Dlhuha, muncul
pemikiran ke adiknya pak Yafhis yang berada di Bandung yang sedang menderita
kanker sinus stadium empat dan pak Lilik yang terkena kanker menyerang jaringan
tulang lunak juga stadium empat, saya berdiri di depan rumahnya pak Yafhis dan
unjuk salam dari luar, ayo pak berusaha, yang penting belum meninggal, harus
ada yang ke Bandung pak untuk mengantarkan bahan- bahan ini, daun srikaya, umbi
kunyit putih; umbi kunyit hitam, temulawak.
Untuk mengumpulkan ini sampai
mencari di halaman para tetangga, sehingga tiba- tiba di beritahukan jikalau
tetangga diujung jalan ada menderita pecah pelipis daerah kepala kerena bus
yang di naiki balik ke Jakarta mengalami
tobrokan di Brebes.
Jumat, 8 Agustus 2014
Sabtu, 9 Agustus2014
04.10 Makan sahur untuk berpuasa
bulan Syawal hari ke lima.
05.00 SMS dari ibu Nur Ciledug
jikalau pak Lilik hari Jumat kemaren tidak bisa shalat Jumat sebab masih di
kemotherapy kerena penyakit kankernya.
Minggu lalu masih bisa shalat Jumat
sama2 sekarang Jumat kemaren, sudah tidak bisa.
Memang efek kemoterapy sangat berat,
ikut mati sel- sel yang menunjang kehidupan.
07.30 Akan membayar listrik, lho ban
belakang sepeda motor kempes, pompa dahulu dirumah sebelum berangkat membayar
listrik.
08.00 Motor dikendarai pelan- pelan
dan setibanya ditempat membayar listrik sudah banyak yang mengantri.
08.20 Pompa ban di bengkel sepeda
motor.
08.25 Mampir ke rumah Pak Waluyo
sambil nganter istri ingin lihat cucu kembarnya pak Waluyo.
08.40 Atas saran saya, pak Waluyo
mau di jemur punggung nya dibawah sinar matahari langsung untuk menghindari
serangan strooke, strooke sering datang pada saat fungsi tubuh banyak yang
sakit.
Minggu, 10 Agustus 2014
16.00 Semenjak sebelum Ashar tadi
sudah di ingatkan ke istri jikalau hendak Donor Darah, dimana sudah dua kali
kedatangan di PMI Kramat tertolak terus sebab Hb masih dibawa 12.5
16.20 Istri bergegas menengok ke
tetangga belakang rumah, yang BPJS Kesehatannya di urusin ke Bogor dan sekarang
kartu itu menunjukan kesaktiannya saat anaknya melahirkan dengan fasilitas BPJS
Kesehatan dan terhindar dari biaya mahal.
16.21 Menunggu lama persiapan istri,
saya sempatkan menengok ke tetangga depan balik seberang rumah, Topo, yang
terkena strooke beberapa bulan lalu.
17.00 Berangkat menuju PMI Kramat
untuk donor darah.
17.09 Kemacetan parah sepanjang ruas
Cileungsi ke desa Gandoang, betul2 parah sampai terlintas mau pulang saja.
18.01 Maghrib pun tiba, itupun baru
sampai di Kampung Sawah, Cileungsi masih jauh, dan putuskan shalat maghrib di
masjid disini Kampung Sawah.
18.10 Bermotor lagi sebab malam
sudah tiba.
18.20 Bertemu kemacetan parah dan
lebih panjang di Cibubur.
19.20 Saat terdengar adzhan shalat
Isya, itupun baru sampai di masjid tinggi perumahan Cibubur Arundina, istirahat
untuk shalat Isya.
19.30 Bermotor lagi.
20.00 Tiba di Terminal Kampung
Rambutan, parkir motor dan tinggalkan.
20.02 Diatas Busway menuju Kramat
Sentiong.
21.20 Tiba di PMI Kramat, naik ke
lantai lima, dan agak terkejut saat pintu lift PMI Kramat terbuka, manusia kok
banyak sekali, ini kan malam, terlintas di pikiran apakah susah darah.
21.30 Pemeriksaan Hb, Hb saya 12.6
syarat terpenuhi tetapi istri tertolak sebab Hb nya 11.9
21.50 Saatnya donor darah yang ke 56
kalinya, saat berbaring di ambil darahnya itu terbayang, donor darah kali ini
yang cukup berat, jatuh tempo donor di empat hari sebelum iedul fitri ramadhan
kemaren, gagal donor sebab Hb 12.3, kemudian datang lagi ke PMI Kramat di hari
raya ke empat dan di tolak juga sebab Hb tetap di angka 12.3
22.25 Istirahat setelah donor dengan
minum air hangat air putih biasa, ngak ada apa2, dapat bingkisan staterpack
berupa mie pop dan biskuit kecil dan susu.
22.30 Tiba di Halte Busway Palputih
depan PMI Kramat, jauh2 naik tangga dan nyebrang turun ternyata pelayanan
busway tutup hanya sampai jam sepuluh malam.
Kenapa ngak diberitahu diujung jalan
bahwa pelayanan hanya sampai jam sepuluh malam.
22.45 Halte busway Kramat Sentiong
setelah berjalan cukup jauh dari halte Palputih.
22.47 Diatas busway menuju Kampung
Melayu.
23.00 Halte Kampung Melayu
23.59 Halte Kampung Rambutan.
Senen, 11 Agustus 2014
00.01 Ditengah malam di terminal
Kampung Rambutan, turun dari busway.
Bangunan terminal banyak sekali yang
tidur, mereka lelaki tua dan berbekal tas hitam kusam terlihat akan mulai
hendak tidur, sempat ia melihat kearah kedatangan saya bersama istri diujung
lorong penghubung busway, banyak sekali yang menjadikan terminal ini sarana
istirahat tidur, saya menaruh iba atas hal ini, dan menaruh syukur juga pada
Allah SWT, coba seandainya ada udara dingin sedingin es, betapa menderitanya
mereka yang tidur di bangunan terminal bus dengan alas tidur selembar koran
tipis.
Umpama saja datang penjabat bermulut
besar dan suka menyombong, Jakarta harus bebas dari mereka yang hidup
menggelandang, gampang toh, saya kerahkan pasukan PP tepat jam dua belas malam,
kita tangkapi mereka- mereka yang tidur di terminal, atas dasar menjaga
keamanan dan menghindari premanisme, tetapi apakah itu menyelesaikan masalah?
Melintasi pintu kecil penghubung
terminal, istri berbisik kalau siang disini banyak sekali penjual buah lima
ribuan tetapi kalau dikasi uang lima ribuan, bukan buah itu yang di beri, akan
di ambilkan buah yang jelek yang ada di bawah mejanya,bisnis tipu-tipu
inilah yang harus di tertibkan dengan
sipemakan gajih pemda DKI Jakarta.
Sepeda motor dengan temannya itu
sudah gembira saja melihat saya, jiket sederhana itu sengaja di lampirkan di
stang motor, dan temannya sesama sepeda motor dari kelas bagus Honda Beat masih
termenung di sampingnnya menunggu sentuhan pemiliknya.
Jiket di kenakan, plastik pelapis
dada sudah dikenakan, penutup hidung, mengenakan helm, banyak sekali seremonial
sebelum mengendarai motor dan grengggg motor hidup, setelah istri naik di
belakang, motor dijalankan, menyapa bus- bus bandara Soekarno Hatta yang parkir
menanti pemberangkatan jam tiga.
00.05 Terminal Kampung Rambutan
ditinggalkan.
00.40 Perut sudah lapar, nasi bawaan
dari rumah masih terbungkus utuh, sepanjang jalan sejak keluar dari terminal
Kampung Rambutan warung sudah tutup, sekarang sudah tiba di Cileungsi, dan
rezeki Allah SWT, warung mie Aceh itu masih buka, warung itu dikelolah oleh
pedagang yang sangat akrab dengan saya dan istri sewaktu berjualan bumbu dan
rempah- rempah sewaktu pasar Cileungsi belum dibakar dan di bangun yang baru.
Dan dipasar penampungan pasar
terbakar itu, beberapa tahun yang lalu pernah ketemu dan jualannya sudah
berubah menjadi penjual plastik dan tepung dan kacang, memang tidak selaris
sewaktu berjualan rempah-rempah sewaktu pasar belum terbakar, dan pernah ketemu
lagi sewaktu pasar hasil pembangunan baru diresmikan penggunaanya, ternyata ia
tidak lagi berjualan tetapi membuka warung mie aceh, dan malam ini baru sempat
ketemu dan lapar.
00.50 Makan mie Aceh satu porsi
tetapi minta pinjam piringmya lagi dua buah sebab akan membagi nasi yang dibawa
dari rumah tadi.
01.05 Tinggalkan warung mie Aceh,
sambil membawa satu porsi mie aceh untuk siapa yang terbangun dirumah nantinya.
01.09 Masuk rumah dan anak- anak
sudah tidur.
04.15 Terbangun untuk tahajudan
04.40 Shubuh
05.30 Mengantar Tyas yang hendak
kontrol kesehatannya ( Thalasemia nya ) ke RSCM, diantar sampai Kampung
Rambutan Terminal.
06.45 Tiba di Terminal Kampung
Rambutan, langsung saja Tyasnya mengejar busway, dan saya pulang.
06.47 Terminal Kampung Rambutan
ditinggalkan untuk kedua kalinya pagi ini.
07.10 SPBU Bumi perkemahan Cibubur
07.25 Masjid Pesantren depan
bersebrangan jalan Duta Wisata Cileungsi untuk mengerjakan shalat Dlhuha dua
puluh rakaat.
08.15 Masuk rumah.
16.00 Hujan deras turun, hujan yang
sudah lama tidak turun.
21.30 Tyas baru pulang dari RSCM
Selasa, 12 Agustus 2014
04.00 Terbangun sebab Tyas nya yang
mau berangkat pagi menuju RSCM sudah ramai di dapur.
05.30 Setelah shubuh langsung
berangkat mengantar Tyas ke Kampung Rambutan.
Ramainya jalanan oleh para militer
dan pegawai dan karyawan yang bekerja di Jakarta memacu semangat untuk survival
dalam kehidupan.
06.35 Tiba di Terminall Kampung
Rambutan.
Tyas berlari menuju halte busway,
hari ini adalah hari transfusi darahnya Tyas setelah kemaren seharian hari
kliniks untuk mengetahui Hb darah untuk awal transfusi setelah jedah tiga
bulan. Hb darah Tyas di posisi 7.
06.37 Terminal Kampung Rambutan di
tinggalkan.
07.00 Masjid IPRIJA untuk shalat
Dlhuha dua puluh rakaat, masjid yang lebar dan sepi.
07.46 SPBU perkemahan Cibubur untuk
isi bensin.
08.35 Berlari- lari kecil di kawasan
perniagaan Citra Grand sambil menunggu jam sembilan saat supermarket di
buka.
Memperhatikan selera bisnisnya orang
Indonesia di era persaingan bebas, sampai -sampai banyak yang mengusung
perniagaan di Singapura di terapkan disini, yaitu Ice Street, dan bentuk-
bentuk cafe untuk sarapan, cuma pasar kan menjadi urat nadi kehidupan, ada unit
usaha tetapi tidak ada pembeli, runyam juga khan.
Kesimpulan sementara kurang
menggigit dengan pasarnya.
Cuma sekarang mengapa kurang
menggigitnya, pengelolaan taman eksteriornya dapat nilai 5 dari sekala 10
sempurna.
Manegemet pemasarannya kurang
smoothly, contohnya saya berkeinginan mengejar buka supermarket ini untuk
mencari harga promo ikan, ada ikan yang saya cari tertulis discount 50% dari harga titik titik yang di
coret menjadi harga baru.
Saya beli sebab ada iming2 discount
50% nya tetapi apa katanya juru timbang harga, harga sudah termasuk discount,
ini berarti kan menipu, tidak beli.
Yang jujur adalah roti, ada roti
kentang di taksir enak, beli satu gratis satu, akhirnya keluar supermarket
hanya beli roti itu saja.
Masih ada harapan.
09.15 Masuk Giant Supermarket, dan
dapat daging cincang dan hati ayam, sebab Hb istri turun dan gagal donor darah
kemaren itu.
11.30 Dirumah membuat masakan
mengangkat Hb nya istri.
Bawang putih, bawang bombai, iris,
daging cincang dan hati ayam, sawi hijau dan tomat, masak model tumisan dan
langsung di maem.
Rabu, 13 Agustus 2014
Kamis, 14 Agustus 2014
04.00 Makan sahur puasa hari
terakhir Syawalan.
06.25 Bermontor bersama istri menuju
Bogor untuk mengurus BPJS Kesehatannya anak yang tercecer hilang di Makassar,
dan titipan BPJS Kesehatan buat keluarga ayahnya Erick; pak Khrisna belakang
rumah dan pak Syarif belakang rumah.
18.30 Masuk rumah dengan kegagalan,
keluarganya Erick hanya tiga dari lima jiwa yang keluar kartu BPJS nya,
sedangkan keluarga pak Syarif gagal semua dan keluarga pak Khrisna gagal juga,
masih ada rasa gembira, Dede di Bogor mau ngelembur mencari peluang agar semua
nama yang di sodorkan, bisa keluar kartu BPJS nya.
Jumat, 15 Agustus 2014
13.00 Pemakaman almarhum pak Liliek
telah berakhir, di tanah pekuburan desa Gaga, Taman Asri, Ciledug Tangerang
Selatan Banten.
Batu nisan pekuburan berbaris dan
ada tidak kerapiannya, atap-atap perumahan yang dinding belakangnya pendek saja
seakan bisa diloncati, kerena tinggi nya tak sampai 100 cm, mulai ditinggalkan.
Panas cukup terik menyengat.
