Sabtu, 26 November 2004
Rencana Puasa syawal hari ke 5 hari ini batal, sebab istri marah-marah, dibilangin mau masuk surga sendiri aja, sebab tidak sebab sahur dan sempat bangun, hanya menyisahkan waktu sedikit sekitar 5 menit untuk memasuki imsyak, jadi sebaiknnya minum sirup squas manis untuk berbekal puasa, tetapi istri tidak sempat sahur jadi niat puasa diurungkan, rencana hari senin besok dilanjutkan lagi.
Edi Purwanto, Ramadhan masih bergemah, suasana halal bi halal masih dihidupkan, waktu liburan kantor bisanya hari sabtu dan minggu, hari direncanakan ke rumah pak Edi purwanto di Bojong Gede, sekitar jam 10.30 baru bisa berangkat setelah menyelesaikan segala urusan rumah tangga, dari yang cucian yang menumpuk terus akibat sedkitnya pasokan matahri, hari-hari mendung terus, dari rumah mengambil jalan lewat samik, bukan jalan raya umumnya ( Cileungsi - Jonggol ) untuk menghindari kemacetan di pasar Cileungsi, hari hujan semalaman menyisahkan genangan air sedikit, yang ikut dalam silaturahmi kali ini adalah Fifi dengan Ibunya, perjalanan perlahan disebabkan jalan memang jelek, hal yang mengejutkan dalam perjalanan berangkat ini adalah dibukanya jalan baru dari ujung belakang taman buahnya ibu Tien Suharto menembus kebun kelapa, perhitungan saya jalan ini akan digunakan untuk lewatnya angkutan truk sampah DKI Jakarta yang akan dibuang di desa Bojong, untuk menghindari penghadangan oleh penduduk yang tidak menyetujui sampah dikelolah didesanya, yang jadi pikiran saya adalah, bisa saja pemerintah Propinsi atau Kabupaten mempunyai dana untuk membangun jalan tetapi membangun jalan kerena akan mendukung beroperasinya pengelolaan sampah di desa Bojong akan pasti menambah keruhnya suasana, masyarakat Bojong yang dibangkitkan semangat heroiknya akan mempertahankan tanah miliknya semaksimal mungkin untuk jangan sampai terkena pengelolaan sampah DKI Jakarta, hingga hari ini masih ada kepala keluarga yang belum pulang ke rumah kerena tidak diketahui keberadaannya akibat keributan tanggal 22 November Senin Minggu lalu antara aparat brimob kepolisian dengan penduduk yang tidak menghendaki sampah dikelolah di daerahnya. Kita tunggu saja, setealh berkendaraan 90 menit akhirnya sampai juga dikompleks perumahan bambu kuning desa Bojong Gede, Bogor, melewati jalan besar Kantor Bersama Pemda Bogor di Cibinong, mencoba melihat alamatnya di secarik kertas yang ditulis saat Edy purwanto berkunjung kerumah, tertulis depan masjid, sehingga yang ditanya adalah dimana masjid kompleks, terus aja masuk kata seseorang pejalan kaki disisi kanan jalan, Masjid sudah didapat dan tertulis Blok D II dari nomer 1 - 22, rumahnya edy di nomer 14, berarti disinilah letaknya, motor dibelokan memasuki gang lebar, dan akhirnya rumahnyapun didapat, Fifi sangat senang dirumah ini, sebab anak-anaknya pak Edy semuanya anak laki-laki, jadi kalau ada anak perempuan yang datang otomatis semuanya memperhatikan walau masih usia balita, ada yang ngajak main Fifi mengendari Vespa mini, ada yang ngajak main ball dan ada yang bermain lempar koin, semua dihadapi dengan gembira oleh Fifi,adzan dhzuhur berkumandang, perbincangan terhenti saat melaksanakan shalat dhzuhur, setelah itu dilanjutkan makan siang dan makan asinan buatan istrinya pak Edy yang orang Padang ini, setelah agak siang, mohon diri untuk melanjutkan perjalanan ke Darmaga IPB Bogor, nengokin adik istri, selepas Kompleks rumahnya pak Edy mengambil jalan kekiri, menyusuri rel kereta api Jakarta - Bogor, jalannya kecil, angkotnya banyak, motor tidak bisa melaju cepat, khawati kendaraan dari arah depan, melewati stasiun KA Bojong Gede, didepan stasiun macetnya luar biasa, semua kendaraan angkot berhenti mengharap penumpang yang baru turun dari KA mau naik angkotnya, maju terus, melewati Stasiun KA Cilebut, agak longgar sebab bersamaan tidak ada KA yang berhenti, akhirnya menemukan jalan antara Mangga Dua Bogor dengan IPB Bogor, belok kekanan sudah dihadang kemacetan luar biasa, melintas hanya bisa dibahu jalan, mobil berlapis- lapis. dari dua arah, yang memungkinkan dilewati adalah jalan tengah antara dua mobil yang berpapasan, antrian mobil macet ini menciptakan gang terbuka lebar di tengah-tengah dan penuh dengan kendaraan sepeda motor. dengan doa mengiringi perjalannku aku bisa melintas dengan selamat, jam 14.00 tiba dirumah adik ipar yang sedang menyelesaikan S2 nya Kesehatan Masyarakat, di IPB Bogor. rumah terlihat berhamburan ditengah-tengah ruangan tergeletak mikroskop untuk mengamati nyamuk dengan segala jenisnya, saya sempat melihat nyamuk malaria, whah... seperti babi hutan pikirku, semua ruas tubuhnya ditumbuhi bulu-bulu yang menyeruak kasar, dan diantara bulu bulunya terdapat ruang yang memungkin sesuatu yang hidup menumpang disana, aku keluar dan memetik bunganya pohon mangga, dan kuleletakan dibawa mikroskop dan setelah diatur fokusnya maka terlihat hamparan hijau muda berbulu halus terasa lunak seperti beludru. tidak beberapa lama kemudian adhzan Ashar berkumandang, saatnya shalat dan secepatnya mohon diri, selama perjalanan pulang hajan menderas, sampai dirumah sebelum maghrib.
Minggu, 27 November 2004
Pagi-pagi sudah kepasar, istri juga ikut, membelanjakan dana Rp 31 000,- yang terbeli adalah ikan basah kembung 1,5 Kg seharga Rp 15 000,- 0,5 Kg lele seharga Rp 5 000,- Buncis 1 Kg, Tomat, Lombok dan Labu saim seharga Rp 6000,- Kacang Tanah berkulit untuk direbus 1,5 Kg seharga Rp 4 500,- Sodhakoh Rp 500,- sesampainya dirumah ambil cucian, sebab ditargetkan jam 08.30 akan pergi ke Mas Ajar Sanjoyo.akhirnya bisa berangkat jam 10.00 dan tiba disana jam 12.00. pulangnya diiringi hujan deras. mas ajar dalam kondisi sakit, kakinya memerah, pulang setelah shalat ashar, hujan gerimis sampai dirumah. motor sangat kotor mblekuteg.
Isnin, November 29, 2004
Selasa, November 23, 2004
Silaturahmi ke pak Marzuki Usman
Rabu.24 November 2004.
Semalam pulang ke rumah jam 21.00, menembus cuaca hujan sepanjang hari, bersama anak-anak, habis mengunjungi mantan Menteri Kehutanan dan Menteri Pariwisata Bapak Marzuki Usman. Berangkat dari rumah setelah shalat Ashar, baru dimulai proses persiapan, ada yang mandi, Yasinnya kepingin ikut tapi belum mandi, dengan semangat ia mengatakan sanggup mandi 5 menit, kesibukan luarbiasa, hujan turun merintik diluar rumah, cuaca mendung dan abu-abu. jalan berlumpur. akhirnya berangkat juga, yang ikut, Yasin, Astari dan Tyas, semuanya di lindungi dengan plastik hujan yang sudah dua tahun umurnya, motor dikendarai dengan moderat, tidak berkecepatan tinggi, sebab jalanan basah, pemandangan tak dijadikan prioritas, sekarang bagaimana samapi ketujuan dengan selamat, hujan sepanjang jalan masih turun, beberapa kali terkena percikan keras dari air genangan jalan yang dilewati mobil sedan berkecepatan lebih, akhirnya sampai juga di slipi, sejauh 57 km dari rumah, masuk dengan ijin dari satpam, yang ditanya terlebih dahulu mau menjumpai siapa, tamunya pak Marjuki jawabku, satpam itu mempersilahkan parkir motor dihalaman samping.Memasuki ruangan yang ber AC anak-anak mengeluh kerena kedinginan sebab pakaian mereka ada yang basah terutama ujung-ujungnya, kemudian minta AC dimantiin, kemudian air teh hangat dengan sendok mungil di hidangkan, anak-anak mencicipi, eh tehnya pahit, nggak ada gulanya, gulanya tersendiri, ini ada gula cube nya, Yasin mencoba dan bisingnya luar biasa, beberapa kali sendok itu terjatuh di meja kaca, kemudian Astarinya. Tiba-tiba azhan Magrib berkumandang, sampai azhan selesai pak Marzuki Usman belum muncul, mohon diri untuk sholat maghrib di masjid, sepatunya Yasin basah, Yasin minta di gendong ke mesjid. sepulangnya dari masjid terlihat Pak Marjuki Usman sudah menunggu, mengenakan sarung warna hijau kecoklatan dan kaos baju hitam, anak-anak berbaris menyalami, kemudian pembicaraan hangat tetapi anak-anak tidak bisa mengikuti, banyak yang dibicarakan perihal zhalimnya negara ini terhadap rakyatnya. pas azhan isyak mohon diri untuk pulang, sholat dirumah, sebab memperpanjang penitipan sepeda motor dengan satpam tidak enak, hari tidak hujan lagi, udara dingin menyelimuti, diberi jiket kulit harum untuk hangat-hangatnya yasin katanya, yasin yang mengenakan jaket kulit itu. Sempat mampir ke pengisian BBM dekat kantor malam itu, isi bensin 5 liter, kemudian pulang dengan jalur biasa pulang kantor, jalanan agak sepi sedkit tetapi kemudian macet jalan perlahan mengingat terjadi penyempitan jalan. ditengah jalan anak-anak minta makan bakso, untuk mngusir dingin, dipilihkan bakso super besar, dicari-cari didapat diujung jalan Cibubur dengan jalan Jakarta Bogor. satu bulatan besar bakso seharga Rp 6000,- Sambil menahan kantuk akhirnya masuk rumah shalat isyak lantas tidur.
Semalam pulang ke rumah jam 21.00, menembus cuaca hujan sepanjang hari, bersama anak-anak, habis mengunjungi mantan Menteri Kehutanan dan Menteri Pariwisata Bapak Marzuki Usman. Berangkat dari rumah setelah shalat Ashar, baru dimulai proses persiapan, ada yang mandi, Yasinnya kepingin ikut tapi belum mandi, dengan semangat ia mengatakan sanggup mandi 5 menit, kesibukan luarbiasa, hujan turun merintik diluar rumah, cuaca mendung dan abu-abu. jalan berlumpur. akhirnya berangkat juga, yang ikut, Yasin, Astari dan Tyas, semuanya di lindungi dengan plastik hujan yang sudah dua tahun umurnya, motor dikendarai dengan moderat, tidak berkecepatan tinggi, sebab jalanan basah, pemandangan tak dijadikan prioritas, sekarang bagaimana samapi ketujuan dengan selamat, hujan sepanjang jalan masih turun, beberapa kali terkena percikan keras dari air genangan jalan yang dilewati mobil sedan berkecepatan lebih, akhirnya sampai juga di slipi, sejauh 57 km dari rumah, masuk dengan ijin dari satpam, yang ditanya terlebih dahulu mau menjumpai siapa, tamunya pak Marjuki jawabku, satpam itu mempersilahkan parkir motor dihalaman samping.Memasuki ruangan yang ber AC anak-anak mengeluh kerena kedinginan sebab pakaian mereka ada yang basah terutama ujung-ujungnya, kemudian minta AC dimantiin, kemudian air teh hangat dengan sendok mungil di hidangkan, anak-anak mencicipi, eh tehnya pahit, nggak ada gulanya, gulanya tersendiri, ini ada gula cube nya, Yasin mencoba dan bisingnya luar biasa, beberapa kali sendok itu terjatuh di meja kaca, kemudian Astarinya. Tiba-tiba azhan Magrib berkumandang, sampai azhan selesai pak Marzuki Usman belum muncul, mohon diri untuk sholat maghrib di masjid, sepatunya Yasin basah, Yasin minta di gendong ke mesjid. sepulangnya dari masjid terlihat Pak Marjuki Usman sudah menunggu, mengenakan sarung warna hijau kecoklatan dan kaos baju hitam, anak-anak berbaris menyalami, kemudian pembicaraan hangat tetapi anak-anak tidak bisa mengikuti, banyak yang dibicarakan perihal zhalimnya negara ini terhadap rakyatnya. pas azhan isyak mohon diri untuk pulang, sholat dirumah, sebab memperpanjang penitipan sepeda motor dengan satpam tidak enak, hari tidak hujan lagi, udara dingin menyelimuti, diberi jiket kulit harum untuk hangat-hangatnya yasin katanya, yasin yang mengenakan jaket kulit itu. Sempat mampir ke pengisian BBM dekat kantor malam itu, isi bensin 5 liter, kemudian pulang dengan jalur biasa pulang kantor, jalanan agak sepi sedkit tetapi kemudian macet jalan perlahan mengingat terjadi penyempitan jalan. ditengah jalan anak-anak minta makan bakso, untuk mngusir dingin, dipilihkan bakso super besar, dicari-cari didapat diujung jalan Cibubur dengan jalan Jakarta Bogor. satu bulatan besar bakso seharga Rp 6000,- Sambil menahan kantuk akhirnya masuk rumah shalat isyak lantas tidur.
Langgan:
Catatan (Atom)