selamat berjumpa semoga tidak marah-marah

Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka hanya menipu diri sendiri sedang mereka tidak sadar. (QS. 2:9)

In trying to deceive GOD and those who believe, they only deceive themselves without perceiving


Isnin, Disember 21, 2009


Kamis, 20 Agustus 2009.

Kota Surabaya.
Pagi sekitar jam 03.00
Saat jam pembangun tidur di Hp berbunyi, saat mana sebaiknya menghadap kepada Tuhan Yang Maha Esa, Allah SWT. Menyadari bahwa gerak gerik ini senantiasa ter awasi oleh Nya, sehingga badan ini tidak terlalu liar, sempat meng Hp istri di Jakarta untuk bangun mengerjakan shalat juga.

Sementara pak Tjik Nanang sedang tidur dan mulai terbangun juga.

Shalat Shubuh pun telah di kerjakan sekarang menunggu sarapan, kerena terlalu pagi minta sarapan saat mana tamu yang lain belum bangun, dan juga memang semalam masuk kota Surabaya sama sekali tidak makan lagi, cukup makan siang di Kantor sebelum berangkat kemaren siang.

Saat menjumpai pak Budi yang sedang duduk di Loby hotel Amy ikut juga mengambil sedikit sarapan berupa air jus buah jeruk dan jambu, dan roti tawar.

Acara Pembahasan Jembatan Surabaya Madura yang sudah dibuat di laksanakan di Balai Besar V Binamarga Suarabaya, lokasinya berdekatan dengan terminal bus Bungurasih.

Beberapa tanggapan disampaikan oleh Kepala Balai V, PuslitbangSebranmas, Pusjatan, Analisi LL.

Saat adzan dzhuhur terdengar, keluar sebentar untuk mencari tempat shalat.

Musholahnya kecil dan bersih.

Acara berikutnya adalah diskusi dari paparan yang telah di sajikan, Saya mengusulkan 1, Memberi analisa kualitatip pengaruh jembatan Surabaya- Madura terhadap konsistensi Tata Ruang Wilayah Jawa Timur.

Yang harus di persiapkan adalah bagaimana keberadaan Jembatan ini bisa memacu pertumbuhan ekonomi riil masyarakat Jawa Timur khususnya dan masyarakat Indonesia pada umumnya.

Madura masih harus dikembangkan, tetapi perkembangan yang memicu pertumbuhan wilayah Jawa Timur lainnya sehingga keberadaan Jembatan di rasa manfaatnya oleh seluruh lapis masyarakat.

Jam 14.00 acara berakhir.

Jam 14.30 saat saya turun dari mobilnya Hakim Anwar baru sadar jikalau kamera yang di pinjam dari kantor belum ada baterynya.

Menyusuri jalan raya besar itu untuk mulai bertanya mana toko penjual batery, keadaan pertokoan sangat kumuh, bisa jadi tidak dapat ijin renovasi sebab wilayah ini termasuk wilayah kota Surabaya yang akan dikembangkan.

Memasuki terminal dari pintu dimana keluarnya bus- bus antar propinsi dari terminal, tujuan utama adalah mencari masjid dekat terminal untuk mengerjakan shalat Ashar, keadaan siang itu sangat terik, panas menyengat pancaran matahari terasa di kulit kering, setelah bertanya remaja di pertengahan jalan dimana letak masjid, ia menunjukan untuk menyebrang jalan dan memasuki gang yang terlihat ramai dengan sepeda motor ojeg, ternyata di masjid ada dua orang makmum shalat yang sedang menunggu datangnya waktu shalat Ashar dan kini tidur- tiduran di emper masjid, udara panas membuat semua harus beristirahat.

Ia berceritra jikalau tempat tinggal istrinya ada di Kemanggisan Slipi Jakarta Barat, istrinya orang betawi asli, ia banyak bercerita sewaktu akan menikahi istrinya yang orang betawi itu, yang serba lengkap dan semua bisa di penuhi, pembicaraan selanjutnya berkisar perbedaan hidup di Surabaya dan hidup di Jakarta.

Saat adzan Ashar dikumandangkan bersiap- siap melakukan shalat Ashar dan saya berposisi menjadi imam shalat, kerena masjid sedang di perbaiki maka shalatnya cukup di emper belakang.

Shalat selesai kemudian berkemas hendak berangkat lagi, berjalan keterminal, menunggu cukup lama, dapat teman bicara seorang pegawai PU Pusat yang di kerjakan di Surabaya, akhirnya bus tujuan Probolinggo Jember Banyuwangi datang, naik saat bus itu berhenti, dan penumpang sudah cukup banyak di dalam, saat bus mulai bergerak saat mana ngantukpun datang dan teridur nyenyak di dalam udara surabaya yang panas.

Agak mulai sadar saat bus memasuki jalan putar untuk mencari jalan alternatip ke Tanggulangin, ini berarti terjadi kemacetan luar biasa sehingga bus mencari jalan tikus.

Kerena ngantuknya akhirnya tertidur lagi, dan mulai sadar sewaktu bus memasuki kemacetan di kota gempol setelah Lumpur Sidoharjo, memang dari semua arah kendaraan sangat banyak.

Sore hari semakin merangkak senja, tidak beberapa lama lagi maghrib pun tiba, bus masih berjalan perlahan sebab kemacetan panjang masih terjadi.

Keadaan sore di Bangil sangat ramai, wajah- wajah remaja yang mencari ke ilmu santri tertebar di kota ini.

11 Km sebelum memasuki kota Probolinggo, jam sekitar 19.00, Bus yang berangkat dari Surabaya Ashar tadi, sekarang berhenti total, kehabisan Bensin.

Jam 23.00, memasuki kota Wonorejo, dimana semua bus berhenti, sebab titik ini adalah titik persimpangan bagi semua pejalan yang akan membelokan arah langkahnya.

Mencari tempat shalat di musholah di depan terminal, setelah berjalan jauh, ternyata pintu besar di kunci, di anjurkan untuk memasuki musholah dari pintu samping tempat parkir kendaraan bermotor.

Akhirnya bisa mengerjakan shalat Maghrib dan Isya.

Perut terasa lapar membeli ketupat tahu dengan rujak petis dan potongan tempe tahu seharga Rp 5 000,-

Mulai berjalan kaki menuju ke Lumajang , tetapi sewaktu berbicara dengan polisi yang menjaga pertigaan Wonorejo, tiba- tiba lewat angkot yang akan pulang, ia berhenti saya naik, di dalamnya sudah ada penumpang tiga orang, semuanya merokok.angkot berjalan perlahan- lahan dan sesampainya di depan makam pahlawan saya turun.

Makam pahlawan itu di kunci.

Saya membaca doa buat Ayahnda almarhum di tengah malam dari luar makam.

Melangkah balik menuju ke terminal bus Wonorejo lagi.

Berharap ada angkot yang lewat malam – malam ini, tetapi pemandangan di depan taman di seberang jalan adalah lapangan olah raga kebanggan kota Lumajang, jikalau malam banyak sekali pedagang yang jualan.

Saya berjalan menuju Terminal, harapan itupun datang, dari arah belakang datang angkot yang hendak menuju ke terminal, angkot itu sangat tua, saya naik, sambil berbicara sekedarnya.

Tiba di Terminal turun di arah memasuki komplek perumahannya Ibunda, hanya saja ibu malam ini sedang ada di kota Malang, jadi siapa yang akan di temui jikalau masuk kesana.

Bus tujuan Probolinggo datang, saya langsung naik dan mencari posisi duduk, ternyata banyak tentara yang naik bus ini dan sedang tiduran, saya mendapat tempat duduk isi tiga dan di duduki sendirian, dan langsung tidur.

Bangun- bangunnya sudah memasuki kota Probolinggo, tetapi baru melewati jalan kereta api yang sering memakan korban.

Tiba di terminal ganti bus ke Malang, bus ini sangat penuh dan sepanjang jalan masih mencari penumpang.
Dapat duduk tetapi tidak dapat baring, tidur sambil duduk.

Selasa, November 17, 2009

Tyas berangkat sendiri



Rabu, 26 Agustus 2009.


Setibanya di rumah sore ini di beritahukan jikalau Tyas sudah berangkat ke Denpasar, dengan kereta api ekonomi tujuan Surabaya dan nanti di lanjutkan lagi ke Denpasar dengan Mutiara Timur.

Ibunya sangat tertekan dengan sikapnya Tyas yang berangkat dengan sedikit rasa dongkol, ibunya merasa sedikit sunyi.

Ia berangkat di saat ibu- ibu pengajian pagi itu akan melakukan pertemuan di bulan puasa dan saat ibu- ibu mulai membanyak ia keluar dengan bersungut- sungut, langsung naik ojeg.

Jam 23.55 keluar rumah untuk mulai jaga malam di lingkungan RT.

Jaga Malam


Kamis, 27 Agustus 2009


Jam 02.00 masuk lagi kerumah setelah berjalan mengelilingi RT 5 RW 8 Desa Gandoang.


Rasa kantuk yang sedemikian kuatnya, padahal tadi sebelum keluar sempat membuat jus sayur biar badan segar dan sekarang pulangnya juga tetap minum teh rosela.

Makan sahur terlebih dahulu kemudian shalat malam, dan setelah itu melihat jam dinding masih jam 03.00, membangunkan Yasin agar segera sahur sebab jikalau bapaknya sudah tertidur kerena kantuknya pagi ini tak akan bangun sampai adzan shubuh terdengar.

Adzan shubuh terdengar dan shalat shubuh setelah itu tertidur lagi.

Berangkat kekantor tanpa halangan, sempat shalat dlhuha di masjid kuning cibubur, dan dengan rasa kantuk sampai juga kekantor.

Saat pulang sore hari di langit terlihat mendung dan saat akan keluar dari kantor sekitar jam 16.00 sudah hujan, pakai mantel hujan dan melintasi Jakarta dibawah rintikan hujan yang cukup sejuk deras kecil.

Sampai di rumah masih terasa ada hujan sedikit.

Bulan Puasa PLN Mati




Selasa, 25 Agustus 2009.

Jam 03.00 saat akan sahur, keluar rumah di ke gelapan malam, ternyata PLN masih padam, minta air dengan pak Putut yang sedang berdiri di kejauah keremangan malam, sebab malam itu hanya rumahnya saja yang diterangi dengan lampu gen set.

Makan sahur sangat menghemat air, sedemikian juga shalat shubuh, akhirnya setelah shalat shubuh mengangkat air dua ember dari rumahnya pak Putut, sebagai cadangan dirumah untuk yang akan buang air.

Acara ke kantor di batalkan sebab ngak mandi, sebab lagi kasihan meninggalkan rumah kalau air ngak menjamin keberadaannya.

PLN mulai hidup lagi jam 13.30 siang. Terlihat istri semangat untuk mencuci pakaian, dan saya membersihkan ruangan.


Dan kelelahan timbul.

Jumaat, November 13, 2009

hari pertama bulan puasa

Sabtu, 22 Agustus 2009





Jam 03.00 bangun untuk mengerjakan sahur puasa hari pertama.




Minggu, 23 Agustus 2009.

Sudah sejak beberapa hari yang lalu, berencana dengan istri agar ada kehidupan di RT untuk menyambut bulan puasa, makan dibuatkan menyambut buka puasa di hari perama bulan puasa adalah lomba menggambar dan menciptakan lagu.

Acara buka puasa di iringi dengan lomba tingkat anak anak RT, lombanya adalah menggambar dan membuat lagu ramadhan sederhana.

Banyak anak- anak yang datang ada yang satu dua di iringi dengan ibunya, lomba di mulai sejak selesai shalat ashar.