Para pelayat pemakaman almarhum pak
Liliek masih ada sebagian di pemakaman, berat meninggalkan pemakaman, kesedihan
itu sangat menyayat.
14.00 Pada perjalanan pulang setelah
mengiringi pemakaman almarhum pak Liliek
saat melintas di tikungan jalan Inpres dengan Puskesmas Larangan, banyak
penjual kue dan gorengan, istri membeli gorengan, salah satunya diberikan
kepada saya, tetapi tak berkeinginan sedikitpun untuk memakannya, entahlah,
rasa sedih masih meliput.
15.20 Adzan Ashar berkumandang, saat
itu sedang isi premium bensin sepeda motor di jalan Simatupang dekat Prabu satu
Tower, dan setelah giliran mengisi premium, langsung bermotor sebentar dan
berhenti untuk mengerjakan shalat Ashar.
16.30 Saat melintas di
Sabtu, 16 Agustus 2014
Kesedihan meninggalnya pak Liliek
sangat mendalam, sekarang pun masih terasa sedih, kesedihan itu tak nampak di
permukaan, tetapi ada di ujung atas hati, dan ber pengaruh terhadap ketidak
percayaan diri untuk mengambil keputusan.
Orentasi hari bahwa hari ini adalah
satu hari sebelum peringatan tujuh belasan saja tak muncul, tak ada ide- ide
cemerlang untuk perjalanan bangsa, tak bedanya dengan sang proklamator yang
telah tiada, tak lagi di pikirkan Indonesia hendak di bawa kemana, negara
Indonesia sekarang uang nya banyak dan tujuannya tak terwujud, sama seperti
orang kaya yang ber mobil di jalanan Jakarta, tiap hari bermobil mahal, tetapi
produk untuk negara tidak ada, dan tidak ada rasa malu terhadap cita cita luhur
berbangsa, makan dan restoran yang jadi perbincangannya dan berakhir dirawat di
suatu rumah sakit mewah dan mahal dan dibayar dengan ansuransi kesehatan yang
diikuti, tetapi tak sembuh dan meninggal, kerena ada uang meninggalnya pun
minta di pemakaman yang berbayar, pemakaman estate, pewarisnya lega katanya
bisa memakamkan almarhum di estate pemakaman yang mahal sesuai dengan
permintaan terakhirnya, jikalau sakit bersangatan, tidak ada itu pemikiran
minta dimakamkan di pemakaman yang mahal- mahal, menahan sakit saja sudah
susah.
Si orang pengendara mobil mahal itu
pernah ngak berdialog dengan manusia di pinggir jalan, kok diam saja sih kalau
saya punya mobil baru, orang pinggir jalan kalau dia orang berpengetahuan ke
Islaman sedikit saja dia akan berkata, ngak ditanya sih dengan sang malaikat, yang
di tanya adalah dari mana hartamu.
Semangat Juang membangun negeri
bersama Astra, yang dipikirkan adalah membakar semangat juang bekerja untuk
membangun keuntungan Astra, kelebihan keuntungan di berikan ke rakyat miskin,
itupun kalau ada lebihnya, Astra dengan Indonesia ya beruntung, bertanah air di
Indonesia dan jualannya laku di Indonesia, laporannya ke negeri pusatnya di
Jepang, keuntungan Astra sangat significant, dan Indonesia masih menjadi pasar
terbaik untuk menambah keuntungan investasi Jepang.
Minggu, 17 Agustus 2014
00.30 Tersadar dari tidur dan ingin
shalat dan baca Al-Quran, mengulang- ulang di sebagian surat Al-Imran
01.20 Diluar masih terdengar
kesibukan yang tidak biasanya, menginggat tengah malam ini banyak masyarakat
yang mengelompok untuk mengenang jikalau besok pagi adalah hari Kemerdekaan
Indonesia memperingati ke 69 tahunnya, hal ini yang membuat kaki untuk
melangkah keluar, dan memang terdapat tiga kelompok yang kelihatan aktif malam
ini menjelang peringatan kemerdekaan RI 69.
02.00 Masuk rumah, sementara itu
sekumpulan warga yang berniat menyemarakan malam kemerdekaan RI masih sesayup
terdengar tertawa dan saling ucap di tengah malam tanpa terlihat kapan
surutnya.
05.00 Setelah shalat shubuh
diumumkan dari pengeras suara masjid jikalau pak Sehendy meninggal dunia,
jenazahnya ada di Purwokerto masih ke timur lagi, kemungkinan dimakamkan
disana.
Berangkat ke rumah duka bersama
istri.
Warga dari RT sebelah sudah sibuk
mempersiapkan dan membuka rumah duka yang ditinggalkan kosong.
Dari informasi tetangganya, pak
Suhendy sudah sakit sebelum memasuki bulan Ramadhan, dan sakit diagnosa RSCM
adalah kanker tumbuh di hati.
Saat Iedul Fitri, ia dijemput
keponakannya untuk pulang ke Purwokerto, dan di sana sakit hingga meninggalnya
kemaren sore.
09.45 Berangkat menuju PMI Kramat
sebab istri mau donor darah ke sebelas kalinya, sudah tiga kali datang dan di
tolak sebab Hb darahnya di bawa 12.
10.20 Saat melintas di Kranggan
hanya beberapa meter sebelum lampu merah tiba- tiba saja ban belakang kempes,
proses penambalan cukup lama, saat menunggu itu terfikirkan dahulu tidak ada
tukang tambal dan tidak ada ban kempes sekarang lain, sebab sewaktu
memperhatikan didepan bengkel sudah banyak paku disebar, dan tukang tambalnya
bertato lagi walau sudah di angkat.
10.45 Bermotor, melintas dari
Kranggan menuju Pondok Gde, tiba - tiba saat pengereman, rem belakang kosong,
lho bagaimana ini, akhirnya diturunkan gas nya dan motor berhenti, dilihat
tukang bengkel jujur dan ditolong untuk memperbaiki posisi pengereman, setelah
itu berangkat lagi.
12.01 Adzan shalat Dzhuhur
terdengar, masih melintas 1000 m sebelum Pondok Gde, motor maju terus dan
12.15 Didepan Ramayana sisi utara
nya, ada masjid besar, masjid Pondok Gde, Nurul Ihsan, dari pengamatan sekilas,
typologi sosial gender dan keseharian lingkungan masjid identik dengan typologi
sosial gender di Siri Sori di Maluku Tengah, beda kualitas dan kapital nya
saja.
12.35 Melintas di Kalimalang dan
dihadang kemacetan parah sebab titik macet tidak di satu titik, ada lima titik,
titik tersebut adalah puncak perayaan Tujubelasan dengan atraksi, adu pukul bantal diatas
sungai Kalimalang yang kalah jatuh kedalam sungai, saat bantal di hantamkan ke
lawan mainnya, penonton yang memadati sepanjang sungai Kali malang ikut
berteriak, memberi semangat, tidak ada Atrium seperti di Roma, saat dipenuhi
penonton masyarakat Roma melihat petarung yang para tahanan kriminal ini
berhadapan dengan singa yang sengaja di laparkan. Para penonton itulah yang menjadikan tebing
sungai dan pinggir sungai menjadi tribune tempat melihat atraksi tujubelasan
sepanjang jalan raya Kalimalang yang menimbulkan kemacetan parah, .
