selamat berjumpa semoga tidak marah-marah

Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka hanya menipu diri sendiri sedang mereka tidak sadar. (QS. 2:9)

In trying to deceive GOD and those who believe, they only deceive themselves without perceiving


Isnin, Mei 24, 2010

Kamis 1 April - Jumat 30 april 2010


Kamis. 1 April 2010.

Jam menunjukan 00.15, tetapi Yasin sejak sore tadi sepulang saya dari kantor telah buang air sebanyak 6 kali, ibunya selalu menjaganya untuk menyeimbangkan cairannya.

Sejak maghrib telah dibuatkan parutan kunyit untuk menurunkan panasnya

Menjelang Isya nafasnya Yasin tersenggal saat mana ibunya sedang membacakan doa di depannya, secepatnya seperti ada yang membisikan kata - kata untuk secepatnya memberikan kopi kepada Yasin, dan Ibunya berdiri mengambil uang dan mencari kopi, setelah dari warung di seduhkannya kopi itu dengan air panas dan di minumkan ke Yasin, sat itu terlihat akibat panasnya gejala step, sebelum terjadi di minumkan kopi dan terlihat tenang kembali.

Kerena ngantuknya saya terbawa tidur, sambil membaca La Ilaha Ila Malikul Haqul Mubin berkali kali sampai tertidur.

Jam 23.50 sadar terbangun dan lihat anak- anak dan semuanya tenang hanya saja Yasinnya masih buang air jam tetapi yang keluar sedikit.


Jam 03.00 sewaktu sadar akan buang air kecil ternyata Fifinya ikutan panas tenggorokannya, secepatnya di buatkan juga parutan kunyit untuk dua orang Yasin dan Fifi.

Dapat sms dari pak Harjono jikalau ayahnya telah meninggal 40 hari yang lalu, saya sama sekali tidak mendengar, baru kali ini, innalillahi wn rzn

Kerena berpuasa tidak sahur badan agak sedikit kelelahan, sehingga berangkatnya kekantor agak siangan biar Fifi yang semalam sakit panas cukup istirahatnya dan ikut sekolah.

Perjalanan ke kantor lancar saja.





Jumat, 2 April 2010.


Liburan hari raya Kristen, shalat jumat di masjid di kmpleks perumahan, Yasin yang mulai sehat terlihat kurus dan cekung, dan sekarang harus makan banyak.



Sabtu, 3 April 2010.

Mengantar Fifi ke sekolahannya sementara ibunya ikut sampai di pasar Gandoang, kemudian sepulangnya dari sekolahannya Fifi yang pagi itu mengenakan pakaian bebas, sebab tadi pagi ibunya telah membelikan kue untuk Fifi di bawa ke sekolahannya sebab akan Maulid Rasul.
Memang terlihat agak meriah suasana sekolah dasarnya Fifi di SD Gandoang Cileungsi, semuanya mengenakan pakaian bebas.

Sekitar jam 10 pagi Fifinya sudah pulang, anak kelas satu SD memang cepat pulang. Ia ada membawa beberapa roti yang rupanya kue- kue yang di kumpulkan oleh siswa di bagikan kembali ke siswanya dengan kue yang berbeda.




Minggu, 4 April 2010.

Ke Pasar dan harga tomat masih tinggi Rp 14 000/kg dan tidak beli, sehingga vitamin dari tomat dicari dari buah sayuran yang terbeli.


Senen. 5 April 2010.


Bangun sejak jam 02.30 sebab persiapan akan mengerjakan puasa hari senen, yang di kerjakan terlebih dahulu setelah mengisi air bak dan memanaskan air minum adalah menyusun ramuan jus sayur untuk membuat hidup semakin positip.

Ramuan jus sayur pagi ini ini hanya untuk saya dan istri, terdiri dari : buah noni, atau mengkudu, wortel agak banyak, tauge, buncis dan pisang mentah, pisang mentah ini kalau siang sering dipakai main Hp- hp an dengan Fifi yang kelas satu SD, dan suasana nya sangat lucu. Dan pisang mentah ini di dapat dari Ibu Parman sewaktu pengajian hari Jumat kemaren, kerena dia ngak ada apa- apa yang akan di bawakan ke Fifi yang ikut pengajian maka ia di kasi pisang mentah, tetapi rasanya setelah di buatkan jus sayur dengan campuran diatas sangat positip.

Saat akan naik motor, dimana Astari sudah ada di atas boncengan akan berangkat, tiba- tiba ibunya bergegas datang dari rumah jikalau sebentar lagi ibunya akan ke bank mengirimkan uang buat Aswan dan Tyas, lha uangnya Tyas yang ngak ada, dari tas kantor keluar uang Rp 550 000,- dan ibunya nanti akan menambah Rp 50 000,-

Setelah itu sekitar jam 12.08 menit saat mengerjakan shalat Dzuhur ternyata di kantor ngak ada yang shalat, dari pada shalat sendirian lari ke masjid terdekat dan dapat makmum yang masbuk, setelah itu ingat pesan Fifi kalau susunya habis, mencari di Carefure ternyata susunya Fifi kosong, saya berfikir ada apakah ekonomi sekarang, asumsi singkat saya akan ada kenaikan harga ni, sebab strategi nya pedagang sudah bisa di baca, di tengah kelesuan ekonomi begini banyak barang akan hilang, saya hanya bisa berdoa pada Allah, dan lepaskan diri dari Carefure dan lari ke Giant Superstore, dan disana berhitung kalau membeli yang 400 gram harganya Rp 23 990 ,- tetapi 1000 gram harganya Rp 55 990,- mana yang lebih menguntungkan, sebab di kantong membawa uang hanya Rp 60 000,- Ternyata kalau membeli yang 1000 gram seharga Rp 55 990 ada susu saya hilang 100 gram, lha itu kan banyak
Sehingga di putuskan membeli yang 400 gram 2 boks.

Saat berjalan ke kortingan Ikan ada bandeng di korting 50 % sehingga sekilonya jatuh Rp 12 000,- lha sekarang uangnya sisa berapa ternyata masih kembali Rp 1 700,-

Luar biasa ekonomi yang sedemikian pelik jangan sampai melakukan korupsi, itu pun kerena selalu minta bantuan kepada Allah untuk menolong, kalau tidak dosa deh tangan ini.

Sewaktu saya mencoba memperhatikan per seorangan di sekitar Mall Giant Superstore saya lihat mereka untuk masuk kesini minimal ada uang Rp 10 000,- hanya untuk membeli es cup, tetapi kalau ingin lebih banyak mereka lari ke Carefure.

Dari sekian banyak manusia mereka membutuhkan penghasilan minimal Rp 3 000 000 ,- barui terasa hidup wajar, kalau ngak sampai segitunya ya cukup menderita.

Lha sekarang siapa yang bisa memberi gajih sedemikian, ternyata banyak, sebab ada perusahaan yang memberi gajih karyawannya sampai Rp 21 000 000,- dengan peran yang matang, artinya perannya yang ngak terlalu tergantung pada sesuatu yang berubah.


Keluar dari Giant Superstore dengan gagah sebab dapat 2 boks susunya Fifi dan dapat juga hadiah anggap saja hadiah 1 kg ikan bandeng, sehingga jumlah lauk di rumah bisa bertahan seminggu ini.

Sepulangnya sore hari ini hujan deras sudah menghadang sejak kaki ini berada di parkiran motor, hendak pulang, dan hingga lama pintu gerbang baru di buka, sebab si penjaganya sedang memanaskan air minum kopi hangat melawan udara dingin kehujanan.

Setibanya di rumah Fifi langsung menerima bungkusan susunya dan langsung meracik sendiri untuk di minum.

Selasa, 6 April 2010.

Sedikit berita dari seorang tokoh masyarakat, lebih cenderung tokoh agama hindu india, sebab ada hindu bali dan ada hindu jawa.

Memang hidup tidak bisa di prediksi sehingga hati- hati lah selalu melangkah

Dugaan Pelecehan Seksual
Pingsan, Anand Krishna Dilarikan ke RS Polri
Selasa, 06 April 2010 / 00:03 WIB

Penulis : Fidel Ali Permana

JAKARTA--MI: Tokoh spiritual Anand Krishna dilarikan ke RS Polri Kramat Jati untuk selanjutnya dilakukan perawatan kesehatan, Senin (5/4). Anand diduga terkena serangan jantung setelah menjalani pemeriksaan di Polda Metro Jaya selama 11 jam.

"Pak Anand terkena serangan jantung, saat itu tensinya 110, beliau masih kejang-kejang," kata pengacara Anand, Darwin Aritonang.

Sedangkan dalam pemeriksaan, berlarutnya pertanyaan kepada Anand dikarenakan bertambahnya keterangan saksi. "Pertanyaannya sama dengan apa yang dikatakan oleh keterangan saksi, yaitu 70-an pertanyaan ditambah saksi-saksi baru hingga meningkat jadi 100 lebih. Padahal saksi baru itu ada yang sudah kasus lama, tahun 2003 baru lapor sekarang," ungkap Darwin. (*/OL-03)



Menurut Kanit PPA, Komisaris Murnila yang menyidik kasus Anand, Anand diperiksa dahulu kesehatannya, jika sudah sehat dan memungkinkan baru bisa dikaji penahanannya. "Kita lihat dulu laporan dari dokter, jika sudah sehat baru kita pelajari mengenai penahanannya," ucapnya ditempat yang sama.



Anand dilarikan ke RS Polri menggunakan mobil ambulans Dokkes PMJ, dan akan dilakukan perawatan disana. (*)


Kita beralih ke India - Pakistan. Kisah Romeo dan Juliet tidak hanya ada di zaman penulis terkenal Inggris, Shakespeare. Demikian Algemeen Dagblad. Shoaib dan Sania bukan berasal dari dua keluarga yang saling bermusuhan, tetapi dari dua negara yang 60 tahun belakangan ini selalu bersiteru: India - Pakistan.
Shoaib Malik adalah seorang pemain tim kriket Pakistan. Sedang Sania Mirza adalah petenis wanita terbaik India. Menjelang pernikahan mereka yang akan diselenggarakan bulan depan, banyak protes terjadi. Orang-orang membakar foto Sania di jalan, menentang pernikahannya dengan sang pemuda Pakistan. Mereka mengatakan Sania menikah dengan musuh. Di Pakistan Shoaib juga mendapatkan telefon-telefon ancaman. Kelompok ekstrimis meludahi semua yang berbau India.
Sebelumnya Sania, yang juga seorang muslimah, juga sering dikritik di India. Pakaian yang dia pakai selama bermain tenis dianggap terlalu seksi dan memperlihatkan aurat. Meski banyak tantangan dan protes, Shoaib dan Sania bersikeras tetap menikah. Keluarga mereka pun tetap mendukung pernikahan. Sania mengatakan pada media India, hari pernikahannya adalah hari terpenting dalam hidupnya dan mengharap semua orang mengerti itu.
Lagi pula, tandas Algemeen Dagblad, ini bukan pertama kalinya seorang Pakistan menikahi warga India. Demikian Algemeen Dagblad.
Disini terlihat sekali misterynya yang namanya manusia, yang namanya cinta nya, yang namanya keturunan, serasa dada ini penuh dengan syukur jikalau permasalahan seperti itu tidak ada pada diri kita.

Pulang dari kantor suasana mendung sudah menghampar gelap sore hari, dalam perjalanan hujan mulai turun di sekitar wilayah Cibubur, saat akan memasang plastik hujan di sekujur badan, banyak juga para pengendara motor yang sore itu juga berhenti di tempat mana saya berhenti, dan terlihat pemandangan yang romantis kehidupan yaitu semua orang mengenakan celana plastik hujan di sepanjang jalan mengantisipasi hujan turun.

Hujan lebat akhirnya datang dan banjir genangan air ikut memperlambat laju kendaraan.


Rabu, 7 April 2010.

Saat Astari telah turun dari sepeda motor untuk memasuki halaman sekolahannya, saya sempat mampir ke bengkel motor yang beberapa hari yang lalu membetulkan rantai sepeda motor yang melemah, sekarang keluhannya sama yaitu rantai kendor, tetapi kali ini ia tidak bisa berbuat apa- apa, kerena kekurangan alat.

Ada SMS dari Tyas jikalau bulan depan ia minta uang 2 juta untuk membayar asrama nya di Denpasar, memang saat ini Tyasnya tingga di Asrama putri Mahasiswa di Denpasar.


Memasukan Lamaran menjadi guru Drama dan guru Menggambar yang memang dua kegiatan itu sangat saya gemari tetapi sangat sulit di wujudkan sebab memerlukan dukungan banyak manusia dan biaya


Jakarta, 7 April 2010


Kepada :

Bapak Pimpinan
d/a No Faks 8745073



Dengan hormat,
Sehubungan adanya informasi lowongan menjadi guru. Harian Kompas pada hari Rabu tanggal 31 April 2010, bersama ini saya
bermaksud melamar Guru Drama dan Guru Lukis di unit kegiatan yang Bapak/Ibu sebagai pimpinannya
Sebagai informasi, saat ini saya adalah PNS di Departemen Pekerjaan Umum yang sedang akan menjalani MPP, kelebihan yang saya miliki adalah menguasai Pentas Drama dan Gambar/lukis dengan baik
Besar harapan saya atas terkabulnya permohonan ini dan saya siap
menerima panggilan testing/wawancara apabila diperlukan.
Atas perhatian serta kesempatan yang Bapak/Ibu berikan, saya ucapkan
terima kasih.
Hormat saya,
Ir H Siswoyo Seputro
Puri Cileungsi E 7 No 10 Gandoang Cileungsi Bogor
T : 021-8234827
HP: 08569955635
bsseputro@yahoo.com


Curiculum Vitae

Nama : Ir H Siswoyo Seputro
Alamat : Puri Cileungsi E 7 No 10 Gandoang Cileungsi Bogor
Tempat/Tgl Lahir : Ambon, 04 Maret 1956
Telephon rumah : 8234827
Telephon Hp : 08569955635
E-mail : bsseputro@yahoo.com
Agama : Islam
Status : Menikah
:

Pendidikan
1985 Sarjana Arsitektur Universitas Udayanan Bali
1987 IHS Rotterdam Belanda

Pekerjaaan
Hingga 2010 Pegawai Negeri Sipil di Departemen Pekerjaan Umum

Hoby :
Theater terbuka, drama berseri, pentas lapangan, melukis di luar ruang dan dalam ruang.






Sore hari setelah shalat Maghrib, berkunjung kerumahnya pak Lukman tetangga beberapa rumah sebelah kiri, ia menderita sakit yang sekarang baru pulang dari perawatan kemoterapi, agar anak sebar kanker nya tidak kemana- mana, rupanya telah kena tulangnya di tulang belikat sebelah kiri, semua ceritra istrinya adalah ceritra duka bagaimana merawat orang sakit, yang berdampingan dengan kematian selalu merupakan pemandangan harian.



Kamis. 8 April 2010.

Sarapan pagi ini, memang tidak sedang mengerjakan puasa sunah kamisan adalah ikan bandeng goreng yang terakhir sejak di beli hari senen kemaren, teoritis masalah lauk minggu ini aman di saat harga – harga lauk pauk mahal.
Saat shalat dlhuha di masjid Cileungsi pagi ini, tersisipkan ide untuk mendatangi kantor Departemen Pekerjaan Umum BPJT untuk survey jalan Tol di Jawa adalah setelah makan siang di kantor, petunjuk yang sangat berarti. Sehingga pagi ini langsung menuju kantor dahulu di pasar jumat.

Setelah shalat Dhzuhur dan makan siang di kantor pasar jumat, bermotor ke Departemen Pekerjaan Umum di bilangan Blok M, kemacetan ada di ujung jalan Kebayoran lama, masih kawasan Pondok Pinang, di sebabkan sebuah sekolah swasta, sekolahnya saja saya ngak tahu, berada di belakang deretan kios perdagangan kecil, dan memasuki sekolah itu harus melewati gang yang sempit dan banyaknya mobil yang menjemput siang itu, kalau di lihat dari bentuk mobil yang menjemput sekolah itu cukup bagus dan mewah, tetapi resiko sosial akibat parkir nya mobil jemputan di jalan umum, mempersempit lewatnya kendaraan sehingga macetnya kepanjangan.

Selewatnya dari itu yang jalan kosong, sepi, seperti semua kendaraan di ujung kemacetan tersebut.

Tiba di Perkantoran Departemen Pekerjaan Umum, motor di parkir di Cipta Karya Lama, yang sekarang dipakai menteri negara perumahan, kemudian berjalan menuju Bank Mandiri untuk memperbarui kartu ATM yang telah habis masa lakunya, kemudian mengirim SMS ke Tyas untuk memberitahukan nomer rekening bank mandiri yang di Denpasar untuk di kirimi uang pembayaran indekosan untuk bulan depan.

Pak Marzuki Usman banyak membantu.

Disarankan oleh petugas bank untuk kembali lagi setelah dua jam untuk validasi kartu agar tidak di blokir oleh pihak bank.

Setelah itu berjalan menuju ke Perwakilan Jica di kantor PU yang terrnyata dari balik pintu terdengar Inoki sedang berbicara banyak saya pikir pasti ada tamunya, sehingga melangka sedikit menuju ke BPJT, dan disana menyampaikan surat untuk mohon survey soal jalan Tol dan di sarankan hari Senen.

Turun ke lantai bawah dan memasuki ke pusat Informasi ke PU an yang ternyata di dalamnya sangat banyak manusia, seperti kantor yang tidak jelas fungsinya, hanya kerena ke menterian pekerjaan umum tidak bisa menetapkan tugas pokok dan tugas bantuan sehingga terlihat banyak sekali penerimaan pegawai baru yang tidak jel;as job nya di letakan di bagian informasi ke PU an.

Mudah- mudah tidak ada pungli di sini, sebab sewaktu saya bicara dengan salah seorang pejabat di sana saya menanyakan bagaimana memberi makan sekian banyak manusia kalau menjelang idul fitri, wah itu yang berat pak.

Hal ini kesimpulan saya yang menyebabkan ke profesian pekerjaan umum semakin tidak profesi, ada suatu pekerjaan yang di perlukan ke profesian khusus dengan sabar PU mengambil konsultan untuk mengerjakannya, nah bagaimana stafnya yang mumpuni, akan terlantar.

Ramainya doa yang di lemparkan oleh para staf yang ngak merasa efektip penugasannya.

Keluar dari Departemen terlihat mendung tebal sedemikian dekatnya, tidak berapa lama pastilah hujan, hanya doa yang bisa menunda beberapa detik, secepatnya berlari ke masjid Al Azar ke badan Amil Zakat nya untuk memberi sodaqoh, sodaqoh disini atas nama Yasin, dan dibukukan di komputer sehingga terlihat catatannya sodaqohnya yasin sejak pertama tercatat disini saat Aceh dilanda Tsunami, hingga sekarang daftarnya panjang sekali.

Masuk lagi ke Bank mandiri dan langsung memasukan kartu dan nomer pin yang di berikan oleh bank untuk cetak kartu, kemudian transaksi di lanjutkan dengan merubah pin sesuai dengan pesan petugas bank dua jam yang lalu, sementara di luar hujan sangat deras mengguyur bumi.

Setelah itu memasuki antrian kasir untuk mengirim uang ke Tyas di denpasar bali sebab nomer kartu bank mandiri nya baru di kirim lewat sms, setelah itu keluar menuju ke bangunan seberang, hujan rintik tetapi ditengah penyebrangan hujan menderas sehingga walau berlari pun kehujan juga, dan memasuki parkiran motor, yang saya khawatirkan terjadi yaitu jiket naik motor basah kehujanan, padahal di depannya ada Satpam muda yang bego membiarkan saja.

Tumben kali ini ada aparat demikian.

Untuk mencari teduhan, memasuki lantai atas musholah/masjid Cipta Karya dan disana bertanya apakah kantor ini masih BPSPAM tidak pak BPSPAM sudah pindah, hal itupun saya sudah tahu, Cuma dari sekian banyak orang masa sih saya ngak kenal, ngak tahunya ada rambut putih sekelebat dan saya perhatikan ternyata pak Dedy, dimana pak Dedy ini satu ruang semasa Wilayah Timur tahun 1997.

Pak Dedy pun terkejut tetapi saya bersyukur bahwa Allah menolong, sementara hujan di luar masih menderas.



Jumat, 9 April 2010.

Jam 02.00 pagi sudah ngak bisa tidur, keluar dari rumah dan menurunkan motor untuk memperbaiki penahan lumpur di roda depan yang lepas engselnya, sementara memperbaiki teman- teman yang jaga malam ikut mengerubutinya, setelah itu shalat tahajud dan jam 03.00 masuk ketempat tidur lagi.

05.00 shalat shubuh

05.30 saat selesai membuat jus sayur yang terdiri dari, nenas, ketimun, terong ungu, wortel, leunca, buncis, mengkudu, kemudian meminumnya dan mulai menurunkan motor untuk di bersihkan kerena kemaren sore kehujanan, terlihat rantai motor telah turun sekali dan terllihat bekas goresan di pembungkus arm motor, berarti motor ngak boleh di pakai, keputusannya adalah secepatnya ke bengkel dan memotong rantai.

Astari berangkat ngak usah di antar, Fifi berangkat juga ngak usah di antar.

Mengingat hari telah berangkat matahari agak tinggi, dan jiket basah, kalau baju batik di pakai sejak dari rumah sudah di perkirakan setibanya di kantor baju akan bau, apalagi akan di bawa ke masjid., sehingga baju di lipat saja.

Jam 07.00 ke bengkel dan menunggu antrian ke empat, sebab hanya bengkel ini yang buka terpagi, dan membayar Rp 7 000,- tetapi di ingatkan kalau rantai dan gir depan belakang sudah waktuny di ganti, terlihat tajamnya ujung gir.

Masuk kantor jam 09.40. mengenakan baju batik seragam hari jumat di lapangan parkir motor kemudian menandatangani absen.

Ada rezeki untuk anak- anak berupa perbaikan lauk, membelinya di Hypermart Cibubur, yang di beli, daging 2 paks setiap paksnya seberat 800 gram harganya satu paksnya Rp 31 500,- kemudian ayam dua ekor seharga Rp 32 000,- kemudian susu nya Fifi Indomilk seberat 1000 gram seharga Rp 53 000,- kemudian pepsodent, sabun mandi dan minyak rambut.


Sabtu, 10 April 2010.

Mengantar Fifi ke sekolah dan ibunya ikut sampai pasar Gandoang, dan di jemput kembali setelah menurunkan Fifi di sekolahannya, saat menunggu datang ibunya di depan pasar, tetangga si Sarjono datang menuju pasar dan setelah istrinya turun masuk pasar kemudian Sarjono menemui saya sambil tertawa dan gembira.




Minggu, 11 April 2010.

Kepasar pagi ini ada perhatian khusus, sebab kucing di rumah beranak 5, sehingga akan di belikan ikan yang bisa di makan tuannya dan di makan kucingnya, sehingga terpilih ikan tongkol sedang.

Susu putih full cream sisa – sisa yang tak termakan di buatkan khusus untuk kucing.
Setelah Isya, pak H Mahdum datang kerumah mengumpulkan sumbangan dari warga untuk membangun pagar kuburan.







Senen. 12 April 2010.

Terbangun saat jam 03.00 untuk persiapan makan sahur, puasa hari senen, shalat tahajud dan membaca Al Quran.

Hari ini Astari ujian SLTP Negeri

Saat berangkat ke kantor ke macetan kembali mendera jalan Simatupang dengan titik kemacetan di sekolah Internasional, mengambil jalur ke kiri memasuki kompleks marinir Cilandak, dan berbelok kekanan dengan iringan polisi tidur yang banyak.

Jam 12.30 Keluar dari kantor menuju Departemen Pekerjaan Umum di kawasan Blok M, kemacetan tak terjadi di ujung jalan Kebayoran Lama, perjalanan lancar dan tidak samapi 20 menit telah tiba di kantor.

Yang di kerjakan pertama setelah memarkir motor di Kemnegperumra, adalah menuju ke Al Azhar, untuk menyampaikan sodaqoh rutin setiap datang ke departemen, kalau hal ini ngak di lakukan, ada saja permasalahannya di departemen itu, dua gadis penjaga pencatat uang masuk dan pembaca doa setelah di terimanya uang sodaqoh telah berada di dalam ruang kecil di bawah masjid Al – Azhar.

Memasuki Departemen Pekerjaan Umum dan langsung menuju ke lantai 2 gedung Bina Marga ke BPJT, Badan Pengelolah Jalan Tol, untuk mencari data Perencanaan Jalan Tol, guna masukan perencanaan synergitas jalan Ka dan Jalan Tol.

Surat baru masuk kata sekretaris sehingga dibaca terlebih dahulu ternyata di disposisikan ke Sek Badan sehingga harus di tunggu dua hari lagi.

Saat keluar dari gedung Bina Marga kaki menuju ke bangunan baru Penataan Ruang untuk silaturahmi ke Pak Harjono di lantai 6.

Ternyata pak Harjono sejak hari Jumat sudah terkena Flu, dan hari ini masuk kantor dalam keadaan sedikit membaik, ternyata siang ini flunya bangkit lagi. Beberapa kali ber bangkis- bangkis di hadapan saya, dan badan saya sendiri merasa ada serangan virus memasuki saluran nafas saya, nafas terasa sedikit perih.

Banyak ceritra tentang kesehatan, saya ingatkan untuk hati- hati di usia diatas 50 tahun sebab virus semakin berani unjuk diri, di saat badan melemah.

Tiba- tiba masuk pak Bambang SP, bekas Sekretaris Daerah Propinsi Daerah Istimewah Jogjakarta, saya lama tidak berjumpa dengan pak Bambang, pertemuan terakhir sewaktu ada pertemuan Asean Arsitektur di Jogjakarta tahun 2002 dimana saya datang dan menginap di hotel Melia Purosani, saya sempat berjalan kaki ke kompleks perkantoran Sekretaris Daerah Propinsi Jogjakarta di Malioboro, dan diterima dengan pak Bambang.

Itu saja pertemuan terakhirnya, dan beberapa tahun yang lalu saya dengar ia telah di berhentikan dari SekDa Propinsi DIYogyakarta, kerena PP 10 sebab ia menikahi gadis Jogjakarta, sementara istrinya di Jakarta sebagai direktur di konsultan.