Suasana lomba sambil menjemput saat buka puasa




Peserta lomba menggambar yang paling kecil






Berbaris dahulu sebelum mulai menggambar



Fifi mulai menggambar



Sabtu, 22 Agustus 2009.

beberapa saat sebelum di mulai acara menggambar menyambut buka puasa


Hasil penggambaran anak- anak se RT 5 RW 8 Kompleks Perumahan Puri Cileungsi


















Saat jam buka puasa masuk kemudian acara buka puasa di mulai.




Senen, 24 Agustus 2009.

Maghrib itu sudah mendekat, tetapi semenjak keluar dari kantor tadi sore, kemacetan sangat panjang, luar biasa, di kejauhan kerumunan warna hitam sebagai pantulan helm pengendara motor sangat banyak di jalan Simatupang.

Saat adzan maghrib saat buka puasa masuk ke masjid milik perumahan angkatan darat di Cibubur, dengan menu air putih aqua gelas dan es kelapa yang tidak lagi dingin.

Memasuki rumah ternyata istri telah pergi ke masjid mengikuti shalat.

Menunggu sampai istri datang, sementara belanjaan yang di beli tadi siang dari giant super market di turunkan dari motor oleh Astari dan Fifi, dua anak ini memilih tidak ke masjid, sementara Tyas belum pulang dari RSCM.

Saat akan shalat Isya malam itu saya minta di temani istri sebagai makmum shalat sodaqoh, walau ia sendiri telah mengerjakan shalat tersebut.

Setelah makan langsung tidur kerena lelahnya. Dan sekitar jam 23.00 sadar, mengapa dunia ini sepi sekali, dan keremangan cahaya langit menembus tempat tidur, ternyata PLN padam.

Sangat sunyi, kesunyian malam terasa, tetapi cadangan air ngak ada, ini sesuatu kegawatan.

ke Makam di Tengah Malam

Kamis, 20 Agustus 2009.

Pagi sekitar jam 03.00
Saat jam pembangun tidur di Hp berbunyi, saat mana sebaiknya menghadap kepada Tuhan Yang Maha Esa, Allah SWT. Menyadari bahwa gerak gerik ini senantiasa ter awasi oleh Nya, sehingga bada ini tidak terlalu liar, sempat meng Hp istri di Jakarta untuk bangun mengerjakan shalat juga.

Sementara pak Tjik Nanang sedang tidur dan mulai terbangun juga.

Shalat Shubuh pun telah di kerjakan sekarang menunggu sarapan, kerena terlalu pagi minta sarapan saat mana tamu yang lain belum bangun, dan juga memang semalam masuk kota Surabaya sama sekali tidak makan lagi, cukup makan siang di Kantor sebelum berangkat kemaren siang.

Saat menjumpai pak Budi yang sedang duduk di Loby hotel Amy ikut juga mengambil sedikit sarapan berupa air jus buah jeruk dan jambu, dan roti tawar.

Acara Pembahasan Jembatan Surabaya Madura yang sudah dibuat di laksanakan di Balai Besar V Binamarga Suarabaya, lokasinya berdekatan dengan terminal bus Bungurasih.

Beberapa tanggapan disampaikan oleh Kepala Balai V, PuslitbangSebranmas, Pusjatan, Analisi LL.

Saat adzan dzhuhur terdengar, keluar sebentar untuk mencari tempat shalat.

Musholahnya kecil dan bersih.

Acara berikutnya adalah diskusi dari paparan yang telah di sajikan, Saya mengusulkan 1, Memberi analisa kualitatip pengaruh jembatan Surabaya- Madura terhadap konsistensi Tata Ruang Wilayah Jawa Timur.

Yang harus di persiapkan adalah bagaimana keberadaan Jembatan ini bisa memacu pertumbuhan ekonomi riil masyarakat Jawa Timur khususnya dan masyarakat Indonesia pada umumnya.

Madura masih harus dikembangkan, tetapi perkembangan yang memicu pertumbuhan wilayah Jawa Timur lainnya sehingga keberadaan Jembatan di rasa manfaatnya oleh seluruh lapis masyarakat.

Jam 14.00 acara berakhir.

Jam 14.30 saat saya turun dari mobilnya Hakim Anwar baru sadar jikalau kamera yang di pinjam dari kantor belum ada baterynya.

Menyusuri jalan raya besar itu untuk mulai bertanya mana toko penjual batery, keadaan pertokoan sangat kumuh, bisa jadi tidak dapat ijin renovasi sebab wilayah ini termasuk wilayah kota Surabaya yang akan dikembangkan.

Memasuki terminal dari pintu dimana keluarnya bus- bus antar propinsi dari terminal, tujuan utama adalah mencari masjid dekat terminal untuk mengerjakan shalat Ashar, keadaan siang itu sangat terik, panas menyengat pancaran matahari terasa di kulit kering, setelah bertanya remaja di pertengahan jalan dimana letak masjid, ia menunjukan untuk menyebrang jalan dan memasuki gang yang terlihat ramai dengan sepeda motor ojeg, ternyata di masjid ada dua orang makmum shalat yang sedang menunggu datangnya waktu shalat Ashar dan kini tidur- tiduran di emper masjid, udara panas membuat semua harus beristirahat.

Ia berceritra jikalau tempat tinggal istrinya ada di Kemanggisan Slipi Jakarta Barat, istrinya orang betawi asli, ia banyak bercerita sewaktu akan menikahi istrinya yang orang betawi itu, yang serba lengkap dan semua bisa di penuhi, pembicaraan selanjutnya berkisar perbedaan hidup di Surabaya dan hidup di Jakarta.

Saat adzan Ashar dikumandangkan bersiap- siap melakukan shalat Ashar dan saya berposisi menjadi imam shalat, kerena masjid sedang di perbaiki maka shalatnya cukup di emper belakang.

Shalat selesai kemudian berkemas hendak berangkat lagi, berjalan keterminal, menunggu cukup lama, dapat teman bicara seorang pegawai PU Pusat yang di kerjakan di Surabaya, akhirnya bus tujuan Probolinggo Jember Banyuwangi datang, naik saat bus itu berhenti, dan penumpang sudah cukup banyak di dalam, saat bus mulai bergerak saat mana ngantukpun datang dan teridur nyenyak di dalam udara surabaya yang panas.

Agak mulai sadar saat bus memasuki jalan putar untuk mencari jalan alternatip ke Tanggulangin, ini berarti terjadi kemacetan luar biasa sehingga bus mencari jalan tikus.

Kerena ngantuknya akhirnya tertidur lagi, dan mulai sadar sewaktu bus memasuki kemacetan di kota gempol setelah Lumpur Sidoharjo, memang dari semua arah kendaraan sangat banyak.

Sore hari semakin merangkak senja, tidak beberapa lama lagi maghrib pun tiba, bus masih berjalan perlahan sebab kemacetan panjang masih terjadi.

Keadaan sore di Bangil sangat ramai, wajah- wajah remaja yang mencari ke ilmu santri tertebar di kota ini.

11 Km sebelum memasuki kota Probolinggo, jam sekitar 19.00, Bus yang berangkat dari Surabaya Ashar tadi, sekarang berhenti total, kehabisan Bensin.

Jam 23.00, memasuki kota Wonorejo, dimana semua bus berhenti, sebab titik ini adalah titik persimpangan bagi semua pejalan yang akan membelokan arah langkahnya.

Mencari tempat shalat di musholah di depan terminal, setelah berjalan jauh, ternyata pintu besar di kunci, di anjurkan untuk memasuki musholah dari pintu samping tempat parkir kendaraan bermotor.

Akhirnya bisa mengerjakan shalat Maghrib dan Isya.

Perut terasa lapar membeli ketupat tahu dengan rujak petis dan potongan tempe tahu seharga Rp 5 000,-

Mulai berjalan kaki menuju ke Lumajang , tetapi sewaktu berbicara dengan polisi yang menjaga pertigaan Wonorejo, tiba- tiba lewat angkot yang akan pulang, ia berhenti saya naik, di dalamnya sudah ada penumpang tiga orang, semuanya merokok.angkot berjalan perlahan- lahan dan sesampainya di depan makam pahlawan saya turun.

Makam pahlawan itu di kunci.

Saya membaca doa buat Ayahnda almarhum di tengah malam dari luar makam.

Melangkah balik menuju ke terminal bus Wonorejo lagi.

Berharap ada angkot yang lewat malam – malam ini, tetapi pemandangan di depan taman di seberang jalan adalah lapangan olah raga kebanggan kota Lumajang, jikalau malam banyak sekali pedagang yang jualan.

Saya berjalan menuju Terminal, harapan itupun datang, dari arah belakang datang angkot yang hendak menuju ke terminal, angkot itu sangat tua, saya naik, sambil berbicara sekedarnya.

Tiba di Terminal turun di arah memasuki komplek perumahannya Ibunda, hanya saja ibu malam ini sedang ada di kota Malang, jadi siapa yang akan di temui jikalau masuk kesana.

Bus tujuan Probolinggo datang, saya langsung naik dan mencari posisi duduk, ternyata banyak tentara yang naik bus ini dan sedang tiduran, saya mendapat tempat duduk isi tiga dan di duduki sendirian, dan langsung tidur.

Bangun- bangunnya sudah memasuki kota Probolinggo, tetapi baru melewati jalan kereta api yang sering memakan korban.

Tiba di terminal ganti bus ke Malang, bus ini sangat penuh dan sepanjang jalan masih mencari penumpang.
Dapat duduk tetapi tidak dapat baring, tidur sambil duduk.



Jumat, 21 Agustus 2009.



Masuk kota malang


Kota Malang pagi ini saya masukin sekitar jam 02.00 pagi hari, dingin menyergap badan, saat si tukang ojeg menawari tujuan pengantaran, saya sebut jalan Sukarno Hatta, Griya Santa, seharga Rp 10 000,- si tukang ojeg itu mengiyakan.

Kota Malang pagi ini sangat sepi, semua sedang tidur nyenyak, perjalanan cukup singkat, melewati rel kereta api Belimbing.

Saat turun di depan rumahnya adik yang bersuamikan orang Malang ini, terlihat di kejauhan ada ke asyikan sendiri, ada kesibukan, entah apa, tetapi setelah di ketok kemudian menunggu agak lama mungkiin mencari kunci, akhirnya pintu di buka.

Ternyata kesibukan terlihat dari luar itu adalah persiapan si Kecil yang telah di terima di Perguruan Tinggi Brawijaya dan sekarang masa orientasi sekolah.
Terlihat ibunda terbangun dari tidur, ibunda yang berumah di Wonorejo, tadi sewaktu Wonorejo saya kunjungi saya tidak mampir di sana sebab ibu ada di sini.

Setelah memberi salam langsung shalat tahajud, kemudian jatuh tertidur kerena kelelahan.

Shubuh jam 04.20 pun datang, mengerjakan shalat shubuh dan persiapan kembali berangkat ke Surabaya, emmebayangka kemacetan kemaren sore selepasnya keluar dari kota Suarabay yang di hadang kemacetan di Porong Sidoharjo, berfikir pagi ini untuk naik kereta api saja.

Jam 06.10 Suaminya adik datang setelah mengantar putri terakhirnya ke kampus untuk mengikuti acara posma mahasiswa baru, ia bersedia mengantar saya ke stasiun Malang, tetapi di tengah jalan terpaksa balik lagi ke rumah sebab Hp yang sedang di charger lupa membawanya.

Stasiun KA Malang itu masih sepi, ternyata kereta api berangkat pagi ini jam 07.15.

Perjalanan cukup ramai, yang naik kerata api banyak juga, terlihat para mahasiswa dari berbagai daerah muncul di sini, Malang memang kota pendidikan.

Tanpa kemacetan dan memasuki kota Surabaya jam 09.00, turun di Wonokromo.

Kerena dari pagi belum makan, saat di stasiun ada tertulis nasi pecel biasa Rp 3 000,- saya langsung masuk dan memesan satu porsi.