13.20 Melintas di Jalan Pemuda
Kayumanis Utara, tiba- tiba saja ban kempes lagi, dorong motor, baru terasa
jikalau hari ini hari libur, tidak ada tukang tambal ban, ada, itu setelah
mendorong motor cukup jauh, setelah motor dipegang oleh bapak tua penambal ban,
saya masuk ke masjid jamie NURUL FALAH KAYUMANIS, dan shalat dua rakaat,
sementara motor di tambal ban nya.
14.00 Meninggalkan tukang tambal ban
didepan masjid Nurul Falah dan langsung menyebrang rel kereta api di jalan
Pramuka dan masuk Flyover dan jalan Salemba.
14.20 Perpotongan jalan masuk ke PMI
Kramat sangat berbahaya, kendaraan dari arah Senen sangat kencang melaju,
hansip PMI Kramat dapat orang yang tidak toleran, seorang anak muda berdarah
betawi, tidak mau menolong untuk
menyebrangkan, dan sewaktu saya tiba di sebrang dan masuk PMI Kramat, saya
tanya di bel in kok ngak dengar, saya dengar pak, tapi saya ngak mau.
14.30 Istri mengisi formulir
pendaftaran donor darah sukarela ke sepuluh kalinya.
Saat periksa Hb, Hb istri 12.5 batas
terbawa memenuhi syarat wanita untuk mendonorkan darahnya, dengan nomer giliran
donor darah di angka 333.
14.40 Istri menunggu, sementara saya
tinggalkan untuk berjalan ke Pasar Senen.
15.00 Pasar Senen, Temu Lawak,
Rosela, Kayu manis
15.25 Shalat Ashar di masjid Al
Ihlas di halaman PT DAMRI di jalan Kramat.
16.10 Makan sore di atas jalan tol
Jakarta Bekasi, di daerah Jalan Celilitan Besar
17.56 Cari air wudhlu di pesantren
Nurul Iman depan Duta Wisata Cileungsi, lagi krisis air rupanya sehingga untuk
urusan ber taharah wudlhu saja sampai berjalan jauh di bagian pondokan anak
laki.
18.20 Masuk rumah.
Senen, 18 Agustus 2014
04.00 Termasuk kesiangan untuk makan
sahur puasa sunah hari Senen, tetapi ingat ada Hadist Rosululloh prihal sahur,
makan sahurlah walau sedikit sebab makan sahur itu yang membedakan puasa orang
Islam dengan orang non Islam.
Selasa, 19 Agustus 2014
07.04 Keluar dari rumah bermotor
bersama istri menuju Bogor untuk mengurus BPJS Kesehatannya pak Syarif dan pak
Krisna.
08.00 Melintas di Citra Grand
Kranggan
09.05 Tiba di tempet kerjanya Dede
dan BPJS Kesehatan 10 nama sudah selesai.
09.30 Bank BNI Pasar Anyar Bogor
untuk membayar BPJS Kesehatan 10 nama.
09.55 Kembali ke tempat kerjanya
Dede untuk mencetak kartu BPJS Kesehatan untuk 10 nama.
10.49 Kartu BPJS Kesehatan sudah
tercetak sekarang mencari laminating.
12.01 Saat adzan Dzhuhur terdengar,
tinggal lima nama belum tertutup laminating kartu BPJS Kesehatan 13 nama.
Tinggalkan saja untuk mencari tempat
shalat.
12.20 Meninggalkan Bogor sebab kartu
BPJS Kesehatan 13 nama sudah selesai.
13.00 Cibinong, sambil melihat
dimana rumah makanmurah dan enak.
13.30 Perut terasa lapar dan dapat
makanan lumayan lezat dan murah di kawasan Cimanggis, penggal jalan dari
Cilodong ke Kinansih Ciampeun.
Satu piring sayur asem, satu bungkus
botok kelapa teri dan tempeh, sambel goreng kentang dua sendok dan sambel
goreng tempe dua sendok, lahap benar makannya, istri yang biasanya makan
sedikit sekarang malahan tambah nasi.
14.00 Melintas di terowongan bawah
jalan tol Jakarta Bogor di daerah Cimanggis, siang itu suasana asri sangat
terasa, rumah makan gudeg dan pecel pincuk memanggil, berkaitan dengan uang,
anggap saja panggilan itu sekedar fatamorgana, tidak nyata, sehingga dengan
ringan kita bilang terima kasih.
14.50 Cileungsi
15.05 Masuk rumah
19.30 Malam ke tiga meninggalnya pak
Suhendy, diadakan pembacaan tahlil dan surah Yasin.
21.00 Mengantar ke pak Syarif kartu
BPJS Kesehatan untuk 8 jiwa.
Rabu, 20 Agustus 2014
04.20 Menemani istri makan sahur
untuk puasa syawal, cukup sepiring kacang ijo dan jahe.
05.00 Menghubungi call center PT
Kereta Api untuk pesan tiket kereta api Gaya Baru Malam Selatan tujuan
Surabaya, berangkat tanggal 27 Agustus 2014 teruntuk saya, Tyas, Yasin dan
Fifi.
Pulang ke Jakarta dari Surabaya
tertanggal 4 September 2014 atas nama saya dan Fifi; sebab Tyas dan Yasin akan
berlayar ke Makassar
06.20 Dihadang kemacetan parah di
Cibeureum Cileungsi saat bersamaan jalan raya di banjiri karyawan pabrik naik
sepeda motor menuju tempat kerjanya.
07.00 Bank Mandiri untuk melakukan
pembayaran via ATM tiket kereta api yang dipesan tadi.
07.20 Shalat Dlhuha di masjid Nurul
Hidayah depan terminal Cileungsi. Masjid yang sangat ramai terpengaruh oleh
kesibukan lalu lintas.
Kamis, 21 Agustus 2014
Masih mengerjakan puasa sunnah hari
kamis, untuk mengharap ke ridloaan dari Allah SWT, memang di akui, ada sih
seseorang tidak perlu melakukan puasa segala toh orangnya serba beruntung,
sehingga sangat naif lah ibadah dikaitkan dengan perihal itu, mengenal Allah
SWT semakin dekat adalah kenikmatan..
07.30 Setelah dlhuhaan berjalan
dengan istri menuju kerumahnya pak haji nur, untuk mengantarkan leaflet yang
berisi panduan layanan peserta BPJS Kesehatan guna di pasang di papan
pengumuman.
Pak Nur itu kemaren pagi kerumah dan
konsultasi di pinggir jalan sebab ngak punya ruang tamu, perihal pengurusan
BPJS buat orang- orang yang berkecimpungan di kegiatannya pak Nur.