Siang ini ia datang suaranya yang besar, dengan badan yang besar, ia masih ingat dengan saya dan jadilah di ruangan pak Harjono bertiga, menghibur pak Harjono yang sedang terkena flu.

Tidak ada hidangan sebab saya puasa senen.

Pembicaraan sekitar pengalamannnya pak Bambang semasa menjabat Sekda DI Jogjakarta, dalam perkembangan terakhir ini saya melihat pak Bambang sudah ber peran sebagai seorang yang mendalami Tarikat, dalam hal ini saya lebih banyak diam dan tersenyum saja.

Kemudian Pak Bambang mengulas siatuasi negara ini saat saya berbisik Pak Bambang ada tantangan dari Ghana, maksudku di Ghana ada permintaan dalam bentuk sayembara perumahan Pototype, tetapi pak Bambang lantas berujar, Mas ngak usah jauh- jauh ke Ghana Afrika Barat, di negara kita ini saja sedang panas- panasnya.


Kehancuran Bangsa ini tertahan sebab El Nino yang mengancam global seluruh rakyat Indonesia datang saat petani sudah panen, teoritis petani kenyang, yang di khawatirkan adalah kalau petani lapar, masalah pertanian tidak ada tuntasnya, kekeringan melanda, dan di wilayah perkotaan masalah buruh tidak teratasi, dan semua orang kecewa dengan kepemimpinan nasional maka bisa dikatakan selangka lagi Indonesia akan seperti Thailand, tetapi ini tidak terjadi, selama Kota dan Desa atau Buruh dan Petani tidak bertemu.

Hanya saja kegelisahan makin meluas akibat di diamkannnya masalah nasional tanpa ada reaksi. Padahal, banyak kalangan ingin menghedaki adanya pentutasan masalah korupsi dan masalah century. Kondisi menuju kerusakan keutuhan bangsa ini dapat dideteksi melalui berbagai pertemuan yang di laksanakan sekelompok orang yang berceritra tentang bagaimana menyelamatkan Negara ini berdasarkan urut keturunannya, ada urut keturunan dari Solo, ada dari Jogjakarta, ada dari Cikeas, tempat pertemuannya di Purwokerto, Solo dan Jogjakarta, saya hanya senyum saja mendengarkannya sebab menurut pikiran saya mereka kan orang kenyang dan berbicara menurut maunya saja, pastilah mereka tidak memanfaatkan waktu sisa nya untuk membaca Al – Quran, kalau sudah tidak membaca Al – Quran, bagaimana Hujah akan masuk, dan percuma saja pertemuan di Purwokerto, Solo dan Jogjakarta.

Yang saya sedikit khawatirkan adalah pihak Cikeas selalu mengirimkan utusannya di segala pelosok terjadinya pertemuan, sebab saya tidak medekteksi bahwa cikeas membawa nalar ilmiah untuk membawa bangsa ini semakin baik, setiap sore saya pulang dari kantor dan setiap pagi berangkat ke kantor sewaktu melewati Cikeas, hamper tidak bisa di ketemuinya adanya ke cerdasan berbangsa di sana.

Hanya pasukan pengaman dari kepolisian dan tentara saja yang di tingkatkan.

Kalau di bandingkan di Kunming Yunan Chinna, kita ini sangat damai, disana sangat radikal usaha kepemilikan lahannya, pengendalian banjirnya dan iklim yang sangat keras.

Akhirnya sore pun Tiba saat adzan Ashar terdengar waktunya shalat Ashar, dan shalat, dan permisi untuk pulang membelah kemacetan sore kota Jakarta menuju Gandoang Cileungsi sejauh 45 km.

Jauh akan memasuki Gandoang sekitar 12 km lagi, sudah bersiap- siap membeli dua gelas air aqua untuk membatalkan puasa kalau mendengar adzan maghrib bergemah, sampai rumah adzan ini tak terdengar padahal hari telah gelap benar.

Agaknya ada pemadaman listrik PLN sehingga tak terdengar sampai jauh adzan maghrib, setibanya di rumah jam 18.30 langsung membatalkan puasa di luar rumah, sebab di rumah gelap PLN nya padam, sewaktu saya buka puasa di luar rumah Yasin tiba- tiba yang akan shalat maghrib datang membawa kursi, saya pikir kursi itu akan di berikan ke pada saya ternyata di dudukin sendiri.

Semua tertawa melihat gayanya Yasin seperti serius, akhirnya puasa telah batal dengan minum teh hangat dan keripik bawang buatan Fifi yang batal sempurna jadinya, sebab yang namanya keripik bawang buatan Fifi ini sangat lembek.

Shalat maghrib di bawah gelap kamar belakang, gelap hampir 99 %.

Setelah itu makan malam dan tiba- tiba lampu PLN menyala dan gembira terlihat semua.







Selasa, 13 April 2010.

Jam 03.09 terbangun sebab merasa waktunya kucing yang beranak lima dua hari yang lalu perlu di buatkan Susu, Fifi ikut bangun dan ia saya gendong di punggung untuk menuruni tangga.

Sesampainya di bawa Fifi yang di buatkan susu ckoklat dan langsung di minum dan kemudian sekarang kucingnya di buatkan susu putih.

Satu cangkir untuk kucing yang sedang menyusui lima anaknya, dan setelah induk kucing itu minum susu dan kembali ke karton mie yang dijadikan sarangnya untuk menyusui lima anak kucing kecil- kecil.

Shalat Tahajud di laksanakan, ngaji Al Imran juga di lakukan dan istirahat dengan teh panas dan kue keripik bawang biuatannya Fifi, keripik bawang yang tidak jadi.

Tidak beberapa lama terdengar adzan Shubuh, berwudu kembali sambil membangunkan Yasin dan Astari dan langsung Shalat sunah sebelum shubuh.

Membuat Jus Sayur pagi ini terdiri dari, buah noni, mengkudu maksudnya , terong ungu, tomat, wortel, ketimun, buncis, setelah itu badan terasa segar setelah minum 2 gelas, lantas Cuci motor, setelah itu cuci baju dan persiapan kekantor.

Sore hari saat akan pulang hujan sudah mengguyur dan semakin menderas sepanjang jalan menuju rumah.
Masuk rumah juga demikian, lisrik mati, dalam keadaan gelap, masih mengharapkan terang langit, makan roti dari rapat tadi siang.

Shalat maghrib dalam keadaan gelap



Rabu, 14 April 2010.

Jus sayur yang membuat semangat berangkat kekantor, jus sayuran yang bahannya sayuran yang ada di rumah, buatlah selengkap- lengkap nya dan se murah- murahnya, dan sebanyak – banyaknya, pokoknya ngak rugi.

Semangat kekantor mengantar berangkat ke kantor 07.00 dan jam 09.00 telah tiba.

Siang hari saat shalat dzhuhur lari ke masjid Al Hikma dan hujan deras turun, selama hujan sempatkan membaca Al Quran hafalan surah Al Imran 83, hujan redah balik lagi ke kantor.

Gempa bumi di Qinghai China, saat patung budha turun dan gempa 6,9 menghantam kota 1000 orang meninggal laporan jam 15.00.

BEIJING--MI: Serangkaian gempa bumi kuat menghantam Provinsi Qinghai, China barat, Rabu (14/4), menewaskan sedikitnya 300 orang, melukai ribuan lainnya, dan mengubur banyak orang di bawah rumah yang roboh di daerah pedesaan berpegunungan, pejabat dan media pemerintah mengatakan.

US Geological Survey mengatakan gempa bumi berkekuatan 6,9 skala Richter (SR) melanda daerah di Qinghai selatan, dekat Tibet, pada Rabu pagi, dan diikuti oleh beberapa gempa susulan. "Gempa utama membuat penduduk melarikan diri saat rumah dari lumpur dan kayu roboh," kata Karsum Nyima, kepala pemberitaan stasiun televisi di Yushu, yang berbicara melalui telepon dengan penyiar CCTV.

"Dalam sekejap, rumah-rumah jatuh. Ini adalah gempa bumi yang mengerikan," katanya. "Dalam sebuah taman kecil, ada menara Buddha dan bagian atas menara jatuh. Semua orang keluar di jalan-jalan, berdiri di depan rumah mereka, mencoba untuk menemukan anggota keluarga mereka."

Gempa itu menghantam Yushu, daerah selatan Tibet di Qinghai. Pusat Jaringan Gempa Cina mengukur besarnya gempa sampai 7,1 SR. Sebuah situs web pemerintah daerah mencatat penduduk wilayah ini pada 2005 sebanyak 89.300. kebanyakan bekerja sebagai penggembala dan petani.

Penyiar CCTV mengatakan jumlah korban tewas telah meningkat menjadi sekitar 300 dengan 8.000 orang terluka. Administrasi Gempa China mengatakan saluran telepon mati sehingga menghalangi upaya penyelamatan. Para pekerja segera melepaskan air dari sumber dari retakan akibat gempa. (AP/OL-04)


BEIJING--MI: Gempa dengan kekuatan 7,1 pada skala Richter mengguncang Provinsi Qinghai, China barat-laut, Rabu (14/4) pagi, demikian keterangan Pusat Jaringan Gempa China.

Belum ada laporan mengenai korban jiwa sejauh ini, tapi beberapa rumah ambruk di dekat pusat gempa, kata juru bicara Biro Seismologi Provinsi Qinghai.

Gempa itu mengguncang Kabupaten Yushu, Prefektur Otonomi Tibet Yushu, pukul 07:49 waktu setempat, dengan kedalaman sekitar 33 kilometer. Pusat gempa diperkirakan berada pada 33,1 lintang utara dan 96,7 bujur timur, kata Pusat Jaringan Gempa China.

Sebelumnya, pada pukul 05:39 waktu setempat, gempa dengan kekuatan 4,7 menyentak kabupaten itu dengan kedalaman sekitar 6 kilometer, demikian laporan pusat tersebut. (Xinhua-OANA/Ant/OL-06)


Sent from my BlackBerry® powered by


Kamis. 15 April 2010.


Menghadiri rapat koordinasi pengelolah teknis Bangunan Gedung Negara, di Departemen Pekerjaan Umum jalan Pattimura, Jakarta Selatan
06.00 berangkat dari rumah
Sekitar satu jam perjalanan mencoba memperhatikan dimana masjid yang pagi ini buka untuk shalat dlhuha, selepas di depan pabrik kue kong ghuan di ciracas, ada terlihat agak masuk gang sedikit masjid besar. Dan masuk lah kesana, tukang bubur ayam yang jualan depan masjid itu memperhatikan saya, ternyata setelah saya lepas sepatu akan memasuki masjid, masjid dalam keadaan terkunci
Ya... ngak jadi deh.

Shalat dluha dilakukan di lantai 5 Cipta Karya di jalan Patimura, dalam keadaan masih sepi, pegawai belum banyak yang hadir, tetapi sewaktu memasuki ruang si pengundang acara pertemuan pagi ini, sudah terlihat kesibukan, bu lies yang mengirim SMS dua hari yang lalu malahan sudah ada di mejanya.

Pak Hidayat juga sudah ada di ruangannya, melihat kaca mata saya basah kerena habis di cuci, pak hidayat menawarkan tisue, saya ucapkan terima kasih.

Dari meja bu Lies saya di sampaikan SK penempatan Pengelolaan Teknis tahun ini di kantor Agama Ciputat, dengan rekan Pak Ery dan Pak Panggarjito.

Sempat ke ruangannya pak Utuy tetapi ia sedang sibuk dengan rapat pembahasan program rumah atau bangunan pelestarian

Turun kebawah untuk mulai mendaftar rapat pertemuan, ruangan masih senyap, tetapi para panitia sudah menduduki mejanya masing, saat mendaftar tadi diberikan juga bahan pembahasan dan satu kotak kue, saat duduk saya mulai membuka kua apa yang ada dalam boks, ada lima makanan, roti dengan toping, bolu di isi daging, risoles, kacang telor dan minuman gelas plastik.
Acara belum di mulai, kemudian beberapa menit kemudian saya keluar untuk menuju ke lantai dua bangunan Bina Marga untuk ke BPJT, ternyata di sana belum ada orang.

Saat menuruni anak tangga langsung menuju ke ruangan pertemuan dan persiapan acara akan di mulai, pembicara pertama adalah pak Wisnuhadi, ia memaparkan perihal pengesahan Pengelolah Teknis yang di akui oleh pihak Kementerian PU dengan dikeluarkannya surat Edaran peran dan penugasan Pengelolah Teknis seluruh Indonesia.

Pada saat penggantian acara ke dua, keluar menuju masjid Al Azhar untuk menyerahkan sodaqoh atas nama Yasin dan kakak2nya, kembali lagi ke ruangan pertemuan mengikuti paparan Pak Hidayat, perihal pengisian data base pengelolah teknis melalui internet, sehingga laporan pengelolah teknis tidak bisa di katakan tertunda, sebab laporan bisa di kerjakan dari komputer masing.

Makan Siang, saat orang berhamburan menuju ke hidangan utama saya menuju ke hidangan penutup untuk mengisi perut dengan aroma asinan yang manis dan gurih, taugenya yang terasa dan irisan kol nya serta beberapa sayuran mentah lainnya, dengan bumbu kacang, enak sekali untuk pembangkit makan.