Kemudian menyebrang jembatan penyebrangan yang tinggi itu untuk memasuki pasar Wonokromo, untuk membeli oleh oleh berupa kerupuk empat macam seharga Rp 60 000,-

Menuju Masjid tua di sisi jalan Wonokromo untuk persiapan mengerjakan shalat Jumat, ternyata jam 10.15 saat ini masjid masih terkunci.

Dibelakang Masjid terdapat Kantor Penggadaian, kesana saya masuk, ruangan ber AC sementara di luar sangat panas, dan disini pula saya mengambil satu meja untuk mulai menulis catatan blog perjalanan agar tidak terlupa, sebab terlalu banyak karuniah Allah jikalau di abaikan maka kita tidak bisa bersyukur, tidak bisa mengingat dosa- dosa.
Para pegadai barang rata- rata para wanita, dan barang yang di gadaikan adalah perhiasan.

Tiba- tiba terdengar ada suara Al Quran datang dari masjid, berarti masjid sudah dibuka, dan betul juga sewaktu saya ke sana masjid sudah dibuka, saya ber lepas sepatu dan mulai menuju ke belakang untuk mengerjakan taharah, bersuci dari hadast.

Kemudian dibalik pintu depan saya berganti pakaian shalat, sehingga sekarang mengenakan sarung dan koko baju atasannya.

Setelah itu mengambil Al Quran kecil yang selalu saya bawa dan mengambil posisi terdepan dan mulai membaca Al Quran, sambil tertidur sekali- kali.

Saat shalat Jumat selesai dilaksanakan langsung menuju pasar untuk belanja makanan ketupat rujak cingur dengan sambal petis hitam warnanya, Rp 10 000,- tetapi setelah di makan rasanya tidak se enak seperti rujak cingur yang pernah di makan di rumahnya mas Asmono, Surabaya, kakaknya mas Ajar Sanjoyo. Dan Makan rujak cingur saat ada rapat di Surabaya, pembeliannya ibu Tatik saat itu ia masih sebagai kepala balai Surabaya, sekarang sudah pensiun.

Sempat membeli aneka gorengan Surabaya yang berukuran besar yaitu tahu isi dimana satu nya seharga Rp 2 000,-

Berjalan menuju tempat Bus Damri Bungurasih menunggu, terletak di bawah jembatan flay over Wonokromo dan disana ada bus yang sudah menunggu, naik bus dengan udara yang sangat panas, luar biasa panasnya kota Surabaya.

Setibanya di Terminal Bus Bungurasih langsung ganti bus bandara udara seharga Rp 15 000,-

Setibanya di Bandara langsung mulai memasuki ruangan sambil mencari kereta dorong yang belum di gunakan seseorang.

Saat berjalan mencari desk Sriwijaya disini terlihat sepi sekali, hanya penerbangan Citylink yang ramai, untuk penerbangan ke Makassar.

Tiba- tiba pak Tjik Nanang muncul di belakang saya, mencari siapa pak katanya, saya tertawa sebab ia mirip pak Tjik Nanang, teman sekantor yang ikut berangkat ke Surabaya.

Langsung mencari tempat untuk shalat Ashar di lantai atas, untuk itu perlu bantuan lift, sebab membawa dos kerupuk.

Setelah shalat duduk- duduk sebentar dan kemudian turun lagi ke bawah menuju desk Sriwijaya.

Jam 16.00 desk sriwijaya di buka dapat nomer boarding 6 A.

Saat mahgrib tiba, sudah memasuki gate nomer 6, keluar lagi untuk mengerjakan shalat. Kemudian masuk lagi, jam 18,45 penumpang Sriwijaya di persilahkan memasuki pesawat.
Terlihat hamparan kora Surabaya dengan cahayanya dan kemudian di tutup dengan hamparan ke gelapan, bisa jadi itu adalah lautan, dan sepanjang jalan gelap.

Jam 21.00 sudah berada di luar bandara Sukarno Hatta, menunggu bus Damri yang ke Kampung Rambutan, ternyata dapat Bus Damri yang menuju Lebak Bulus.

Memasuki ruang kantor jam 22.00.

Shalat Isya dahulu kemudian membuat minuman teh hangat, kemudian mulai menghidupkan motor dan langsung pulang, memasuki rumah jam 00.30.

Perjalanan ke Surabaya lagi

Rabu, 19 Agustus 2009.

Persiapan ke Surabaya

Berangkat kekantor dengan tas berisi pakaian ganti, perkiraan hari ini keputusan untuk berangkat ke Surabaya, sebab pertemuan pembahasan Jembatan Surabaya Madura tidak akan di tunda besok hari,

Setibanya di kantor sekitar jam 09 00, bendahara saya tanya, tetapi keputusan berangkat menunggu pak Kuat.

Jam 11.00 pak Kuat datang dan meminta undangan dari Surabaya, daripada susah- susah mencari undangan yang tercecer seminggu lalu, lebih baik minta kembali ke Surabaya agr di Faks kan, dan permohonan ini di penuhi.

Saat yang sama sedang menyusun surat permohonan untuk menjadi dosen Interior, yang rencana nya akan di pos kan hari ini juga, atas jasa OB di kantor surat lemaran itu saya serahkan untuk disampaikan ke kantor pos.

Jam 11.05 Pak Kuat setuju saya berangkat ke Surabaya, tetapi sebelumnya sempat berkata dengan rekan di ruangan siapa yang mau ikut dengan pak Sis ke Surabaya sekarang juga, banyak orang langsung stres, sebab hari ini siapa yang sanggup berangkat, tiket saja belum ada yang punya.

Akhirnya pak Kuat menunjuk pak Tjik Nanang untuk ikut ke Surabaya, untuk itu pak Tjik Nanang secepatnya pulang ke Tanjung Priok untuk mengambil pakaian secukupnya.

Jam 11.30 saat komputer di kantor sudah dimatikan yang berarti saya tidak mau terlibat dengan pekerjaan lagi, biarkan saya perhatian terhadap perjalanan ke Suarabay yang beberapa saat ini akan dilaksanakan, yang menjadi kegelisahan adalah tiket belum dimiliki, kemudian di tambahi dengan beban ikut seorang yaitu pak Tjik Nanang.

Makan siang sudah dilakukan, sampai tambah, kemudian shalat Dzhuhur juga sudah dilakukan kerena akan berangkat ke Bandara bersama dengaan pak Budi Doel, terpaksa menunggu, saat menunggu di kantor menyempatkan membuka kitab suci Al- Quran.

Jam 12.45 berangkat ke Bandara bersama pak Budi Doel, Ibu Ristien dan Sopir pengantar.

Perjalanan sedikit terhambat kemacetan, dan selebihnya lancar. Sekitar kedudukan di Slipi ada hubungan dari pak Tjik Nanang, ia menghubungi dari rumah, mengetahui saya sudah sampai di Slipi dalamn perjalanan ke Bandara, bahwa ia akan berangkat langsung saat ini juga dari Tanjuk Priok.

Shalat Ashar sudah dilakukan, sementara menunngu Calo tiket yang telah di hubungi sejak kedatan di terminal Bandara jam 14.00 tadi siang hingga saat shalat selesai ia belum menghubungi, tetapi ada getaran Hp ternyata ia menghubungi tetapi dengan kalimat yang gampang di duga yaitu, tiket ke Surabaya sore hari ini tidak bisa pak kalau malam bagaimana, tetapi pikiran ini mengatakan jikalau disini si calo sedang membuat perangkap baru, nanti malam hari saya di pojokan dengan waktu yang habis sehingga tiket di mahalkan. Akhirnya saya minta mundur dengan calo, sebab saya akan berangkat besok saja. Untuknya si Calo mempersilahkan dengan baik.

Saya mengatakan kepada Pak Tjik Nanang jikalau yang paling penting adalah Shalat Ashar telah di lakukan, sehingga sekarang mari kita melangka ke kanan ke penerbangan lainnya yang akan berangkat ke Surabaya.

Ternyata langka ke kanan ini memasuki Sriwijaya Air dan dapat tiket pergi dan pulang langsung dibayar, betapa leganya perasaan sore itu, sebab tiket sudah di tangan.

Jam 18.00 saat memasuki anjungan keberangkatan di B6, terlihat dari kejauhan banyak penumpang yang berdiri dan makan, ternyata mereka adalah penumpang yang di tunda keberangkatanya tujuan Medan dan Pontianak.

Keletihan yang seharian mengejar tiket itu akhirnya memuncak, kantuk tak tertahankan, setelah penumpang tujuan Pontianak di terbangkan, maka terlihat banyak bangku kosong, tempat yang baik untuk rebahan badan sampai terdengar penumpang Surabaya di persilahkan naik ke pesawat

Mendarat di kota Surabaya jam 21.00 malam.

Tiba- tiba ada SMS dari Tyas yang mengatakan ia kini ada di Blitar Jawa Timur, dan besok pagi rencananya akan melanjutkan naik Matarmaja tujuan Jakarta Pasar Senen, tetapi berangkatnya besok sore, saya sedikit terkejut sebab tidak diberitahu kalau ia melakukan perjalanan dari Denpasar ke Blitar.


Kemudian berjalan turun perlahan- lahan dan sempat buang air kecil segala, dan selanjutnya berjalan menuju loket pembelian voucher taksi, sempat juga memasuki penjualan voucher hotel, disamping taksi, tetapi belum berminat ya batal jadinya.

Bertaksi malam hari di Surabaya, keramaian masih membekas, tetapi semua sudah beranjak tidur.

Modelnya orang Surabaya yang berumah di pinggir jalan adalah, ia berjualan dengan bermodalkan termos air panas dan siap membuatkan kopi atau minuman hangat lainnya, dan mengambil duduk di bawah pohon besar, entah ada atau tidak yang beli, tetapi ia melengkapi dirinya dengan televisi kecil sebagai hiburannya, entah kalau hujan.

Turun di Emy Hotel berdua masuk dengan pak Tjik Nanang menuju lobby hotel

Lampu besar motor mati tengah malam


Senen, 10 Agustus 2009.

Saat pulang malam dari kantor sekitar jam 20.00 ternyata lampu besar motor ngak hidup.

Tetapi setelah berjalan sebentar lampu motor hidup lagi, merasa bahwa dalam kondisi rawan sebab ada gangguan lampu depan , perjalanan pulang terpaksa agak perlahan, untungnya sampai di rumah lampu masih hidup juga walau terkadang mati.

Hidup kemudian mati lagi.


Selasa,11 Agustus 2009.

Saat akan pulang siang hari setelah shalat ashar menulis secarik kertas untuk pimpinan memberitahukan tidak bisa pulang malam lagi sebab lampu motor bermasalah, kemungkinan masalah akinya.

Barangkali ada tanggapan.






Rabu, 12 Agustus 2009.

Berkali- kali ke ATM untuk pertama kali, berkali- kali juga gagal, mencoba membayar Oke Vision melalui ATM tetapi gagal melulu.

Kamis, 13 Agustus 2009.

Rapat Pembahasan kelompok Jabatan Fungsional.

Jam 09.30.

Tetapi sampai jam 10.15 rapat juga belum dimulai, setelah jam 10.20 rapat dimulai, acara rapat lebih banyak ingin menempatkan kedudukan rekan jabatan fungtsional sebagai pengambil pemakrasa dalam kegiatan, sementara teman Struktural lebih dominan terhadap me fasilitasi.

Selasa, Oktober 06, 2009

Pengaruh Ramadhan

Selasa, 18 Agustus 2009.


Acara ke Kantor sebagaimana biasanya setelah acara kemerdekaan kemaren, tetapi semalam saat acara menyambut kemerdekaan di lingkungan RT mata sangat ngantuk sehingga acara belum dimulai sudah pulang untuk tidur dahulu.

Saat ini merasa suasana Ramadhan sudah sangat mewarnai.