Pagi yang semakin terik saja
suasananya, dan betul juga, pak Nur ada di rumah sedang ngemong cucu
perempuannya.
Disana hanya menjelaskan sedikit
prihal BPJS Kesehatan dan untuk terperincinya baca sendiri leaflet nya.
08.00 Kerumah nya pak Waluyo untuk
menanyakan ke anaknya nomer ruang perawatan pak Waluyo di Rumah Sakit Merie, ia
di rawat di kamar 311, dengan keluhan jantung dan ginjal.
Sabtu, 23 Agustus 2014
09.00 Bertiga bermotor dengan Tyas
dan Fifi menuju PUSKESMAS GANDOANG untuk memeriksakan kaki yang terkadang
sangat gatal dan menahan diri untuk tidak menggaruk, dan cabut gigi gerahamnya
Fifi.
Pemeriksan sakit gatal ini adalah
kunjungan pertama ke puskesmas.
09.30 Macet di persimpangan
Cileungsi,
Minggu, 24 Agustus 2014
06.00 Menuju pasar bersama istri
07.20 Masuk rumah, tetangga mulai
bangun dari tidur
07.30 Mulai mencari buah mengkudu.
08.00 Tiba- tiba saja listrik PLN
padam disaat sedang memblender bahan untuk jus sayur di dua pertiga bagiannya.
Apa yang didapat itu yang dibagi,
semua dapat bagian meminum jus sayur.
12.05 Tiba waktu shalat dzhuhur dan
lampu PLN masih mati.
15.20 Waktu shalat Ashar lampu PLN
masih tetap juga mati
17.15 Listrik PLN hidup kembali.
Senen, 25 Agustus 2014
07.30 Setelah mengerjakan shalat
Dlhuha, persiapan menuju Pasar Senen untuk membeli kapsul kosong buat Tyas yang akan di isi bubuk temulawak,
sebab Tyasnya ngak tahan kalau diminum langsung, yang kedua untuk ke stasiun
menukarkan ticket online yang sudah dibayar di bank.
07.40 Melintas di Perempatan
Cileungsi dengan kepadatan lalu lintas rendah sebab semua pelaku jalan raya
sudah duduk rapi di kantornya masing2.
08.30 Saat memasuki pintu busway di
Terminal Kampung Rambutan yang sudah
menunggu itu, penumpang sudah banyak, tetapi masih menyisahkan dua bangku
kosong untuk saya dan istri.
09.00 Ini dia, sepenggal ruas dari
terminal Kampung Rambutan ke perempatan Pasar Rebo ditempuh sangat lama, bus
dan kendaraan lain memadati jalan raya, macet setaraf parah sedang, belum
mencapai parah dan parah sekali.
09.36 Halte busway Kampung Melayu
10.50 Halte busway Pasar Senen.
11.01 Kartu busway kandungan uang
nya tertinggal empat ribu rupiah berati harus diisi nanti kalau akan pulang
sebab tidak cukup untuk dua orang.
11.14 Berjalan bersama istri sambil
menenteng tas plastik belanjaan yang isinya satu map tipis berisi data- data
pembayaran tiket kereta api yang dibeli online, menyusuri trotoar di Pasar
Senen sisi Selatannya, terlihat kotor sekali, tidak ada yang nyapu
kelihatannya, kemana semua tukang sapu DKI Jakarta ini, terlihat seorang anak
tertidur di Taman depan stasiun Kereta Senen.,
Ada pemandangan baru yang terlihat
di stasiun Senen adalah halaman depan stasiun sudah dilebarkan dan jalan raya
di depan stasiun sudah dimasukan kedalam wilayah stasiun, dan para pedagang
yang terlihat di depan stasiun sudah berada di balik pagar stasiun, untuk
mencegah penumpang tak berticket memasuki kawasan stasiun.
Pemandangan orang-orang yang
berwudlhu terlihat disisi stasiun, rupanya musholah sudah digeser mendekati
pintu masuk utama, sehingga, apabila makmum musholah berbanyak, dan musholah
digunakan untuk shalat jumat, maka makmumnya bisa meluber hingga kejalan.
Berjalan didepan stasiun menuju
anjungan tempat mencetak ticket yang dipesan lunas melalui online 121.
Pemandangan orang berkerumun
memasuki peron dan banyaknya calon penumpang yang bersila di lantai dengan
punggung berisi ransel besar, menggugah semangat untuk menikmati hamparan bumi
Allah SWT yang luas sambil ber takbir dan ber tahmid diatas kereta.
11.21 Mencetak enam ticket di ruang
cetak mandiri untuk ticket kereta api yang dibeli dengan sistim online 121,
dibantu dengan pramugari darat stasiun Senen, awalnya dia terheran mengapa
huruf di struk pembayaran ticket online melalui ATM Mandiri Cileungsi hilang
sebagian huruf dan angkanya, cepat saya jelaskan jikalau sebelum hurufnya
hilang saya sempat salin dengan tulisan tangan semua apa yang tertulis di struk
pembayaran, dan sekarang tulisan tangan itu berfungsi.
13.12 Terminal Kampung Rambutan dan
bersegera menuju masjid Terminal sebab belum melaksanakan shalat Dzuhur.
13.30 Meninggalkan masjid terminal
menuju motor yang diparkir berdampingan dengan bus Bandara
13.34 keluar terminal
14.25 Mampir di Giant Kranggan untuk
mencari lauk obralan, alhamdulillah masih dapat ikan di obral, ikan yang
mendekati kedalu warsa.
17.56 Saat mendekati buka puasa
sunah saat doa- doa terkabulkan, sehat nya anak- anak dan ketaatan anak - anak
untuk beriman kepada Allah SWT semata.
18.01 Berbuka dengan teh hangat
berkue terigu dicampur abatus saudah, di campur bubuk kayu manis.
Insya Allah sehat.
19.56 Tyas datang dengan dua ratus
kapsul kosong minta diisi temulawak.
Akhirnya kerja ekstra sebab harus
hygine, teliti, disiplin.
Selasa, 26 Agustus 2014
07.45 Seusai shalat Dlhuha, membawa
telephone rumah ke tempat kerja elektroniknya pak Kosim.
alat penerima telephone ini rusak
disebabkan ibunya dirumah sangat memaksa untuk memasukan kabel jaringan kedalam
pesawat telephone, akhirnya melesek kedalam alat penerima jaringan dari
luar, kejadian ini terjadi lima hari
yang lalu.
16.00 Membuat jus sayur terdiri dari
: buah mengkudu, wortel, tomat, buncis, sawi, sirsak belanda, seger sekali,
sekali gus hilang nyeri- nyeri badan.
Rabu, 27 Agustus 2014
04.25 Tiba di masjid Gaok Gandoang
dengan 4 ransel dan satu tas makanan perjalanan, Tyas balik lagi kerumah
menjemput adik2 nya. Masjid masih belum
ada orang, saat akan menyalakan lampu penerangan tempat berwudlu, harus meraba-
raba dinding dahulu untuk mencari saklar.
Setelah itu terlihat ada seorang
jemaah yang datang.
Shalat sunnah sambil memohon pada
Allah SWT kelancaran perjalanan.
04.45 Memasuki waktu shala Shubuh.
05.09 Menaiki bus Cileungsi Senen
05.34 Bus trayek Cileungsi Senen sudah bergerak meninggalkan Cileungsi,
Cileungsi masih diliputi keredupan shubuh.
06.04 Bus melintas di Kranggan
06.09 Cibubur Junction, penumpang
berbondong- bondong naik dan bus betul- betul penuh.
06.14 Memasuki jalan tol dan pet-
pet- pet rapetnya kendaraan dan berjalan sangat perlahan.
Kemacetan yang dahulu dilihat
sekarang dinikmati.
07.30 Tiba di Atrium Senen dan
melanjutkan perjalanan dengan angkot 02 Pasar Senen Kota.
08.00 Tiba di stasiun Kereta Api
Kota.
08.05 Ruang tunggu akan dibuka jam
sembilan tepat.
08.07 Fifi mengeluh lapar dan mulai
mencari roti sobek dan didapat.
Memperhatikan situasi stasiun kok
begitu masif nya penularan virus dari penularan lewat udara, sebab banyaknya
penumpang
08.55 Lima menit sebelum pemeriksaan
ticket untuk memasuki ruang tunggu, mulai berkemas dan diikuti anak-anak untuk
berdiri berbaris di depan meja pemeriksaan.
09.15 Pemeriksaan ticket pertama
dilakukan.
Alhamdulillah lancar sebab awalnya
Tyas tidak bisa menunjukan KTP nya yang terselip, tetapi beberapa detik
kemudian ada nafas lega dari Tyas sebab KTP nya ketemu.
09.45 Diantara hingar bingarnya
stasiun kereta dan sedang asyik menulis, tiba-tiba di samping ada suara sedih,
rupanya ada delapan jiwa terpaksa terpisah di teralis pemisah dengan empat jiwa
terdiri bapak muda dan ibu muda dan dua anaknya, berangkat dari Surabaya ngak
ada masalah kok disini di stasiun kota Jakarta, tiket empat jiwa yang dibeli
bolak balik Surabaya Jakarta Surabaya tidak bisa digunakan sebab yang
bersangkutan hanya bisa memperlihatkan fotocopy ktp nya saja, hal ini tidak
dipermasalahkan di Surabaya dan disini dipermasalahkan, harus ada
10.35 Kereta Api Gaya Baru Malam
berangkat meninggalkan stasiun Kota Jakarta.
14.15 Cirebon
14.19 Cirebon Perujakan, banyak
penumpang yang naik.
14.23 Di Cirebon Kereta Api Gaya
Baru Malam sudah berbelok ke kanan ke arah Jogjakarta.
Hamparan sawah yang luas dan sedang
dilanda musim kemarau, tetapi banyak terlihat padi yang tinggal menghitung hari
untuk dipanen.
Kemarau tahun ini tidak berdampak
negatip bagi pertanian di sebagian besar wilayah Indonesia.
Kota Cirebon dari arah kereta terlihat
semakin baik.
14.35 Stasiun Ciledug.
15.00 Hamparan hutan di wilayah
Bumiayu sudah mulai rimbun dedaunannya.
16.10 Stasiun Purwokerto
20.00 Stasiun Lempuyangan Jakarta.
Kamis, 28 Agustus 2014
00.12 Kereta Api meninggalkan
stasiun Mojokerto, kereta bagaikan kecepatan angin menembus gelap di tengah malam, gerbong
kereta semakin sunyi, keriuan penumpang sudah hilang, tersisa penumpang yang
akan turun di Surabaya stasiun terakhir.
01.40 Kereta api Gaya Baru Malam
dari Jakarta memasuki stasiun Gubeng Surabaya
Semua penumpang turun hanya saya dan
seorang bapak sendirian yang akan turun di stasiun Semut.
01.45 Rangkaian kereta Gaya Baru
Malam meninggalkan stasiun Gubeng.
Selama kereta berjalan, diatas
kereta juga, penumpang yang duduk di gerbong tujuh harus berpindah gerbong ke
gerbong terdepan di belakang lokomotip penarik.
Berjalan pada saat kereta sedang
berjalan sambil membawa empat ransel sekaligus, ranselnya anak- anak, goyangan
kereta sering membuat badan tertumbuk dengan deretan kursi kosong, dan saat
kereta berhenti kerena sudah berada di stasiun akhir, saat itu pula baru sampai
di gerbong terdepan, dan langsung turun, sebab tidak ada apron, cukup tinggi
juga terjunnya.
Setelah itu berjalan menuju loby
stasiun Semut.
02.00 Ada sebelas orang yang berada
di loby depan stasiun, stasiun harus steriil, tidak boleh ada leberadaan orang.
03.00 Mencoba mencari Masjid di
samping stasiun ternyata masih tutup.
03.10 Berjalan menuju ke SPBU
Pertamina
didepan seberang stasiun kereta,
untuk mencari toilet.
03.15 Kembali lagi ke lobby stasiun
04.00 Pintu utama stasiun Semut di
buka
Stasiun kembali berfungsi normal.
04.14 Mengimami shalat Shubuh di
musholah stasiun kereta api.
04.30 Duduk kembali ke bangku
panjang stasiun dimana Yasin dan Tyas tidur, membangunkan Yasin untuk shalat
shubuh.
06.00 Di saat matahari sudah agak
tinggi, mulai keluar dari stasiun kereta api Semut yang dijadikan basecamp
untuk beberapa jam saja.
Wajah- wajah masyarakat Surabaya
yang memelas sudah nampak di jalanan, tingkat kesejahteraan terukur 30% dari skala 100, mereka yang
tergolong penghasilan tak tetap, rawan emosional sangat muda sekali terbentuk.
Berjalan menelusuri trotoar yang
disulap menjadi pasar barang bekas dan kaki lima makanan, hidung terpapar asap
pembakaran sate daging, bisa beli lima ribuan katanya, dan nanti kalau sudah
bangun anak2 saya bawa kesini.
06.30 Kantor PELNI Surabaya belum
buka.
06.32 Fifi minta jalan-jalan di
depan Tugu Pahlawan sepuluh november Surabaya.
Hp nya Fifi menangkap pemandangan
yang terpotong dari bentuk tugu sepuluh november, terlalu banyak bangunan di
arah pintu masuk sehingga tugu pahlawan tidak bisa dinikmati secara leluasa.
Seharusnya ketinggian yang mengitari
tugu pahlawan sepuluh november di ratakan saja sehingga keberadaan tugu seperti
sekarang ini seperti kakak kandungnya Kresna yaitu Baladewa yang disuruh
bertapa saja saat kaum kurawa dan pendawa berseteru di kurusetra dalam perang
bratayudha.
Efek psikologis dari memasukan unsur
tugu pahlawan yang tak lagi didindingi, yang gampang ditangkap oleh mata,
adalah terbakarnya semangat juang bangsa indonesia untuk menyelesaikan masalah
kebangsaan.
07.00 Memasuki PELNI Surabaya untuk
menuju musholahnya dan mengerjakan shalat Dlhuha.
07.40 Petugas penjualan ticket Pelni
seorang ibu datang dan langsung melayani dengan meminta terlebih dahulu tujuan
perjalanan, tanggal berangkat dan kapal yang di naiki.
08.00 Saat bel besar berdentang
delapan kali diatas bangunan di sekitar kantor Pelni Surabaya, saya dan Fifi
sedang dalam jalan kaki menuju ke stasiun Semut dimana anak anak Yasin dan Tyas
menunggu.
Para penjual baju bekas sudah
memadati area pejalan kaki sehingga sangat para pejalan kaki melintas, turun ke
jalan raya sampai di tengah jalan langsung berhadapan dengan kendaraan besar
besar lewat.
08.05 Tyas dan Yasin masih menunggu
di tempat duduk panjang stasiun kereta api Semut.
Sebelum meninggalkan stasiun,
mencoba bertanya ada kemungkinan naik kereta api ngak ke Klakah, stasiun
terdekat ke kota Lumajang, ketersediaan kereta ada di jam 15.15 Sore hari,
batal, ke terminal bus Bungurasih saja mencari bus.
08.10 Saat meninggalkan stasiun
kereta api Semut untuk berjalan mencari bus kota, saya mau mengucapkan terima
kasih kepada siapa, akhirnya seorang tukang beca yang tahu soal kota Tempeh
Lumajang Pasirian yang saya salami atas di ijinkan menetap untuk beberapa jam
selama menanti tiket Pelni buka.
08.15 Makan nasi sate lima ribuan,
dapat tiga sate dan nasi di beri bumbu kecap.
Saat membayar baru sadar jikalau
uang disaku tinggal empat ribu, uang tinggal sebegitunya sebab habis membayar
uang ticket pelni untuk dua jiwa yaitu Yasin dan Tyas, saya bilang dengan
anak2, ayo siapa yang bisa nambahin kurang enambelas ribu lagi, serentak Tyas
dan Fifi berteriak menyebut nama Yasin, dan Yasin nya menghaturkan uangnya dan
sisanya untuk naik bus.
09.00 Diatas bus kota menuju
terminal Bungurasih Surabaya.
09.30 Naik bus eksekutif jurusan Surabaya
Probolinggo mengingat Yasin nya ngantuknya luar biasa.
13.00 Tiba di Probolinggo, ganti bus
menuju Wonorejo Lumajang.
14.30 Tiba di rumahnya ibu di
Wonorejo Lumajang.
Jumat, 29 Agustus 2014
Wonorejo Lumajang
03.00 Terbangun akibat getaran Hp yang
membangunkan.
Menyempatkan untuk menelpon ke istri
di Cileungsi.
Shalat tahajud
04.05 Menuju masjid di lingkungan
perumahan Wonorejo Indah
04.30 Sepulang dari masjid anak-anak
masih nyenyak tidur, bangunkan untuk shalat.
07.00 Shalat Dlhuha
08.00 Tamu berdatangan
11.00 Ke Masjid untuk shalat Jumat,
Yasin ikut, masjid masih sepi, gejala masjid dilingkungan perumahan, warga
aktif bekerja sehingga waktu jumat sepi saja, dan ramai setelah khatib naik ke
mimbar.
13.00 Datang saudara dari
Probolinggo yang tinggal di Lumajang, pak Handoko usia 53 tahun.
Sabtu, 30 Agustus 2014
02.30 Udah ngak bisa tidur.
Buka internet untuk mengetahui apa
yang menonjol beritanya di Lumajang adalah maling sapi yang minta tebusan,
pelakunya para usia muda.
Permasalahan ini berindikator
klasik, jumlah penduduk menganggur, sempitnya lapangan pekerjaan, dan
keberadaan masyarakat kaya dan miskin, indikator lainnya yang sangat memegang
peranan tetapi datanya sangat- sangat kurang adalah keberadaan wanita
pelacuran, minuman alkohol dan perjudian.
Kriminal yang telah terdengar sejak
saya kecil di tahun 1961, adalah Begal,
ternyata begal itu masih ada hingga hari ini, begal sekarang ini menghadang
para pengendara motor di jalur KLAKAH - LUMAJANG, pemikiran saya, masyarakat
harus berani melawan para pelaku kriminal klasik ini, dengan melakukan pagar
betis, dan mengurung pelaku kejahatan.
Kriminal yang tidak pernah terjadi
sejak tahun enam puluhan dan sekarang terjadi adalah perkosaan di atas angkot,
apakah ini pengaruh pemberitaan kriminal pemerkosaan di angkot di Jakarta.
Awalnya kenalan si pengemudi angkot
dengan wanita, kemudian berbaik laku, dirayu, dibawa ketempat sepi dan jadilah,
dilanjutkan laporan polisi, penyisiran, penembakan, tangkap, dipenjarah
sementara proses sidang belum di mulai.
09.00 Saat jalan-jalan dilingkungan
RT, sempat mampir di Rukem ( rumah kematian ) dimana Rukem itu sendiri adalah
warisan dari Almarhum Ayahnda Soeryo bekerja sama dengan tiga bapak lainnya
yang kesemuanya sudah meninggal dunia, dan sekarang kepengurusannya diserahkan
ke generasi baru.
Kepengurusan Rukem sekarang ini
telah melakukan eksekusi terhadap tanah yang berdampingan dengan rukem dimana
saat eksekusi terjadi saling mempertahankan hak nya, mengingat atas jasa-jasa
almarhum maka eksekusi tanah rukem di cari jalan keluarnya yang sama enaknya,
dan di dapat kembali tanah rukem walau tidak sepenuhnya.
14.05 Diumumkan dari masjid ada yang
meninggal dunia, bergegas menuju kesana ternyata ketemu Kholik, Kholik ceritra
jikalau jenazah belum datang, masih berada di rumah sakit hanya saja rumah
sakit mana, tidak ada informasi, diperkirakan jenazah datang malam hari, Kholik
sendiri akan menggali kubur nya bersama beberapa temannya, akhirnya diputuskan
pulang saja dahulu.
20.00 Sekali lagi dicoba
melangkahkan kaki ke rumah duka, setelah tiba di rumah duka jenazah belum
datang juga, malahan ada penggoda melambai- lambaikan ujung bajunya, ambil
langkah seribu langsung pulang dan tidur.
Minggu, 31 Agustus 2014
02.45 Terbangun, sudah ngak bisa
tidur, dan teringat jikalau ijin internet itu sejak jam 00.00- 06.00 maka ada
kesempatan sedikit untuk menyimak berita apa di Jakarta, berita yang menarik
adalah di tusuk nya sopir taksi oleh penumpangnya, yang ditusuk adalah dada
sebelah kiri oleh pelaku seorang pemuda dari Lampung.