Kemudian menuju ke hidangan utama dan diatas meja saji ada pilihan lontong yang telah di iris dengan taburan bawang merah dan tinggal diatasnya di susul sate, tetapi baru kali ini melihat sate yang tipis, ternyata sebutannya sate kalong sebab keluarnya kalu berjualan pas tengah malam sampai pagi, makanan ini terkenal di Cirebon, diatas sate yang tipis memanjang in, satu tusuk sate sangat tidak terasa, sehingga saya mencoba mengambil 5 tusuk dengan siraman bumbu yang agak lain, dan cukup enak, kemudian bergeser kekiri soto daging jerohan dengan kuah santan encer di siramkan diatas nasi.

Kemudian shalat Dzhuhur di musholah di unit kerjanya Pak Ery, kemudian kembali lagi ke parkir motor untuk menuju ke kantor di Pasar Jumat.




Jumat, 16 April 2010.

PENGARAHAN DAN PEMBUKAAN OLEH MENTERI KEUANGAN

DALAM RANGKA RAPAT PIMPINAN KETIGA TAHUN 2010 DIREKTORAT JENDERAL PAJAK

DI AUDITORIUM GEDUNG UTAMA KANTOR PUSAT DJP

SENIN, 5 APRIL 2010

Bismillahirrahmanir rahim.

Assalamu’alaikum Wr.Wb.

Selamat pagi dan salam sejahtera.

Ibu dan Bapak sekalian,

Kita hari ini bertemu dengan suasana yang sangat berbeda dengan mungkin sebulan lalu waktu Bapak Presiden di ruang yang sama, di depan anda semua menyerahkan SPT dengan seluruh para pejabat negara. Betul? betul. Suasana yang anda rasakan hari ini dengan sebulan yang lalu sangat berbeda. Ini karena sebuah karya dari salah seorang jajaran kita. Betul? Betul. Bangga kita? Jelas tidak. Kecewa kan? Iya. Marah? Iya. Saya Alhamdulillah kalau ada masih punya perasaan kecewa dan marah, mestinya merasakan lebih malu lagi bahwa saya mengundang begitu banyak pejabat dan begitu banyak media massa berjejer-jejer di sana memberikan peliputan terhadap apa yang dilakukan dengan begitu besarnya kepercayaan dari Bapak Presiden, para pejabat lain dan kemudian kita sampaikan di seluruh Indonesia mengenai kewajiban menyerahkan SPT untuk WP Pribadi tanggal 31 sebagai hari terakhir dan ternyata walaupun kita terterpa masalah, tadi disampaikan oleh Pak Dirjen bahwa ternyata jumlah dari SPT masih meningkat. Untuk itu, saya masih menyampaikan terima kasih kepada anda semua yang bekerja sangat keras untuk bisa mendapatkan hasil mulai dari jumlah SPT-nya, nanti compliance-nya dan yang paling penting pada akhirnya adalah penerimaan negara.

Bulan April bukan bulan yang mudah. Saya tahu anda sekalian masih harus bekerja untuk WP Badan dan ini adalah pertaruhan kita paling besar. Saya tidak ingin seluruh jajaran Direktorat Jenderal Pajak yang duduk pada hari ini tiba-tiba menjadi tidak punya semangat, tidak punya lagi kepercayaan diri dan harga diri untuk bertugas.

Anda masih punya semangat tidak? Masih.

Walaupun kecewa, anda masih merasa punya harga diri gak untuk bisa menjalankan tugas?Masih.

Masih ada sisa kepercayaan diri gak untuk bisa tegak menjalankan tugas negara? Masih.

Saya butuhkan itu.

Saya tahu ini adalah suasana yang tidak mudah kalau anda bicara tentang kemarahan, bicara tentang kekecewaan bahkan kalau kita mengatakan sakit hati, saya adalah orang yang paling dipermalukan. Tidak cukup rasanya satu kata atau perbuatan apapun untuk mencuci perasaan itu. Karena kita semua yang ada di sini, saya anggap anggap semua merasa dikhianati. Itu adalah kata yang paling tepat, anda semua merasa dikhianati oleh perbuatan dari seseorang atau sekelompok orang. Mari kita sekarang mulai duduk dan mengevaluasi dengan jernih dan dingin karena saya tidak ingin kita semua terlibat di dalam emosi yang tidak perlu. Perasaan kita marah, malu, kecewa, merasa dikhianati, itu penting untuk kita salurkan bagi memperbaiki Direktorat Jenderal Pajak.

Anda masih percaya, kita masih bisa memperbaiki gak reputasi Direktorat Jenderal Pajak? Masih.

Apakah saya masih bisa percaya pada Anda? Masih.

Apakah anda akan mengecewakan saya lagi? Tidak.

Mari kita mulai sekarang satu demi satu.

Sdr. Gayus yang sekarang jauh lebih terkenal dari Menteri Keuangan yang 6 (enam) bulan ini juga terkenal, telah membuat seluruh reputasi Direktorat Jenderal Pajak dan bahkan Kementerian Keuangan dipertaruhkan. Saya mungkin tidak perlu untuk menjelaskan. Dua bulan yang lalu kalau saya tidak salah, Pak Tjiptardjo Rapim kalau saya tidak salah di Gedung yang baru. Saya sudah mengingatkan anda semua waktu itu padahal di tengah-tengah badai yang saya harus hadapi sendiri. Saya mengingatkan anda semua, jangan sampai Direktorat Jenderal Pajak akan mengalami situasi seperti Bank Indonesia. Ingat? Ingat. Betapa saya sangat-sangat kecewa, karena saya kan mengatakan, suatu institusi begitu anda dipersepsi oleh publik menjadi institusi yang buruk maka sungguh sulit untuk membangunnya kembali. Membangunnya membutuhkan waktu lama bahkan kadang-kadang perlu pengorbanan yang sangat tidak sedikit. Kadang-kadang masyarakat kita juga sangat kejam, karena mereka meminta bukti pada saat mereka sudah tidak percaya pada kita dan untuk membuktikan itu, kadang-kadang kita tidak bisa lagi hanya mengatakan, saya berjanji karena mereka menginginkan suatu aksi nyata dan untuk itu pilihan sulit harus kita hadapi dan ternyata bahkan kemudian kita harus menghadapi situasi ini. Nah, ini kita evaluasi dengan objektif dan dini.

Kedua, saya mau ingatkan sekali lagi, waktu saya melantik Pak Tjiptardjo dan Rapim pertama dengan anda semua para pimpinan, mungkin tidak termasuk seluruh KPP karena sekarang jumlahnya banyak. Tapi kalau anda mengikuti pidato saya waktu pelantikan dan kemudian Rapim pertama, saya mengatakan kepada anda semua. Ini adalah pilihan untuk memilih Direktorat Jenderal Pajak yang berasal dari dalam bukan pilihan mudah. Anda semua tahu apa yang saya pertaruhkan waktu itu, yaitu saya mengembalikan komandan dari Direktorat Jenderal Pajak kepada anda lagi. Karena saya percaya bahwa institusi ini bisa dipimpin oleh siapa pun yang terbaik dari Direktorat Jenderal Pajak. Itu adalah keharusan organisasi yang kalau dia sudah bisa dipercaya.

Tantangan maupun ujian yang harus dihadapi pertama oleh Pak Tjiptardjo dan seluruh jajaran Direktorat Jenderal Pajak adalah penerimaan negara 2009. Meskipun kita selip sedikit, paling tidak itu masih agak bisa kita pertanggungjawabkan , masih bisa kita jelaskan sehingga tahun 2009 kita tutup dengan target penerimaan negara yang cukup baik dari perpajakan terutama dari Direktorat Jenderal Pajak. Itu adalah satu ujian pertama, saya bisa katakan anda semua lulus dengan nilai cukup baik.

Tantangan kedua yang sekarang sedang diporak-porandakan oleh media dan masyarakat adalah tantangan apakah kita bisa mempercayai orang dari Direktorat Jenderal Pajak. Terus terang dengan kasus ini, saya sekarang menjadi sangat-sangat harus merendahkan diri saya. Saya tidak menuduh anda semuanya. Tapi persepsi publik terhadap Direktorat Jenderal Pajak dan orang dari dalam, sepertinya orang seperti Gayus tidak beroperasi sendiri dan tidak merupakan satu-satunya kasus. Dan dalam suatu suasana seperti ini, kita semuanya harus konsolidasi. Anda tidak perlu mempertanyakan komitmen saya. Saya selalu mengatakan, saya meletakkan seluruh reputasi saya dan saya meletakkan seluruh risiko jabatan saya untuk melindungi institusi ini dari mulai membangunnya kembali, membersihkan, memilih secara hati-hati, memberikan dukungan anggaran, memberikan dukungan terhadap prosedur, sampai saya harus menyampaikan kepada publik proses politik di DPR, bicara kepada media massa, menyakinkan Bapak Presiden, semua saya lakukan. Dan di dalam proses ini, anda bisa melihat, saya tidak punya agenda kecuali saya ingin membangun Direktorat Jenderal Pajak yang bisa dipercaya oleh publik. Saya tidak berubah komitmen itu. Namun, saya semakin menyadari bahwa apapun yang dilakukan oleh Menteri Keuangan tidak akan cukup dan tidak akan berhasil tanpa anda semua punya komitmen yang sama kuatnya dan komitmen ini tidak hanya sekedar bahwa saya paham apa yang dilakukan oleh Ibu Menteri. Pemahaman anda harus diterjemahkan oleh tingkah laku dan sikap bahkan keputusan-keputusan yang konsisten. Sekarang saya di sini berhadapan dengan seluruh jajaran Eselon II, Eselon III dan bahkan Kepala Kantor Pelayanan, betul kan? Betul.

Coba kita sekarang analisa secara dingin dari kasus yang kita hadapi. Semenjak tahun 2006 sampai sekarang, kita mendengungkan reformasi, betul kan? Betul. Saya mencoba untuk mengubah struktur, saya mendengarkan dari bawah, saya mendengar dari semua pihak di Direktorat Jenderal Pajak, bagaimana yang anda butuhkan struktur itu, bagaimana kita bisa menempatkan orang-orang yang kita anggap tepat, bagaimana kita bisa menyaring dari orang-orang yang kita anggap memiliki risiko yang cukup tinggi. Ternyata bahkan di depan Direktorat Jenderal Pajak yang lama, Pak Darmin, anda selalu konsolidasi Rapim, saya tidak bisa benar-benar memahami bagaimana suatu modus kejahatan terjadi cukup lama tanpa ada satupun yang bisa mendeteksi dan memberitahukan kepada pihak yang cukup punya otoritas untuk melakukan koreksi. Itu adalah kegagalan yang sangat menampar kita, Pak.

Coba kita evaluasi apa yang salah?

Satu, sebagian dari anda barangkali sudah mendengar ada operasi itu tapi anda diam saja. Kenapa anda diam? Saya tidak tahu. Kulturnya, yang disebut ewuh-pakewuh, gak enak, ah selama saya tidak melakukan, asalkan bukan saya yang melakukan, dia saja yang melakukan, moga-moga nanti juga bisa koreksi. Pak, kita betul-betul diperhinakan dengan itu. Saya sudah berapa kali saya bicara di Rapim ini dengan anda tahu dan membiarkan anda termasuk dalam konspirator itu. Karena anda membiarkan risiko menjadi membesar. Anda membiarkan dia menjadi membesar dan meluas. Saya tadi bicara dengan Pak Dirjen Pajak, Pak Sekjen dan Pak Irjen. Sekarang masalah sulit yang saya harus hadapi adalah saya berhadapan dengan institusi pajak besar ini. Persepsi di luar, anda semuanya atau paling tidak 50% dari para pejabat dan pelaksana adalah seperti yang disampaikan oleh publik dan itu adalah prosentasi yang besar. Saya sampaikan pada anda semua, kalau saya atau anda semua sekarang menjadi Menteri Keuangan, pilihan kebijakannya apa coba? Saya diminta untuk membersihkan, bukan. Di mana saya dan siapa yang harus saya bersihkan dalam situasi ini? Kalau ibaratnya ini adalah kanker, tumor di dalam tubuh besar ini, kalau itu terjadi pada suatu lokalisasi, suatu lokal, tempat di unit tertentu maka saya akan tidak akan segan untuk memotongnya dengan harapan bahwa itu nanti adalah cost yang paling kecil, pengorbanan yang paling kecil yang bisa kita lakukan tanpa membuat seluruh organnya harus berkorban, betul kan? atau saya biarkan saja dia dengan berharap kemudian ada kemukjizatan kankernya itu hilang, begitu kan. Kan tidak terjadi. Karena sebelum kita berdoa untuk dapat mukjizat itu, ada orang lain yang sudah menemukan dan membukanya ke publik sehingga kemudian mereka melihat kepada kanker itu dianggap seluruh tubuh kita adalah identik dengan kanker itu. Sekarang menjadi sulit pilihan kita. Saya baca email tadi malam saya dengar, saya, anda, sebagian para jajaran kita, karyawan kita semua merasa resah. Anda sekarang turun di Gatot Subroto, halte di luar sudah dianggap sebagai halte Gayus. Saya hampir yakin sekarang kalau anda ditanya kerja dimana? Anda pura-pura untuk menjawab bukan di Direktorat Jenderal Pajak., anda bilang di Departemen Keuangan. Lebih aman. Anda hidup tanpa harga diri, anda bahkan tidak bisa dan tidak berani untuk menyampaikan identitas anda itu adalah titik paling rendah dari yang disebut strata manusia, manusia tanpa harga diri tanpa berani menyampaikan siapa anda, anda adalah bukan siapa-siapa. Sebetulnya selesai sejarahnya. Karena berapapun uang yang anda peroleh dari korupsi itu tidak bisa untuk membeli reputasi. Saya yakinkan itu. anda mau meng-hire PR yang paling bagus, anda mau meng-hire seorang lawyer yang paling bagus, anda akan menjadi selebritas tapi tidak reputasi apalagi integritas. Tidak bisa dibeli.

Sekarang, saya akan minta beberapa hal untuk Rapim ini dan saya ini benar-benar minta kepada seluruh jajaran Direktorat Jenderal Pajak yang akan saya monitor untuk tugas-tugas yang harus kita lakukan di dalam situsi yang kita sedang hadapi. Pertama, seluruh Eselon II, Kanwil sampai Eselon III, Eselon II yang di pusat, Kanwil, kemudian KPP, Kepala Kantor, Eselon III, anda mulai sekarang dengan mengkonsolidasikan unit anda. Lakukan seperti yang akan saya lakukan. Lihat unit anda apakah ada kanker? putus dia dengan segera. Kalau anda termasuk dari bagian kanker itu, anda pasti akan dideteksi oleh atasan anda. Tapi kalau anda adalah bagian dari organ yang sehat, anda harus lakukan segera untuk meminimalkan persoalan. Saya minta dengan tegas, anda lakukan. Pak, hari ini masyarakat tidak lagi hanya puas dengan 1-2 orang saya berhentikan, mereka minta anda semua membuktikan secara terbalik bahwa anda itu punya harta itu syah dan halal. Sudah sedemikian tingginya kemarahan masyarakat. Artinya, anda semuanya, kita semua dianggap kita adalah guilty until proven that we are innocent. Ini adalah medan yang paling berat yang harus kita hadapi. Dalam situasi masyarakat yang normal, we are innocent until proven guilty, tapi hari ini dengan anda di luar disebutkan haltenya adalah Halte Gayus, di depan anda disebutkan ini adalah sarang koruptor, we are now guilty until we are proven innocent. Jadi medan yang kita hadapi berbeda Bapak dan Ibu sekalian. Medan yang kita hadapi ini sangat berbeda, saya tidak ingin anda semua completion, terlena, masih menganggap bahwa situasinya masih biasa-biasa saja. Karena medannya berubah, maka strategi kita juga harus berubah. Dengan adanya persepsi ini, kita harus melakukan lebih dari yang sekedar diharapkan oleh masyarakat. Oleh karena itu, saya minta seluruh KPP lihat, unitnya adalah unit yang controllable, anda punya anak buah jumlahnya cukup untuk bisa dilihat. Lihat modusnya. Setiap Eselon II juga saya anggap anda punya anak buah yang cukup. Yang saya masih belum paham, seharusnya dulu waktu saya mengubah Direktorat Jenderal Pajak Kantor Pusat ini menjadi fungsional, harusnya pusat kan menjadi ceknya terhadap performance dari wilayah kan? Karena anda berubah menjadi fungsional, saya tidak tahu kenapa Direktur Keberatan dan lain-lain melakukan sendiri kasusnya. Yang ngecek dari Direktorat Keberatan dan Pemeriksaan itu siapa kemudian? Berarti ada yang salah di dalam struktur check and balance. Ini Pusat juga ngopenin kasus istilahnya, iya kan? Seharusnya ini kan dilakukan di Kanwil. Kalau beberapa saya dengar tadi, beberapa minggu ini, ada yang mengatakan, Ibu, karena kami harus membuat target penerimaan, setiap keberatan selalu kami tolak, karena kalau kami tidak tolak, kami dicurigai berkolusi dengan Wajib Pajak. Iya kan?. Ada perasaan begitu di beberapa tempat. Moga-moga tidak semuanya. Itu saja dari cerita itu anda semuanya sudah punya reputation problem, anda tidak punya kredibilitas sampai tidak berani untuk mengatakan kalau memang WP itu benar, keberatannya didukung oleh data yang benar dan anda tidak punya conflict of interest karena anda terlibat, harusnya anda bisa dengan tenang mengatakan memang dia keberatannya betul dan harus diterima, tapi karena anda semuanya sudah punya built in self-confidence nya hilang, reputasinya hancur, anda tidak berani mengambil risiko itu, ya kan? Sehingga mendingan keberatan semuanya adalah ditolak. Daripada saya punya risiko pribadi atau unit. Atasannya juga sama dan kemudian terjadilah ekses, kalau begitu sekarang tidak di dalam Direktorat Jenderal Pajak, kita mainnya dengan institusi lain. Dari kejadian ini, saya minta ada evaluasi terhadap struktur organisasi di Pusat dan seluruh Kanwil. Fungsi check and balance hilang. Tidak terjadi di Direktorat Jenderal Pajak. Kenapa? Mengapa bisa terjadi itu? Dimana fungsi para direktur-direktur yang seharusnya melakukan fungsi checking terhadap fungsi? Di sini semuanya ada? Direktur Pemeriksaan Penagihan, Direktur Peraturan I Peraturan Negara, Intelejen, Ekstensifikasi, Direktur Potensi, Penyuluhan, masih ada yang kosong semuanya. Anda semuanya kan yang seharusnya menjadi cek fungsi, kantor pusat tidak punya interest untuk berhubungan dengan WP secara langsung. Tapi kenapa ini terjadi? Ada suatu mekanisme early warning maupun check and balance yang tidak jalan. Jadi saya minta ini untuk dipikirkan di dalam Rapim ini. Apa yang salah? Ini kalau ditambah dengan perasaan anda tadi yang sebagian ternyata betul, saya sering ngomong agak tajam. Anda mengatakan saya mungkin agak kejam kalau ngomong. Tapi ternyata itu adalah perasaan yang benar. Anda gak enak sama teman Anda sendiri yang melakukan penyelewengan.

Kombinasi, fungsi yang tidak ada, check and balance plus perasaan gak enak untuk ngasih tahu makanya berapa kali saya melakukan pelantikan Direktur KITSDA dan kalau Anda ingat saya mengatakan, di sini semuanya ada. Pak Erwin di sini, Pak Estu pernah, sekarang siapa? Pak Bambang. Pak Bambang ingat yang saya katakan waktu saya melantik anda bukan? Saya mengatakan kultur di dalam institusi Republik Indonesia adalah kultur yang dominasi dengan tenggang rasa. Apalagi ditambah dengan perasaan Anda semuanya dibesarkan dengan proses karir yang sama. Lebih parah lagi kalau anda dulu sekolahnya sama. Dari mulai anda lulus SMA, mulai sekolah, mulai kerja, dapat pacar, punya bini, punya anak, mantu, naik karir, anda bersama-sama, bagaimana mungkin saya akan mengkhianati teman saya. Anda salah saja mikir seperti itu. Individual anda mengalahkan kebutuhan institusi. Lebih parah lagi, anda tidak peka terhadap pandangan masyarakat yang sudah berubah. Ada pikir anda bisa menjaga ke-korps-an ini dan kemudian masyarakat akan dengan tenang menerima, kalau dengan sedikit lobi dan sentuhan-sentuhan, saya kurang tahu sentuhan apa itu. Tapi anda salah saja sekarang ini.

Jadi saya minta untuk fungsi check and balance di Kantor Pusat dan kegagalan check and balance itu harus kita review, dimana posisi Kanwil, dimana posisi Direktur? Apa yang terjadi dan bagaimana kita bisa menciptakan early warning terhadap kondisi yang terjadi dari mulai tingkat pusat sampai tingkat pelaksana di masing-masing kantor.

Pak, kalau saya baca wajah bapak-bapak dan ibu sekalian hari ini, sebagian dari anda mengatakan ”Biarkan Ibu Menteri marah-marah sekarang, sebentar lagi juga selesai”. Jangan dikira bahwa saya tidak mengerti reputasi sebagian dari anda. Setiap kali saya mau melakukan mutasi, promosi, rotasi, jangan dikira saya tidak punya informasi terhadap diri anda. Saya punya. Kalau saya boleh milih, sampai hari ini kalau saya ditanya tadi barusan Bapak Presiden menanyakan, ”Apa rencana Menteri Keuangan di dalam menangani Direktorat Jenderal Pajak?” Kalau saya mau sembrono, saya akan mengatakan, ”Pak, kita menyerah lah pak. Udah gak ada lagi yang tersisa, orang yang bisa saya percaya.”

Saya tanya sampai hari ini, 49 posisi Eselon II di Kantor Pajak ini. Saya lihat profil anda semuanya. Tanggal lahirnya, usia anda bahkan sekarang saya sudah minta kepada PPATK, saya minta nama anda dan seluruh tanggal lahir, termasuk istri atau pasangan anda, saya akan minta laporan sebelum saya dipermalukan lagi. Kalau anda mau mengatakan, saya meminta, saya berharap anda bisa melakukan koreksi pada diri sendiri tanpa harus diintervensi orang lain, Anda gagal. Anda membiarkan itu terjadi sampai sekarang seluruh Direktorat Jenderal Pajak kita pertaruhkan. Saya tidak bisa lagi sekarang mengatakan ada orang yang masih bisa saya percaya. Karena Pak, dengan adanya kasus Gayus ini, semua SMS keluar Pak. Saya tahu tetangga saya adalah pelaksana, rumahnya mirip dengan Gayus. Di sebelah sana juga. Jangan di underestimate perasaan masyarakat yang sekarang berlomba-lomba ingin makin mempermalukan kita. Jangan pernah underestimate itu. Anda semua yang punya rumah bagus sekarang akan berhadapan dengan situasi. Pak Tjiptardjo didatangin seluruh kamera untuk lihat rumahnya kayak apa. Anda pikir tidak sebentar lagi adalah rumah anda akan dilihat? Never underestimate, Pak. Dia dimana rumahnya? Bagaimana penampilan tiap hari? Berapa mobilnya? Saudara Gayus ini beberapa bulan yang lalu kalau saya ke Pacific Place, jalan ke sana mungkin sama anak saya cuma traktir untuk makan siang. Kalau dia ternyata traktir beli Harley Davidson, Pak. Saya kalau diceritain kayak gitu saya musti harus ngomong kayak apa? Apakah ini hanya satu orang?

Kalau sekarang Gayus mengatakan kepada tim di luar atau kepada lawyernya bahwa dari 25, 10 adalah seperti saya. Coba bayangkan Matematikanya, orang-orang langsung kalau begitu dari 30 ribu, 15 ribu kayak Gayus. Gimana saya akan memulai memperbaiki institusi ini Pak? Maka jangan pernah merasa anda sekarang terlena, saya katakan tadi medannya berubah. Saya hormati anda yang telah bekerja lama. Saya hormati terhadap seluruh pencapaian yang anda lakukan. Soal itu saya tidak bergeming. Saya tetap akan menghormati seluruh pencapaian yang telah dilakukan oleh Direktorat Jenderal Pajak di dalam mengumpulkan penerimaan negara. Tapi reputasi kita sekarang sedang dipertaruhkan dan sangat genting. Bantu saya. Saya gak tahu. Bantu saya saja sekarang. Saya gak tahu lagi bagaimana harus menolong anda semua. Bantu saya. Saya minta untuk ada semacam early warning. Saya harus bisa menjelaskan kepada publik di luar dengan tenang dan saya harus tetap mengatakan bahwa Direktorat Jenderal Pajak berfungsi, moral anda semuanya masih cukup, semangatnya masih tinggi. Tapi di sisi lain saya juga akan bisa dengan tenang mengatakan bahwa kami melakukan koreksi yang kredibel. Nah, bantu saya untuk menjaga kepercayaan itu. Karena dengan ketenangan dan dengan statement saya bahwa Direktorat Jenderal Pajak masih berjalan, masih berfungsi, semangat anda semuanya masih sangat tinggi. Tapi beri saya jalan untuk bisa membuktikan kepada publik bahwa koreksi terjadi. Siapa yang akan dikoreksi, dimana, bagaimana, itu yang saya mintakan sekarang. Siapa yang harus saya koreksi? Saya tidak hanya bisa mengatakan kami sedang melakukan koreksi. Mereka ingin tahu bagaimana Ibu? Kapan? Di Bagian mana? Siapa yang terkena? Apa dampaknya? Anda bisa menjawab itu semuanya? Saya akan membicarakan pada akhir minggu ini kepada publik, ini yang kita lakukan. Rapim ini tugas anda semuanya adalah selain anda mengamankan penerimaan negara, saya minta road mapnya. Di bagian mana? Siapa yang terkena? Bagaimana dan time framenya. Beri saya peta itu. Akan lebih bagus lagi kalau anda bisa mengatakan yang ini, yang ini, yang ini lebih baik dinonaktifkan. Saya lihat struktur anda semuanya Pak, saya bicara dengan STAN. Alumni STAN kemarin seminggu yang lalu persis begitu meledak kasus Gayus. Saya tanya, ini ada Gayus lulusan STAN, kemarin ada lagi juga lulusan STAN yang berhubungan dengan Century. Dirjen Pajak lulusan STAN (dulu IIK). Anda sendiri malah ada yang mengatakan sekarang STAN kalau ngomongnya rada pelan menjadi STAN *Setan*. Sedih lho Pak mendengar kayak gitu. Saya ingin membangun kampus itu di Bintaro dengan baik. Saya datang ke sana, saya memberikan pidato, saya memberikan dukungan anggaran. Kalau sekarang reputasinya seperti itu saya sedih sekali. Nanti saya minta hal itu menjadi sesuatu PR kita bersama. Jadi saya minta di Direktorat Jenderal Pajak, tentu bukan semuanya lulusan STAN. Tetapi saya tidak peduli anda semua ada di dalam korps yang sama. Jangan bedakan dengan mengatakan, ya memang itu hanya lulusan STAN, saya nggak percaya tuh. Yang non lulusan STAN juga punya penyakit yang sama, begitu anda punya power, begitu anda punya kesempatan, begitu tidak ada pengawasan, anda terjangkit saja penyakit ingin melakukan abuse. Dan selama ini begitu melakukan penyalahgunaan, begitu tidak ada yang memberikan peringatan, tidak ada konsekuensi, tidak ada hukuman, maka anda akan dengan tenang. Kalkulasi ini adalah manusia rasional saja semua anda ini. Kalau risiko berbuat salah lebih kecil dari tidak berbuat salah, anda semuanya, apapun agamanya, apapun sekolahnya, apapun suku anda, saya hampir yakin hanya segelintir saja barangkali orang yang sangat berbeda sekali, tetapi hampir yakin semuanya pasti akan kena godaan itu. Jadi kita harus berkoreksi untuk mencari check and balance bagaimana membuat kita selalu harus merasa diawasi dan pengawasan itu memang efektif. Saya minta itu kemudian dimunculkan. Jadi nanti Pak Tjip, hasil Rapim saya akan minta untuk akhir minggu ini, saya akan pelajari, selain adalah tadi pengamanan penerimaan pajak kita. Karena kinerja dan integritas itu bukan pilihan, saya tidak bisa mengatakan, “Ibu, karena kami sedang berbenah-benah maka setorannya menjadi kurang”. Itu tidak, itu satu mata uang dengan dua sisi. Di sisi lain, satu sisi adalah saya ingin penerimaan tetap, di sisi lain anda melakukan pembenahan. Itu adalah dua indikator dari satu mata uang yang sama.