Acara ke Surabaya monitoring Jembatan Surabaya Madura hingga sore hari ini belum ada kepastian, apalagi jam 15.00 pak Kuat yang menentukan jadi dan tidaknya berangkat ke Surabaya, malahan pergi Rapat ke Departemen, sehingga keputusan besok berangkat tidak ada yang bisa menentukan.

Secara spontan saja sore hari setelah acara kantor selesai, menyempatkan diri ke Giant Supermarket untuk membeli lauk yang mulai kosong, dan kebetulan juga mendapat lauk yang dikenakan pemotongan 50 % khusus untuk ikan- ikan yang sobek.

Upacara 17 Agustus 2009

Senen, 17 Agustus 2009.


Berangkat dari rumah jam 04.00, dan shalat shubuh di masjid dua ratus meter setelah puskesmas Ciracas, mobil parkir di puskesmas itu sudah banyak, apakah ada kegiatan di puskesmas sebelum shubuh, ternyata ada peraturan semua mobil dinas tidak boleh di bawa pulang. Setelah itu langsung ke kantor Departemen, dan tiba di departemen sekitar jam 06.00.

Sewaktu memasuki orinoar di gedung pak Menteri, jumpa dengan pak Sadanul, sang calon profesor dari penelitian Bandung, ia berangkat dari rumah di Bandung jam 04.00. Sama dengan saya hanya saja beda kecepatan saja, ia naik mobil dan saya naik motor.

Makan dahulu, berjalan ke arah belakang halaman, melintasi lapangan upacara yang masih sepi, mobil- mobil para pegawai departemen pekerjaan umum sudah mulai membanyak, parkir dimana- mana penuh, pintu kecil itu terlihat terbuka, padahal sebelumnya saya khawatir jikalau pintu kecil itu belum di buka sebab saat ini masih pagi.

Betul juga, deretan kios makanan di belakang kantor pertanahan itu masih tutup, hanya satu yang terbuka tetapi sewaktu saya masuk ternyata hanya makanan ayam goreng ulang, dan sambal dan hijau daun singkong, saya bertanya apakah ada berkedel, dijawab ngak ada, jam begini belum datang makanan, kerena hari masih pagi terpaksa memesan nasi dengan sayur dan kuah rendang seharga Rp 5 000,-
Setelah itu mengikuti proses acara tujuh belasan sangat bersemangat.

Banyak pimpinan yang baru naik dan sudah lama saya kenal.

Sambil menuju jalan keluar menyempatkan diri menuju ke Masjid Al Azhar untuk meletakan sumbangan sodaqohnya Yasin di Baitul Mall Masjid.
Kerena hari ini hari libur, uang itu saya lipat denga secari nama Yasin Ilmarahimy dan besarnya uang kemudian saya sisispkan di bawah pintu.

Saat keluar dari perkantoran, ketemu lagi dengan pak Sadanul yang akan pulang ke Bandung.


Sore hari setelah shalat ashar naik sepeda berdua dengan Fifi, sedangkan ibunya naik sepeda sendiri, tujuannya mencari es krim untuk memperingati acara tujuhbelasan agustus di rumah, sebab sudah kebiasaan sejak lama, setelah upacara tujubelasan ada makanan yang di bawa pulang.

Akhirnya tadi sepulang dari apel membawa pulang Rp 57.000,- uang ini digunakan untuk biaya untuk acara tujubelasan di rumah.

Bersepada hingga istri bilang jikalau sepeda yang saya naiki kempes ban belakangnya, sewaktu mengisi angin membayar Rp 1000,- uang sisa Rp 56 000,-

Bersepeda lagi di sore hari, kesibukan di jalan kecil itu terlihat sangat padat, tetapi sangat menghormati kepada orang yang bersepeda.

Daratan yang dahulu sawah yang subur dan sering dijadikan pemandangan yang baik untuk anak- anak, ternyata sekarang sudah berubah menjadi hamparan tanah siap bangun seluas mata memandang, sangat luas lebih 500 hektar barangkali, perkiraan saya akan di gunakan sebagai kompleks perumahan, memang sekarang masalah lahan untuk memenuhi kebutuhan perumahan sangat tinggi, tetapi pemerintah tidak memberi penuntunan.

Makanan yang didapat adalah es krim empat buah untuk Fifi, Yasin, Astari dan Tyas, kecap bango, syrop, togo biskuit, dan biskuat, kacang atom.

Letter S patah

Minggu, 16 Agustus 2009.


Jam 03.00 sudah bangun, persiapan, jam 04.00 sudah mengerjakan shalat tahajud, dan sepeda sudah di ikat menyilang di motor dan mulai berjalan keluar dari kompleks perumahan.

Pagi yang dingin dan shubuh juga belum tiba, sehingga berkendaraan dengan membawa sepeda di belakangnya tidak terasa menghalangi.

Saat adzan shubuh terdengar saat mana posisi sudah jauh mendekati Cijantung, malahan sempat terpikirkan akan shalat shubuh di majsid kecil di Cijantung, tetapi sebaiknya di sekitar sini saja, mulai bertanya dimana masjid yang adzannya terdengar adri sini, di beri petunjuk arah dengan seorang yang berdiri di pinggir jalan, dan setelah memasuki gang masjid itu terlihat.

Motor diparkir tanpa harus menurunkan sepeda dan saya mengerjakan shalat shubuh berjamaah.

Tiba di kantor hari masih gelap, dan sewaktu sepeda saya turunkan teryata dari banyaknya manusia jajaran Departemen Pekerjaan Umum yang datang pagi itu, muncul pak Iwan, teman sewaktu mengikuti Adum di Makassar tahun 1977 beberapa tahun lalu.

Ia adalah orang yang sangat rajin membaca blog ini.

Tepat jam 06.30 acara bersepeda santai dengan pak Menteri PU di mulai, melewati patung api nan tak kunjung padam, kemudian senayan dan melawati jalan asia afrika di depan gelora senayan bung karno.

Dan di tempat inilah letter s sepeda saya patah, maklum sepeda bekas dan sekarang sedang menunggu angkutan terbuka untuk mengangkut sepeda yang bermasalah.

Setelah di. Lihat saya sudah tak berdaya dengan sepeda yang koit, banyak peserta yang bersimpati akan membantu, ada yang akan mencoba memutuskan rantainya, sehingga letter s sepeda bisa dikeluarkan dan sepeda di kendarai, tetapi setelah di coba akan memutuskan rantai, kerasnya bukan main.

Mobil angkutan terbuka berwarna hitam mulai datang, dan sepeda saya naikan ke mobil sementara saya naik di mobil di belakangnya, tetapi sebelum tiba di kantor, saya turun untuk berolah raga ber lari mengelilingi kantor departemen.


Banyak peserta yang berkumpul di halaman yang terjepit dengan bangunan kantor departemen pekerjaan umum itu, sementara dua tenda besar di penuhi dengan para penjabat PU.

Setelah mendapat bantuan satpam untuk menemukan mobil angkutan ban terbuka yang membawa sepeda saya, sepeda saya parkir dekan motor dan selanjutnya pulang, tetapi sebelumnya sempat menunggu nomer door prize yang nomer 0602 yang saya pegang ngak di panggil- panggil, dan telah memasukan namanya Yasin di celah bagian bawah di Masjid Al Azhar bagian sodaqoh.

Persiapan Sepeda Santai

Sabtu, 15 Agustus 2009.

Pagi ini mengantar Astari ke Sekolah, tetapi istri bilang akan juga ke pasar sebab besok hari minggu ngak bisa ke pasar, sebab akan ke Departemen Pekerjaan Umum, untuk mengikuti sepeda santai bersama jajaran Dept PU juga dengan menteri PU, tapi hingga pagi ini sepeda belum juga didapat, sementara yang ada di dalam benak adalah bagaimana memanfaatkan dua sepeda yang diatas, yang selama ini di telantarkan, yang satu sepeda hadiah dari pembeliah Komputer, saat mana pentium belum ada, AT388.
Kemudian sepeda yang satu sepeda perempuan merah yang dibeli sewaktu berumah di Ciledug, dan membelinya di Pasar Rumput, Manggarai seharga Rp 125 000,- kemudain setelah itu di kendarai dari Manggarai hingga Ciledug.

Kedua sepeda itu sekarang sudah karatan.

Sementara Astari nya sudah turun dari motor, dan saya sudah memutar balik motor menuju arah berangkat, tetapi memikirnya jikalau istri yang akan ke pasar pagi ini juga berjanji akan ketemu di tempat parkir toko fotografi Cemerlang, saya pikir pasti belum datang, sehingga saya sempatkan terlebih dahulu slahat dlhuha di masjid di belakang deretan toko sekitar Cileungsi.

Masjid itu cukup kecil tetapi sering di gunakan untuk shalat Jumat, dengan menutup halaman jalanan di depannya.

Shalat dlhuha telah di laksanakan di dalam masjid kecil itu, dengan seorang tua yang juga ikut shalat, ia datang terlebih dahulu dari pada saya, sedemikian banyaknya orang yang meraih rezeki Allah dengan menyempurnakan dengan shalat dlhuha.

Setibanya di parkir depan toko fotografi Cemerlang Cileungsi, saya belum melihat ada tanda- tanda istri sudah tiba di tempat itu, tanpa memperhatikan hal ini saya langsung berbelanja sayuran yang selalu dugunakan untuk campuran membuat jus sayur setiap pagi, terutama wortel, buncis terong ungu dan tomat, empat sayur yang tidak boleh ketinggalan, walau harganya naik.

Tiba – tiba ada suara memanggil, saat mana saya baru selesai membeli buncis 1,5 kg dan akan berjalan menyebrang jalan. Ternyata istri dengan belanja an berat sudah ada di seberang jalan, dari tadi ia melihat tidak ada motor parkir di depan Cemerlang, saya jelaskan jikalau saya mengerjakan shalat dlhuha terlebih dahulu.

Setibanya di rumah secepatnya makan dan langsung ke bengkel, saat menurunkan sepeda dari tempat parkir diatas, kaki lupa menuruni anakn tangga satu trap sehingga pergelangan kaki terasa sakit sewaktu menapaki lantai.

Ada- ada saja padahal luka kena knalpot belum sembuh benar, sekarang di pergelangan kakinya ada sakit.

Sepeda tua yang berkarat itu di ikat di motor dan motor dikendarai sementara Fifi ikut duduk di depannya.

Sesampai di Gandoang, di tukang sepeda yang tua itu, sepeda saya di taksir dengan banyak kerusakan, rantai diganti, letter s di ganti, gigi as depan dan belakang di ganti, ban luar dalam muka belakang di ganti, tali- tali di ganti diperhitungkan terkena Rp 150 000,-

Kemudian saat ia mengeluarka sepeda lama yang siap pakai konsidi baik bentuk sangat sederhana dan modelnya lama sewaktu ia membuka harga penawaran Rp 200 000,- saya tawar Rp 150 000,- dan akhirnya sepakat Rp 160 000,-

Sepeda sudah dinaikan lagi ke motor untuk di bawa pulang, hal ini menghindarkan waktu tungga reperasi sepeda mengingat Fifi ikut ke bengkel sehingga harus diperhitungkan kesehatannya.

Bisa sakit kalau lama di bengkel dan terkena hamparan debu jalanan.

Sesampainya di rumah sepeda di coba dengan Yasin.

Isnin, Oktober 05, 2009

Kelupaan membawa baju training

Jumat,14 Agustus 2009.



Pagi sebelum shubuh, sekitar jam 04.00 pagi sudah berangkat ke Departemen, shalat shubuh di perguruan Al Azhar di Cibubur, kemudian berjalan lagi dan tiba Blok M memasuki pasar kue terlebih dahulu,membeli kuenya anak- anak Rp 15 000,- kemudian ke kantor Departemen, setibanya di sana baru ingat saya tidak membawa pakaian training yang baru di bagikan kemaren,lupa, betul- betul lupa, lupa tidak berdosa, dari pada lama- lama disini tanpa peran ya sebaiknya balik ke kantor Pasar Jumat, tetapi sebelumnya masih sempat menyisipkan uang Rp 20 000,- untuk sodaqohnya Yasin di Al Azhar, pagi itu masih tutup sehingga di masukan di bawah pintu dengan di isi tulisan Yasin di secarik kertas yang di dapat seadanya.

Berfikirnya sederhana, biar ngak rugi di akhirat, di dunia sudah rugi di akhirat rugi ya kasihan lah.

Sesampainya di kantor memang nama saya ngak ada di jadwal senam hari ini.
Ngak tahulah.
Kerja aja rutin.

Setelah berganti pakain untuk shalat Jumat, langsung berangkat ke masjid siang itu, tanpa ada teman yang menyertai, urusan Allah banyak yang suka menunda, masjid Hijau, kerena banyak warna hijaunya, adalah masjid yang dekat dengan kantor dan pengantar khotba jumatnya selalu dengan bacaan AL QURAN.

Pulang agak cepat kerena lelah.

Lampu motor terganggu

Senen, 10 Agustus 2009.

Saat pulang malam dari kantor sekitar jam 20.00 ternyata lampu besar motor ngak hidup.

Tetapi setelah berjalan sebentar lampu motor hidup lagi, merasa bahwa dalam kondisi rawan sebab ada gangguan lampu depan , perjalanan pulang terpaksa agak perlahan, untungnya sampai di rumah lampu masih hidup juga walau terkadang mati.

Hidup kemudian mati lagi.

knalpot melukai kaki

Minggu, 9 Agustus 2009.


Sore hari, saat Tyas minta di antar menjemput air minum galon, sebab sejak kemaren galon sudah dikirim tetapi tidak di kirim balik, sehingga Tyas minta diantar mengambil galon, dan setelah itu saat akan memasuki rumah, ada pot bunga nya istri yang mempersempit jalan masuk sehingga kaki terkena knalpot, sakit dan panas saya rasakan sehingga cukup menderita, secepatnya mengambil pasta gigi yang ada pepsodent dan di torehkan pada kulit yang mengelupas.

Kepungan Teroris

Sabtu, 8 Agustus 2009.

Saat memasuki masjid kuning di jalan Cibubur itu, langsung berjumpa dengan penjaga masjid yang selalu setia menemani, kali ini ia mengatakan jikalau tidak jauh dari sini di Vila Nusa Indah semalam ada penggerebegan teroris, ternyata teroris sudah ada di dekat kita, di ketemukan dua bom, satu untuk Cikeas dan satu untuk istana negara. Saya berkomentar seharusnya bapak Presiden harus lebih banyak lagi sodaqohnya.

Dua Korban Tewas di Bekasi Terlibat Bom Mega Kuningan

Sabtu, 8 Agustus 2009 | 08:46 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Dua korban tewas dalam penggerebekan aparat di perumahan Puri Nusa Phala, Kelurahan Jatiluhur Kecamatan Jati Asih, Bekasi, Jawa Barat, Sabtu pagi, terlibat dalam dua ledakan bom di kawasan Mega Kuningan, Jakarta 17 Juli.

"Mereka terlibat peledakan bom Hotel JW Marriott dan Hotel Ritz-Carlton, 17 Juli 2009 serta Kedubes Australia tahun 2004," kata Kapolri Jenderal Pol Bambang Hendarso Danuri sebagaimana dikutip juru bicara Polri Brigjen Pol Sulistyo Ishak, Sabtu (8/8).

"Mereka berdua itu masuk residivis karena terlibat ledakan di Kedubes Australia juga," katanya.

Identitas tersangka yang ditembak mati itu adalah Eko Joko Supriyanto dan Ari Setiawan. "Polisi terpaksa menembak mati karena mereka hendak melempar polisi dengan bom," tambahnya.

Namun, polisi belum dapat memastikan apakah bom yang akan dilempar itu rakitan atau granat. Tindakan tembak mati itu dilakukan sebab tindakan kedua orang itu telah membahayakan keselamatan polisi. Kedua jenazah telah dibawa ke RS Polri Kramat Jati untuk otopsi.

"Mereka sedang mempersiapkan serangan dengan bom mobil tiga minggu lagi," katanya.

Selain menembak mati dua orang, polisi juga mengamankan barang bukti antara lain ratusan kilogram bahan peledak dan satu mobil. Selain di Bekasi, Polri juga telah menangkap tersangka lain bernama Yayan di Koja, Jakarta Utara, Kamis (6/7) karena diduga terlibat bom JW Marriott dan Ritz-Carlton.


Di sini, di Indonesia, dengan berbagai gerakan manusia, yang teroris yang rampok, yang narkoba, yang menyalahi aturan main, banyak sekali ragamnya, disini pula kita bisa mencari uang dengan membuat film soal ke terorisan, soal narkoba, tetapi semuanya harus di bumbuhi cinta, dan sudut pandang kamera dari bagian vision yang berbeda dan jeli memanfaatkan cuaca dan sinar.

Penduduk yang beragam, dengan postur yang banyak rupa, sehingga kesempatan menggalang dunia dengan menerbitkan konsep kehidupan yang mampu menyinar di dunia, di saat mana para pencari konsep merasa frustrasi dengan ke gagalan konsep mereka terhadap kehidupan.

Jumaat, September 11, 2009

Meninggalnya WS Rendra

Jumat, 7 Agustus 2009.


Tengah malam sekitar jam 02.00 mendengar jikalau malam ini teaterman kawakan si burung merak WS Rendra meninggal.

Ia meninggal dalam keadaan islam.

Awalnya ia katholik.

Bangun sudah pagi, setelah shalat shubuh sempat sarapan dan minum jus sayur, kemudian berangkat, dan perjalanan pagi itu belum ada matahari yang terkuak dari balik pepohonan, tetapi di jalan raya sudah banyak kendaraan yang mengejar waktu, demikian juga saya, jam 06.30 sudah harus di departemen pekerjaan umum, tetapi namanya jalan raya kalau pagi sempit sekali.

Banyak orang yang berkebutuhan terhadap jalan raya, di mana- mana sempit dan macet, akhirnya masuk kompleks departemen sekitar jam 07.00

Ampun deh, pastinya sudah terlambat.

Dihalaman departemen yang akan dipakai start gerak jalan sudah sepi tinggal panitia saja yang berserakan.

Saya berlari bergabung dengan rombongan yang tertinggal, tanpa mengindahkan seharusnya saya harus berganti baju terlebih dahulu sebab semua peserta adalah berseragam.

Kemudian berkelompok sekitar delapan orang berunding akan mencegat dimana, kemudian setelah berjalan dan berlari berjumpa dengan rombongan paling depan barisan.

Sembunyi di balik pohon sebanyak itu tetapi begitu romboongan lewat ya ketahuan juga dan di ledekin akan mencegat di tengah jalan ya.

Gabung dengan barisan Balitbang dan jumpa dengan pak Supardi sebagai Sekretaris Badan Penelitian dan pak Budi Dul Kabag Pemograman.

Ikutin barisan terus walau di sisi yang kelima, sebab setiap barisan di bentuk berempat dan di barisan pak Budi saya sebagai orang kelima, dengan pakaian kaos dari rumah, sehingga tidak terlalu janggal.

Memasuki Lapangan Departemen terlihat kesibukan polisi menahan kendaraan tetapi saya yakin kemacetan sedemikan panjangnya.

Setelah acara di Departemen langsung menyebrang jalan menuju masjid Al Ashar untuk menyerahkan sodaqoh atas nama Yasin.

Kemudian balik lagi kekantor.

Tanda tangan masuk di kantor jam 08.55


Sekitar jam 17.00 ada informasi akan membahas jembatan selat madura minggu depan, harap mempersiapkan diri termasuk informasi.

Dari Ibu Roby Sularto yang sengaja tadi siang di telepon sebab semalam WS Rendra meninngal, malahan ibu Roby ngak tahu, dan belum ada yang memberi tahu. Saat ini ibu Roby sedang di Jembatan Selat Madura dan memberi tahukan jikalau para oknum Hutama Karya mulai membeli tanah untuk dijadikan penjualan dengan harga tinggi.

Pak Budi ikut andil pertandingan ibu- ibu pengajian

Kamis, 6 Agustus 2009.

Pagi yang masih panjang, jalanan agak sepi, wajah- wajah yang bersemangat berhamburan di jalanan, mencoba membayar kabel television di kantor pos pembantu Cibubur, komputernya rusak, sehingga tidak online.

Wajah- wajah di pasar Cibubur, berkeringat dengan keceriaah an akan mendapatkan rezeki yang tersembunyi di balik waktu.

Waktu juga yang akan mengantarkan kita ke tempat- tempat yang tak terduga, waktu juga yang menemukan kita dengan sesuatu yang pada prinsipnya kita tidak tahu.

Semalam Pak Budi ada memberi hadia untuk ibu- ibu pengajian istri yang akan berlomba dalam menyambut tujuh belasan, lomba yang di usulkan dari pak Budi adalah lomba mengenali bumbu dapur dengan mata tertutup.

Jawa Barat yang menggeliat

Senen, 3 Agustus 2009.

Kekantor seperti biasanya dan sedikit ada rasa gagal mengingat perkembangan kawasan Jawa Barat yang sedemikian ini sangat gersang dan tidak mendukung pertumbuhan wilayah yang renponsif berkelanjutan.





Selasa, 4 Agustus 2009.



Menyadari jikalau sebentar malam adalah pertengahan bulan Syaban, terkenal dengan sebutan Nifsu Syaban, dimana Allah mendengar doa- doa yang dipanjatkan, dan sebagai pengingat jikalau tidak ada puasa lagi sesudah nifsu syaban sampai bulan ramadhan lima belas hari lagi.

Sehingga memang betul di larang menyambung puasa Ramadhan dengan puasa sunah sebelumnya.

Pagi ini sewaktu melintas di depan Aldi Donat membeli Donat dan Brownis coklat untuk dimakan nanti malam.

Jam 15.30 saat pulang, membeli Tongseng kesukaan Tyas.

Saat di rumah menjelang Maghrib dimana acara pembacaan doa di laksanakan setelah shalat maghrib, semua sudah siap, Astari anak yang nomer tiga terlihat lemas, kemungkinan sakit.

Setelah pembacaan Doa Nisfu Syaban, dilanjutkan dengan doa penutup dan makan kue Aldi Donat.

Kemudian shalat Isya dan setelah itu makan malam dengan hidangan tongseng panas pedas, ditambah ikan bakar.

Astari setelah di minumkan dua kali sejempol kunyit, ia mulai ngantuk dan tertidur, batuknya tidak lagi bergemuruh dan panasnya tidak bangkit.

Pertandingan Futsal dan menang

Minggu, 2 Agustus 2009.


Acara ke Pasar pagi ini tidak bisa di abaikan sebab bahan membuat jus sayur habis.
Tomat 2 kg, buncis 2 kg, wortel 2,5 kg, terong 2 kg, biji kacang merah besar ½ kg, Lobak 1 kg, dan sandal sepatu dua pasang Rp 15 000,-

Kerja bakti mempersiapkan pertandingan menyambut tuju belasan nanti, pertandingan bola Futsal.

Jam 16.05 persiapan bertanding sepak bola futsal, dimana para pemainnya di haruskan mengenakan daster istrinya masing- masing, saya mendapatkan daster biru dari istri itupun setelah membongkar sedemikian banyaknya pakain lama, barangkali ada saja daster yang layak pakai.

Sebelumnya di jumpai daster yang terbuka lebar tetapi setelah daster itu saya kenakan ternyata dada saya terlihat, anak- anak banyak yang protes.

Pertandingan Futsal dimulai, untuk group saya ternyata diperkuat dengan pak Naim dan Saya sedang dua orang lainnya adalah anaknya pak Maman dan Adi anaknya pak ... disampingnya pak Topo.

Berjalan cepat, berkali- kali saya mampu menahan bola tetapi saat bola dengan cepat di tendangkan ke arah gawang saya melihat kebobolan satu, kemudian dilakukan pembalasan, saya menikmati apa itu namanya jengkel sehingga semangat untuk membalas.

Saya sendiri tidak pernah memasukan goal tetapi menjaga bola agar bisa di goalkan.

Akhirnya bertandingan seri tiga- tiga. Di sepakati untuk adu pinalti sebab sudah lelah, untuk itu pertama kali saya menendang bola pertama adu pinalti ini dan masuk, terliha6t para penonton bergirang serentak, saya menikmati kegembiraan mereka.

Futsal di menangkan oleh kelompok saya.

Saya melihat pak Kahar, pak Rudy dan bapaknya Adam berjalan lemas sebab menyandang status kalah.

Keringat yang mengalir deras sangat melegakan.

Busi meloncat dari rumahnya, kanvas kopling habis


Sabtu, 1 Agustus 2009.



Jam 03.00 bangun untuk mengerjakan shalat Tahajud, perjalanan masih jauh, terbayang terjalnya jalan di gunung- gunung perbatasan Cianjur dan Jonggol.

Shalat shubuh di masjid di sarana pendidikan Muhammadiyah.

Acara selesai shalat cukup baik yaitu pembacaan tafsir, hanya saja penguraiannya kurang berilmu luas.

Saya keluar dari masjid paling belakang sebab sedang menyelesaikan bacaan surah Al Taghabun, sempat matikan lampu, tetapi saya lupa, setelah gelap malahan lupa jalan mana arah pulang, setelah meraba- raba baru terasa kekosongan berarti itu adalah pintu.

Sesampainya di rumahnya Pak Lik Slamet, langsung sarapan pisang goreng dengan air putih, disini tidak biasa air teh hangat.

Kemudian minta ijin akan kerumahnya Aep, sebab tahun 1994 Aep pernah ke kantor di Ciptakarya Wilayah Timur. Aep adalah adik istrinya Pak Lik Slamet, berjalan bertiga kerumahnya Aep dengan Diah, dan Tyas.

Sesampainya di rumahnya Aep, aep pagi itu lupa kepada saya, saya bermain dengan kelupaannya.

Banyak diskusi perihal kehidupan, tetapi pandangan mereka memang berbeda seperti apa yang saya alami sehingga saya hanya bisa berkata, berkatalah hanya Allah SWT yang menentukan.

Saat kembali lagi kerumahnya Pak Lik Slamet, menyempatkan terlebih dahulu shalat dluha dan baru berangkat, tetapi motor mati, diam seribu bahasa, minta di dorong ternyata diam juga, keluar ke jalan umum, minta di dorong tetangga depan rumah dan motor diam juga.

Ke bengkel dan sesampainya di bengkel tukang bengkel akan membongkar motor, saya ngak mau, saya buka sendiri businya dan saya bersihkan, kemudian keluar lagi ke jalan raya, saya dorong dan tidak mau hidup, kemudian saya sela lagi, dan terlihat tanda- tanda kehidupan, motorpun hidup.

Syukur yang besar saya haturkan pada Allah SWT.

Setelah permisi langsung motor melaju keluar kampung Palalayang, memasuki Cihampelas, kemudian di pertigaan belok kiri berjumpa dengan jembatan Batujajar.

Saat melaju lancar saja, tetapi di ujung akhir jembatan jalan nya mendaki motor saya oper gigi ke dua, ngak mau jalan juga ke gigi satu juga ngak mau naik, akhirnya saya lupa ke nol, akhirnya motornya mundur, dan jatuh deh dari motor,
Motor jatuh saya loncat sementara Tyas sudah loncat juga, motor saya dorong mendaki belok kiri, dan setelah jalan datar motor di hidupkan kembali melaju kembali.

Tiba di tikungan pertigaan, yang belok kanan ke Cimahi dan yang belok kiri ke Padalarang. Ikutin yang Padalarang, keluar kota dan memasuki jalanan menurun di Cipatat.

Saat menuruni perlahan jalan di Cipatat ini, dimana aroma tape di kiri kanan, saat itu meletup busi motor, motor berhenti sebab mesin tidak ada pembakaran.

Saya terpaksa memberhentikan kendaraan yang melaju sebab akan mengambil busi yang terlepas kejalan raya, setelah busi di dapat, kemudian dipasang lagi, ternyata busi tidak bisa hidup, otomatis mati sebab pernah di lindas ban mobil.

Berkendaraan motor dengan Tyas melintasi jalanan menurun, sampai pada peninggian motor di dorong lagi, dan di kendarai lagi saat jalan menurun, sampai berjumpa dengan kedai yang menjual busi motor.

Busi sudah terbeli seharga Rp 11 000,- dan dipasang dan motor hidup kembali, malahan si ibu itu menawarkan air minum untuk saya, kemungkinan terlihat wajah payah pada dirih saya, sementara air sudah habis, saya menolak sebab rumah ibu itu ada di bawah sehingga kasian untuk naik turun bukit sekedar air minum untuk saya.

Motor sudah melaju kembali tetapi memasuki selewatnya kota Cipatat kendaraan sudah tidak bisa melaju, sebab plat kopling motor saya pikir sudah aus.

Untuk mengakalinya saya belikan olie di pertigaan jalan menuju danau Seguling.

Setelah olie saya tuang kemudian motor di hidupkan kembali ternyata tidak merobah suasana sebab motor tidak mau melaju kencang.

Masuk bengkel pertama, ternyata ia tidak bisa, masuk bengkel ke dua, di tunggu lama baru ia berkata tidak bisa.

Akhirnya menemukan bengkel yang bisa membongkar setelah melewati tetapi untuk mendapatkan plat kopling harus membeli ke tempat lain.
Menunggu cukup lama samapi terjadi rasa pusing di kepala kerena terkena paparan matahari siang ini, dan rasa haus, minta air minum pada bapak yang menjual nasi, sambil merasakan kualitas air, kualitas air cukup jelek dan terasa amis, tetapi rasa haus hilang.

Plat Kopling seharga Rp 35 000,- dan ongkos pasang Rp 30 000,- kemudian
Motor sudah terasa beda, sudah bisa melaju kencang kembali.

Melewati jembatan Rajamandala masih semangat tinggi menerangkan kepada Tyas jikalau di samping sisi kiri ada jembatan kereta yang masih aktif, kereta tadi sewaktu melintasi silangan jalan raya dan rel kereta.

Memasuki kecamatan Ciranjang tempat shalat Dlhuha kemaren kendaraan melaju cepat.

Akhirnya berjumpa kembali pertigaan jalan kalau lurus Cianjur dan belok kanan menuju Jonggol, di ujung jalan terlihat ada lima kendaraan angkotCileungsi Cianjur antri menunggu penumpang, dan bus ada dua menuju ke Bekasi.

Beli Premium di ujung jalan awal memasuki ruas Cianjur Cileungsi senilai Rp 14 000,-

Kendaraan motor berangkat lagi, jalanan lurus, kiri kanan sawah tetapi saya yakin untuk beberapa tahun mendatang akan dipenuhi dengan bangunan entah pabrik atau penggunaan lainnya.

Motor melaju kencang tetapi di kejauhan terdapat truk besar searah dan dari arah depan ada truk besar juga sehingga waktunya mengurangi kecepatan.

Setelah melewati truk itu kembali berjalan kencang tetapi jalanan ketemu dengan perempatan yang kalau lurus menuju ke Jonggol dan kekiri menuju Cianjur kota, kemudian pemandangan kiri kanan jalan menjelang siang saat itu dipenuhi dengan pepohonan.

Jalanan mendaki terus berbelok dan memasuki kota Cikalong, terlihat toko yang menjual olie sewaktu ke Bandung dahulu melihat Pak Lik Slamet sakit, terbaca Iwan bengkel, namanya.

Jalanan mendaki terus motor kuat menanjak walau pada tanjakan terjal hanya pelan sekali jalanannya, pada jalanan menurun sangat hati, perlahan- lahan.

Memasuki jalanan rusak saat akan memasuki perbatasan Jonggol Bogor dari Cianjur, jalanan menurun kendaraan berhenti sebab harus antri tetapi motor berjalan terus malahan memimpin kendaraan banyak di belakangnya.

Dzhuhur pun datang tetapi shalat di niatkan di masjid Besar di ujung awal memasuki perbatasan Jonggol

Sepatu saya lepas di masjid itu, tetapi setelah saya berwudlhu dan melirik kearah sepatu, sepatu telah di pindahkan ke rak sepatu, saya mengimani shalat Dzuhur saat ini dengan makmum cukup berlima.

Setelah memberi uang pada penjaga sepatu motor di hidupkan kembali. Perjalanan berlajut memasuki kawasan Tanjung Sari, terasa lama sekali untuk mencapai Cariu.

Akhirnya kecamatan Cariu tercapai juga, udara panas cukup menyengat, suasana kemarau sudah menghadang mata. terasa keluar dari desa itu berarti memasuki Jonggol, tetapi jalananya ada bagian yang jelek, debunya banyak.

Akhirnya memasuki kota Jonggol kendaraan masih perkasa dan mampu berjalan cepat di kelokan jalanan yang berbelok kiri dan kanan, saat akan memasuki Gandoang terjadi kelambatan akibat banyak truk pasir yang berjalan perlahan.

Masuk pasar Gandoang belok kiri dan berjalan lurus berarti sudah memasuki rumah, melewati belakang rumah dan masuk dari sisi kiri dan langsung masuk keruang depan.

Terasa lega memasuki rumah tepat jam 14.00 siang.

Fifinya minta oleh- oleh pisang goreng dari Pak Lik Slamet.

Kemudian makan siang dengan sayur asem, sangat sedap sekali.

Malam harinya di undang selamatan rumah kakak kandungnya pak Sukarna yang baru menempati rumah di samping rumahnya pak Karna.

Istirahat malam yang indah.

Ke Bandung bermotor dengan Tyas

Jumat, 31 Juli 2009.

Jam 03.00 sudah terbangun, sebab sudah punya rencana akan berangkat ke Bandung pagi ini dengan Tyas.

Setelah shalat Shubuh kemudian minum jus sayur dan sarapan pagi dan sekitar jam 05.30 berangkat.

Melintasi Jonggol, pagi ini mengisi premium sepeda motor terlebig dahulu di BBM ke arah Jonggol Rp 10 000,- kemudian melaju lagi melepas pagi, iringan matahari pagi mulai merembak di sekitar kota Jonggol.

Saat keluar dari kota Jonggol dan memasuki Cariu langit sudah terang, sekeluarnya kota Jonggol jalanan mulai mendaki dan menurun dengan kondisi jalanan jelek, tebaran debu dimana- mana.

Motor berjalan terus, Cariu sudah dilewati dan sekarang memasuki kecamatan terakhir wilayah Bogor yaitu kecamatan Tanjung Sari, jalan sudahmendaki motor berjalan perlahan.

Keparahan kondisi jalanan setelah memasuki kawasan Cianjur di kecamatan Ciklong Wetan di bukit- yang tandus dimana kiri kanan bukit di ambil pasirnya dengan mobil pengangkut tanah berukuran besar dan merusak jalan di Gandoang.

Jalanan jelek dan mendaki, motor masih mampu menampak dengan rendah hati.

Setelah itu melewati puncak jalanan menurun malahan di jalanan menurun ini kewaspadaan lebih di tingkatkan takut jatuh.

Saat memasuki kawasan Cianjur hari sudah waktunya shalat dluha, tetapi mencari masjid yang agak baikan belum di dapat.
Setelah bertemu dengan jalan yang menghubungkan Bandung Cianjur, perasaan lega sebab terasa Bandung sudah dekat.