Sebab berita supir taksi di tusuk
penumpang itu sudah lama sekali tidak terdengar, supir taksi adalah tolok ukur
penilaian tingkat kerawanan kriminalitas ibu kota Jakarta.
03.00 Shalat tahajud.
04.05 Menuju masjid untuk shalat
Shubuh
04.45 Ke rumah duka, suasana rumah
duka sangat sepi, jenazah di baringkan di ruang samping.
Saat saya masuk, wanita di rumah itu
bertanya mengapa di bagian lambungnya lapisan kain penutup kok basah, saya
mengerti, tanpa membuka kain pelindung saya jelaskan bahwa telah dilakukan
tindakan medis di rumah sakit untuk memasukan sesuatu yang harus membuka kulit
lambungnya, apa itu menyedot cairan atau memasukan obat atau alat, seharusnya
lobang di lambung jenazah itu ditutup kapas.
Datang kemudian bapak-bapak, dan
akan dilakukan pesekahan nantinya sebelum di kafani.
05.15 Masuk rumah, Fifi dan Yasin
masih tertidur belum mengerjakan shalat shubuh.
Bangunkan agar segera mengerjakan
shubuhan.
05.30 Berjalan menuju perempatan
jalanan untuk menunggu angkot jalur Wonoreja - Lumajang.
Angkot sangat sulit di dapat,
keadaan pagi terasa dingin menusuk tulang, situasi iklim belum terlalu mengerti
untuk di simpulkan, Analisa pertama adalah ini bulan Agustus dan di Australia
sedang terjadi musim dingin menuju musim panas, tetapi dinginnya masih dominan,
dan koordinat kedudukan badan sekarang berada di Jawa Timur Selatan, kota
Lumajang, berarti termasuk bagian selatan Pulau Jawa bagian Timur, berarti juga
masih terkena pengaruh dinginnya Australia.
06.00 Belum dapat angkot juga,
akhirnya berjalan terus menuju arah kota Lumajang, setelah berjalan sekitar
seribu meter, ada angkot yang datang langsung naik.
06.25 Melintas di antrian panjang
motor-motor menunggu giliran BBM premium, Lumajang sedang di landa kesulitan
bahan bakar minyak, tidak berimbang antara kebutuhan pengguna dan dan
ketersediaan BBM Premium.
06.30 Tiba di Makam Pahlawan Kota
Lumajang dimana Ayahnda Almarhum dimakamkan.
Setelah melaukan prosesi
penghormatan di pintu masuk langsung mengambil jalan di sisi kanan pemakaman,
berjalan mengikuti batas tanan makam.
Berjalan sambil membaca La
Illahailalloh berkali-kali, sambil mata mengawasi ancaman ular kobra hitam
belang putih kuning yang sering melintas.
06.39 Akhir nya makam Ayahnda
Almarhum di dapat, tertunduk luruh, seraya berdoa, terbayang kesigapannya dan
keuletannya, dan tertawa nya.
06.50 Tinggalkan makam, berjalan
menuju pasar Lumajang.
07.00 Sepanjang jalan terlihat
persiapan jalan sehat pemerintah daerah Lumajang
dengan banyaknya barisan remaja dan
ibu- ibu.
07.10 Melihat masjid raya kota
Lumajang dan menyadari jikalau sudah masuk waktu shalat Dlhuha, apa yang
terjadi, niat untuk shalat Dlhuha tidak tercapai sebab semua pintu masuk masjid
terkunci, hi hi hi hi hi pintu masjid di kunci, seperti di Israel saja layaknya
yang di kuasai Yahudi, dahulu itu tidak pernah ribut antara muslim dan yahudi,
selama pintu kota yang ada masjidil Aqso nya dipegang oleh warga muslim, tetapi
entah bagaimana akhirnya pintu gerbang kota menuju masjidil Aqso kok terpegang
oleh orang Yahudi.
Kesulitan untuk shalat pun terjadi,
dari hari ke hari akhirnya timbul perlawanan dan perang hingga sekarang.
Tapi Lumajang kan bukan Israel dan
Yahudi, tetapi masjidnya di kunci, dan dibuka kalau mendekati waktu shalat
Dzhuhur, entahlah.
07.15 Didalam pasar Lumajang, sangat
tercengang melihat ada ikan laut enak sekilonya dua puluh ribu, ngak usah tawar
langsung dibeli dan minta di bersiin dan di belah punggungnya.
Beli ayam setengah kilo,
direncanakan untuk bekal nya Yasin dan Tyas dalam perjalanan berlayar besok
hari dari Surabaya ke Makassar.
07.30 Tinggalkan pasar Lumajang.
07.45 Masuk rumah di Wonorejo Indah.
07.46 Diingatkan oleh Fifi bahwa
jenazah akan segerah di berangkatkan, bergegas menuju rumah duka, sepanjang
jalan dari rumah menuju rumah duka banyak laki- laki berdiri di depan rumahnya
menunggu datangnya jenazah, hal ini yang tidak terjadi di Jakarta dan
Cileungsi.
07.49 Jenazah sudah bergerak menuju
masjid untuk di shalatin
07.59 Jenazah di bawa ke pemakaman,
baru sekarang terkuak, arti dari lelaki- lelaki yang berdiri di sepanjang jalur
lintasan jenazah menuju pemakaman, yaitu bersodaqoh memikul tandu jenazah,
setiap iringan jenazah melewati kerumunan lelaki yang berdiri di depan
rumahnya, mereka berlarian menuju keranda untuk sodaqoh angkat jenazah untuk
mendapatkan pahalanya, Subhanalloh.
08.15 Memasuki pintu makam di ujung
desa Biting, pinggiran Wonorejo dengan Lumajang.
08.25 Sempat mengingatkan seseorang
yang akan mengangkat kaki jenazah seperti mengangkat ujung karung beras, jangan
ini jenazah, kenapa pak katanya, saya tidak menjelaskan sebab proses memasukan
jenazah ke lobang lahat prosesnya sangat cepat.
08.45 Setelah berdoa saat makam
selesai di urug kembali kembali rombongan pulang.
08.55 Mandi
09.00 Rupanya ikan bakarnya udah mateng
dan sekarang dimakan, rasanya asli ikan laut, sebab di bagian kepalanya yang
pembakaran tidak terlalu diperhatikan menghasilkan daging ikan setengah matang,
tapi ini di gigit enak saja sebab masih terasa air laut nya, terutama di bagian
matanya, lendir ikan segar itu sangat nikmat, sangat sulit situasinya jikalau ikan itu dibeli di Cileungsi atau
Jakarta, bercampur formalin.
Ibu juga terheran, kok bisa
mendapatkan ikan enak harga murah.
10.00 Energi tinggi, membantu
mengecat jalanan.
11.00 Mencari toko beras sebab
berasnya ibu berkurang.
12.30 Setelah shalat dzhuhur
dihidangkan dengan ibu soto ayam.
Kembali lagi anak- anak makan
siang.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan