selamat berjumpa semoga tidak marah-marah

Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka hanya menipu diri sendiri sedang mereka tidak sadar. (QS. 2:9)

In trying to deceive GOD and those who believe, they only deceive themselves without perceiving


Jumaat, Disember 17, 2004

Kendaran sewot lagi, dinamo staternya

Kereta Api Beratapkan MAnusia

Kamis 16 Desember 2004. Sore hari, saat metromini jurusan Ciledug yang saya naiki, melintas diatas jembatan layang kebayoran yang dibawahnya terdapat stasiun kebayoran lama, terlihat manusia yang memenuhi semua bidang datar atap kereta api yang hendak menuju keluar kota Jakarta, sekilas memang berani, tetapi hal ini mengundang bahaya, tetapi, kalau seseorang dihadapkan pada pilihan yang serba sulit, hal paling berbahayapun dikerjakan juga, contohnya orang indonesia yang bekerja di irak untuk menjadi sopir angkutan kendaraan petikemas yang jelas memuat senjata peperangan AS, ternyata banyak orang Indonesia yang berani mengambil pekerjaan itu, soal nyawa, tidak menjadi perhatian utama.

Untuk mendudukan seseorang yang mau berfikir detil dan lengkap, dalam permasalahan, bagaimana mengatasi kesulitan transportasi kepulangan pegawai yang comutter ini, harus ada orang yang tidak kekurangan sandang pangan dan tekun meneliti, mengusulkan dan meng uji cobakan pemikirannya untuk mengatasi masalah ini, tidak usah banyak-banyak, tetapi hal ini tidak dilakukan oleh pemerintah, pemerintas terlihat membiarkan saja semua permasalahan kehidupan rakyatnya mengalir begitu saja.cara murah melewati permasalahan, tetapi hal yang hilang adalah sifat cerdas mengatasi permasalahan.

Saya berkendara metromini tujuan Cileduk sore ini untuk mengambil sepeda motor yang sejak siang tadi ditaruh di Bengkel, sedang diperbaiki stater dinamonya, sejak keluar kantor sudah berbekal air yang dimasukan kedalam kantong plastik, dan jus yang dibagikan pada setiap orang atas ulang tahunnya seseorang di kantor, yang direncanakan untuk buka puasa nantinya dijalan.

Lama saya tidak menaiki kendaraan ini, asyik juga, dan saya merasa naik kendaran ini aman sekali, dan bisa tertidur, bisa berfikir, kemacetan memang luar biasa, lambat sekali pergerakannya.

Iwan, Putranya Alm Bapak Soeyono Tejosudargo, dosen bahasa inggris di Fakultas Teknik Universitas Udayana Bali,

sewaktu saya kuliah dahulu, Kali ini Rebo, 15 Desember 2004 jam 14.00 saya temuin dia di kantornya di Santa, berdampingan dengan pasar Santa Kawasan Blom M. ia telah menjadi konglomerat kecil kecilan, usahanya pesat dibidang periklanan, saya dijamu dengan makan siang nasi boks polys, isinya nasi Langi, sekretarisnya menyakan padaku tentang minuman, saya menghendaki minuman yang panas, udara dingin ruang ber Ac membuat ingin menghirup secepatnya minuman itu, akhirnya Iwan menampakan dirinya, wajahnya mirip dengan alm ayahnya, cuma tidak gemuk aja, ayahnya meninggal tahun lalu setelah kena stroke sejak tahun 1982, saya sering menengokin di RSU Wangaya Denpasar, hingga kerumahnya, saat itu iwan masih kecil, SMA rasanya. sudah bisa mengendarai mobil tua hitam, untuk mengantar ayahnya berobat dan pergi kesana-kesini.

Iwan, masih sama seperti dahulu, ramah, Iwan sekarang sudah berkendaraan trijet hitam, berkantor dikawasan ramai, walau belum semahal sudirman, banyak dikelilingi orang-orang yang berharap keputusannya, semoga baik saja seterusnya, dalam kanca perang dingin AS dan US, dalam penyerangan AS ke Irak, semuanya adalah manusia yang berperanan, sehingga bagaimanapun bentuknya manusia itu, perlu dilihat, ide pembangkitnya berlandaskan apa, kuat kah ia dengan landasan itu, kalau agama dijadikan landasannya, ber istikomah kah ia nya dengan agama itu, sehingga diujung akhir pertemuan, saat kendaraan yang mengantarku pulang ke Kantor, dikawasan Sudirman, saya sempat mengingatkan padanya, jangan meninggalkan shalat, lakukan ibadah haji, semua persyaratannya saya lihat sudah cukup, kurang dorongan aja pikirku.

Sempat saya singgung soal Mas Sutarman, tetangganya Iwan rumah di Tanimbar di Denpasar, yang hingga detik ini, di usianya lewat 50 tahun, masih terhitung pengangguran, putra putrinya ada tiga, yang terkecil, bayi, meninggal sekitar bulan Agustus, kelainan langit-langit pada mulut atas si bayi, sehingga Iwan dengan kemampuan managementnya sekarang, ya mas Sutarman dipikirin lah sedikit aja, kalau berkemampuan ya diberi kesempatan bekerja.
Dalam kesempatan ini Iwan saya temukan dengan mas Ajar Sanjoyo, yang setelah mengundurkan diri dari jajaran management Cempaka Kosmetika, ia membuka gerai kosmetika, yang siap menerima pesanan kosmetika dari para pemodal, semoga pertemuan ini berkelanjutan dan bisa dirasakan orang banyak manfaatnya.



Tiada ulasan: