selamat berjumpa semoga tidak marah-marah

Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka hanya menipu diri sendiri sedang mereka tidak sadar. (QS. 2:9)

In trying to deceive GOD and those who believe, they only deceive themselves without perceiving


Khamis, Disember 30, 2004

Bagaimana menteri mu

ucapan itu saya terima sewaktu menerima telepon dari pak Aca, rasa kecewa pada Menteri Perumahan yang orang PKS,

kemudian rasa kecewa juga datang dari pak Marzuki Usman terhadap Presiden SBY yang lamban dalam penanganan korban.

Rabu, Disember 29, 2004

POPTI

Rapat Perhimpunan Orang Tua Penderita Thalasemia POPTI

RSCM, Selasa 28 Desember 2004.

Yang hadir, Ibu Arifin sudah datang terlebih dahulu, kemudian saya, disusul ibu Imam, Pak Andre Hasan, Ibunya Alisyahbana, ibu Deny , Pak Ruswandi dan Ibu.dan terakhir pak Marjani. Sebelum mereka hadir semua, saya sempat keluar sebentar untuk mencari hasil laboratoriumnya Tyas sehubungan dengan pemeriksaan SGPOT, setelah didapat memang SGPOT nya Tyas menaik.

Peserta ASKES di sepelekan

Memang, hal ini yang terasa, penampilan laboratorium itu baik dan bersih, tetapi setelah diketahui jikalau peserta askes, disuruh mengambil di loket nomer 7 dan letaknya dibelakang dan menumpuk dengan peserta JPS, antriannya lama, mengapa lama, yang melayani satu orang. memangnya tidak bayar peserta ASKES itu.

Rapat Dimulai

Diagendakan untuk peranan POPTI di tahun 2005 semakin baik, Pertemuan dengan orang tua direncanakan tanggal - tanggal setelah Idhul Adha 21 Januari 2005. Setelah diakui jikalau penyelenggaraan tatap muka dengan para orang tua penderita selama tahun 2004 baru bisa diselenggarakan 1 kali. Dalam kesempatan itu akan disisipkan acara pengenalan Kepala Pusat Thalasemia yang baru.
Acara ini mayoritas dimiliki oleh Pak Ruswandi, peserta rapat yang lain belum diberi kesempatan berbicara, dan yang diomongkan adalah tetang sentralnya peranan sdr Kuat, yang sangat lambat pelayanannya, kemudian tentang kotornya WC dan Kamar mandi Pasien, tentang sepatu, yang saya pikir, setiap pertemuan hanya itu saja yang diomongkan, saya harus bersabar.

Jangan Membuat Dosa.

Hal ini yang selalu saya pegang sehingga sewaktu saya diijinkan berbicara saya hanya mengambil sample mengapa pelayanan darah di Semarang bisa murah sampai Rp 30 000,- sebab separuhnya dibiayai oleh Rotary Club.
Mengapa di Jakarta pelayanan Thalasemia dipusatkan di RSCM, kok tidak di PMI nya
Sebab yang dikehendaki adalah pelayanan satu atap antar pihak medis dan pihak penyedia pasokan darah,

Kesimpulan Rapat
Diperlukan adanya kotak saran kepada POPTI , untuk mengeluhkan pelayanan Thalasemia yang semakin jelek.

Pulang

Sepulangnya dari RSCM, saya telah berjanji dengan pak Andre Hasan, untuk datang kerumahnya, tetapi Pak Andre Hasan sendiri masih di rumah sakit, kemudian lagi ia tidak memiliki Helm untuk goncengan dengan saya, sehingga saya terpaksa meninggalkan Pak Andre Hasan di RSCM untuk berkendara terlebih dahulu menuju rumahnya pak Andre Hasan, setibanya di rumahnya Pak Andre Hasan saya menunggu cukup lama. hampir 30 menit. akhirnya pak Hasan datang, acara dirumahnya pak Andre Hasan diisi pembicaraan strategi POPTI di tahun 2005 berkaitan dengan kotak saran.

Pak Andre bermaksud setiap orang tua penderita jangan susah-susah mencari kertas saran, jangan sampai tidak ada kerta, maka saran dari orang tua penderita tidak muncul, saya sempat usulkan untuk tidak mencatumkan nama dan alamat, yang penting identitas harus dihilangkan, Kemudian acara dilanjutkan dengan makan siang jam 14.00. setelah itu diskusi tentang Al-Quran, pak Andre Hasan punya methode, buka saja sembarangan halaman Al Quran itulah milikmu hari ini katanya, saya mempraktekan dan terbuka surat Al Taubah ayat 33 - 36 yang isinya yang sangat berkesan adalah sebelum Al Quran turun, banyak ahli kitab yang menyembuyikan ayat, dan menyimpan harta, tidak mengamalkan mengamalkan hartanya.

Setelah terdengar adzan Ashar, saya meminta shalat Ashar berjamaah, awalnya pak Andre Hasan menolak kerena belum mandi, tapi saya berkelit, kalau tidak berjamaah saya terpaksa mencari masjid terdekat untuk shalat berjamaah, akhirnya pak Andre Hasan mau mengerjakan shalat Ashan berjamaah. setelah itu permisi pulang.

Isnin, Disember 27, 2004

Gempah Besar

Hari Sabtu 25 Desember 2004. sore hari

Saat sedang santai dirumah, setelah menemani Yasin dan Tyas pasang desferal, warta berita sore di TV menghabarkan bencana alam di Aceh yang melanda sebagian besar Aceh, dan berpengaruh hingga Srilangka, India Selatan, Thailand, Malaisia. korban lebih 15 000 orang dari berbagai negara, indonesia saja sekitar 1500 orang dikabarkan tewas.

Ke RSCM lagi

Senin 20 Desember 2004

Hujan sepotong-potong

Tiba-tiba saja saya diguyur hujan yang memdadak menderas dalam perjalanan dari kantor ke Puskesmas Cileduk Larangan Utara, dalam rangka mengambil rujukan ASKES nya Tyas, yang rencananya akan masuk RSCM hari Rabu besok. basah kuyup itu terbawa sampai ke Puskesmas, halaman depan puskesmas itu becek dengan air hujan, suasana kerja Puskesmas siang itu sekitar jam 11.00, agak santai, para dokter dan perawat saling mengobrol, hal ini menyebabkan salah seorang bapak muda yang mengantarkan anaknya berobat sempat menghardik, mau dilayani nggak, akhirnya para perawat itupun terlihat kagok dan kelihatan mulai ambil langkah tindakan, anak ku juga Tyas dipanggilnya salah-salah, hayo, ngobrol aja,kataku, urusan selesai, secarik kertas untuk masuk RSCM telah kukantongi, sewaktu kembali kekantor pun demikian , diwilayah cileduk masih terasa gerimis sedangkan memasuki Jakarta, hujan sudah meredah, shalat dhzuhur di Petukangan, sambil menjemur pakaian yang basah, kembali kekantor, dan suasana kerja kembali terasa.

Ibu Nini Kusumaatmaja

Siang itu saya sempat mengabari ke Ibu Ninik perihal kondisinya Tyas, ib Ninik sempat akan mengatakan nanti pada hari Rabu akan ke RSCM sekitar jam 9.00 - 10.00.

Rabu 22 Desember 2004.

Hari ke Satu Perjalanan ke RSCM

Pagi setelah shalat shubuh, kegiatan dirumah sedemikian padatnya, sekitar jam 06.00 baru bisa berangkat ke RSCM, kendaraan melaju sedang aja, melewati Cibubur, Pasar rebo, Kramat Jati ( menghadapi kemacetan ) Celilitan, terowongan Uki yang baru selesai, lurus terus dibawah jalan layang, masuk Jalan Pramuka, dan Salemba, selama perjalanan gembira, setibanya di RSCM langsung parkir kendaraan, urus kartu permisi Status pasien atas nama Yasin dan Tyas, urus Laboratorium pembacaan Hb darah dan pengambilan darah contoh test, setelah itu anak-anak kuajak untuk melakukan shalat dlhuha di musolah perpustakaan UI, pada saat menungu berikutnya, saya sempat berceritra jikalau Ibu Ninik akan datang, ternyata hingga jam 10.00 yang ditunggu tidak datang, malahan ada dua orang china yang ternyata bukan utusan ibu Ninik, ternyata ia orang bekerja disuatu perusahaan apa gitu, nggak jelas, yang datang kemari, akan menanyakan perihal penyakit Thalasemia, sebab ada rekan kerjanya yang diperkebunan dua anak kembarnya sudah tidak mau menggunakan obat suntik desferal.

POPTI

Persatuan Orang Tua Penderita Thalasemia, saya yang merasa menjadi pengurus POPTI, ikut terpanggil untuk memberikan penjelasan Perihal penyakit Thalasemia ini. Dari hal alamat yang diminta, nomor telepon untuk menanyakan lebih lanjut, sampai detil penyakit, kemudian datang dokter yang ada di rumah sakit untuk memberi penjelasan berikutnya.

Di Dalam Ruang Dokter,
Ternyata Hbnya Tyas 7,8 sedangkan Yasin 5,9. kemudian Tyasnya dikenakan pemeriksaan SGPOT terhadap fungsi Heparnya.

Kamis, 23 Desember 2004.

Hari Kedua Perjalanan ke RSCM.

Menyimak pengalaman kemacetan kemaren, sekarang berangkat lewat Batargebang, Kota Bekasi, Kali Malang, Gedung Senam, Kawasan Industri Pulogadung, Jalan Pramuka, Jalan Salemba. masuk halaman RSCM jam 07.45. Sebelum antri darah, sempat ke Laboratorium Eikman untuk periksa SGPOT nya Tyas, Yasin tidak mau di tinggal, ia berjalan gagah, padahal Hbnya 5,9. tetapi kemaren sore sempat minum mengkudu setengah gelas kecil.

Transfusi Darah

Tyasnya mendapat empat kantong darah, sedangkan Yasin dua kantong darah, hari pertama transfusi tidak mengalami apa, kecuali Yasin, ada gelembung udara di slang transfusinya. darahnya Yasin yang kepakai cuma 2/3 nya saja.

Urus Desferal

Minta tanda tangan sampai empat orang dokter, sesampai di apotik Percetakan Negara dianjurkan untk memperbarui surat permintaan obat setiap bulannya, terasa berat.

sepulangnya ke kantor terlebih dahulu, hujan gerimis baru aja selesai, mengendari motor tanpa palstik hujan, anak-anak tidak mau pakai mantel hujan, hujanpun sudah meredah, tinggal bekasnya aja, yang menyisahkan genangan air, isi bensin di SBPU dekat kantor, Shalat Ashar di Kompleks Aneka Tambang, dan menjelang sore sempat makan bakso besar di Cibubur.

sesampainya dirumah istirahat.

Jumat, 24 Desember 2004

Hari Ketiga Perjalanan ke RSCM.

Perjalanan ke RSCM pagi ini melewati Batargebang, Bekasi, Kalimalang, Gedung Senam Raden Inten, Kawasan Industri Pulo Gadung, Jalan Pramuka dan Salemba.

Alerginya Tyas
Hari ini transfusi diwarnai dengan alergi pada Tyas pada separoh kantong pertama, awalnya, sejak dari rumah, setibanya dirumah sakit, setelah mendapat darah, secepatnya membeli mihun sebagai pengantar untuk minum obat avil dan panadol untuk mencegah terjadinya gatal- gatal.kemudian separuhnya diminum beberapa saat sebelum jarum transfusi ditusukan di urat nadinya, prosedure itu semua telah dilakukan, tetapi beberapa saat setelah darah melewati 1/4 bagian tyasnya terasa gatal, dan mulai menggaruk-garuk bagian tubuhnya yang gatal. akhirnya saat gatal tak lagi mampu ditahan, darah diberhentikan, sekujur tubuhnya Tyas bentol-bentol memerah, secepatnya disuntik obat anti alergi, dan transfusi diberhentikan. sisa kantong darah yang belum dipakai dikembalikan ke bank darah.

sedangkan Yasin ada gelembung udara, transfusi dihentikan pada 3/4 bagian, sama seperti kemaren.

Shalat Jumat
Shalat Jumat di komplek RSCM

Setelah Shalat Jumat Tyasnya telah berhenti reaksi alerginya, langsung pulang.

jam 16.00 sampai di rumah. langsung minta temulawak.

menjelang malam pasang Desferal dirumah, Tyasnya harus mengkosumsi 1500 cc desferal yang disuntikan lewat bawah kulit di lengan tangannya bagian atas selama 12 jam, sedangkan Yasin mengkonsumsi 500 cc Desferal yang disuntikan dibawah kulit dibagian perutnya mengambil waktu 1 jam sebab tidak menggunakan alat.

Hutang 1 700 000 ,-

Harga alat infus drivers Rp 3 200 000, baru bisa membayar Rp 1 500 000,- sisanya Rp 1 700 000,- alat ini bukan alat pertama yang dibeli, tetapi alat yang kedua sewaktu harganya Rp 1 300 000 ,- sepuluh tahun yang lalu, sewaktu masih tinggal di Ciledug, alat yang pertama mengalami kerusakan pada IC pendorongnya, alat masih hidup tetapi tidak bisa mendorong, dan harus beli baru sebab kerusakannya termasuk fatal. spartpart nya tidak dijual di indonesia.

Isnin, Disember 20, 2004

Imam Masjidil Haram.

Jumat, 17 Desember 2004.

Saat shalat Jumat di Masjid Al Azhar, dibelakang kantor, jalan Sisingamaharaja, jam 10.00. ada terasa lain, ya, memang sepagi itu saya sudah ambil air wudhu di kantor, sempat teman kantor bertanya, sepagi itukah datang ke Masjid untuk Jumatan?, tidak biasanya, ini hari imam masjid shalat jumat adalah imam masjidil Haram Mekkah, otomatis peminatnya banyak, dan memang betul sesampainya dimasjid, banyak manusia yang telah berdiri dan duduk ber shaf- shaf untuk bersiap mengerjakan shalat Jumat, walau shalat itu sendiri akan dilaksanakan satusetengah jam lagi, jam semakin mendekati waktu shalat, tamu yang ditunggu itupun datang juga, ia shalat dua rakaat dahulu sebagai salam buat masjid, kemudian menaiki mimbar dan mengucapkan salam, terdengar adzan dikumandangkan, setelah itu khotba disampaikan langsung dengan berbahasa arab, saya mendengarkannya serasa mendengar kaset atau MP3 yang isinya ayat- ayat Al Quran, sangat tartil/ jelas pengucapannya, saya hanya bisa membesarkan asmah Allah atas semua peristiwa ini

Undangan perkawinan

Hari Sabtu 18 Desember 2004, istri mengajak saya untuk mendatangi undangan yang disampaikan secara lisan oleh calon penganten laki-laki pada hari Rabu kemaren, hari ini adalah hari pernikahannya, calon penganten adalah pedagang kios dihalaman depan rumahnya di kompleks perumahan Puri Cileungsi, atas keseriusan dari calon penganten itulah, yang membuat saya bersemangat untuk hadir dalam perkawinannya, kendaraan motor yang kunaiki bersama dua orang anaku, Yasin duduk didepan, dan Fifi di gendong ibunya dibelakang, berangkat jam 11.00 siang, tepat dzhuhur sudah sampai di Batargebang, lokasi pernikahannya dibelakang pasar, terdeteksi kerena telah memasang hiasan janur di ujung jalan, begitu masuk setelah parkir motor, tamunya sedkit, dari keadaann rumahnya, ia termasuk keluarga sederhana.

Kunjungan ke Kompleks PU Narogong.
Setelah mengahdiri acara pernikahan Yono dan Yuniar di pasar Batargebang, saya melanjutkan kunujngan ke teman PU satu bus jemputan 5 tahun lalu sewaktu saya naik mobil jemputan. keadaan itu sedemikian lama, sesampainya di kompleks perumahan, sasaran pertama adalah rumahnya bapak Alishar, disini hanya ditemui ibunya saja, sebab bapaknya lagi sibuk ke tanah abang pasar, ibunya juga sibuk melayani katering, dirumah ini Yasin anakku menjatuhkan pagar besi rumah kunjungan, untuk tidak ada yang celaka, berikutnya kerumahnya pak Dofir, yang satu umur dengan saya, dirumah ini sempat mbakso sambil shalat Dzhuhur, kunjungan ketiga kerumahnya pak Hari yang ibunya adalah guru taman kanak-kanak dilingkungan Tk Putra di Kompleks PU. dan kunjungan terakhir ke Pak Nyoman yang orang bali dari Mengwitani Tabanan. yang mana anak pertamnya tadi pagi jam 10.00 mendapat penghargaan olimpiade ilmu pengetahuan setingkat SLTP.

Jumaat, Disember 17, 2004

Kendaran sewot lagi, dinamo staternya

Kereta Api Beratapkan MAnusia

Kamis 16 Desember 2004. Sore hari, saat metromini jurusan Ciledug yang saya naiki, melintas diatas jembatan layang kebayoran yang dibawahnya terdapat stasiun kebayoran lama, terlihat manusia yang memenuhi semua bidang datar atap kereta api yang hendak menuju keluar kota Jakarta, sekilas memang berani, tetapi hal ini mengundang bahaya, tetapi, kalau seseorang dihadapkan pada pilihan yang serba sulit, hal paling berbahayapun dikerjakan juga, contohnya orang indonesia yang bekerja di irak untuk menjadi sopir angkutan kendaraan petikemas yang jelas memuat senjata peperangan AS, ternyata banyak orang Indonesia yang berani mengambil pekerjaan itu, soal nyawa, tidak menjadi perhatian utama.

Untuk mendudukan seseorang yang mau berfikir detil dan lengkap, dalam permasalahan, bagaimana mengatasi kesulitan transportasi kepulangan pegawai yang comutter ini, harus ada orang yang tidak kekurangan sandang pangan dan tekun meneliti, mengusulkan dan meng uji cobakan pemikirannya untuk mengatasi masalah ini, tidak usah banyak-banyak, tetapi hal ini tidak dilakukan oleh pemerintah, pemerintas terlihat membiarkan saja semua permasalahan kehidupan rakyatnya mengalir begitu saja.cara murah melewati permasalahan, tetapi hal yang hilang adalah sifat cerdas mengatasi permasalahan.

Saya berkendara metromini tujuan Cileduk sore ini untuk mengambil sepeda motor yang sejak siang tadi ditaruh di Bengkel, sedang diperbaiki stater dinamonya, sejak keluar kantor sudah berbekal air yang dimasukan kedalam kantong plastik, dan jus yang dibagikan pada setiap orang atas ulang tahunnya seseorang di kantor, yang direncanakan untuk buka puasa nantinya dijalan.

Lama saya tidak menaiki kendaraan ini, asyik juga, dan saya merasa naik kendaran ini aman sekali, dan bisa tertidur, bisa berfikir, kemacetan memang luar biasa, lambat sekali pergerakannya.

Iwan, Putranya Alm Bapak Soeyono Tejosudargo, dosen bahasa inggris di Fakultas Teknik Universitas Udayana Bali,

sewaktu saya kuliah dahulu, Kali ini Rebo, 15 Desember 2004 jam 14.00 saya temuin dia di kantornya di Santa, berdampingan dengan pasar Santa Kawasan Blom M. ia telah menjadi konglomerat kecil kecilan, usahanya pesat dibidang periklanan, saya dijamu dengan makan siang nasi boks polys, isinya nasi Langi, sekretarisnya menyakan padaku tentang minuman, saya menghendaki minuman yang panas, udara dingin ruang ber Ac membuat ingin menghirup secepatnya minuman itu, akhirnya Iwan menampakan dirinya, wajahnya mirip dengan alm ayahnya, cuma tidak gemuk aja, ayahnya meninggal tahun lalu setelah kena stroke sejak tahun 1982, saya sering menengokin di RSU Wangaya Denpasar, hingga kerumahnya, saat itu iwan masih kecil, SMA rasanya. sudah bisa mengendarai mobil tua hitam, untuk mengantar ayahnya berobat dan pergi kesana-kesini.

Iwan, masih sama seperti dahulu, ramah, Iwan sekarang sudah berkendaraan trijet hitam, berkantor dikawasan ramai, walau belum semahal sudirman, banyak dikelilingi orang-orang yang berharap keputusannya, semoga baik saja seterusnya, dalam kanca perang dingin AS dan US, dalam penyerangan AS ke Irak, semuanya adalah manusia yang berperanan, sehingga bagaimanapun bentuknya manusia itu, perlu dilihat, ide pembangkitnya berlandaskan apa, kuat kah ia dengan landasan itu, kalau agama dijadikan landasannya, ber istikomah kah ia nya dengan agama itu, sehingga diujung akhir pertemuan, saat kendaraan yang mengantarku pulang ke Kantor, dikawasan Sudirman, saya sempat mengingatkan padanya, jangan meninggalkan shalat, lakukan ibadah haji, semua persyaratannya saya lihat sudah cukup, kurang dorongan aja pikirku.

Sempat saya singgung soal Mas Sutarman, tetangganya Iwan rumah di Tanimbar di Denpasar, yang hingga detik ini, di usianya lewat 50 tahun, masih terhitung pengangguran, putra putrinya ada tiga, yang terkecil, bayi, meninggal sekitar bulan Agustus, kelainan langit-langit pada mulut atas si bayi, sehingga Iwan dengan kemampuan managementnya sekarang, ya mas Sutarman dipikirin lah sedikit aja, kalau berkemampuan ya diberi kesempatan bekerja.
Dalam kesempatan ini Iwan saya temukan dengan mas Ajar Sanjoyo, yang setelah mengundurkan diri dari jajaran management Cempaka Kosmetika, ia membuka gerai kosmetika, yang siap menerima pesanan kosmetika dari para pemodal, semoga pertemuan ini berkelanjutan dan bisa dirasakan orang banyak manfaatnya.



Rabu, Disember 15, 2004

Kecelakaan Lalu Lintas dipagi hari

Jenazah Ditengah Jalan

Rabu, 15 Desember 2004. Setelah shalat shubuh saya dan istri mengendari motor untuk ke pasar, mengingat Tyas nya yang lagi semesteran hari ke tiga dan Yasin nya yang semakin pucat, rencanannya minggu depan ke RSCM, untuk kontrol Thalasemia nya. pagi itu pikiranku dipenuhi kenangan makan steak di restorasi KA Mutiara Timur Surabaya Denpasar sekitar tahun 1980 an, masih mahasiswa sih saat itu, sekarang aja beli dagung sapi has dalam untuk dimakan sebelum anak-anak berangkat kesekolah, saya mengingatkan istri agar bergerak cepat dipasar mengingat anak-anak kesekolah.
Sewaktu mengendarai motor, suasana masih pagi meremang, saya sempat berkata pada istri, Ma disini ada lobang, sambil menunjukan lobang yang mengangah diatas jembatan, sebagian lobang telah ditutup plat besi tebal 10 mm, lebar 120 cm pagi itu, lobang itu sudah berusia tujuh hari menurutku, saat kendaraan melaju terus terbayang padaku jikalau ada seseorang yang tak mengetahui adanya lobang tersebut dan terperosok.
Dipasar, tiba-tiba sandal yang kukenakan putus, sehingga menghambat kecepatanku menggapai tempat orang berjualan daging dan lainnya, harga daging masih relatip tinggi, harga sebelum lebaran berkisar Rp 35 000,- sekarang harganya di pas Rp 40 000,- saya membeli setengah kilogram aja,
Saat pulang, istri telah menyelesaikan belanjaan yang dibeli, dan semapt bolak balik dua kali, katanya cepat-cepat, kok lama, saya hanya bisa mengatakan bahwa sandal putus, sehingga melambat jalannya, keluar dari bawah jembatan flyover cileungsi tiba-tiba terlihat banyak kendaraan melambat, ada apa pikirku, kok sudah ada kemacetan, ada kecelakaan ini pasti, mengingat pegawai pabrik belum ada yang terlihat memacetkan lalulintas, motor melaju perlahan-lahan akhirnya sampai diujung kemacetan, ternyata seorang ibu-ibu, umur diatas 50 th, tergeletak dengan pecah kepala, dan sipembawa kendaraan bermotor selamat, berarti ibu tadi digonceng, betul juga, penyebab kecelakaannnya adalah terperosok kedalam lobang jembatan, tapi tak terpikirkan olehku jikalau akan menyebabkan kematian seseorang.
Dirumah, anak-anak menunggu, semua belum ada yang mandi, termasuk si bayi Fifi, sudah berdiri didepan pintu dengan senyumnya menyambut ibunya yang membawa belanjaan, ia langsung mendekati belanjaan ingin tahu apa yang dibawa.

Jalan Raya Tidak memberikan rasa aman berkendaraan

Memang, terlalu banyak kecelakaan yang terjadi, tetapi yang disalahkan adalh faktor pengemudi, faktor manusia dibelakang kemudi, hal ini sering saya siasati dengan mengurangi semaksimal mungkin kecepatan laju kendaraan, faktor kecepatan merupakan kunci fatal dan tidaknya kecelakaan.
Tetapi dilain pihak, pemerintahan yang mengelolah jalan ini, kok sampai sebegitu jauh tidak menunjukan itikad baiknya, sudah beku barangkali kreatifitasnya.

Isnin, Disember 13, 2004

Ibunya Teman Baik Meninggal

Ibunya Pak Harjono Meninggal
Senin 13 Desember 2004
Hari Jumat jam 11.00 sebelum shalat Jumat, saya dapat sms dari Jogja dan diberitahu jikalau ibunya pak Harjono dalam kondisi koma, sudah tiga hari, ia mohon doa dariku, dan pada shalat Jumat yang mulia saya sempat mendoakan, dan setelah shalat jumat saya sempat telepon balik ke Jogjakarta lewat Hp yang terima pak Harjono sendiri dan memberitahukan jikalau kondisi ibu berangsung membaik, tetapi saya mengingatkan umumnya sebentar, dan baru hari Senin pagi ini dari kantor saya menghubungi Hpnya pak Harjono ternyata ibundanya telah dipanggil Allah SWT pada hari Sabtu jam 02.00 pagi, dan dimakamkan hari itu juga di Wonosari, Gunung Kidul Jogjakarta,

Kenangan baik
Saya sempat kerumah itu dua kali, Rumah bercat putih cukup bergaya dipinggir jalan besar di kota Jogjakarta dengan halaman cukup untuk suatu rumah ditengah kota, saat pertama ditengah bulan juli 2004 atas prakarsa pak Harjono dalam rangka menemani Pak Marjuki Usman pergi ke Jogjakarta, dalam rangka memberi semangat adik perempuannya pak Harjono yang Pengacara Tanah/ notaris tanah PPAT, di Wonosari yang mencalonkan diri menjadi Bupati Gunung Kidul, saya dan Pak Marjuki sebatas memberi option kesemangatan agar tidak mudah menyerah, saya dijogja hanya satu malam dan besok paginya pulang dengan pesawat garuda, dan kunjungan kerumah itu yang kedua adalah dua minggu kemudian saya mendapat penugasan ke Jogjakarta dalam rangka pelatihan Balai Kimpraswil di Jogjakarta selama 3 hari, saya sempatkan mampir kerumah itu dan diterima dengan baik, sempat tertidur dikursi mengingat waktu tunggu shalat ashar, rumah itu hanya dihuni oleh pasangan yang sang ayah dalam kondisi lumpuh harus di bantu dengan perawat lelakinya, dan si ibu yang kurus kerena gulanya yang banyak memikirkan banyak hal, sore itu saya sempat diajak jalan-jalan sore, yang memang jadwal tetap buat sang ayahnya pak Harjono setiap sore naik mobil jalan-jalan keliling kota Jogjakarta, nah saya ditumpangkan dibelakang diapit oleh sang ibu dan pembantu/perawat tetap sang ayahnya pak Harjono, untuk diantar ke kompleks penginapan Cipta Karya di depan IAIN Jogjakarta. sempat juga dibawain oleh-oleh untuk besok pulang ke Jakarta, naik Sumber Alam Bus Malam, turun langsung Cileungsi.

Menghadiri Forum Pemantau Pemberantas Korupsi

Rabu, 8 Desember 2004

Siang itu sekitar jam 13.30, saya berjalan ke tempat pertemuan Forum Pemantau Pemberantas Korupsi, keputusan ini ternyata tepat, sebab saya melihat disepanjang jalan patimura macetnya luar biasa, sambil membakar kalori pikirku, saya berjalan cepat, melintas antrian mobil yang terhalang kemacetan, siang itu banyak para polisi yang dari daerah datang, keterlihatan ini nampak dari bentuk tubuh dan berjalannya, setelah melewati bangunan kepolisian lantas terlihat kuburan dan belok kiri terbaca jalan Mulawarman, berjalan lagi sampailah di depan taman, tanda-tanda kalau ada pertemuan adalah mobil parkir yang banyak dan terlihat orang-orang meng gegam map datag masuk bergegas sambil menuliskan namanya di spanduk yang disediakan dan mengisi buku hadir sambil menerima bahan diskusi yang sempat di cetak dan snack pertemuan yang terdiri dari kue sus, roget, dan lemper, lempernya tak termakan sebab sudah merasa kenyang.didepan pintu masuk sudah terlihat orang tinggi berbaju jas, saya sih pakai baju biasa saja yang saya senangi yang telah 3 tahun ini setiap menemani saya kekantor, yang paling menonjol adalah hadirnya Yusuf Syakir, orangnya pendek kecil , sedang disampingnya berdiri anak muda gemuk ternyata ia dari Republika harian nasional, ia sebagai moderator pertemuan, Diruangan sudah banyak para undangan lainnya, tepat jam 14.00 acara dimulai, acara pertama adalah sambutan dari ketua Forum Pemantau Pemberantas Korupsi, yang berbicara banyak mengenai anti klimaks dan strategi pemberantasan korupsi di indonesia, forum diharapkan menjadi Think Tank, pusat pikir bagaimana memberantas Korupsi di Indonesia, diharapkan forum bersifat kritis dan kosepsual, dilain pihak perkembangan hukum perdata di Indonesia tidak berkembang sesuai dengan perkembangan masyarakat.Suasana rapat bagi saya tidak mengarah kepada satu point, hanya mengungkapkan kebobrokan penjabat negara, akhirnya pada saat jam menunjukan pukul 16.30, saya bertanya pada diri sendiri, patutkah saya lanjutkan pertemuan ini sementara shalat ashar belum kulakukan, akhirnya kuputuskan untuk keluar ruangan dang langsung berjalan kaki kekantor, di kantor masih ada beberapa teman yang dimeja kerjanya dan setelah shalat ashar saya langsung pulang.