Sekarang saya akan minta beberapa hal. Saya sudah menyampaikan 8 (delapan) langkah. Saya lihat profil anda. Delapan langkah yang saya instruksikan kepada Pak Dirjen Pajak maupun KPP dan Inspektorat Jenderal. Delapan langkah itu termasuk saya minta anda semua untuk menyerahkan Laporan Harta Kekayaan anda. Saya tahu sebagian besar anda atau semuanya sudah melakukannya dan dengan adanya kasus barangkali anda sudah mulai mempunyai motif untuk menyembunyikannya. Saya tidak peduli, saya perlu itu. Saya juga tahu bahwa sebagian anda pasti juga sudah membayar pajak. Saya mendengar beberapa pengamat mengatakan, “Siapa yang memeriksa SPT-nya orang pajak?” Saya sudah minta berhubungan dengan kasus Sdr. Gayus ini, seluruh WP yang berhubungan dengan Keberatan dari tahun 2006 sampai 2009 untuk dilihat kagi kasusnya. Saya tidak apriori barangkali sebagian adalah genuinely benar. Tapi untuk hari ini saya minta, karena tadi yang disebutkan anda semuanya dianggap guilty until proven bahwa anda innocent. Maka untuk WP-nya juga sama. Saya sudah minta untuk melihat kepada kasus yang ditangani itu tidak hanya yang berhubungan dengan di kantor pusat. Saya minta Kanwil untuk juga melakukan evaluasi yang sama. Kemarin Pak Tjiptardjo sudah menyampaikan 4 (empat) dari profesi, yaitu Pemeriksa, Keberatan, AR, sama Juru Sita. Saya tidak juga mau mengatakan anda semua atau semua yang bekerja di 4 (empat) fungsi itu adalah orang-orang yang sama seperti Gayus, tidak. Tapi beri saya peta, siapa yang masih bisa saya percaya di dalam Direktorat Jenderal Pajak. Semakin cepat semakin baik. Karena anda harus bisa menyampaikan bahwa persoalannya ternyata dilokalisir hanya terjadi di tempat ini, oleh kelompok ini atau oleh segelintir orang ini. Kalimat atau kata segelintir ini menjadi mewah sekarang. Moga-moga benar, karena kalau tidak, anda termasuk dalam keseluruhan satu keranjang dengan segelintir itu. Kita harus membedakan antara segelintir dengan yang tidak segelintir itu. Beri saya mengenai profil dari pemeriksa, keberatan, AR maupun yang berhubungan dengan juru sita bahwa mereka adalah orang-orang yang masih kita bisa percaya. Kalau kasus seperti itu hanya sedikit saja.

Sekarang kalau kita melihat modusnya, kalau seorang atau yang disebut mereka yang bekerja sebagai keberatan, pemeriksa dan yang lain-lain, di atasnya ada hubungannya dengan supervisinya atau tidak? Bagaimana peranan mereka?

Kemarin ada salah seorang pengamat atau siapa saya tidak tahu, saking banyaknya yang berkomentar mengenai masalah ini, mereka bilang “Kalau seorang Gayus yang IIIa dia punya duit, berapa katanya, 28 atau 25? Nanti kalau ketahuan ternyata lebih banyak lagi. Terus dia pakai Matematika, 30 ribu orang pajak kalau nilepnya segede Gayus, dikalikan, maka negara dirugikannya adalah 80 Triliun.” Begitu kan?

Itu Matematika yang sangat tidak masuk akal. Tapi rakyat ngikutin saja. Gampang soalnya. Jadi anda dikloning persis seperti Gayus semua, terus dikalikan dengan jumlahnya. Nah, kan berarti, anda akan diginikan, nanti kalau saya minggu depan di DPR, iya kan? Saya akan dipanggil DPR kan? Saya harus mempertanggungjawab kan tentang reformasi pajak ini, terus DPR menggunakan Matematika itu, karena gampang, nanti dipakai untuk pidato, “Menteri Keuangan, kalau Sdr. Gayus saja dia bisa nilep sekian puluh milyar, kalau 30 ribu orang di Departemen keuangan dikalikan berapa milyar maka potensi penerimaan pajak kita harusnya masih ada 80 Triliun. Kalau anda mau tetap menjadi Menteri Keuangan, anda harus bisa mengembalikan 80 Triliun itu dalam tahun 2010.”

Mampus nggak anda semua? Logika seperti itu. Makanya kalau kita tidak punya peta yang exact untuk saya presentasikan di depan DPR minggu depan, anda semuanya akan dihadapkan pada logika-logika seperti itu. Saya sudah minta kepada Pak Dirjen Pajak, Pak Irjen maupun Pak Sekjen untuk Rapat Kerja di Dewan, sebelum Rapat Kerja, saya harus sudah membuat tindakan nyata. Karena itu adalah down payment, itu adalah down payment untuk koreksi kita dan selain tindakan nyata saya harus bisa menjelaskan dengan tenang dan confident bahwa inilah yang akan saya lakukan untuk mengoreksi, menyelamatkan Direktorat Jenderal Pajak dari reputasi ini.

Dalam suasana seperti ini, saya ingin semua untuk melakukannya dengan penuh komitmen dan integritas. Saya minta seluruh jajaran untuk tidak bermain politik, anda semuanya saya yakin punya network politik. Terutama anda yang petinggi-petinggi yang duduk di depan ini atau bahkan di belakang yang memang punya skill. Terus anda melakukan skill untuk melakukan networking, mempolitisasi ini berarti anda mengkhianati lebih banyak lagi terhadap Direktorat Jenderal Pajak dan saya sangat yakin anda semua pasti cinta sama institusi ini, mestinya melebihi saya. Mencintai Direktorat Jenderal Pajak. Kalau anda mau menghancurkan dan merusak, ini saatnya. Anda pengen menghancurkan? Hancurkan sekarang. Ini adalah saat yang paling baik. Tidak ada waktu yang lebih baik. Tapi kalau anda mau menyelamatkan bersama saya, kita selamatkan sekarang. Saya minta semuanya tidak melakukan politisasi terhadap isu ini. Ini adalah kesalahan atau suatu kegagalan dari unit organisasi. Ini bukan kegagalan Direktorat Jenderal Pajak keseluruhan. Jadi kita bisa mengoreksinya secara baik dan ini membutuhkan suatu action dari kita semua.

Saya akan stop sekarang. Sampai di sini saya akan minta 4 (empat) orang bicara dari belakang. Coba saya ingin minta pandangan anda terhadap kasus ini dan apa yang menurut anda ingin disampaikan kepada saya, kemudian saya akan teruskan lagi. Silakan anda sekarang bicara, saya dengarkan.



PANDANGAN DAN MASUKAN AUDIENCE DALAM RAPIMNAS DJP

Ø Marsudi (Kepala KPP Pratama Cilacap)

Terima kasih waktu yang diberikan kepada saya. Ini sudah kami tulis sejak kejadian Gayus Bu.

Bismillahirrahmanir rahim.

Assalamu’alaikum Wr.Wb.

Pertama-tama, kita sangat prihatin sekali dengan kejadian Gayus dan mudah-mudahan kita bisa mengambil hikmah dari kejadian ini dan kita juga berdoa mudah-mudahan ini petunjuk yang diberikan Allah untuk kebaikan Direktorat Jenderal Pajak ke depan.

Ada 3 (tiga) usulan kami yang sudah ingin kami sampaikan :

• Saya sejak dulu setuju dan mendukung wacana tentang Lembaga Keberatan dikeluarkan dari Direktorat Jenderal Pajak. Alasannya karena :

1) WP dalam mencari keadilan harus melalui Lembaga Peradilan, bukan melalui Lembaga Eksekutif atau kami sebut Lembaga Peradilan adalah Lembaga Yudikatif

2) Kemudian, berapa tahun lalu kalau Pak Jangkung masih ingat, saya pernah membicarakan ini kepada beliau, bahwa Lembaga Keberatan ini ada di Eksekutif Bu, kemudian disbanding ke Yudikatif. Ini adalah hal yang aneh di bidang Hukum. Ini mungkin Pak Jangkung sudah pernah kami ajak bicara tapi lama sekali, mungkin beliau sudah lupa. Ini masalah Keberatan.

• Masalah Remunerasi, sejak awal kami menerima sosialisasi remunerasi ini Bali oleh Tim Reformasi Birokrasi Pusat, kami agak sedikit tidak setuju karena ini adalah merupakan PGPS (dulu disebut Pinter Goblok Pendapatan Sama). Itu hanya diperbarui saja berdasarkan grade-grade yang ada, sejak dulu saya tidak setuju. Sehingga teman-teman yang pandai dan bahkan jenius itu energinya dipergunakan untuk negatif karena tidak mendapat reward yang memadai dari Direktorat Jenderal Pajak sehingga apabila memang remunerasi ini dipertahankan, kami akan usul agar diberikan kebijaksanaan lagi bahwa teman-teman atau tim yang berhasil menggali potensi pajak diberikan insentif, seperti contohnya saja Bu di Cilacap, tahun 2008 kami sudah bisa menggali 100 milyar lebih, tapi apa yang diperoleh? Tidak ada. Sehingga teman-teman yang energinya berlebih bisa dimanfaatkan untuk menggali sebesar-besarnya tetapi mendapat insentif yang memadai.

• Kemudian biaya operasional (di Direktorat Jenderal Pajak disebut SIG).

Ibu dan Pak Dirjen mohon diketahui bahwa SIG itu ada 50 ribu. Kalau satu tim fungsional itu memeriksa 3 (tiga) orang, malah teman-teman yang dibayar 20 ribu, tetapi apabila timnya 3 maka mendapat 150 ribu atau 60 ribu. Ini kalau dia keluar empat kali maka dikalikan empat. Sedangkan potensi yang bisa digali bisa ratusan milyar. Ini terjadi di Cilacap dan saya sangat prihatin sekali, teman-teman sudah bisa menggali tahun 2008 ratusan milyar tapi hasilnya yang diperoleh, biaya operasionalnya sangat kecil.

• Ini agak berat memang, sudah pernah diwacanakan, hanya usul saja Bu. Mudah-mudahan Direktorat Jenderal Pajak bisa dibuat Badan sendiri.

Terima kasih Bu usulan kami.Sekian.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

Ø Haris Bamba (Pare-Pare, Sulawesi Selatan)

Terima kasih atas kesempatan ini.

Yang kami hormati Bu Menteri, Bapak-bapak para hadirin dan seluruh pimpinan.

Ada beberapa hal yang mau kami sampaikan :

• Kami sangat mendukung langkah yang diambil Pimpinan untuk membersihkan Gayus dan barangkali yang seperti Gayus.

• Saya tiba di sini sudah bekerja 29 tahun, 6 tahun ditunjuk sebagai Kepala Kantor. Pertama di Sangir, saya pernah ketemu model Gayus kecil-kecilan di Sangir 2 orang dan langsung saya selesaikan. Kemudian saya ketemu model Gayus lagi 1 orang, saya langsung selesaikan. Pindah saya ke Pare-pare, sudah 8 bulan Bu, saya yakin di Pare-pare tidak ada Gayus. Yang saya heran bahwa Pimpinan, yang saya baca di Koran atau yang Ibu Menteri sampaikan tadi bahwa ada sekitar 15 ribu pegawai DJP yang barangkali terindikasi atau mungkin yang berpotensi seperti Gayus. Menurut saya, Gayus hanya satu Bu dan saya sependapat yang Bu Menteri sampaikan tadi bahwa ini terjadi akibat sepertinya kita lambat menangani Gayus. Jadi kalau itu sebenarnya bisa dilokalisir, ini tidak perlu sampai seperti ini. Jadi saya sudah 29 tahun kerja itu Bu, baru tahun 2008 setelah remunerasi diberikan, saya baru mulai mencicil rumah yang sampai sekarang belum lunas. Sudah saya laporkan di SPT yang baru saya masukkan itu rumah yang ada di Ujung Pandang luasnya 60 m itu Bu dibeli dari cicilan dari Bank BNI. Dan saya yakin bahwa masih banyak kawan-kawan yang ada di ruangan ini yang seperti saya yang tidak seperti Gayus. Jadi kami sangat sedih mendengar apabila dikatakan terindikasi ada banyak Gayus.

Barangkali ini yang dapat kami sampaikan, jadi karena Ibu mengatakan tadi masih bisa kah kami, masih bisakah kami dipercaya? Saya kira pimpinan harus percaya kepada kami-kami yang ada di lapangan ini Bu. Dan kami dipersilakan saja, menurut catatan saya ada rekening yang saya laporkan itu pada bulan Januari agak banyak sedikit, yaitu sekitar 70 juta karena dirapel dari kekurangan yang 9 bulan itu saja sehingga ada uang seperti itu. Ya uang itu aja yang saya pagarkan rumah yang ada di Makasar yang dibeli dengan cicilan itu. Terima kasih Bu.

Sekali lagi bahwa kami mendukung langkah-langkah pimpinan dan bahwa tidak banyak orang-orang seperti Gayus yang ada di DJP.

Terima kasih.

Ø Bambang Prasetyo (KPP Kediri) :

Yang terhormat Ibu Menteri dan Pak Dirjen.

Pak Itjen dan para Eselon II dan kawan-kawan semua.

Assalamu’alaikum Wr.Wb.

Jadi yang pertama ada pertanyaan dari Ibu, yaitu apa yang salah pada kita? Ini ada pengakuan dosa pada kita semua.

• Pertama, kelembagaan atau sistem organisasi kita yang keliru tadi, yaitu antara krusial Keberatan, Banding dan juga sistem remunerasi, sistem penghargaan atau reward, ini memang belum menyentuh pada semua lapisan jajaran DJP.

• Kedua, kita sudah mereformasi, kita mati-matian menjadi perintis reformasi birokrasi tapi di tempat lain ada suatu ketimpangan. Di tempat lain tidak ada. Jadi, ada suatu iming-iming itu dari samping atau dari depan, yaitu terutama Wajib Pajak. Wajib Pajak itu belum bagus ya. Jadi tidak ada punishment bagi Wajib Pajak, tax home nya masih rendah, belum ada tax payer yang salah dibui-kan atau yang di dalam hukuman, yang cukup menjadi jera begitu. Jadi itulah reformasi yang di luar, dari instansi terkait juga belum ada, jadi ada suatu ketimpangan dalam pemerintahan ini. Sehingga kita mau jadi pahlawan sendiri itu ada hambatan-hambatan yang nyata di depan kita. Sehingga kita yang akan disalahkan selalu karena kita adalah sumber uang. Padahal teman-teman sudah sepakat kita sudah mengadakan reformasi dan kita menjadi clean government.

• Ketiga, kepercayaan masyarakat harus kita bangun.

Dengan apa? Dengan penyaluran dana-dana masyarakat untuk mensejahterakan masyarakat itu sendiri. Ini ada variabel-variabel yang tentunya tidak pernah dipikirkan. Kita tidak bisa, outputnya kita sendiri tidak bisa. Ada suatu variabel yang siginifikan mempengaruhi kinerja kita. Saya setuju dengan teman saya Marsudi bahwa gradasi daripada grading itu terlalu sedikit sehingga kelihatan sisi keadilannya kurang.

Solusinya adalah kita bersama-sama memusuhi semacam Gayus ini dan kita instrospeksi diri dari kalangan yang paling tinggi, dari Ibu Menteri sampai petugas, selalu introspeksi kita ,diri sendiri untuk bagaimana supaya pemerintah ini bagus, yang dicita-citakan bangsa ini. Dan tentunya kepercayaan masyarakat itu harus kita bangun lagi. Dan apa, ada beberapa elemen yang banyak sekali yang sebetulnya antara lain government trust ini ada unsurnya yang harus kita teliti, tidak cukup dengan pelayanan pajak yang bagus, tidak. Variabelnya banyak, pelayanan publik, pelayanan sipil dan banyak sekali. Dan remunerasi-remunera si di tempat lain seandainya kita mau sita, itu harus bayar juga kepada polisi. Semacam ini lah, ada elemen-elemen yang kita selalu harus waspadai. Demikian tanggapan saya pribadi, mudah-mudahan akan menjadi lebih baik DJP ini.

Terima kasih.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

Ø Pak Erwin:

Terima kasih Bu Menteri, mungkin ada tiga butir :

• Pertama, mengenai usul organisasi. Kalau tadi Ibu minta masukan, mungkin masukan dari kami bukan hanya Keberatan, Banding saja yang dipindahkan dari DJP tetapi juga Pemeriksaan harusnya keluar juga dari kantor pusat. Karena sangat tidak etis, pemeriksaan ada di kantor pusat, seharusnya di tingkat Kanwil atau KPP. Sehingga ada check and balance di sini.

• Kedua, mengenai kalau tadi Ibu marah, saya bisa mengerti dan saya juga marah walaupun saya marah pada diri saya sendiri, karena saya dianggap tidak berhasil pada waktu jadi Direktur KITSDA. Sebetulnya pada waktu itu ada program Whistle Blower dan pakta integritas yang sudah saya launching pada waktu itu tetapi karena berbagai pertimbangan itu tidak jalan Ibu. Nah kami senang sekali Whistle Blower itu dihidupkan kembali dan pakta integritas juga udah dihidupkan kembali. Itu tahun 2007 saya ingat sekali pada waktu itu Bu. Jadi mudah-mudahan kalau boleh Whistle Blower bukan hanya internal tetapi juga eksternal. Datanya dari pihak luar, bukan hanya dari kami yang hanya 30.000 ini karena sangat terbatas. Dan disistemkan ibu, itu permohonan kami.

• Ketiga Ibu, ini kami minta tolong kepada Ibu sebagai Menteri, ada usulan bagus dari masyarakat mengenai pembuktian terbalik. Dari saudara A Hok yaitu mantan bupati Belitung dan sebetulnya saya sudah pelajari azas ini sangat baik sekali bukan hanya kepada seluruh pegawai pajak, tetapi juga terhadap yang lain. Mudah-mudahan dengan kekuatan Ibu, bisa terwujudkan. Di UU Tindak Pidana KUHAP ini sudah ada pembuktian terbaliknya pasif Ibu, seharusnya aktif. Karena masyarakat sangat menginginkan yang aktif ini.

• Terakhir Ibu, pemeriksaan buper yang selama ini menjadi motor kami untuk masuk ke tingkat pendidikan law enforcement dari Pak Dirjen. Kalau boleh jangan lagi boleh mundur menjadi SKP Bu. Ini sangat berbahaya sekali. Sekali buper masuknya langsung ke penyidikan atau berhenti, karena kalau anda masuk SKP, buper itu menjadi pemeriksaan biasa. Dan ini kembali lagi penyidik menjadi seorang auditor dan ini sangat berbahaya. Jadi ini usulan kami, mudah-mudahan dapat diterima.

Terima kasih.

Ø Pak Amri:

Terima kasih Bu Menteri. Saya hanya menyampaikan dari sisi yang lain saja. Jadi begini, asumsi kita bahwa Gayus ini berangkat dari teori konspirasi barangkali, karena kita menyatakan bahwa banyak oknum terlibat, ada grup tertentu atau ada dalangnya seperti Pak Susno bilang atau dan lain sebagainya. Tapi saya melihatnya secara jernih betul bu, jadi sebetulnya, kalau kita lihat secara jernih betul, di pasar modal ada teori asimetric information (informasi yang tidak asimetrik). Di pasar modal ini dikurangi atau direduksi dengan full disclosure. Artinya apa? Semua pemain di pasar modal tahu persis informasinya begitu. Saya melihat Gayus ini justru sangat anak pintar dan dia memanfaatkan asimetric information ini Pak, jadi sampai saat ini bu saya gak percaya teori konspirasi bahwa banyak betul orang pajak yang masih berperilaku seperti tahun-tahun sebelumnya. Kenapa saya sampaikan seperti ini? Gayus yang menangani Keberatan dan dia yang datang ke pengadilan, maaf saja barang kali memang SOP-nya memang lemah, harusnya kita memilah-milah, kasus yang besar harusnya misalnya yang turun Direkturnya, Kasubditnya atau Kasinya, yang terjadi sekarang adalah semua Keberatan urusan anak kecil. Gayus ngerti betul kerjaan ini dan dia berurusan dengan pengadilan dan dia mungkin tahu juga hakimnya dan dia juga bisa akses ke WP. Jadi berdasarkan Asimetric information ini, berdasarkan kepandaian dia, mungkin seperti Ibu sampaikan, dibantu oleh satu, dua orang barangkali tetapi pasti tidak akan banyak. Kalau ini yang penting, kita cari informasi sekarang yang penting adalah Gayus sudah ditangkap di polisi, yang perlu informasi dari tangan pertama sebetulnya adalah sebetulnya dia mainnya di Keberatan atau bukan? Dia mainnya di Keberatan atau di Banding? Pengamatan kami bu, dia mainnya di Banding dan dia sebetulnya sangat pintar dan dia seolah-olah berperilaku seperti konsultan pajak tetapi informal. Dia punya data Keberatan, dia tahu cara di pengadilan dan dia bisa menghubungi WP. Jadi sebetulnya kalau dari awal kita menangani pers barangkali, kita tidak biarkan kebohongan-kebohong an beredar seperti Pak Susno misalnya, ada beberapa lagi Hadi Negoro yang bikin statement-statement yang sangat fatal dan tidak kita tanggapi secara lebih cerdas, kita biarkan massa/pers melontarkan tuduhan-tuduhan yang tidak berdasar sebetulnya dan kita maaf saja kadang-kadang menambahi dengan api, seperti Pak Bambang misalnya waktu KITSDA menyampaikan kepada masyarakat Gayus sekian perkaranya, sekian kalah, sekian menang. Ini kita menaruh api yang sudah terjadi di masyarakat.

Jadi saya berpendapat, tugas kita satu hal semestinya. Satu, bagaimana memadamkan atau mengurangi dulu, karena yang terjadi di lapangan bu, teman-teman yang ada di lapangan, maaf saja terlepas dari ibu sudah marah atau segala macamnya, gak marah pun ibu teman-teman sudah putus asa sebetulnya, sebagian besar. Kenapa sebagian besar putus asa? Karena sebagian besar mereka sudah benar dan konspirasi ini sebetulnya gak betul yang terjadi seperti itu. Jadi saya berpendapat sampai hari ini sebetulnya tapi ini perlu diuji dengan informasi yang kita dapatkan dari Gayus, apakah betul ada konspirasi atau dia hanya menggunakan Asimetric information. Terima kasih Ibu.

Ø Pak Hasan:

• Baik bu, terima kasih. Hampir sama sebetulnya dengan Pak Amri bahwa masalah Gayus adalah bukan masalah DJP. Itu yang pertama yang harus kita gong. Masalah Gayus adalah kasusnya ada di pengadilan. Jadi kalau saya melihat nothing wrong dengan DJP walaupun ada kelemahan-kelemahan di DJP, sistem. Saya masih berasumsi bahwa kelemahan yang ada di pengadilan dimanfaatkan oleh Gayus ataupun siapa saja apakah itu konsultan atau pihak lain yang memanfaatkan kelemahan itu dan itu bisa siapa saja yang main di sana. Tadi memang ada kelemahan-kelemahan di kita dari sisi. Kasus Gayus ini kan kasus audit yang lama, artinya produk KUP yang lama dimana di dalam KUP yang baru kita sudah benahi itu semua masalah pemeriksaan prosedur dan sebagainya, tetapi ini kan masalah lama sehingga mungkin ada kelemahan-kelemahan pemeriksaan pada waktu itu sehingga menimbulkan permainan-permainan .

• Kelemahan berikutnya adalah bahwa dari awal saat kita me-reform kantor pusat bahwa kita inginkan kator pusat itu policy design only, tidak mengimplementasikan apakah itu berhubungan langsung dengan wajib pajak yang hari ini di bidang keberatan maupun penyidikan dan pemeriksaan. Itu idenya dulu. Tetapi pada saat kita mau terapkan ada masa transisi, jadi ini sebetulnya masih dalam masa transisi, harusnya ke depan kita murni policy design office saja. Sekarang ini karena Direktorat Keberatan itu tugasnya banyak sampai melayani keberatan Wajib Pajak, kita juga mendesain maupun menganalisis hasil-hasil keberatan maupun banding. Pekerjaan itu yang selama ini gak sempat selama ini dilakukan. Bagaimana hasil banding selama ini, apa yang salah dengan banding? Karena kesibukan yang cukup banyak di bidang operasional pelayanan keberatan maka menyebabkan tugas-tugas untuk menganalisis hasil banding hasil keberatan itu menjadi tidak maksimal. Oleh karena itulah muncul kelemahan-kelemahan di pengadilan ini.