Belok kiri memasuki jalan menuju Bandung dan berjalan terus sampai di kawasan Ciranjang memasuki masjid yang agk besar, istirahat dan shalat dlhuha pagi ini, Tyas ikut shalat.
Masjid cukup besar, udaranya sejuk, tempat wudhunya di belakang, dihalaman masjid terlihat orang bermain bulu tangkis dimainkan oleh seorang anak wanita tanggung dengan teman prianya sedang bermain bulu tangkis, Sempat bersalaman dengan penjaga masjid, ia diam saja.

Motor di hidupkan lagi dan berangkat menuju Bandung kembali.

Diarah Cipatat jalanan sudah mendaki, aroma tape singkong merembak dimana- mana.

Setibanya di Padalarang mampir sebentar di bengkel untuk memperbaiki mur baut yang mulai longgar di pijakan pedal sepeda motor.

Tiba di ujung jalan tol bagi kendaraan roda empat, menggeser kekanan untuk serong kanan menuju Cimahi kota, selewatnya kota Cimahi, diatas jembatan Cimindi, jalan menurun, terasa kota Bandung dengan kepadatan penduduknya.

Kota Cimahi telah dilewati dan saat ada pertigaan jalan mulai bingung, menanyakankepada anak pengamen jalanan dimana arah menuju Ujung Berung, tujuan akhir.

Ia menyarankan belok kanan dan nanti setelah melewati kepadatan ada jalan sepi di sisi kiri jalan, itu adalah jalan Sukarno Hatta, yang ujung akhirnya di Cibiru.

Memasuki jalan Sukarno Hatta seperti memasuki jalan yang tak berujung, panjang sekali dan sering berhenti sebab dipotong dengan lampu lalu lintas dari kota Bandung.

Jalan Sukarno Hatta ini adalah jalan potong melewati Kota Bandung tanpa harus memasuki kota Bandung.

Perut terasa lapar, sudah kepingin makan, tetapi makanan yang diharap adalah soto bandung. Dari tadi mencari soto bandung belum terlihat.

Kejadian ini berkali- kali, sebab melihat jalan lurus Sukarno Hatta ini membuat perasaan lapar, dan sudah sempat memasuki restoran Ampera tetapi sewaktu ditanya ada soto bandung malahan jawabannya ada sayur asem dan sop buntut.

Tyas sampai berkali- kali juga melepas jiket kalau sudah turun dari motor tetapi gagal lagi. Saat papan penujuk jalan ada tulisan Ujung Berung belok kiri, saya langsung belok kiri, ternyata jalan ini juga bukan jalan Ujung Berung, ini jalan menuju Ujung Berung.

Di ujung jalan saat jalan ini bertemu dengan jalan itulah jalan Ujung Berung, kemudian belok kiri, dan setelah berjalan jauh mulai ragu dan bertanya kepada seseorang yang akan berangkat ke Masjid, ternyata saya di bilang salah arah harus berbalik sebab letak alamat tujuan saya adalah jauh di belakang.

Berbalik arah pula saya di jalan ini juga kemudian berjalan terus dan terus sampai jauh dan bertanya pula, ternyata saya salah arah, harus berbalik lagi.

Akhirnya ketemu jalan yang menghubungkan ke jalan Sukarno Hatta tadi yang di lewati, dan bertanya akhirnya di suruh berjalan lurus ada leger jalan.

Kemudian bertanya kepada penggali urungan galian sepanjang jalan dimana kantor PU ditunjukan leger jalan.

Antara percaya atau tidak saya memasuki gedung itu, dan saya terangkan jikalau dari tadi saya mencari alamat Ujung Berus 264 Kantor Balitbang PU Bidang Jalan, tetapi kerena yang ditanya adalah sesama orag PU ia bisa memberi jawaban, maju lagi pak belok kiri dan sekitar 1 km nanti ada tanda Lembaga Penelitian Jalan.

Betul juga setelah berkendaraan sejauh 1 km terlihat luas kompleks terdiri dari banyak bangunan yang pernah di datangi dahulu bersama dengan pak Kuat, juga hari Jumat dan shalat Jumat disana.

Akhirnya motor diparkir, dan bertanya dimana kantin, di tunjukan di dalam bangunan, kemudian memesan soup Buntut sebab soto bandung tidak ada, dan setelah soup itu tersajikan dibagi dua dengan Tyas dengan makan nasi bawaan dari rumah.

Setelah itu Tyas saya titipkan di kantin dan saya shalat Jumat tidak jauh dari kantin.

Sempat ganti baju putih dan mengenakan sarung, sebab ini shalat Jumat, saya ingin seperti di rumah shalatnya, ber sarung segala.

Shalat Jumat sudah dijalankan dan terlihat undangan yang datang dari jakarta berpakaian rapi- rapi dengan kemeja batik.

Sempat ketemu pak Budi Suprayitno, yang pernah ke rumah di Jayapura dahulu, ia menanyakan dengan siapa ke sini saya jawab dengan Tyas sambil tersenyum.

Saya mengganti pakain lagi di ruang disamping masjid, sekarang mengenakan kemeja Batik pemberian mas Ajar Sanjoyo dahulu. Baju ini rasanya sudah dipakai tiga kali, pertama kali dipakai ke Semarang acara perkawinan, kemudian yang kedua acara perkawinan anaknya pak Priyono di Departemen Kehutanan beberapa waktu lalu, dan saat sekarang.

Saya memasuki kantin mencari Tyas, agar ia shalat Dzuhur terlebih dahulu.

Saya menunggu di samping masjid sementara Tyas shalat. Udara kota Bandung ini panas menyengat, jikalau saya perhatikan perbedaan suhu udara siang hari dengan malam hari sudah lebih dari 10 derajat celsius, berarti sangat rawan penyakit kulit.

Setelah Shalat, berjalan dengan Tyas di belakang bangunan tempat pertemuan, dan memasuki ruangan dari pintu belakang, langsung bertemu dengan dapur, dimana sudah berhimpun para supir para pimpinan dari berbagai pusat penelitian di sekitar Departemen Pekerjaan Umum.

Langsung terlibat obrolan sana sini sambil menerangkan jikalau dari Jakarta tadi berangkat jam 05.00 naik motor.

Setelah minum kopi, satu cangkir di bagi dua dengan Tyas, sebab kalau meminum satu cangkir jantung bisa deg degan.

Memasuki loby pertemuan sambil mengajari Tyas bagaimana bergabung dengan para pegawai wanita di lingkungan penelitian PU.

Jumpa dengan banyak para senior dan pimpinan, kemudian jam 13.00 acara berbicara sedikit dengan pimpinan baru pak Amron di mulai.

Jam 13.30 acara resmi di buka dengan pembukaan acara makan siang bersama, disini saya merasa untung, sebab sudah makan soup buntut tadi jam 11.12 sehingga saat ini tidak terlalu lapar.

Rupanya banyak juga yang seperti saya, setibanya dari jakarta tadi langsung makan.

Sebab makan jam 13.30 adalah jadwal makan yang sangat di luar kebiasaan.

Acara makan di ruang besar, dengan prasmanan, lauknya cukup enak dan hangat, Tyas makan juga di samping saya. Terihat pak Budi datang mendekat menanyakan perihalnya Tyas.

Acara di lanjutkan dengan acara mendengarkan pidato sambutan di ruangan atas, saya sudah memberitahukan kepada Tyas jam 14.30 harus keluiar dari gedung, baik acara baru berjalan sedikit atau banyak.

Saat jam 14.30 itu acara sedang diisi pidato sekilas kenangan pada pimpinan lama dan pimpinan baru yang di bawakan oleh pak Budi, saat itu saya keluar

Naik motor keluar kompleks bangunan Penelitian Jalan Jembatan dan belok kanan meuju rumahnya Keny, Keny adalah anak pertama dari Almarhum pak Nana Suryana Sam Karso, ia telah berputra 8. Tinggalnya tidak jauh dari Ujung Berung tempat rapat.

Cilangkrang Dua, ternyata tempat ini telah dilewati sewaktu tadi tersesat bertanya dimana kantor penelitian Jalan Jembatan PU.

Disini di rumah ini saya dipanggil kakek oleh anaknya Keny, setelah berjumpa Keny dengan bayinya yang ke delapan, ditemani anaknya yang nomer tujuh dan nomer lima, berjumpa pula dengan Erly anak Almarhum pak Nana Suryana Sam Karso yang nomer tiga yang sedang mengikuti S2 nya di ITB Bandung bagian seni.

Almarhum pak Nana Suryana Sam Karso dahulu sangat bersahabat dengan saya sewaktu tahun 1983, saat saya masih kuliah di Denpasar.

Adzan Ashar terdengar dan shalat ashar di rumahnya Erly di depan rumahnya Keny. Terlihat berkas berkas perbaikan penyusunan skripsi S2 nya tergeletak di lantai.

Silaturahmi telah selesai, kemudian bermotor lagi dengan Tyas tujuannya adalah Cililin rumahnya Pak Lik Slamet.

Melintas kembali jalan Sukarno Hatta, membeli premium terlebih dahulu, penuhnya tangki ternyata Rp 25 000,- perjalanan ke arah pulang ini malahan lebih lancar, sebab sudah hafal sifat jalan dan mana jalur yang harus di lewati, hanya saja setibanya di ujung jalan Sukarno Hatta ini ada bunderan dan saya tergiring mengikuti arus kendaraan ke kanan, berarti masuk lagi kota Bandung, sampai di Caringin.

Caringin ternyata adalah pasar induk, terlihat pedagang sore itu sedang membenahi dagangannya yang akan di jualnya sepanjang malam.

Caringin sering saya dengar saat mendengar warta berita RRI dahulu sewaktu jam 20.00 saat menyiarkan harga- harga kebutuhan pokok dengan pusat pasar penjualannya, harga kentang sekian di pasar anu, dan disini terdengar pasar Caringin Bandung, baru sekarang saya sempat memeprhatikan pasar Caringin.

Memasuki kawasan pasar Caringin perasaan seperti terlempar di jaman Indonesia tahun 1965, sangat kusam di senjah hari itu, arsitektur bangunannya tidak menampakan ke modern, kesibukan manusia di hamparan jalan saja, dan kemacetan lalu lintas yang menyadarkan saya bahwa saya hidup di tahun sekarang.

Keluar kota Bandung memasuki kota Cimahi sore ini sangat macet, jalan perlahan- lahan.

Lewat juga rumah sakit Dustira Cimahi tempat Pak Lik Slamet pernah di rawat, warna agak gemerlapan seperti setitik kota Tokyo adalah di Pusat pertokoan Ramayana Cimahi.

Cimahi demikian juga redup, ternyata kelesuhan pembangunan ini terasa hingga jauh.

Memasuki terowongan dimana di atasnya ada jalan Tol dan dibawa ada jalan lokal, berarti menandakan telah keluar dari kota Cimahi dan akan memasuki pertigaan Cililin, mendekati area ini kemacetan akibat pertigaan itu terasa.

Memasuki jalur jalan ke Cililin, seperti sudah hafal saja, kerena pernah kesini, dan berjalan terus, sementara adzan maghrib sudah dikumandangkan.

Di niatkan akan shalat maghrib di rumahnya pak lik Slamet.

Jalanan sepi dan menurun dan melewati jembatan Batujajar setelah itu belok kanan dan menyusuri jalan di pinggiran danau Seguling.

Keramaian Batujajar dan Cihampelas akhirnya di lewati juga, sekarang memasuki wilaya Palalayang, hanya saja nama ini, yaitu Palalayang, saya lupa. Sehingga sewaktu salah mengetuk rumah orang yang mana setelah keluar ternyata yang keluar seorang ibu, saya mohon maaf, sebab hari sudah gelap sehingga sangat sulit mencari alamat.

Setelah menyebut nama pak Unang pensiunan guru yang punya Wartel, baru ia menyarankan jalan terus masih jauh dan nanti disana bertanya lagi.

Setelah berjalan jauh, agak ragu takut kelewatan seperti di Bandung tadi balik arah, sebab sepi, sehingga cari orang untuk bertanya, kemudian saat bertanya pada kerumunan anak muda di ujung gang di jalan itu di jelaskan agar berjalan lagi beberapa ratus meter nanti di jumpai rumah itu.

Ternyata rumahnya Pak Lik Slamet sudah ada di depan mata, dengan pidaran cahaya lampu neon yang terang di depan rumahnya.

Rumah itu tertutup rapat, setelah di ketok dan unjuk salam terlihat pintu di buka dan keramaian pun tercipta, saya meminta alas sajadah untuk mengerjakan shalat Maghrib.

Makan malam dengan super mie sambal kacang dan pisang goreng.

Niat baik mau Donor darah

Kamis, 30 Juli 2009.


Berniat berangkat ke kantor hendak donor darah, acara ini sejak seminggu yang lalu sudah di umumkan, sehingga sejak kemaren sore istri sudah siap, Astari berangkat sendiri ke sekolah, tetapi ia sangat sekali diantar Bapaknya, padahal sejak jam 05.00 pagi sudah di ingatkan jikalau bapak hendak kekantor Departemen Pekerjaan umum bersama mama hendak donor darah.

Setibanya di Departemen Pekerjaan Umum, suasana pagi itu masih sepi sehingga sewaktu meninggalkan motor di lapangan parkir Menperumahan rakyat, bisa berjalan santai ke departemen, di depan ruangan umum tidak ada tanda- tanda ada kegiatan, saya pikir pasti di ruang belakang, betul juga setelah memasuki pintu utama langsung terlihat di tepel kerta donor darah, kelihatan jelek sih tetapi ini hanya untuk beberapa jam saja.

Pendaftaran sudah dilakukan dan kini giliran akan diambil darah contoh untuk menentukan Hbnya sebelumnya petugas memperhatikan kartu donor yang saya serahkan dan ternyata donor darah yang terakhir di lakukan adalah tanggal 27 Mei 2009, berarti masih kurang waktunya sekitar 30 hari lagi.

Ditolak kesimpulannya, saya tidak boleh donor darah, boleh nanti kalau diatas tanggal 27 Agustus 2009.

Istri terlihat lancar sampai di bed pengambilan darah saya temani duduk disampingnya, sambil berbicara banyak perihal transfusi.

Setelah pengambilan darah nya Istri selesai dilajutkan dengan makan mie, penampilan mie sekarang sudah ngak menggunakan piring seperti dahulu lagi, petugas hanya mempersiapkan air panas dalam jug tegak listrik besar dengan indikator listrik masih menyala.

Diambilnya sebungkus supermie tabung segelas dan dirobek penutupnya dan tuang air panas dari jug tadi.

Tidak beberapa lama istri saya sudah menyantapnya.

Jam masih menunjukan 09.30.

Setelah acara donor darah selesai langkah kaki mengarah ke Masjid Al Ashar untuk menuju ruangan kecil di bawah mesjid tempat penerimaan infaq sodaqoh umat, di masjid ini nama yang terdaftar adalah namanya Yasin, dan saya sudah berjanji kalau bisa diusahakan bisa setiap ke Departemen sempatkan ke rumah Zakat untuk menaruh beberapa lembar uang atas nama Yasin.

Saat ini istri baru kali ini ikut mengantar uang atas nama yasin, kesempatan yang baik untuk memperlihatkan catatan amalan Yasin sejak awal meletak uangnya di rumah zakat ini.

Kemudian kembali melangkah ke ruang donor darah tujuan kali ini akan menjumpai Nobuyuki Tsuneoka, Ph D. Ia adalah tenaga akhli Jica Japan yang di letakan di Departemen Pekerjaan Umum.

Setelah mengucapkan salam kepada penjaga Menteri Pekerjaan Umum saya berdua dengan istri berjalan menuju ke ruang Perwakilan Jica, dan lantai dua.
Sewaktu tiba di pintu nomer tiga di sisi kiri arah masuk dari ruangan pak Menteri PU, tertulis nama Nobuyuki Tsuneoka yang saya cari, setelah di ketok pintu tertutup itu dan saya buka terlihat si Jepang yang pernah berkunjung ke kantor saya di Pasar Jumat itu sedang menerima telepon.

Kedatangan saya sudah saya informasikan sejak dua hari yang lalu, dan dia bisa menerima saya sekitar jam 10.00 pagi.

Pagi ini jam 09.58 saya dan istri sudah di depannya.

Setelah selesai ia menerima telepon baru ia mulai menerima saya, awalnya ia agak lupa, tetapi baru ingat setelah ia ingat kalimat research PU Pasar Jumat.

Pembicara en mengkerucut kepada fungsi NILIM. Nilim sebagai kelembagaan riset Jepang baru terbentuk 2001, merupakan gabungan dari PU jepang dengan Building riset jepangnya .

Jam 10.31 saya dan istri keluar dari ruangan itu dengan ucapan terima kasih dan akan dilanjutkan dengan pembicaraan lewat E- Mail.


Sebelum meninggalkan kantor departemen Pekerjaan Umum sempat membeli gagang kaca mata yang sudah lama patah dan kali ini baru kesempatan membelinya sebab di depan akntor ada seorang tua yang suka menjual peralatan kaca mata bekas, sekarang gagang kaca mata saya sudah terpasang tetapi beda warna, ngak apa bagiku, keindahan untuk mempercantik diri sudah bukan unsur utama lagi.

Perjalanan pulang diarahkan menuju ke Buncit untuk membeli coto makassar, sedikit kemacetan menjelang siang, setibanya di warung makan makassar itu terlihat sudah ada tiga group pelanggan yang telah mengkudap pesanan coto makassar, termasuk konronya.

Saya hanya membeli standard saja, yaitu Coto Makassar campur dua mangkok, kemudian burasa dan ketupat tiga, minumannya untuk istri yaitu teh panas dan saya hanya air biasa yang disediakan gratis dari rumah makan itu.

Setelah makan saya melihat tidak menimbulkan efek negatip ke tubuh saya, sehingga saya semangat saja sewaktu mengantarkan istri ke tempat pemberhentian angkot 121 Kampung Rambutan ke Cileungsi, di sekitar rumah sakit Pasar Rebo ada razia kepolisian dan saya tidak diperiksa, tetapi sewaktu pulangnya ngak berani lewat sana sehingga setelah istri turun naik Angkot, saya menuntun sepeda motor di jalan baru kampung rambutan, menyebrang jalan menuju sisi jalur jalan yang menuju kota Jakarta, tetapi belok kiri menuju masjid kecil di depan mal Cijantung.

Ada pemandangan yang baru di masjid kecil itu yaitu arah kiblatnya dirubah mengarah lima belas derajat mundur kekiri dari arah kiblat biasanya.

Setelah shalat dzhuhur langsung berangkat ke kekantor.

Masuk kantor sekitar jam 13.30 siang.

Setibanya di kantor menerima perintah jalan ke Bandung untuk menghadiri lepas dan menyambut pimpinan Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pekerjaan Umum yang baru, pak Amron menggantikan pak Hardianto.

Gonjang ganjing hasil Pemilu

Rabu, 29 Juli 2009.

Hari ini cerah, rencana mau berangkat siang, sebab lelah di badan menuntut istirahat, tetapi setelah meminum jus sayur dua gelas dan satu gelas sesudah makan, lain ceritranya, semngat kembali pulih.

Saya menyusun dan meramu sayuran yang akan di jus, Tyasnya sedang tidur, setelah di jus dan di peras, kemudian diletakan di gelas, Tyas saya anjurkan meminum dua gelas jus sayur, apa jadinya, tidak lama kemudian setelah ia meminum jus sayur, langsung menghilang, ternyata ia sudah antri di depan tetangga yang menjual nasi udug.

Tidak lama kemudian datang dua anak itu, Fifi dan Tyas, belum mandi sudah membawa nasi udug di tangannya masing- masing.

Yang penting semangat hidupnya sudah bangkit lagi dari dua gelas jus sayur.

Setelah semangat hidup bangkit, tinggal di isi.

Pagi ini absen di kantor saya tanda tangani jam 08.21.





Saya setuju Pemilu kemaren itu di ulang sebab sambil memberi pembelajaran kepada penyelenggara kegiatan jangan sembarangan mengeluarkan dana pemerintah dengan pemilu yang seperti ini.

: Masalah DPT yang masih silang sengketa, mencerminkan tidak ada kebaikan positip dalam penyelenggaraan administrasi negara.

: Banyak saksi dari partai yang kalah melihat dengan kepala sendiri bagaimana manipulasi suara itu di lakukan.

: SBY sendiri pernah mengakui adanya sejumlah kekurangan dalam penyelenggaraan Pemilu kali ini.

: Terobosan soal pembangunan administrasi seharusnya di lakuan sebab Pemilu sekarang ini memakan banyak uang dengan permasalahan yang sedemikian banyaknya, hanya saja penyelenggara Pemilu berkesan masa bodoh, secara sterotipe memang orang gemuk malas pikir. Ya begini jadinya.

: Sejak awal KPU terbentuk siapa yang duduk sebagai KPU sudah terlihat niat sedikit, yaitu akan mempertahankan Presiden yang berkuasa saat ini, Cuma kurang rapi bekerjanya, sehingga dengan gampang di jumpai banyak kebobolan.

Makan rame- rame



Selasa, 28 Juli 2009.


Setelah menurunkan Astari di depan sekolah SLTPN Cileungsi dan berbalik arah menuju ke perempatan Cileungsi lagi, harus melewati pertokoan Cileungsi yang pusat macetnya ada di pasar Cileungsi, tidak jauh dari situ.

Kemaren di hadapan saya melihat dari kejauhan sepeda motor berjalan kencang menyalip motor yang juga berjalan kencang di depannya kemudian motor yang disalip itu menggeser sedikit kekanan sehingga motor yang menyalip terkena pengaruhnya, keduanya bersenggolan dan jatuh ke arah kanan jalan dan terdorong di aspal sejauh 20 meter kerena cepatnya laju kendaraannya, setelah itu mereka jatuh di hadapan saya, saya marahin mereka, saya beritahu, jikalau saya melihat dengan kepala mata sendiri apa yang mereka lakukan sehingga semuanya robek bajunya terkena gesekan dengan aspal.

Kemacetan lalu lintas menjelang terminal Lebak Bulus hari ini tidak separah kemaren, kalau kemaren rasanya sangat lama dan kerena berjalan lambat sekali sehingga sempat memperhatikan banyaknya paku di jalan Simatupang ini, dan korban motor yang di tambal juga banyak yang duduk mengantri di penambalan ban motor.


Semalam memang pulang malam, pulang sambil membawa makanan ayam goreng di pecel, dan sesampainya di rumah yang makan malahan banyak sekali, termasuk Fifi, yang katanya tadi pagi seusai sekolah, Fifinya di cabut giginya.

Ada berita lain yaitu tadi pagi, fifi di rumah membuat komputer rumah ngak lagi bisa hidup, dan memang saya perhatikan dan sudah di on kan tetap saja komputer di rumah ngak hidup lagi.

Sekitar jam 11.39
Menerima satu lembar undangan untuk menghadiri pelepasan Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pek Umum , lokasi undangan di Gedung Pertemuan Puslitbang Jalan dan Jembatan di Ujung Berung Bandung. Untuk tanggal 31 Juli jam 13.00 siang.

Pulang jam 20.00 malam.

Setibanya di rumah pesta makan dengan Yasin Astari, lauknya sepotong ayam goreng kuning di cubit beramai- ramai, enak kerena sambalnya yang ada rasa kacangnya, bertiga saja makannya, ibunya yang tadinya ogah- ogahan ikut makan malam, tetapi tidak tahan akhirnya ikut sedikit memakan.