Rabu, Disember 08, 2004

Vonish

Sirene dipagi hari
Rabu, 8 Desember 2004. sekitar jam 07.30 Saat saya dan anak-anak, Yasin, Astari dan Tyas hendak berangkat sekolah, baru keluar dari jalan lingkungan perumahan, memasuki jalan desa Gandoang, beriringan mabil hijau tentara dikawal dengan jip pembuka jalan, mengawal truk pengangkut personal melintas berlawanan arah dengan saya. anak-anak bertanya, mau kemana mobil ini pa, ke Bojong jawabku sekenanya, sebab dikawasan ini mana sih yang perlu dipermasalahkan kecuali peristiwah Pembuangan Sampah Akhir di Bojong yang tidak disetujui oleh penduduk, tetapi pemerintah dengan kekuatan bersenjatanya, baik dari tangan polisinya dan pagi ini terlihat tangan militernya yang hendak menekan masyarakat, ditekan bagaimanapun masyarakat akan tetap bergolak, orang miskin tidak takut mati, tetapi timbul pertanyaan, apakah pantas dinegara yang tidak ada penjajahannya pemerintahannya menekan rakyat, ataukah memang pemerintah Indonesia dalam rangka menangani rakyatnya menggunakan pola-pola Penjajahan, Biaya pembelian alat-alat tempur digunakan untuk menghadapi rakyat yang tidak bersenjata, Wahai masyarakat Bojong, Cileungsi dan Gandoang, sejak dahulu engkau adalah warga pandekar, hadapilah dengan keperkasaanmu semua aral melintang yang memberatkan mata. sementara kendaraan roda duaku melaju kekantor dengan kecepatan rendah yang penting jangan sampai melewati 50 - 60 km/jam.


Ya Allah Saya Tidak Bisa memuja kebesarannmu seperti sifat kebesaranMu sendiri Ya Allah

Selasa, 7 Desember 2004.

Vonish Paling Mencekam,
" Pak, Motor bapak rusak berat, ganti ring seger, ganti klep, ganti seher dan ring, ganti to set, ganti pen seher, ganti sill klep, ganti olie ganti busi, kotter cylinder blok." saya terdiam sesaat, saya mengiyakan dan terdiam, begitu mencekam pengalaman itu.sudah terbayang berapa duit yang harus dikeluarkan untuk baikknya kendaraan ini, " bagaimana pak dikerjakan nggak?" ya kerjakan saja" akhirnya kendaraan itu dibongkar mesinnya, awalnya sih sepulangnya dari Cianjur selatan, kecamatan Tanggeung, 80 km dari kota Cianjur, hari minggu itu, motor bunyinya kok tidak enak, kemudian pagi ini ke bengkel niatnya mau ganti olie saja, tetapi sewaktu tutup olie motor di bujka ternyata tidak ada olie yang mengucur keluar, keluarnya kental bertetes dan terkumpul seperempat gelas, dari penampilan ini teknisi motor dibengkel menyimpulkan jikalau motor dalam kerusakan keras. Akhirnya motor diurai habis mesinnya dan saya menunggu menemani motor yang lagi direperasi, Banyak pertanyaan yang dilemparkan teknisi motor ke saya, " kok bisa begini pak motornya ", " Habis dipakai ke Cianjur Selatan pada hari minggu kemaren, menghadiri undangan pernikahan seorang guru SD yang mengontrak rumah di komplek RT Puri Cileungsi, Banyak nasehat yang diuraikan, lain kali sebelum pergi lihat oleinya dulu pak pesannya, tapi saya taksir, memang sebelum pergi saya sempat ganti ban terlebih dahulu, kerena akan membawa istri, tetapi masin, saya pikir kan belum sebulan dari jadwal kontrol olie mesin sejak tanggal 9 november bulan kemaren, taksiranku, mesin panas akibat lama pemakaian dan panjang jalan yang ditempuh, panasnya mesin menguapkan olie, sehingga olienya sat-tandas.
Bakso lebih besar bola Tennes
Selama menunggu motor diperbaiki, saya melihat penjual Bakso sebesar lebih besar bola tennes yang nongkrong didepan bengkel, sangat laris didatangi pelanggannya, ibu-ibu yang menemani bapaknya memperbaiki motor dibengkel yang paling banyak membeli, tetapi tak kalah pula ibu-ibu yang datang khusus berteman tiga dan dua orang datang berkendaraan dan parkir dan nongkrong mengudap bakso besar-besar itu, dipilih bentuk sebesar itu menurutku adalah hasil pemikiran pedagang bakso yang melihat pasar jenuh akibat bakso yang kecil-kecil yang tidak memberi arti, besarnya bakso juga merupakan tayangan pemikat pelanggan untuk mencoba mencicipi, inilah kekhasan bangsa indonesia dengan inovasinya.
motor ini pernah mogok pak, kata teknisi kepada saya, pernah sewaktu akan memasuki kecamatan Sukanegara, kemudian teknisi itu mengambil kepala mesin yang diganti yang disebut segernya, sambil diperlihatkan kepada saya ia berkata, inipak yang menyebabkan mogok, ada baret-baret tebal dan banyak dan terasa ditangan , sedangkan diblok mesin terdapat baret juga, seseuai dengan gesekan seger, mesin ini sempat panas membara akibat tidak ada olie , untung masih bisa kemari tidak didorong.
Hari Minggu 5 Desember 2004, persiapan berangkat ke Cianjur Selatan, pagi sesudah shalat shubuh, kepasar, sebab semalam Yasin minta dibeliin kacang kulit untuk direbus, makan kacang rebus dihari minggu sangat lejat katanya, sekitar jam 08.30 saya berdua bersama istri berangkat ke Cianjur, dari rumah berbelok kearah kanan, arah yang paling jarang saya tempu, kalau berbelok kekiri dari pertigaan Gandoang ya setiap hari kalau kekantor, tapi berbelok kanan ke arah Jonggol sangat jarang, belum tentu satu kali dalam setahun, Kali ini berbelok kenan, yang kuingin tahu adalah perkembangannya sampai dimana selama ini, jalan yang menjadi sengketa ke desa Bojong tempat pembuangan sampah akhrir di perempatan cipicung pun sudah kulewati, akhirnya memasuki kota Jonggol, sempat menerangkan keistri masjid yang dipakai itikaf ramadan sewaktu Aswan klas SD sekitar tahun 1996. Jonggol sudah dilewati jalan mendaki kecepatan sekitar 50 Km per jam, masuk Kecamatan  Cariu kemudian memasuki wilayah pekuburan cina Xianxi "oh ini kuburannya, soalnya sering mendengar sirene mobil duka membawa jenazah cina", kemudian memasuki kawasan bukit gundul yang sering dihubung-hubungkan kalau pedagang mau cepat pelarisan ya datang kesini, bagiku begitu aja kok bisa kasih kaya seseorang, memangnya Tuhan semesta alam dikemanakan ?. perjalanan semakin mendaki memasuki kawasan yang sering longsor. ini wilayah puncaknya ma, jelasku pada istri, kemudian menurun memasuki wilayah Cianjur, di pertigaan ada tertulis arah Cianjur kota, saya mempisahkan diri dengan jalan utama ke Bandung, memasuki arah Cianjur kota melewati Cikalong kulon, jalan lebih jelek, berlobang, kiri kanan banyak hutan karet, jalan itu panjang memasuki arah kota, sekita mendekati kota, jalan menjadi baik, keramaian semakin meningkat, akhirnya memasuki kota Cianjur, tetapi kemana batas patahnya jalan ini, diijung jalan terlihat lampu lalu lintas, ini akhir penggal jalan memasuki kota Cianjur, belok kiri, dan berhenti didepan polisi menanyakan arah kemana tujuan, istri saya meraih tas mencari peta dan disodorkan ke pak Polisi, oh Tanggeung, 3 jam dari sini, kira-kira 80 km jaraknya, arahnya ini lurus kearah sukabumi, setelah 3 km dari sini akan menjumpai kuburan cina dan berbelok kekiri lurus sampai habisnya jalan, Penjelasan polisi itu tidak merubah niatku untuk tetap bertahan menuju sasaran, Tukang ojek yang saya tanya pada keheranan, soalnya kalau orang sini mau kesana ya naik mobil angkutan umum, lho kok ini naiki motor, pasti bukan orang sini ya katanya, ketidak tahuan itu yang melajukan motorku menuju Tanggeung, lama kemudian memasuki kecamatan Cibeber, kota kecamatan ramai diapit perbukitan, jalan terus keluar dari kota kecamatan dijumpai longsoran bukit yang habis dibersihkan menutup jalan, tetapi kendaraan bisa melintas, kemudian melewati pendakian menuju perkebunan wilayah VIII dan hamparan teh kiri kanan, jalan sepi dan tak banyak menjumpai kendaraan berpapasan, setelah jalan mendaki sekarang menurun, juga begit disaat jalan menurun tidak berani cepat, disaat mendaki pun tidak berani cepat, sebab jalan sering berbelok keras dan menuurunnya juga begitu, jurang kiri kanan sangat terjal, akhirnya memasuki kecamatan Cempaka, maju terus, pikiranku seperti memasuki lobang sumur yang tak habis-habisnya, waktu mendakipun seperti mencari gunung yang dimana puncaknya, pakoknya santai aja sambil bergurau, terkadang cuaca panas dan terkadang sejuk, memasuki kecamatan Sukanegara, paling spesifik di kecamatan ini ada Pengisian Bahan Bakar besar, dekat Masjid dan dekat Puskesmas, kota kecamatannya antrem, saat itu terdengar adzan Dzuhur berkumandang, diputuskan untuk mampir shalat Dhzuhur di masjid depan, motor tetap melaju dan disisi kanan terlihat masjid dan masuk, istirahat, kaki rasanya kemeng sekujurnya, istri saya pun sempat menggeliatkan tangannya menghilangkan kecapaeannya, pinjam sandal, tempat wudhunya didepan bawah, naik trap masjid dua anak tangga memasuki masjid yang sepi, shalat dua rakaat, shalat tahalul masjid sebagai ucapan selamat datang masih bisa memuja Allah yang Maha Besar, kemudian berjamaah shalat dzhuhur berdua dengan istri, dirakaat terakhir terdengar seseorang datang bergegas langsung mengumandangkan adzan dzhuhur yang tertinggal, setelah selesai shalat saya bergegas menghidupkan kendaraan untuk mencapai tujuan secepatnya, kendaraan keluar kota kecamatan sukanegara, kondisi kecamatan makmur, terdapat dealer motor yang berarti ekonomi penduduk membeli motor kecukupan, jarang terlihat rumah jelek, jalan mendaki lagi dan mencapai kebun teh dan menurun berbelak belok dan memasuki kecamatan Pagelaran, tinggal satu kecamatan lagi mas, kata istriku menjelaskan, kendaraan dilajukan kembali, jalan menjadi rusak akhirnya pasar Tanggeung pun didapat, tanya dimana ada perkawinan, saya yakin kalau didesa ada perkawinan pasti gemahnya banyak penduduk yang dengar dan tahu, hal itupun tepat dugaanku, penduduk menunjukan arah lurus aja dipinggir jalan kok, motor melaju lagi dan setelah melintasi jalan jelek berlobang, mendaki dan menurun, akhirnya diujung belokan patah mendaki terdapat tenda perkawinan, motor saya arahkan ke tetangga sampingnya untuk meminta kesempatan istri saya salin baju yang dikenakan, sampai tuitik ini sudah 150 km jarak yang kutempuh dari rumah, suasanah gembira, salam salaman sang pengantin gembira, orang tuanya gembira didatangi tamu jauh-jauh setelah makan dan minum cepat-cepat minta diri takut kemalaman dijalan, 

Mogok ditengan jalan.
Perjalanan pulang, sekeluarnya dari kecamatan Tanggeung, hujan deras mengguyur, berhenti sebentar pasang mantel hujan, kendaraan berjalan lagi diketinggian saat mendaki terasa kendaraan tidak bertenaga, mogok, dan mencoba diengkol dengan kaki, engkol tidak berfungsi, coba-coba dihidupkan dengan starter motor, mau hidup, dan berangkat lagi. hujan masih mengguyur, melewati kebon teh di Pagelaran, banyak motor yang searah pulang berjalan bersamaan, kendaraan angkutan perdesaan dengan sarat muatan didalamnya.

Kapan bisa ketemu lagi 
ucapan ini terungkap saat bersalaman dengan seorang tua di masjid di kecamatan Sukanegara, setelah mengisi bensin premium Rp 10 000 ,- penuh tangki motor, saat sedang mencari Masjid untuk mengerjakan shalat ashar kendaraan melaju kecepatan sedang. tiba- tiba dari bali pepohonan menyembul menara Masjid dan kesana kendaraan diarahkan, hanya seratus meter berbelok kiri dari jalan raya, sebelum jembatan, disisi kanan jalan terbujur bukit tinggi-tinggi, batu putih, gampang longsor, Lokasi sejuk dingin dan sangat baik untuk membuat sekolah pikirku, saat shalat berjamaah dengan istri ikut seorang tua lelaki dibelakangku shalat berjamaah ashar, dan sesudah shalat , saat bersilaturahmi dengannya sempat menanyakan siapa gerangan yang memiliki rumah dikanan masjid, istrinya orang sini dan suaminya orang arab katanya, oh sering hal itu terjadi, awalnya saya mendengar itu dari pak Marzuki Usman bahwa ada gejala baru, para pemuda arab mencari istri sampai dipedalaman Cianjur, Sukabumi, naik pesawat dan melamar dan menikah, hal ini disebabkan pernikahan di Arab sangat mahal maharnya, setelah itu saya bersalaman dengannya mohon diri sambil mengucapkan kapan bisa ketemu lagi, hati kecilku menaksir bahwa ia akan meninggal. pesannya cepat pulang wilayah ini sering longsor apalagi hujan-hujan begini, jam sembilan dan sepuluh baru masuk rumah katanya menduga, setelah tahu jauhnya jalan yang hendak kutempuh, pulang.

Puncak 
Terasa sekali sewaktu melewati kecamatan terakhir wilayah Cianjur selatan yaitu kecamatan Cibeber, kendaraan memadat, mau nyalip tidak bisa, ikut melambat, jalan kecil, kendaraan arah depan juga banyak, akhirnya pertigaan itu didapat, kekiri arah Sukabumi dan Bogor, kekanan ke Bandung, saya ambil kiri, kendaraan bisa berlari cepat, kemudian kota Cianjur dilewati dariri sisi baratnya, ketemu jalan kekiri bogor lewat puncak kalau lurus ke Jakarta lewat Jonggol, kerena hari menjelang maghrib saya tidak mau ambil resiko lewat kesunyian Jonggol, dari Cianjur ke Puncak jalanan dipenuhi bus pariwisata, jalan mendaki, kendaraan tidak bermasalah, sampai melewati puncak, kemudian jalan menurun, shalat maghrib di Cisarua, beli jagung 40 biji Rp 15 000 .- makan di Bogor, soto kambing minyak samin, di bogor Cibinong macet luar biasa, kemudian memasuki wilayah Angdam , tembus Cibinong, belok kiri memasuki jalan potong ke gunung putri, citerup cileungsi rumah. masuk rumah jam 21.30 malam, Tyasnya masih belum ngantuk bersama fifi, fifinya setelah disusuin dengan ibunya langsung nyenyak tidur.


Isnin, November 29, 2004

Kunjungan Syawal

Sabtu, 26 November 2004
Rencana Puasa syawal hari ke 5 hari ini batal, sebab istri marah-marah, dibilangin mau masuk surga sendiri aja, sebab tidak sebab sahur dan sempat bangun, hanya menyisahkan waktu sedikit sekitar 5 menit untuk memasuki imsyak, jadi sebaiknnya minum sirup squas manis untuk berbekal puasa, tetapi istri tidak sempat sahur jadi niat puasa diurungkan, rencana hari senin besok dilanjutkan lagi.
Edi Purwanto, Ramadhan masih bergemah, suasana halal bi halal masih dihidupkan, waktu liburan kantor bisanya hari sabtu dan minggu, hari direncanakan ke rumah pak Edi purwanto di Bojong Gede, sekitar jam 10.30 baru bisa berangkat setelah menyelesaikan segala urusan rumah tangga, dari yang cucian yang menumpuk terus akibat sedkitnya pasokan matahri, hari-hari mendung terus, dari rumah mengambil jalan lewat samik, bukan jalan raya umumnya ( Cileungsi - Jonggol ) untuk menghindari kemacetan di pasar Cileungsi, hari hujan semalaman menyisahkan genangan air sedikit, yang ikut dalam silaturahmi kali ini adalah Fifi dengan Ibunya, perjalanan perlahan disebabkan jalan memang jelek, hal yang mengejutkan dalam perjalanan berangkat ini adalah dibukanya jalan baru dari ujung belakang taman buahnya ibu Tien Suharto menembus kebun kelapa, perhitungan saya jalan ini akan digunakan untuk lewatnya angkutan truk sampah DKI Jakarta yang akan dibuang di desa Bojong, untuk menghindari penghadangan oleh penduduk yang tidak menyetujui sampah dikelolah didesanya, yang jadi pikiran saya adalah, bisa saja pemerintah Propinsi atau Kabupaten mempunyai dana untuk membangun jalan tetapi membangun jalan kerena akan mendukung beroperasinya pengelolaan sampah di desa Bojong akan pasti menambah keruhnya suasana, masyarakat Bojong yang dibangkitkan semangat heroiknya akan mempertahankan tanah miliknya semaksimal mungkin untuk jangan sampai terkena pengelolaan sampah DKI Jakarta, hingga hari ini masih ada kepala keluarga yang belum pulang ke rumah kerena tidak diketahui keberadaannya akibat keributan tanggal 22 November Senin Minggu lalu antara aparat brimob kepolisian dengan penduduk yang tidak menghendaki sampah dikelolah di daerahnya. Kita tunggu saja, setealh berkendaraan 90 menit akhirnya sampai juga dikompleks perumahan bambu kuning desa Bojong Gede, Bogor, melewati jalan besar Kantor Bersama Pemda Bogor di Cibinong, mencoba melihat alamatnya di secarik kertas yang ditulis saat Edy purwanto berkunjung kerumah, tertulis depan masjid, sehingga yang ditanya adalah dimana masjid kompleks, terus aja masuk kata seseorang pejalan kaki disisi kanan jalan, Masjid sudah didapat dan tertulis Blok D II dari nomer 1 - 22, rumahnya edy di nomer 14, berarti disinilah letaknya, motor dibelokan memasuki gang lebar, dan akhirnya rumahnyapun didapat, Fifi sangat senang dirumah ini, sebab anak-anaknya pak Edy semuanya anak laki-laki, jadi kalau ada anak perempuan yang datang otomatis semuanya memperhatikan walau masih usia balita, ada yang ngajak main Fifi mengendari Vespa mini, ada yang ngajak main ball dan ada yang bermain lempar koin, semua dihadapi dengan gembira oleh Fifi,adzan dhzuhur berkumandang, perbincangan terhenti saat melaksanakan shalat dhzuhur, setelah itu dilanjutkan makan siang dan makan asinan buatan istrinya pak Edy yang orang Padang ini, setelah agak siang, mohon diri untuk melanjutkan perjalanan ke Darmaga IPB Bogor, nengokin adik istri, selepas Kompleks rumahnya pak Edy mengambil jalan kekiri, menyusuri rel kereta api Jakarta - Bogor, jalannya kecil, angkotnya banyak, motor tidak bisa melaju cepat, khawati kendaraan dari arah depan, melewati stasiun KA Bojong Gede, didepan stasiun macetnya luar biasa, semua kendaraan angkot berhenti mengharap penumpang yang baru turun dari KA mau naik angkotnya, maju terus, melewati Stasiun KA Cilebut, agak longgar sebab bersamaan tidak ada KA yang berhenti, akhirnya menemukan jalan antara Mangga Dua Bogor dengan IPB Bogor, belok kekanan sudah dihadang kemacetan luar biasa, melintas hanya bisa dibahu jalan, mobil berlapis- lapis. dari dua arah, yang memungkinkan dilewati adalah jalan tengah antara dua mobil yang berpapasan, antrian mobil macet ini menciptakan gang terbuka lebar di tengah-tengah dan penuh dengan kendaraan sepeda motor. dengan doa mengiringi perjalannku aku bisa melintas dengan selamat, jam 14.00 tiba dirumah adik ipar yang sedang menyelesaikan S2 nya Kesehatan Masyarakat, di IPB Bogor. rumah terlihat berhamburan ditengah-tengah ruangan tergeletak mikroskop untuk mengamati nyamuk dengan segala jenisnya, saya sempat melihat nyamuk malaria, whah... seperti babi hutan pikirku, semua ruas tubuhnya ditumbuhi bulu-bulu yang menyeruak kasar, dan diantara bulu bulunya terdapat ruang yang memungkin sesuatu yang hidup menumpang disana, aku keluar dan memetik bunganya pohon mangga, dan kuleletakan dibawa mikroskop dan setelah diatur fokusnya maka terlihat hamparan hijau muda berbulu halus terasa lunak seperti beludru. tidak beberapa lama kemudian adhzan Ashar berkumandang, saatnya shalat dan secepatnya mohon diri, selama perjalanan pulang hajan menderas, sampai dirumah sebelum maghrib.

Minggu, 27 November 2004
Pagi-pagi sudah kepasar, istri juga ikut, membelanjakan dana Rp 31 000,- yang terbeli adalah ikan basah kembung 1,5 Kg seharga Rp 15 000,- 0,5 Kg lele seharga Rp 5 000,- Buncis 1 Kg, Tomat, Lombok dan Labu saim seharga Rp 6000,- Kacang Tanah berkulit untuk direbus 1,5 Kg seharga Rp 4 500,- Sodhakoh Rp 500,- sesampainya dirumah ambil cucian, sebab ditargetkan jam 08.30 akan pergi ke Mas Ajar Sanjoyo.akhirnya bisa berangkat jam 10.00 dan tiba disana jam 12.00. pulangnya diiringi hujan deras. mas ajar dalam kondisi sakit, kakinya memerah, pulang setelah shalat ashar, hujan gerimis sampai dirumah. motor sangat kotor mblekuteg.

Selasa, November 23, 2004

Silaturahmi ke pak Marzuki Usman

Rabu.24 November 2004.
Semalam pulang ke rumah jam 21.00, menembus cuaca hujan sepanjang hari, bersama anak-anak, habis mengunjungi mantan Menteri Kehutanan dan Menteri Pariwisata Bapak Marzuki Usman. Berangkat dari rumah setelah shalat Ashar, baru dimulai proses persiapan, ada yang mandi, Yasinnya kepingin ikut tapi belum mandi, dengan semangat ia mengatakan sanggup mandi 5 menit, kesibukan luarbiasa, hujan turun merintik diluar rumah, cuaca mendung dan abu-abu. jalan berlumpur. akhirnya berangkat juga, yang ikut, Yasin, Astari dan Tyas, semuanya di lindungi dengan plastik hujan yang sudah dua tahun umurnya, motor dikendarai dengan moderat, tidak berkecepatan tinggi, sebab jalanan basah, pemandangan tak dijadikan prioritas, sekarang bagaimana samapi ketujuan dengan selamat, hujan sepanjang jalan masih turun, beberapa kali terkena percikan keras dari air genangan jalan yang dilewati mobil sedan berkecepatan lebih, akhirnya sampai juga di slipi, sejauh 57 km dari rumah, masuk dengan ijin dari satpam, yang ditanya terlebih dahulu mau menjumpai siapa, tamunya pak Marjuki jawabku, satpam itu mempersilahkan parkir motor dihalaman samping.Memasuki ruangan yang ber AC anak-anak mengeluh kerena kedinginan sebab pakaian mereka ada yang basah terutama ujung-ujungnya, kemudian minta AC dimantiin, kemudian air teh hangat dengan sendok mungil di hidangkan, anak-anak mencicipi, eh tehnya pahit, nggak ada gulanya, gulanya tersendiri, ini ada gula cube nya, Yasin mencoba dan bisingnya luar biasa, beberapa kali sendok itu terjatuh di meja kaca, kemudian Astarinya. Tiba-tiba azhan Magrib berkumandang, sampai azhan selesai pak Marzuki Usman belum muncul, mohon diri untuk sholat maghrib di masjid, sepatunya Yasin basah, Yasin minta di gendong ke mesjid. sepulangnya dari masjid terlihat Pak Marjuki Usman sudah menunggu, mengenakan sarung warna hijau kecoklatan dan kaos baju hitam, anak-anak berbaris menyalami, kemudian pembicaraan hangat tetapi anak-anak tidak bisa mengikuti, banyak yang dibicarakan perihal zhalimnya negara ini terhadap rakyatnya. pas azhan isyak mohon diri untuk pulang, sholat dirumah, sebab memperpanjang penitipan sepeda motor dengan satpam tidak enak, hari tidak hujan lagi, udara dingin menyelimuti, diberi jiket kulit harum untuk hangat-hangatnya yasin katanya, yasin yang mengenakan jaket kulit itu. Sempat mampir ke pengisian BBM dekat kantor malam itu, isi bensin 5 liter, kemudian pulang dengan jalur biasa pulang kantor, jalanan agak sepi sedkit tetapi kemudian macet jalan perlahan mengingat terjadi penyempitan jalan. ditengah jalan anak-anak minta makan bakso, untuk mngusir dingin, dipilihkan bakso super besar, dicari-cari didapat diujung jalan Cibubur dengan jalan Jakarta Bogor. satu bulatan besar bakso seharga Rp 6000,- Sambil menahan kantuk akhirnya masuk rumah shalat isyak lantas tidur.

Isnin, November 22, 2004

Hari Raya Idul Fitri 2004

Lebaran Hari Pertama
Minggu, November 14. 2004 Shubuh masih tergantung, waktu shalat tahajud masih tersisa, membangunkan anak- anak untuk persiapan ke Masjid, mengingat penghuni perumahan sudah banyak otomatis masjid akan didatangi arang banyak yang akan mengurangi kesempatan mendapatkan tempat yang baik dan afdol. terseleksi masjid dibatas desa, tidak masjid komplek perumahan, tujuannya silaturahmi dengan penduduk perdesaan disekitar perumahan, naik sepeda motor bertiga bersama Aswan dan Yasin, sedangkan ibunya bersama Tyas, Astari Fifi shalat di masjid komplek perumahan , disepanjang jalan desa sudah beriring dan dalam kelompok kecil-kecil rombongan yang hendak menjalankan shalat idul fitri. ada juga yang membawa tikar mengantisipasi jikalau tempat shalat penuh dan harus shalat dihalaman luar masjid. Jam 06.30 shalat dimulai, takbir dikumandangkan membelah langit, seusai shalat dan mendengarkan khotbat idul fitri jemaah masjid bergerak salam salaman dan keluar dari majid, pemandangan yang luar biasa pagi hari itu adalah warna warni baju yang dikenakan dengan berlatar belakang suasana pagi kehijauan daun, semua beriring disisi jalan raya, sesampainya dirumah, yang mengerjakan shalat di masjid kompleks belum usai, terdengar khotba idul fitri baru di bacakan. Bersih bersih ruangan untuk mempersiapkan tamu yang akan datang, tebar tikar lebar untuk memperluas gerak anak-anak. Tiba-tiba ibunya muncul disertai anak-anak, menceritrakan jikalau fifi sangat lucu sewaktu di bawa shalat ied di Masjid, sebelum shalat dimulai fifi menghampiri anak lelaki sepantar kakaknya Yasin, dikira kakaknya barngkali, ditepuknya dari belakang, kemudian fifi membungkukan badannya mengintip dengan gerakan lucu ternyata salah dan anak lelaki itu tertawa dan ditimpali tertawa cekikian dari fifi sambil menggerakan punggung badannya mengangguk-angguk, gerakan ini membuyarkan perhatian ibu-ibu yang duduk khusyu mengumandangkan takbir mengikuti iman, dan ikut tersenyum melihat nya.
Acara Sungkeman, acara sungkeman keluarga ini berlangsung sejak anak-anak masih kecil hingga sekarang dan diawali istri kemudian diikuti anak-anak pertama hingga anak ke lima.
Tamu berdatangan, tamu komplek berdatang bergiliran seusai shalat ied di masjid sambil membagikan uang, saya mempersiapkan uang ribuan sebanyak 50 lembar.
Hidangan, Hidangan yang dipersiapkan dirumah untuk menyambut Lebaran kali ini adalah Brongkos, Opor ayam, Rendang Basah berkuah, Ketupat sembilan puluh biji, semua dibuat sendiri, sedangkan kue lebarannya membeli di blok M sebanyak 12 toples plastik.
Kunjungan Lebaran. Kunjungan lebaran baru dimulai setelah shalat Ashar, sore hari. sasarannya adalah senior, Bapak Mahasin, teman Ayah Almarhum sewaktu di Rohisdam XVI Udayana dahulu, rumahnya disini ada di kompleks AD Cibubur, 20 Km dari rumah. yang ikut kunjungan sore hari ini adalah Tyas, Yasin dan Astarinya tidak ikut kerena belum siap bajunya. Dirumah Pak Mahasin, Hujan menderas diirngi angin mengguruh. sambil menuinggu redahnya hujan silaturahmi bernostagia sewaktu masih berkumpul di Jalan Sudirman Denpasar Kompleks Militer. Informasi yang didapat, adalah menjelang beberapa hari memasuki bulan puasa, ibu Mahasin menelepon kerumah, rasanya sih hari minggu tiga hari setelah puasa, telepon itu tidak bisa dijawab dengan baik dari rumah mengingat telepon itu di Hp dari atas bukit diPemalang, Saat itu ibu Mahasin sedang ke Pemalang untuk membagikan bingkisan puasa dan lebaran berupa kain sarung dan beras dan uang sekedarnya atas nama yayasan yang dikelolahnya, dan saat itu teringat jikalau masalah air minum di desa itu belum tuntas sehingga ibu Mahasin menelepon kerumah, Idul Fitri saat ini lah baru bisa dibicarakan, Menjelang Rembang sore, hujanpun redah, secepatnya pamitan, ditengah jalan mampir shalat maghrib di musholah kecil di depan sebelum hero, memasuki rumah, kering, hujan tidak sampai di rumah.

Lebaran Hari Kedua
Senin, November 15. 2004, Setelah shalat shubuh ditetapkan hendak kemana hari ini, disepakati untuk pergi kerumah Hakim Agung Mayor Jenderal Purnawirawan Iskandar Kamil SH.dibilangan Slipi, Kebon Jeruk, Rawa Belong, Kompleks Perumahan Perwira Mabad. Persiapan, susahnya memberi makan Yasin, dengan segala cara dirayu kalau perlupun digendong akhirnya dimotivasi tidak akan pergi ke kebonjeruk ke rumahnya pak Iskandar jikalau tidak mau makan, akhirnya mau juga. jam 11.00 siang baru bisa berangkat, rombongan dibagi dua, Aswan anak pertama, Tyas yang nomer dua dan Astari yang nomer tiga, naik bus, sedangkan bayi Fifi, Ibunya dan Yasin bersama saya naik motor. Melintas jalan arteri Cibubur, Jalan Bogor- Jakarta, jalan Simatupang, Pondok indah, jalan arteri hingga ketemu jalan Slipi- Kebon Jeruk dan masuk pertigaan Rawabelong dan memasuki kompleks, Alhamdulillah dikejauhan arah depan telah terlihat berjalan perlahan Aswan Tyas dan Astari, Silaturahmi berjalan meriah, fifi yang melihat rumah luas berlari dan berlari sampai kekebon belakang, Hidangan lebarannya adalah nasi, rebung bambu dimasak padang, kulit kering di masak padang dan rendang terasa pedas sedikit, setelah itu sholat Dzhuhur dan jam 14.00 mohon diri, dibekali dua dos yang isinya akan dibuka dirumah, pulangnya posisi sama sewaktu berangkat, dan saya sempat ke POM Bensin dekat kantor untuk isi penuh tangki kendaraan. Sesampainya dirumah, hari hampir soreh, ternyata bungkusan dua dos itu isinya banyak kue lebaran coklat, gula-gula, susu milo, dan macam-macam lainnya yang mahal-mahal.

Lebaran Hari Ketiga
Selasa, November 16. 2004 Ke Ciledug, ke Ibu Nurjanah, orang Pengairan. keluar dari rumah setelah Shalat Dzuhur, posisi dirubah, Ibunya dan Fifi, Yasin dan Tyas naik bus, dari kampung rambutan naik pattas AC Kp Rambutan Ciledug, yang naik motor Aswan Astari dan saya, Setibanya di Ciledug, ibunya telah sampai duluan dan tidak terlalu lama, suasana silaturahmi pun sangat meria, bersamaan itupun ibu Nur didatangi saudaranya, adik suaminya beserta suami, istri anaknya dua orang, total jiwa dirumah itu dengan kedatangan keluarga saya ada 16 orang, hal ini terasa sewaktu makan siang, satu kali tanakan nasinya bu nur dikerubut sebanyak enambelas orang lantas ludes, des, des. setelah shalat Ashar mohon pamit, posisi pulang dirubah, Astari tidak mau naik motor, minta gabung dengan ibunya naik mobil bus, yang naik motor saya dengan Aswan. Pulangnya lewat Bintaro, tembus Ciputat, jalan Arteri Simatupang, Pasar Rebo, Cibubur dan langsung pulang, di Cileungsi Awan gelap sudah menggantung mohon doa, agar jangan dulu turun hujan sebab pakaian belum dimasukan, setibanya dirumah hujan baru turun dua tetes. Cepat cepat aswan ambil pakaian diatas, dan saya secepatnya menjemput ibunya dijalan, awan gelap sudah menyelimuti, hujan deras sudah turun, jarak pandang mata sudah meredup, basah kehujanan, motor susah dikendalikan jalanan licin sebab untuk beberapa meter harus melewati jalan tanah yang sangat licin, akhirnya sampai juga dijalan aspal dan sesampai diujung jalan terlihat ada orang yang melambaikan tangannya, apakah itu istri dan anaku pikirku, secepat itukah datangnya, ternyata setelah berusaha melihat dikeredupan sore menjelang petang dan maghrib lampu mati, terlihat secara samar bahwa itu bukan istri dan anaku tetapi orang yang sedang mencari ojeg, aku dikirain ojeg rupanya, memang ojeg sangat sedkit yang beroperasi. Shalawat Nabi terus aku kumandangkan untuk menjemput kedatangan istri dan ketiga anaku, hujan lebat sedemikian pekatnya, gelap menyelimuti, akhirnya yang ditunggupun tiba setelah 40 menit menunggu di ujung jalan. Menaiki motor untuk memasuki rumah dibagi-bagi, pemberangkatan pertama Yasin dan Fifi digendong Ibunya, sedang pemberangkatan kedua, Astari bersama Tyas.

Lebaran Hari Keempat
Rabu, November 17. 2004, Melihat yasin tergolek lemas, kecapaean, mengingat beberapa hari ini berpergian terus menerus. diparutin temulawak dan diperas dan diminumkan, kemudian staminanya yasin baik lagi. istirahat. setelah shalat Ashar melakukan kunjungan ke Kampung Rambutan ke rumahnya Pak Marsudi, yang ikut Aswan dan Yasin. Ternyata ibunya pak marsudi baru meninggal bulan Juli kemaren, sewaktu pak Marsudi datang ke Purworejo ibunya merasa sesak dadanya. dibawa ke dokter praktek dengan pak Marsudi, dan ditebuskan obat apotik yang mahal sampai Rp 500 000,- sesampainya dirumah diminumkan dan langsung lemas ibunya dan dibawa ke emergency lantas meninggal.Hal inilah yang menyebabkan mengapa pak Marsudi tidak pulang ke Purworejo.

Lebaran Hari Kelima
Kamis, November 18. 2004, Puasa Syawal hari pertama. Istirahat dirumah, Yasinnya belum semangat makannya, setelah shalat dhluha ambil daun beluntas beberapa lembar campur daun pepaya dan diblender dan diminumkan ke Yasin dan Fifi, dan terlihat reaksinya, ia mulai mau makan. Kunjungan lebaran kali ini diarahkan kedalam kompleks perumahan

Lebaran Hari Keenam
Jumat, November 19. 2004, pagi-pagi sudah menangkap buah mengkudu, dan di blender dan diminum seluruh rumah, baik Fifi dapat bagian juga, kemudian jam 08.00 berangkat kunjungan lebaran ke pak Bambang Praswil dikompleks Binamarga Cimanggis, yang ikut Yasin, Astari dan Tyas, Aswannya langsung dari rumah ke Stasiun Senen beli tiket. disini ternyata istrinya pak Bambang yang kurang fit, ternyata sakit Jantung. jam sepuluh ada berita dari Aswan jikalau Aswannya sudah hampir sampai di Senen, saya tinggalkan anak-anak dirumah pak Bambang untuk baca buku, dan saya menjemput Aswan ke Stasiun Senen, jalanan lancar kendaraan bisa dipacu agak cepat. setelah mendapatkan Aswan secepatnya pulang ke Pak Bambang dan secepatnya shalat Jumat, yang agak terlambat sebab Khotib sudah naik mimbar, siar yang disampaikan adalah Islam sangat mendukung Kebaikan dan kerohiman tetapi mengapa keniscayaan itu dilekatkan ke Islam. Makan siang dengan pak Bambang, istirahat sebentar, dan mohon diri, pemberangkatan awal yang diantar adalah Aswan diantar sampai Cibubur, sampai ketemu ankot yang ke Cileungsi, kembali lagi ke pak Bambang dan pemberangkatan terakhir yang ikut, Yasin, Astari dan Tyas naik motor. Malam harinya dilanjutkan kunjungan ke kompleks.

Lebaran Hari Ketujuh
Sabtu, November 20. 2004 yang berpergian hari ini adalah giliran ibunya, setelah dua hari dirumah aja, yangikut naik motor sekarang adalah Fifi, Ibunya, Yasin duduk didepan. berangkat jam 09.00. motor diarahkan ke Batargebang dan sesampainya di Kemang ternyata rumahnya pak Ukon Kusnaedi telah dijual.Kendaraan dilanjutkan lagi ke Kali malang lewart Bekasi, jalanan dipenuhi motor dengan keluarga. akhirnya tiba di Lampiri mampir dirumah ibu Sudiati, silaturahmi berjalan indah, Yasinnya terheran-heran kenapa diatas rumah yang sedang dikunjungi ini melintas berkali-kali pesawat terbang, habis dekat dengan lapangan terbang, Ibu Sudiati adalah teman istri saya sewaktu kursis mubalig di Masjid Al Ashar tahun 1999 dahulu. Ibu Sudiati bercerita jikalau jangan membaca Al-Quran mencari ayat-ayat tertentu saja, tidak boleh, dianjurkan untuk membeli buku di Senen, buku-buku Islam yang bisa dijual lagi dan untungnya adalah hasil kortingan yang kita dapatkan dari toko buku. Perjalanan silaturahmi dilanjutkan kekompleks Binamarga I Kalimalang, rumahnya bapak Soepadiyo, dahulu pernah kepala Dinas PU Jayapura, sama-sama ibadah haji tahun 1992, sekarang Widiaiswara dan pagi ini ia sedang membetulkan mobilnya sewaktu saya dan istri memasuki halaman rumahnya. Pem,bicaraan silaturahmi dirumah ini adal;ah sekitar sakit Thalasemia dan tambahan Yasinnya yang sekarang sudah menjadi Pasien. Silaturahmi dilanjutkan kerumah ibu Roslan Siregar, Janda Senior PU di Balai Pustaka Raya 22 Rawamangun, dirumah ini silaturahmi diwarnai sakit gulanya ibu Ruslan Siregar yang baru dikenai bulan Mei kemaren, berarti diusianya yang sekarang 60 tahun fungsi pankreasnya ibu Ruslan sudah tidak berfungsi, sebelum pulang sempat shalat dhuhur, makan siang dan diberi sajadah dan mukenah. Kendaraan diarahkan ke Blok M, sesampai di Blok M isi bensin dahulu kemudian ke Matahari, untuk mencari kortingan, kecewa berat ternyata barang yang dikorting telah dinaikan terlebih dahulu, bayangkan celana pendeknya Yasin saja dijual diatas Rp 100 000, dikorting 50 % jatuhnya limapuluhan, celana pendek limapuluhan ribu, aneh pikirku, penipuan ni. ketipu ni ye. Shalat Ashar di Blok M, Hujan berat. masuk rumah jam 18.30.
Fifi berjalan jalan di pelataran parkir Blok M, saat akan mengambil motor dibasement lantai dua, tiba-tiba istriku minta ijin akan membelikan celana pendek buat aswan yang akan berangkat besok hari minggu, saat istriku sedang mencari celana pendek, aku Yasin dan Fifi, bermain dihalaman parkir blok M, langit mendung udara meredup sejuk, Fifi dengan gembira bermain dihalam parkir yang luas tanpa terhalang, dibanding dirumah yang RSS Type 21.

Lebaran Hari Kedelapan.
Hiruk Pikuk di Pagi Hari
Hari minggu 21 November 2004. Shalat shubu baru usai, saya berjamaah dengan Aswan, tiba-tiba setelah shalat shubuh dia menghampiri ibunya yang sedang tidur dengan bayi fifi, Ma tanggal di tiket salah, saya kan berangkat tanggal 21 hari ini sedangkan di tiket tanggal 20 November, kemaren, ibunya bergegas melihat dimana keberadaan kalender tiket itu, dan terbaca secara jelas tanggal 20 November 2004, lho yang beli siapa, alasannya kan saya mau beli tiket langsung hanya ayah saja yang nyuruh hari jumat kemaren beli tiket dan diberi tiket yang berangkat hari sabatu tetapi hal ini tidak ada yang tahu, sampai diketahui tadi pagi seusai shalat shubuh, kemudia soal kacamata, saya mencari kacamata kemana-mana tidak ada, ternyata lensa kaca mata diketemukan di bangku sedangkan gagang kacamata diketemukan dibawah mesin cuci, lho kok bisanya, bagaimana peristiwa ini terjadi, susah dipikirkan, kemudian ban kempes sepeda motor, semalam memang masuk rumah dari silaturahmi lebaran jam 18.30 masih ada waktu shalat maghrib, ternyata ban kempes pagi hari. ini merupakan rasa syukur kok tidak terjadi semalam, coba kalau terjadi semalam dimana membawa bayi segala, kehujanan dan malam telah menyelimuti. Pgi hari saat kacamata telah diketemukan dan telah dirangkai kembali antara lensa dan gagangnya, ibunya hendak membelikan lauk pauk untuk bekal makannya Aswan dijalan, dan sewaktu mengeluarkan motor ban motor kempes, mendorong montor hingga ke tukang tambal ban dan ban dalam harus diganti, keluar dana Rp 21.000 ,- disaat sedang menanti tukang tambal ban bekerja, datang pula penderita ban kempes sedang mendorong sepeda motornya mendekati tukang tambal ban, ada teman pikirku, ternyata sipendatang bariu ini orang Batak,yang tambal ban orang Batak dan ramailah bahasa komunikasi yang digunakan, mengingatkan saya sewaktu bertugas ke Kotacane Juli 2002, udara di Batak dimana mereka dibesarkan adalah sangat indah, pasti melahirkan manusia-manusia yang berbudi tinggi, hal ini terlihat prilaku mereka terhadap saya, sangat berbudi halus, ramah, herannya mengapa mereka cepat berubah apabila situasionalnnya berbeda, pikir- pikir punya pikir, minumanlah penyebab mereka biss cepat berubah menjadi brutral membunuh berdarah dingin, padahal hakeklatnya mereka adalah orang baik- baik. tiba tukang tambal ban mengingat kan jiaklau ban belakang yang kempes sudah diganti dan siap berangkat kepasar, situasi cepat siang, Aswan akan berangkat secepatnya pagi ini mengingat ia belum punya tiket ke Surabaya, di pasar hanya belanja Tahu dan Ayam sekilo, pulang secepatnya dan diperjalanan sejauh 7 Km antara rumah dan pasar, banyak menjumpai pemudik yang baru memasuki kota jakarta dari arah Cianjur, yang paling menakutkan adalah hadirnya bus berbadan besar yang melintas dengan kantuk sang sopir kerena bekerja seharian, menjelang pagi memasuki Jakarta adalah waktu yang paling berbahaya. Tepat jam 09.00 Aswan saya antar ke jalan raya ,Tetangga-tetangga memberi dukungan atas keberangkatan Aswan, antusias ini terlihat sewaktu saya nmembantu aswan menukarkan uang seribu rupiah dirubah menjadi recehan seratus rupiah malahan diberi recehan segenggam setelah dihitung ada 27 keping ratusan rupiah, hal ini untuk mengantisipasi sikap brutalnya para pengamen jalanan yang beroperasi di gerbong kereta dengan paksa ia meminta penumpang untuk bersedakah kepadanya. Sete;lah Aswan diantar giliran Ibunya yang diantar hingga jalan raya, mengingat ibunya sangat bersemangat mengantar Aswan sampai ke Stasiun Senen, Tinggal saya dan empat anak dirumah, tidak kemana-mana, mengingat hari mendung dan situasi di jalan sangat ramai, khawatir kecelakaan lalu lintas aja, jadi ya dirumah aja, bermain dengan fifi. sore hari jam 17.00 ibunya datang memberitahukan jikalau Aswan telah berangkat dengan KA Jayabaya dan harus membeli tiket ulang. dapat tempat duduk 14 c gerbong ke 4 bisnis klas. harga Rp 100 000 ,-

Selasa, November 09, 2004

Puasa hari ke 25

Gagal Antrian di BCA Blok M
8 November 2004
Sepulang dari Itikaf malam ke 25 di Masjid At Tin Taman Mini Indonesia, badan sangat ngantuk sehingga masuk rumah jam 05,30 pagi langsung tidur, dan bangun-bangunnya jam 08.00 antar Istri bayar listri jam 0900 dan sampai dikantor dengan kemacetan siang itu jam 11,56 saat shalat Dzhuhur baru masuk dengan terdengar azannya. Sebelumnya memang harus ke batas ciledug dahulu untuk ganti olie motor yang sudah satubulan belum diganti sehingga masuk kantornya kesiangan, Belum sempat mendengar ceramah di Masjid, langsung keluar untuk mengejar kantor pos mengirm uang buat ibunda di Wonorejo Lumajang Jawatimur, bayar cicilan rumah di Cibeber Leuwiliang Bogor, Kemudian ambil antrian di BCA Blok M untuk membayar uangnya Aswan, eh ternyata yang antri luar biasa, lemes badan akhirnya antrian di tinggalkan. pulangnya ambil Donat yang sudah dipesan paginya eee sesampainya dirumah jumlah donatnya kurang. 

Puasa hari ke 26

Mengejar Kue Lebaran.
9 November 2004. Pagi-pagi setelah shalat shubuh, saya dan Aswan bergoncengan naik motor menuju kantor, perjalanan lenggang, Tetapi setelah melewati Plaza Cibubur di Kranggan disisi kiri terlihat serombongan orang dengan kendaraan motor diletakan seadanya dan sekilas terlihat ada lelaki gemuk berjiket merah pudar matahari berbaring, kelihatannya ia sebagai korban, saya tidak bisa berhenti terlalu lama, takut pasar kue di blok M tutup, lahian jarak yang harus ditempuh tersisa 35 Km lagi, Perjalanan kembali di percepat, sesampai di cibubur pompa bensin laju kendaraan agak terhambat, penyempitan dan pembuatan gorong-gorong air hujan, Kemudian kendaraan melaju kembali sesampai di pasar Cibubur lama, kembali terhambat kesibukan pasar pagi, selepas itu kendaraan melaju kembali, sesampai di Aldy Donut, mampir sebentar, komplain sebab kemaren memesan kue Donet yang satu bungkusnya berisi 18 donat kak setibanya dibuka diberikan satu bungkus isi 10 donut, kerena itu makanan jadi kita komplain biasa aja dan ditanggapi dengan baik dan diterima malahan saya pesan satu bungkus yang nanti akan diambil sepulangnya dari kantor sebanyak 2 bungkus. Kendaraan kembali berjalan dan sampai di blok M langsung pagi-pagi itu kekantor, kendaraan saya parkir di kantor, dan berjalan bergegas berdua dengan Aswan menuju pasar kue Blk M, Blok M pagi itu sangat kotor, sisa sisa kegiatan malam berupa sampah makanan berserakan dan sedkit menimbulkan bauh, belum terik matahari jadi belum terlalu bau, cepat- cepat kesasaran, biasa kalau di pasar kue pagi, sejauh mata memandang banyak kue basah dan kue kering, lauk an seperti ikan bakar dan ayam bakar belum lagi makanan palembang kalau bukan lagi mpek-mpek berserakan di mana- mana. Tawar harga kue, disepakati haga satu toples ukuran sedang Rp 10 000,- beli 12 toples dan dimasukan dalam dos, kemudian mengantar Aswan naik kendaraan Metromini tujuan Kampung Rambutan untuk balik ke Rumah kerena dari kantor kerumah harus neik kendaraan tiga kali, yaitu Blok M - Kampung Rambutan, dilanjutkan Kampung Rambutan Cileungsi, dan dari Cileungsi ke Gandoang, dari Gandoang kalau enak ya jalan kaki, tetapi bisa juga naik ojeg , jarak menuju rumah tinggal 900 meter lagi

Rabu, Oktober 27, 2004

Puasa hari ke 13 Ramadhan 2004


Rabu, 28 Oktober 2004

kemaren Selasa 27 Oktober 2004 Ke Mahkamah Agung memenuhi undangan Hakim Agung Iskandar Kamil, berangkat dari kantor jam 11.00 siang sesampainya disana sekitar jam 11.30, macet luar biasa, sewaktu memasuki kompleks memotong arus kendaraan di jalan veteran sangat riskan, bahaya sekali.

Pulang dari Mahkamah Agung ke Departemen Kelautan dan perikanan
meninjau rehabilitasi fisik bangunan utama, yang direhabilitasi adalah interior dan pembetukan ruang dengan pemasangan partisi sebanyak 7 lantai, pekerjaan sudah berjalan 30 %

Isnin, Oktober 25, 2004

Puasa hari ke 11 Ramadhan 2004

Senin 25 Oktober 2004
Hari ini mau ngaji ngelanjutin dari rumah, di musholah kantor e..e...e sudah ngaji sampai zus ke 13 pengeras suara masjid kantor dikerasin, saya sudah memberitahukan, bahwa ini bukan hari jumat, biarkan khusyu orang ngaji sambil menunggu waktu dzhuhur tiba, e.. suara tetap keras, terpaksa angkat kaki dari masjid, nanti datang lagi kalau sudah masuk dhzuhur aja.

Minggu 24 oktober 2004
puasa hari ke 10, buka puasa bersama dirumah tetangga depan ( pak Warsan ) acar dibuka hanya 3 menit sebelum buka puasa sehingga tidak sempat lagi untuk berbicara hal-hal lain, kecuali secepatnya berbuka.

Sabtu 23 oktober 2004
Baru datang dari Surabaya, setelah melihat aswan sakit cacar di RS Dr Sutomo Surabaya, tiba di stasiun Senen jam 08.00 dengan KA Ekonomi Gaya Baru Malam Selatan. Sepanjang perjalanan bisa meluruskan badan sebab penumpang sedikit, teman perjalanan seorang pecinta sepak bola berumur 60 th rumah di Tangerang habis nengok cucu di Surabaya, KA Ekonomi GBMS masuk Cirebon sudah pukul 03.00 pagi perhitungannya kalau lurus aja masuk Jakarta jam 05.00, tetapi kerena ini KA Ekonomi harus sering berhenti untuk mendahulukan KA yang lebih mahal lewat dahulu.

Jumat 22 Oktober 2004
pagi-pagi keluar dari RS Dr Sutomo, setelah semalam tidur di sana menemani Aswan yang sakit Cacar, dirawat dibagian Kulit di bangunan paling belakang, kondisi Aswan baik, cuma harus sabar dengan luka-luka eruption akibat cacarnya.Pulang ke rumahnya Mbah Ni di bilangan Sidotopo Lor Sekolahan, Sesampainya disana beli langsung pepaya, rencananya akan dibawakan ke Aswan sebentar lagi sambil pulang ke Jakarta, Pintu tak terkunci, acara hari ini ya pamitan untuk pulang ke Jakarta, pada Mbah Ni, Mbah Yah istrinya almarhum mbah Wardi, Bu Suti ibunya Catur yang paling setia merawat Aswan sakit,
Jam 09.30, membeli minyak San Hong, minyak urut cina yang disarankan oleh mbah ni untuk dibawa ke Jakarta buat sakit kakinya istri. minyak itu harganya Rp 4 300,- dan berkhasiat luar biasa untuk persendian kaki, obat gosok itu hanyak didapat di Surabaya saja.
Diantar Catur ke RS Dr Sutomo, ngelihatin Aswan sambil pamitan sekalian, kemudian diturunkan ke Stasiun Gubeng, saya langsung beli tiket KA Ekonomi Gaya Baru Malam Selatan Rp 38 000 ,- kemudian shalat Jumat di Masjid PDAM dan sekitar jam 13.40 KA Meninggalkan Surabaya, Udara panas luar biasa, Badan harus dikoordinir agar tidak bergerak luar biasa sehingga melemahkan badan yang lagi puasa. Buka puasa saat memasuki Stasiun Madiun. dan Sahur saat nmemasuki Stasiun Cirebon jam 03.00.

Kamis 21 Oktober 2004.

Masuk Surabaya Stasiun Gubeng jam 08.00 pagi, suasana sepi saja stasiunnya, keluar stasiun naik Line No F jurusan Sidotopo, sesampainya di Mbah Ni langsung mencari para Mbah-mbah yang usianya udah lanjut, buka bungkusan zakat yang mulai dibagikan buat mbah ni
Mbah Ni pakai baju kepanjangan sedkit, tetapi terpancar wajah kegembiraan dari raut tua diusianya 103 tahun sewaktu mengenakan baju baru panjang warna agak kecoklatan sebagai bingkisan idul fitri, diantar ibunya Catur ke RS Dr Sutomo untuk melihat sakitnya Aswan, Aswan kondisinya baik walau banyak bercak cacar di wajahnya

Selasa, Oktober 19, 2004

Puasa hari 5 Ramadhan 2004

Selasa, 19 Oktober 2004
Tiket kereta api, klas ekonomi, gayabaru malam, tujuan Surabaya sudah terbeli, tadi pagi dari rumah, habis nurunkan anak2 di sekolah, dan nurunkan ibunya di pasar, motor mengarah langsung ke Senen Stasiun, mengingat aswan sudah masuk rumah sakit, akibat terkena cacar. sedangkan tetangga di rumah yang sakit kanker rahim sudah dipulangkan kerumah sebab RSCM tidak sanggup lagi, artinya siap-siap untuk mati,

Isnin, Oktober 18, 2004

Puasa ke 4 ramadhan 2004

Senin 18 oktober 2004
Undangan rapat pembahasan laporan perantara perihal KPSM, setelah itu dapat berita jikalau Aswan harus masuk rumah sakit mengingat ia terkenan cacar di surabaya

Puasa ke 4 ramadhan 2004

Senin 18 oktober 2004
Undangan rapat pembahasan laporan perantara perihal KPSM, setelah itu dapat berita jikalau Aswan harus masuk rumah sakit mengingat ia terkenan cacar di surabaya

Rabu, Oktober 13, 2004

dua hari sebelum puasa Ramadhan 1425/2004

disaat jalan itu menyempit dikirikananku berjajar kendaraan roda empat tidak sih membahayakan aku merasa tenang aja aku merasa bersyukur sejauh ini aku masih merasa dekat pada Allah hari ini aku bisa berzakat tahun ini duajuta limaratus empat puluh lima ribu rupiah dua puluh ribunya langsung kuserahkan pada pengurus masjid kantor, hak nya dia untuk gembira menghadapi bulan ramadhan

Isnin, Oktober 11, 2004

Melepas Nyawa Kucing

Senin 11 Oktober 2004
Tiba- tiba saja kucing di gang sempit di pinggir sungai, dijalan potong yang selalu saya lewati untuk memutus kemacetan yang berkepanjangan, lewat diantar dua roda sepeda motorku, tak terelakan iapun terlindas, akupun sesaat kemudian berhenti dan membelokan balik dan terlihat kucing itu sedang menderita berat, aku hampiri, aku jongkok disampingnya dan aku elus-elus sambil kubaca doa istighfar mohon ampun pada Allah, janganlah hamba menjadi orang yang zholim, hingga nyawa kucing itupun merenggang setelah kuraba mendingin ia kuangkat kumakamkan disungai yang sedang mengalir deras, efek yang ditimbulkan adalah kusadari jikalau gang sempit ini banyak anak, sehati-hatinya berkendaraan pasti ada sialnya, jadi lebih hati-hati, kemudian setelah mendaki 60 derajat untuk mencapai jalan normal, aku ke bengkel stel veleg motor yang sejak hari jumat 8 oktober 2004 sepulanglangnya dari service motor di jembatan lima kawasan kota Jakarta, baru diketahui jikalau vlegnya tidak stabil perlu di service, ternyata yang mensevice adalah orang dari Lumajang juga.

Minggu 10 Oktober 2004.

Kepasar pagi itu bersama istri, mengingat akan memasuki minggu menjelang bulan puasa, berarti kenaikan harga tidak bisa ditawar lagi
nawar kerupuk seberat 5 kg minta 50 000 rupiah, disepakati membeli 2 kg saja, belanja macam-macam keperluan dapur jikalau bisa ya sampai puasa.
sepulangnya dari pasar, kerjabakti warga memasang portal jalan depan rumah, untuk membatasi gerak pencurian kendaraan bermotor, terutama menjelang puasa dan hari raya, sering maling-maling belia bereaksi di rumah-rumah warga, saya kerja bahkti sambil menambal kamar mandi yang dindingnya lobang digerogoti tikus, seharusnya kamar mandi ini sudah harus diganti, sudah lewat lima tahun digunakan, tapi soal uang saja sampai kamar mandi ini melunak sehingga bisa digigit tikus,
siangnya kekuburannya adiknya ayah almarhum. lik Dharmo, yang dimakamkan di Klender, sesampai diklender ternyata pemakaman tidak bisa diperpanjang, sebab tidak ada surat kematian, dan memang saya bukan warisnya, saya disuruh berbohong dengan polisi supaya diberikan surat keterangan hilang surat pemakaman itu, apa urusan makam saya disuruh berbohong, saya bukan warisnya, hanya saya peduli pada keluarga almh ayah saya dan saudara2nya saya datang untuk memperpanjang pemakamn paman saya, saya tidak mau berbohong, kalau tidak bisa diperpanjang ya tidak apa-apa, yang jelas saya sudah mempersiapkan uang perpanjang 3 periode itu sebesar 250 000 rupiah, kalau ditolak ya bukan jodohnya pikirku, aku pulang dari pemakan bersama istri, bayiku fifi dan yasin, kendaraan melaju menuju pusat belanja GIANT di Bekasi, di pusat perbelanjaan itu makan es krim dan ayam panggang dimakan beramai-ramai untuk menjelang bulan puasa. es krim habis 1 liter dan ayam panggang putar 1 ekor. dibumbui kecap.

Sabtu 9 Oktober 2004

undangan perkawinan tetangga, yang hadir anak saya dan ibunya, malu kalau yang hadir banyak-banyak, acaranya sederhana saja
sepulangnya dari perkawinan pergi ke kuburannya adiknya Ayah alm di Klender, Shalat Ashar di Masjid perempatan Lampiri, sesampai dikuburan ternyata kuburannya adiknya ayah saya itu tidak terawat, dibandingkan kuburan yang dikiri kanannya semua serba rapi. dan lebih fatal kuburannya belum pernah diperpanjang sekarang sudah tiga periode dan menghabiskan dana 250 000 rupiah. kebetulan tidak bawa uang jadi ya hanya sekedar pengetahuan aja.

Rabu, Oktober 06, 2004

Sujud Tilawah

Surah Al Sajadah.
Kembali ayat - ayat sakti dalam surah Al Sajadah ini aku buka, sebab hidupku ini sebenarnya rapuh, hanya Allah semata yang bisa mempertahankan diriku hingga detik hari ini, dada ini terasa sesak setelah menerima telepon dari Aswan anakku yang ada di Surabaya lagi kuliah Program Kelautan yang pagi kemaren ia ada di RS Karangmenjangan Dr Sutomo, kerena sakit Dadanya, kemungkinan Paru-paru. Pagi shubuh ini aku menghaturkan sujudku pada Allah untuk menolongnya, aku sempat menelpon ibuku yang ada di Wonorejo kalau sempat dan sehat untuk menengok Aswan di Surabaya, Kumelihat langkah-langkah kakiku yang sarat dengan beban, tetapi beban itu kuminta tolong Pada Allah semata untuk mengangkatnya. Didalam surah Al Sajadah ini di ayat 15 nya, apabila kita membacanya sampai disitu kita harus sujud tilawah, membesarkan nama Allah dan sekalian memohon ridlo Allah terhadap permasalahan yang kita hadapi.

Isnin, Oktober 04, 2004

Pasar Uang

Jumat 1 Oktober 2004.
Undangan melalui e-mail ku dari PT Pasific duaribu future mengharapkan hadir untuk acara seminar terbatas, perihal prospek pemasaran Pasar Uang di gedung Chartered Bank lantai 18. saya berangkat dari kantor jam 13.00 seusai shalat jumat dikantor dan makan siang bersama Pak Roslan Zahris, Pak Purwono yang dahulu pernah di Irian Jaya. Berangkat naik Kopaja No 19 tujuan Tn Abang, perhitungannya kenapa tidak naik spd motor adalah jikalau naik Kopaja bisa santai sedangkan jam begini kalau naik spd motor polisinya kejam amat sedikit melakukan kesalah bisa kena tilang, apalagi akan melewati jalan utama. eh eh eh ternyata sopir kopaja tidak tahu yang mana namanya gedung Chartered Bank terpaksa turunnya kelewatan, dan harus tanya sana sini kemudian baru diberitahukan oleh sesama pejalan kaki jikalau gedung yang saya maksud itu terletak dibelakang bangunan Wisma Dharmala, akhirnya samapi juga saya di lantai 18, suasana kantor banyak generasi muda yang terlihat amat gentol dengan soal keuangan, ternyata di dalam sudah ada undangan yang duduk, seorang pendeta yang memegang keuangan gereja Methodis, namanya Pak Edi, sudah tua sih, dia banyak mengenal rekan sejawat di Kimpraswil, dari Menteri jamannya pak Radinal sampai Pak Roslan Zahris yang tadi siang seusai jumatan makan siang bersamanya, Acara dimulai jam 1400. dan betul dugaannku akan membicaranakan malasalh harga-harga saham, harga saham yang menjadi andalan adalah Hongkong Stock Index HSI kemudian Japan Stock Index SNI dab Korean Stock Index Kospi. saya harus mengeri dimana dan jam berapa hari apa nilai saham saham tersebut yang terlihat garis birunya yang artinya sedang turun indexnya dan harus membeli dan di jual setelah indeksnya berwarna merah, ada suatu konsep yang diberikan oleh si trainer gratis pak Hary Manupputy yang orang ambon tapi lama tingga di Jakarta, konsep tersebut adalah harga itu selalu berulang, harga itu tidak ada yang baru, tetapi ada kalimat kunci tyang mengikat kalau mau ikut dalam pasar uang ini modalnya minimal adalah 100 juta rupiah, hebat hebat darimana uang itu, bisa dikumpulkan dari beberapa orang, bisa sepuluh orang bisa 20 orang tergantung koordinatornya, tetapi yang penting ambiol kesem[patan ini dalam konteks latihan kemudian pasarkan diri barangkali ada pemilik modal 100 juta yang mempercayai kemampuan kita membaca angka-angka saham dan dipercaya kita untuk menggerakan uangnya. acara berakhir jam 17.00 dan masuk kekantor jam 17.30. tunggu shalat mahgrib dan baru pulang kerumah, masuk rumah jam 20.30, diterjang hujan di 15 km sebelum masuk rumah.

Khamis, September 30, 2004

Nisfu Syaban

Semalam dirumah alhamdulillah bisa menyelenggarakan nisfu syaban, yang berarti tinggal lima belas hari lagi akan datang bulan puasa ramadhan yang ditunggu. tunggu, undangan yang datang tidak banyak tidak lebih 15 orang, ada pak Kosim yang tidak mempunyai kedua kaki, ia datang dengan kursi rodanya, datang sebelum magrib, kemudian disusul ibu-ibu pengajian yang istiqomah menyantuni yatim di lingkungan kompleks, acara berjalan lancar, saya sendiri bertindak sebagai imam doa dan shalat, hidangannya beli sate 60 tusuk Rp 30 000, beli semangka berat 6 Kg Rp 9000,- Beli mie ayam 4 bungkus Rp 10 000,- air minum gelas 1 dos Rp 10 000,- semua berjalan lancar, hidangan habis laris, acar berakhir jam 20.00.

Selasa, September 21, 2004

Liburan tiga hari

Pekerjaan Tambahan.
Ada suatu pekerjaan tambahan bagiku, jikalau aku makan, adalah menyuapi Yasin, anakku yang baru 2 bulan menderita thalasemia, setiap makan selalu merupakan pengalamana yang pahit, sebab dirinya sangat tidak bahagia dengan acara makan, makannya selalu beberapa sendok, yang secara teoritis sangat tidak bisa mengimbangi kegiatan hariannya, sehingga yang akan dimakan adalah badannya sendiri yang akibatnyanya adalah Hb darahnya akan turun, okeylah kalau dengan suapan tanganku ia mau makan, ayo makan nak, kemaren pada tanggal 20 September 2004 pada saat pemilu Presiden putaran ke dua, anaku Fifi yang 1,5 bulan ikut, dan oleh-olehnya adalah jari kelingkingnya dinodai dengan tinta pemilu, selanjutnya pada saat acara tidur beberapa jam berikutnya, tangan yang ada tintanya di kemut/dikulum di bibirnya sehingga bibir bayiku membiru kena lunturan tinta pemilu,
Megawati Kalah
Sesuai dengan perkiraanku, ia akan kalah, banyak peluang yang telah ia pegang tetapi tidak dimainkan secara cendekia, aku bisa melihat anaku dengan mainannya, kadang ia mampu memainkannya tapi paling banyak ia tidak bisa memainkannya, terkadang kekuasaan itu membelenggu kreatifitasnya, sekarang setelah hasil pemilu diumumkan fair, mega kalah, saya yakinpun ia akan secara itelektual akan melangkah tanpa harus didampingi kaki tangannya yang kebanyakan adalah menyelamatkan dirinya sendiri. apakah hal ini akan berlaku sama pada pasangan SBY dan JK, mudah-mudahan tidak, kasihan, bangsa ini hanya dijadikan percobaan.

Selasa, September 14, 2004

Bom meledak

Saat itu kamis 9 September 2004, jam 10.20, telivisi diatas bed RSCM dimana dua anakku lagi ditransfusi, menyiarkan terjadinya ledakan hebat di depan kedutaan Australia, saya tidak terlalu menanggapi berita itu, sebab mataku tertuju kuat pada saluran darah yang menghubungkan dua tangan anaku ke labu darah, aku takut terjadi emboli/masuknya udara dalam darah yang mengakibatkan fatalnya kehidupan pasien. Tetapi tidak lama kemudian banyak pasien yang berdiri untuk melihat telivisi diatas anaku berbaring, ada ledakan dahsyat, ada ledakan di kuningan, akhirnya salah seorang orang tua pasien bnerdiri diatas bed meraih televisi mencari siaran yang lebih jelas perihal ledakan di depan kedutaan australia, akhirnya antv yang didapat menyiarkan puing kehancuran akibat ledakan, masih adakah ledakan yang menghancurkan manusia-manusia tidak berdosa, pikirku,

Isnin, September 06, 2004

Walimah Perkawinan Keluarga yang terkenan Thalasemia

Walimah itu sangat penting bagiku, bagaimana ia bisa menghantarkan anaknya hingga ke jenjang perkawinan, sambil membesarkan anaknya yang lain yang terkenan thalasemia, Undangan ini datang dari Janda Almarhum Pak Haris, sesama anggota POPTI, ia mempunyai dua anak laki, yangh besar ini yang lagi menikah namanya kunce sedangka adiknya dida yang sedang menderita thalasemia dan sekarang kuliah di Universitas Pancasila, Hebat bagiku, belum tentu aku bisa begitu, atau siapa tahu,
Didalam walimah perkawinan itu, Yasin kubawa serta bersama ibunya, sambil menghibur dirinya untuk jalan-jalan dihari minggu melihat kesibukan Jakarta, betapa rewelnya yasin terhadap segala makanan, ditolaknya semua, nafsu makannya berkurang dan wajahnya memucat.
Didalam Walimah perkawinan itu saya bertemu dengan sekretaris Popti Pak Andri Hasan, ia telah kehilangan istri tercintanya dan seorang anak ( penderita Thalasemia ) si Dessy, pembicaraan terasa hangat sebab lama tidak ketemu, dan sama2 tergenang dalam duka nan tak padam

Isnin, Ogos 30, 2004

SPH


Pembukaan SPH
Acara pembukaan Surat Penawaran Harga atas Rencana Rehabilatsi dan Renovasi bangunan Departemen Kelautan dan perikanan pada tangga 27 Agustus 2004 jam 14.00. Acara diikuti dengan lima pemborong yang ikut dalam pemasukan SPH, acara diaili lengkap dengan ketua Panitia Pelelangan, Saya sebagai mewakili Kimpraswil sebagai pengelolah teknis ikut hadir dalam acara itu, beberapa keganjilan yang terjadi, suatu kesalahan yang terjadi pada sampul SPH dari pemborong yang pertama sampai pemborong yang ke Lima mengapa kok sama, kesalahan itu ialah tidak memberi nama pada tujuan surat diposkan.
Acara dilanjutkan dengan evaluasi dari lima SPH yang masuk, tempat evaluasi dilakukan di mess SDM Departemen Pertanian Pasar Minggu Jakarta Selatan. Berangkat dari Gedung Departemen Kelautan dan Perikanan setelah shalat Ashar, melewati Cikini, Salemba, Jatinegara, Celilitan, Pasar Rebo dan Pasar Minggu sampai di mess SDM sekitar 30 menit sebelum adzan Maghrib berkumandang, disediakan kamar, saya menempati kamar no 3, mandi tanpa sabun, kulihat handuk telah tersedia, tetapi tidak ada air minum, setelah mandi istirahat nonton TV sambil menunggu peserta rapat yang lain datang, menjalang maghrib terdengar banyak suara diluar yang menandakan jikalau peserta rapat sudah datang dengan kendaraan roda empatnya, suasana dipecahkan dengan adzan mahgrib, diambil kesimpulan untuk melakukan shalat maghrib berjamaah, setelah shalat dimulai pembicaaraan awal perihal persiapan rapat sebentar lagi, setelah shalat isya dan makan malam segala, acara evaluasi untuk mendapatkan seorang pemborong yang dimenangkan dan seorang pemborong yang dijadikana pemenang cadangan pun dimulai.
Rapat berakhir jam 22.00. saya tidak berniat untuk menginap, kukendarai motorku untuk meninggalkan mess SDM Pertanian Pasar Minggu, sedangkan kawan-kawan dari Departemen Kelautanm dan Perikanan tetap bertahan sampai tercetak pekerjaan semalam itu, kendaraan melaju melewati Pasar Minggu yang malam itu masih tersisa kesibukan malam, kendaraan mengikuti arus kendaraan yang melaju kearah kanan menuju Depok, kemudian dipertigaan saya memilih ke kiri, shalawat rasul selalu berkumandang, dikegelapan malap kumelihat ada pencegatan yang dilakukan oleh dua orang polisi, Alfatiha masih aku dzikirkan dan dua orang polisi itu menangkap dua motor yang berjalan didepanku, Alhamdulliallah aku masih melenggang tenang tanpa menambah kecepatan, peristiwa ini terjadi di sekitar Rumah Sakit Pasar Rebo, saya tahu jikalau operasi tersebut tidak terpadu, saya anggap seorang polisi yang mencari tambahan dengan mengenakan baju seragamnya. jikalau pas mendapatkan kendaraan bermotor yang tidak dilengkapi surat2.
Rumah kudapatkan jam 24.00 tengan malam, setelah mampir sebentar kepada rekan-rekan yang jaga malam untuk memberikan beberapa genggam kacang goreng cap garuda yang saya bawa dari rapat.

Jumaat, Ogos 27, 2004

Orang Gila Di Jalur Bus Way

Orang Gila Di Jalur Bus Way
Pagi yang cerah, dikeramaian kendaraan yang hendak kekantor, disekitar lapangan Bayangkara Jakarta Selatan dekat Mabes POLRI, lelaki gila menari-nari ditengah jalan busway, orang gial semakin hari semakin banyak saja kurasa, baik dari yang gila akan jadi, belum terlalu gila atau calon gila sampai yang gila beneran, nah ini dia, yang gila beneran sedang menari ditengah jalan busway, saya lagi bermotor hendak kekantor, apakah didepan saya akan terjadi hilangnya nyawa seorang ditobrok busway yang memang jalannya akibat kegilaan pada jiwanya, akh jangan akh, akhirnya saya melambatkan laju kendaraan saya untuk memberi tanda agar busway merah yang baru keluar dari terminal Blok M, mau memperhatikan, atau melambatkan sehiongga orang gila itu mau minggir, naik dalam trotoar, akibatnya tot tet tot tet klakson kendaraan dibelakang saya bersahut-sahutan mengingatkan saya untuk segera melaju, akhirnya orang gila itu mau minggir ke trotoar, dan saya langsung kekantor.

Rabu, Ogos 25, 2004

POPTI

Rabu 25 Agustus 2004.
Siang ini saya menyempatkan diri ke RSCM untuk mencari Evion vit E dan Asam folat untuk Tyas, sambil mengembalikan alat syringer Driver yang aku pinjam beberapa minggu yang lalu, sambil alat yang kumiliki sendiri sedang ngadat jalannya, sewaktu kutanya Kuwat orang yang dipercaya untuk mengurus semua keperluan POPTI ternyata alat saya yang saya percayakan untuk direperasi, belum katanya menunggu utusan dari orang reperasi yang akan datang mengambil barang. sementara itu Kuwat mengabarkan jikalau pak Ruswandi ketua POPTI ada didalam ruangan, sedang berbicara dengan dokter Bulan Ginting, ku ketuk pintunya dan begitu ruang terbuka aku disambut asap rokok yang pekat mengelembung dalam gumpalan besar. Ini di ketua POPTI yang telah meninggal Putranya beberapa tahun yang lalu.
Memang dalam persyaratan POPTI yang berhak menjadi anggaota adalah orang tua penderita, yang jadi pikiran saya, kalau sipenderitanya telah meninggal apakah ia tetap menjadi ketua, sebab bagaimana memperjuangkan suara hati pasien Thalasemia jikalau ia sendiri jauh dari tangis anak yang minta susu, sedangka si anak tidak mau makan, yang akhirnya akan menurunkan Hbnya dan untuk memperpanjang hidupnya terpaksa di tranfusi,
Setelah panjang lebar berbicara, saya menguraikan mengapa sekarang pasien dibebani rawat ruang sebesar Rp 30 000 sehari, darah Rp 65 000 se buli kira-kira 180 cc. belum lagi biaya administrasi sekali masuk Rp 30 000,- belum transport ke RSCM.
Kesimpulannya adalah Yayasan tidak bisa menolong meringankan penderitaan saya, okey, jawabku, masih ada orang lain yang akan menolong.itu adalah keyakinanku, sewaktu aku keluar dari ruangannya aku disodori undangan pernikahan salah seorang anak thalasemia laki-laki, wah ini harus didukung kataku, ada pasien dipelihara sejak kecil kemudian besar menikah, alangka bangga orang tuanya, yang diundang seperti diriku harus datang. harus
Ada lagi yang terucap dari diriku dalam ruangan pertemuan dengan Ketua POPTI ( Persatuan Orang Tua Penderita Thalasemia Indonesia ) mengapa tidak ada tindakan nyata untuk meredam penyakit ini secara kenegaraan.

Sesak dada


Apabila engkau merasa sesak dada ini
memikirkan kehidupan yang tak dapat engkau raih
sebutlah nama Tuhanmu yang menciptakan dirimu
tanpa kau kehendaki
berarti Allah semata yang berkehendak
dua anakku tergolek dengan derita Thalasemianya
yang selalu bermasalah dengan makannya
dengan gizinya
hanya untuk sekedar Hbnya tidak turun drastis
yang seorang di Surabaya
mulai melangka menjadi mahasiswa
dengan kebutuhannya yang luar biasa
dari uang pendaftaran yang 4,5 juta
belum ini dan itu
sesak dada ini
akankah berakhir kehidupan ini
semangatku masih tinggi
Shubuh menjelang,
saya bergegas dengan istri lari kepasar
untuk mengejar gizi dan kualitas sayur yang baik
tiba-tiba lampu padam
gelap gulita hingga ke kota kecamatan cileungsi
motor kukendarai diiringi tangis bayiku
yang tak hendak berpisah dengan ibunya
akhirnya kudapat
dan bergegas pulang untuk diolah dalam waktu 10 menit
sebab anak anak tak mau terlambat
saat waktu dlhuha tiba
kendaraan meluncur membawa anak2 sejalan dengan kekantor
sehingga mampir ke masjid Cibubur
untuk mengerjakan shalat dlhuha
shalat yang selalu mendapat perhatian istri rasul
pada saat Rasul mengerjakan dlhuha/ siti aisyah berkementar
sangat indah shalatnya rasul

Mahalya biaya Kuliah
memang mahal ilmu pengetahuan itu
kulepas Aswan di Surabaya
dengan melihat mahalnya suatu Ilmu
Alhamdullillah masih ada biaya untuk itu
sehingga janganlah engkau sia-siakan pendidikan itu
raih terus kehidupan
hingga ajal merenggang
jangan takut sesuatu yang akan menghadang
dirimu tergembleng dengan penderitaan
membaca berita kemaren
seorang mahasiswi baru
yang mencoba mencari tempat kos
ternyata harganya satu juta keatas
mengapa jogjakarta semahal itu
mencari tempat kos yang mewah sekarang di jogjakarta lebih muda
daripada mencari tempat kos yang seratus limapuluhan
bagaimana peran pak bambang sp
yang diangkat sebagai orang nomer dua setelah gubernur DI Yogyakarta
yang sangat getol mempercantik kota jogja
sehingga jogja sangat kenes sekarang

Air Got disiramkan ke Jalan

suatu hal yang sangat kubenci
sebab percikan halusnya
mengenai mukaku
akibat mobil yang melaju didepanku
rodanya memercikan air got yang disiramkan ke jalan
disaat kemarau ini
dimana-mana kulihat dan kunikmati
air got yang disiramkan ke jalan
ku ingat
kebiasaan seseorang dengan pola penyakit
untungnya aku sering melindungi diriku
dangan sapu tangan yang kuikat erat di hidungku
air got yang disiram ke jalan
merupakan kebiasaan masyarakat jakarta
mengkilah kemarau yang memanas

Selasa, Ogos 24, 2004

test

terdgfg mn,dn m,f nmjf jjbf

Lelaki bersaudara tigabelas

Lelaki usia 65 tahun itu berbadan gemuk, duduk memanjangkan kakinya di kereta Gaya Baru Malam Ekonomi jurusan Surabaya yang saya naiki bersama Yasin siang hari jumat 20 agustus 2004.
Kereta ekonomi ini sangat populer dengan harganya yang murah, saya hanya mengeluarkan uang 67 000 berdua dengan anak saya sudah tiba di Surabaya. Lelaki itu adalah pensiunan, ia berombongan bertujuh jiwa di kereta ini, akan ke Solo untuk menghadiri pernikahan adiknya yang ke 9, ia keluarga dari Palembang Sumatera Selatan. Adiknya, menikahkan putrinya dengan seorang putra Solo. ia banyak berceritra tentang kesehahatan, dan penyakit darah tinggi yang dideritanya, diceritrakan pula tentang kebiasaan saudara-saudaranya yang sangat menyenangi kecendekiawanan, ditunjukan dengan salah seorang adik perempuannya yang berputra tujuh orang dan dibesarkan sendirian sebab dia ditinggal mati suaminya sewaktu anak-anak masih membutuhkan hadirnya sang ayah. Sewaktu ku tanya dari palembang dan dari OKI aku cukup memaklumi semangat hidupnya yang tinggi, saat jam 00.15 hari Sabtu 21 agustus 2004. mereka bersiap-siap hendak turun ke kota Solo, yang jadi debat antar mereka adalah kereta api ini berhenti di Stasiun Balapan atau Stasiun Jabres, sebab hal ini berpegaruh pada jemputan yang siap. Pada saat kereta berjalan perlahan dan berhenti di stasiun Solo Jabres mereka turun bertujuh, dan saya menggantikan tempat dudukya untuk ditiduri sampai Surabaya, rencananya masuk Surabaya jam 5.45 pagi. Yasin tidur sendiri dibangku yang berisi dua jajaran kursi.

Surabaya



Perjalanan Ke Surabaya. 20 Agustus 2004
diawali dengan bergegas kepasar bersama istri untuk membeli lauk yang akan dibawa naik kerata, kemudian dilanjutkan dengan mencuci pakaian yang telah dua hari numpuk, saat anak-anak minta antar ke sekolah, energi sudah habis, berangkat aja tanpa bapak yang mengantar.

Perjalanan itupun dimulai,berangkat dari rumah 08.30 tiba distsiun Senen jam 10.30. jam segitu yang duduk menunggu datangnya rangkaian kereta sudah banyak, membentuk gugus-gus dan kelompok-kelompok
Kereta Api akan memasuki stasiun jam 12.10 menurut tiket.
Terakhir saya naiki Kereta Gaya Baru Malam Ekonomi Jakarta Surabaya pada Pertengahan bulan Januari 2000, sewaktu tertinggal kapal yang hendak ke Tual Maluku Tenggara, sesampainya di Surabaya jam 05.30 sedangkan kapal merapat di dermaga Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya jam 11.00 siang.

Perjalanan kali ini bertujuan mengantarkan Aswan yang diterima di ITS Kelautan untuk mengenal kota surabaya dan melihat potensi potensi yang bisa melancarkan pendidikannya.
Tiba di Surabaya jam 05.45, dijemput oleh sopirnya Pak Yatno yang jadi Kepala Pusat Pendidikan Dan Latihan Wilayah Surabaya.
Kendaraan diarahkan menuju ke Pelabuhan disebabkan Kapal Tidar yang dinaiki Aswan dari Makasar sudah mendarat di pelabuhan Tanjung Perak Surabaya. Betul juga tidak beberapa lama saya berdiri didepan pintu keluar para penumpang, aswannya sudah muncul dengan membawa ransel dan dua bungkusan dos di tangan kanan dan kirinya.




Kendaraan jemputan keluar dari pelabuhan menuju ke kompleks perkantoran Kimpraswil Gayung Kebonsari Surabaya, setibanya dipenginapan dikeluhkan dengan rasa lapar yang luar biasa dari Aswan dan Yasin.

Sabtu 21 agustus 2004

Institut Teknologi Sepuluh November Surabaya

Rasa lapar mengantarkan saya dan dua anak ku ke rumahnya mbah Ni, di Sidotopo Surabaya. sebab sepanjang jalan sewaktu keluar dari kompleks Kimpraswil di Gayungan belum ada kedai yang buka. dari Gayung kebonsari naik angkot ke Jayoboyo, dan dari sana melanjutkan angkot letter F ke Sidotopo, sesampainya di Sidotopo disambut dengan gembira, walau rumahnya kecil
Mbah Ni sebagai Induk yang menurunkan banyak keluarga di sini adalah adik misan dari mbah Sahut Wirosudirjo ( Mbah Sep Kereta Api Tempeh Lumajang ) Almarhum. Mbah Sahut alm adalah mbah langsung saya berarti Buyut anak2anakku. Mbah Ni mempunyai beberapa anak antara lain mbah Yah, Mbah No, Mbah Min, Mbah Parman ( alm ) Mbah Wardi suami mbah Yah, mbah Glundung yang terkecil.
semuanya membentuk komunitas di Surabaya.
Mbah Ni diusianya yang 97 masih sanggup mengingat diriku kemudian mencoba mengenal anak ku Yasin dan Aswan, sebelumnya Yasin dan Aswan pernah juga datang kesini. kita bertiga dipersilahkan untuk ikut makan pagi, dan tawaran itu tidak ditolak.
Tiba adzan Dzhuhur berkumandang saya bertiga minta diri untuk shalat di masjid pasar Sidotopo dan setelah dipersilahkan, saya menjumpai jamaah Masjid saling melempar pandang yang cukup bagi saya menyiratakan sesuatu, ternyata di masjid ini sehari sebelumnya telah dilakukan penangkapan pada seseorang yang telah menyembunyikan teroris malaysia Ahmad Top dan Dr Asyari, sehingga aku maklum pandangan mereka pada hadirnya aku dan dua anaku di masjid itu menimbulkan tanda tanya,
Setelh itu mohon diri untuk pergi ke Sukolilo, dimana kampus ITS berada,
dengan menaiki kendaraan angkat dari Sidotopo menunju Kampus ITS Sukolilo, waktu tempuhnya sangat lama, kerena rute angkotnya panjang. turun dikomplek ITS di pintu masuk dekan dengan Perumahan Dosen.
Berjalan di sing hari, dengan panas terik yang menyengat, hanya untuk mengetahui di mana bangunan tempat mendaftar ulang berada, kiri kanan jalan kampun penuh dengan parit, trotoar belum tertata rapi, 1500 m setelah dilewati dengan berjalan kaki bertiga sampai di pusat management kampus tempat pendaftaran. kemudian menannyakan pada Satpam mana jalur angkot yang singkat menuju joyoboyo, terminal angkot dalam kota Surabaya.

Angkot Letter P

Ankot ini tidak lebih dari pada seperti angkot yang lain, berwarna kuning keputih-putihan, biasa didalamnya terletak bangku duduk yang memanjang dan nempel di dua sisinya. Angkot ini yang mengantar aku bertiga bisa keluar dari ITS setelah berjalan 1000 m dari pusat management
Angkot ini sangat erat hubungannya dengan para mahasiswa, naik angkot ini dan pasti akan berjumpah dengan para mahasiswa, banyak yang saya lupa tentang Surabaya, tetapi naik angkot ini mengantar kenangan yang lama hilang,
Tanpa sepengatahuan saya Angkot ini melewati Ngagel Jaya II Kompleks perumahan mas Ajar Sanjoyo.
luar biasa akan diputuskan turun atau tidak, akhirnya turun juga, saat itu jam menunjukan jam 14.30. panas menyengat kota Surabaya terasa dikulit, jalan yang hancur kerena terkena genangan air sewaktu hujan.
Tapi memang jalur P ini adalah hubungan terpendek antara Terminal Joyoboyo dan ITS Sukolilo