• Jadi sekali lagi ini masalahnya bukan di DJP, masalahnya ada kelemahan di pengadilan yang dimanfaatkan oleh siapapun baik itu Gayus-Gayus yang lain termasuk juga mungkin konsultan pajak memanfaatkan ini. Kita akui ada kelemahan di sistem operasional administratif DJP harus kita ambil langkah-langkah untuk perbaikan ke depan.

Saya kira itu saja, terima kasih.

Ø Pak Wahyu:

• Pertama mengenai situasi saya sedang kita hadapi, karena kalau di sini kita hanya mendapat kesan tentang Jakarta tetapi Indonesia lebih luas. Di daerah-daerah itu kegelisahan itu sangat tinggi. Saya mohon ijin, pertama kalau boleh beri saran bahwa selama ini DJP tidak membuat pernyataan-pernyata an resmi di depan media karena begitu mudahnya media memelintir. Office DJP ini stay out for a while dari media. Dengan demikian kita ada suatu peredaman di dalam masyarakat.

• Kedua, mengenai organisasi. Kami pernah lama juga berkecimpung di Bidang Banding. Jadi memang harusnya kalau Keberatan itu sekarang ini diturunkan di Kanwil. Yang dibutuhkan oleh DJP melihat praktik yang ada di Peradilan Pajak sebenarnya sudah pernah kami usulkan sejak lama. Yang ada harus ada semacam ada council, karena di peradilan pajak itu sifatnya adalah litigasi. Jadi council ini memang para expert, bukan pegawai biasa, pekerjaannya adalah bersidang. Jadi mereka ahli di bidang pajak dan ahli hukum sehingga punya keterampilan bersidang yang tinggi. Karena apa? Kita tidak bida mengingkari bahwa sampai kapan pun peradilan pajak ada, tetap saja Wajib Pajak berhadapan dengan DJP di peradilan pajak. Jadi tetap harus ada di DJP tapi itu Direktorat Banding yang isinya sebenarnya legal council dari DJP yang punya keahlian di bidang itu, kita latih dan kalau perlu itu adalah spesialis litigasi di bidang pajak. Ini saya kira sangat strategis ke depan karena sampai berapa puluh tahun ke depan, kita masih punya peradilan pajak yang seperti ini. Itu usul kami Bu.

Terima kasih.

Ø Pak Bambang (Kanwil Kalimantan Timur):

Selamat pagi Ibu Sri Mulyani yang sangat saya hormati.

• Saya ingin melihat dari sisi lain Bu bahwa dalam kemelut kasus Gayus ini sebetulnya ada kemelut lain yang lebih besar dan kita saya kira perlu mendinginkan kepala kita karena banyak isu lain yang lebih berat tapi tidak di blow up sebesar Gayus ini dan untuk itu dampak dari apapun yang akan kita kerjakan tetap saja menuai kritik atau badai dari masyarakat. Apapun yang kita kerjakan Bu, maka itu yang perlu dikerjakan adalah hal-hal simpel yang bisa diterima oleh masyarakat. Sekarang mengenai diri kita sendiri dulu Bu.

• Sebenarnya apakah benar kita itu benar-benar mau membenahi institusi Ditjen Pajak ini. Kita musti tahu benar-benar core problem atau isu utama dari Ditjen Pajak ini. Maaf, sering sekali kita Rapim memang tapi tidak pernah menjamah ini sebenarnya. Untuk sebagai gambaran yang paling mudah Bu, untuk mengetahui bahwa perkerjaan Ditjen Pajak itu sebenarnya tidak workable. Jumlah wajib pajak, saya berikan contoh yang saya kira saja bu, yang jumlahnya sudah 10 juta lebih itu apa 13 juta. Itu 70% tidak memasukkan SPT Bu, hanya 30% menurut statistik yang ada. 70% itu berarti kurang lebih 7 juta lebih bu. 7 juta lebih itu harus ditindaklanjuti dengan SPP bu, yang ditindaklanjuti dengan penagihan bu, itu orang itu kurang bu, tidak ada yang bisa mengerjakan. Kita hanya mengandalkan, itu kan ada AR-nya, AR itu maksimal hanya bisa mengusulkan pemeriksaan, jumlah pemeriksa sangat minim. Jadi sebenarnya pekerjaan itu tidak workable, sampai kapan pun tidak workable. Saya bisa mempertanggungjawab kan ini Bu, maaf kalau ini tidak berkenan di hati teman-teman para direktur Bu, ini tidak pernah akan selesai tapi kita hanya pingin kasusnya, kita bagaimana mencapai suatu penerimaan, itu mesti cari jawabannya apa?

• Jawabannya ini kita kurang pegawai tapi kalau kurang pegawai selalu mentok di Setjen dan selalu mentok di Aparatur Negara karena tidak bisa manambah jumlah sekian banyak orang tapi kenyataan kurang pegawai sehingga kontrol itu maaf tidak pernah akan terjadi. Banyak sekali kantor-kantor kecil yang hanya satu orang pegawainya sehingga demikian banyak sekali kesalahan.

• Kemudian fenomena kedua, banyak sekarang kenyataannya banyak fenomena lama tapi diadili dengan fenomena yang baru. Saya tidak berani menyentuh tapi seperti dulu kita semua itu pasti Golkar, semua dulu pasti kita melakukan kesalahan. Kita menggunakan fasilitas kantor tapi sekarang kalau itu diadili sekarang kita semua itu juga salah. Itu salah satu contoh saja bu sehingga bagaimana bu langkah konkretnya?

• Langkah konkretnya menurut saya, saya saat ini menunggu tindakan nyata dari ibu. Tindakan nyata dari ibu apa? Ya apa yang akan dilakukan terhadap Gayus dan teman-temannya. Itu pertama. Keduanya apa? Saya kira bu perlu di tes ulang bu kita ini. Tes ulang ini bukan hanya kompetensi saja bu tapi mungkin juga integritasnya, mungkin juga dosa-dosa masa lalu. Itu harus bagian yang tidak terpisah dari bentuk tes, saya kira kalau memang ini tidak memenuhi syarat sebagian dari kita tidak apa-apa, itu langkah penting bu karena makin lama masyarakat itu makin melek dan tidak mungkin mereka makin lupa, Bu. Saya kira Ibu perlu tes ulang lagi. Jadi mungkin ada cara yang baik bagaimana kita step down dengan cara yang lebih terhormat daripada kita paling tidak ada rasa harga diri seperti Ibu sampaikan tadi.

Saya kira cukup sekian. Terima kasih, Bu.

Ø Pak Agus :

Assalamu’alaikum Wr.Wb.

Ibu Menteri yang terhormat.

Memang saya memaklumi sekali bahwa Ibu marah karena saya pun juga marah mendengar kasus Gayus ini. Namun kemarahan itu tentunya tidak akan menyelesaikan masalah kalau berlarut-larut. Karena apa? Hanya menumbuhkan rasa takut bagi kami saja. Dan kami sekarang ini meskipun dimarahin, tetap memberanikan diri untuk menyatakan karena Ibu adalah kami pandang Ibu saya sendiri sehingga kami dengan jujur mengakui bahwa kami ini orang lama, Bu. Kalau kami diuji dengan pembuktian terbalik, pasti akan terkena semuanya. Dan hanya satu yang saya pandang akan lulus dengan pembuktian terbalik itu. Demikian.

Namun demikian, Bu. Ada hal-hal yang kira-kira bisa dapat kita selesaikan persoalannya ini. Yaitu :

• Mengapa kerjaan di Ditjen Pajak itu mudah dimainkan oleh Pengadilan Pajak di sana?

Yang pertama adalah sebagai petugas pajak, kita bekerja itu atas dasar asas materiil. Jadi sewaktu dokumen ataupun asas formal yang diberikan oleh wajib pajak tidak akan dapat kita akui sebagai suatu bukti formal apabila substansinya tidak mengena di sana.

• Pengadilan Pajak yang kita bentuk sebagai suatu pengadilan khusus di sana. Hakim-hakimnya berasal daripada pensiunan pajak, harusnya dia tidak ingkar atas azas materiil itu karena dengan ingkarnya azas materiil itu, suatu pekerjaan ditjen pajak yang diuji dengan asas formal, pasti akan kalah di sana. Sebagai contohnya, contoh yang paling sederhana, kami kemukakan dua contohnya.

Satu, faktur pajak fiktif. Faktur pajak fiktif itu diterbitkan oleh orang yang berwenang, yaitu wajib pajaknya sendiri. Asli, lengkap, dan benar semuanya. Namun demikian, kalau kita uji dengan azas materiil substansinya, dia menjadi fiktif. Kalau Pengadilan Pajak mengujinya atas dasar azas formal, dia menjadi benar. Menanglah dia. Wajib pajak yang menang.

Yang kedua, contoh keduanya. Ada tukar-menukar harta. Asas formalnya tukar-menukar harta dan bukan objek pajak. Tapi substansinya, asas materiilnya adalah jual beli. Pihak yang menjual terkena PPh final, pihak yang membeli itu kena BPHTB. Jadi, inilah sebenarnya yang menjadi pokok persoalannya daripada Pengadilan Pajak kita ini karena hakim-hakimnya ingkar, dia tidak menggunakan azas materiil yang ada.

• Berikutnya adalah, kita harus bisa memilah-milah, apakah kasus ini berasal dari Ditjen Pajak atau berasal daripada bukan Ditjen Pajak. Kalau seperti kasusnya Gayus, ini adalah siapa saja bisa melakukan itu sebagai mediator daripada para petugas pajak dengan pekerjaan Pengadilan Pajak di sana. Konsultan bisa melakukan ini, akuntan bisa melakukan ini, orang swasta bisa melakukan ini.

Jadi dengan demikian, kasusnya Gayus ini adalah kasusnya orang di luar Ditjen Pajak. Hanya kasus yang bisa dilakukan oleh petugas pajak sajalah yang kira-kira itu adalah kasusnya Direktorat Jenderal Pajak.

Dengan demikian dapat kita nyatakan pada publik bahwa reformasi perpajakan masih tetap kokoh kita pertahankan dan jangan diragukan lagi.Yang terakhir, Bu. Jadi sebenarnya, harus kita sadari bersama-sama bahwa sulit sekali memang menghadapi kasus yang semacam ini sekarang ini. Kita harus bisa mempunyai suatu teori komunikasi yang bagus sekali. Suatu arus yang sudah begitu derasnya, kita mencoba untuk melawan arus, tidak ada gunanya. Kita harus bisa memunculkan suatu hal yang baru di masyarakat sehingga masyarakat menjadi percaya lagi. Kita jangan menyerang balik dan ini malah menjadikan suatu provokasi bagi masyarakat untuk menyerang kita balik di sana. Demikian, Bu. Mudah-mudahan ini bisa menjadi suatu renungan.

Terima kasih.

Ø Bapak Jangkung:

Terima kasih, Ibu Menteri, Bapak Sekjen, Bapak Irjen, Bapak Dirjen, dan Bapak Ibu sekalian,

Assalamu’alaikum Wr.Wb.

Ibu yang kami hormati,

Sesuai arahan Ibu, Ibu minta pendapat atau masukan, khususnya di dalam menghadapi isu Gayus dan opini publik yang begitu santer akhir-akhir ini dan citra Ditjen Pajak yang sangat melorot akhir-akhir ini berhubung kurang konsolidasi dan terkoordinirnya tanggapan kita. Oleh karena itu, kita bagi dua saja, Ibu. Internal dan eksternal.

Internal ada 3 (tiga), yaitu : perbaikan, penyempurnaan SOP, peraturan perundang-undangan sehingga sekecil apapun tidak ada loop hole.

Contoh soal tadi temen-temen dari KPP Cilacap tadi sudah menyampaikan bahwa untuk pemeriksa, melakukan penelitian, pemeriksaan sederhana, penghapusan NPWP itu perlu Surat Keterangan dari Lurah. SIG-nya itu hanya 20.000, keterangan dari Lurah sudah 25.000, misalnya, tanpa ada uang jalan dan sebagainya.

Kemudian SOP di bidang Keberatan dan Banding. Sekarang ini Kakanwil banyak sekali hanya direpotkan oleh urusan administratif, seperti Panitera kalau di Pengadilan pada umumnya. Jadi surat-menyurat pemberitahuan itu sehingga apa? Kakanwil kehilangan waktu untuk meneliti esensi daripada perselisihan di bidang Pajak itu sendiri. Tetapi kami melakukan terobosan, maaf, dengan Peraturan Dirjen atau SetDirjen, kadang-kadang kami lapor ke Pak Dirjen sejak Pak Tjip, maupun Pak Darmin dan Ibu Menteri, saya tidak melaksanakan ini karena ini terlalu panjang, terlalu lama dan bahkan tidak produktif. Jadi, memang masih banyak SOP, peraturan perundang-undangan kita dan khusus mengenai Gayus di Bidang Keberatan yang harus kita perbaiki dan kita sempurnakan.

Kedua, pembinaan dan pengawasan kita yang masih lemah, Ibu. Bayangkan, seorang Gayus itu ada di Keberatan itu sampai bertahun-tahun, Ibu. Kita yang katanya Panglima atau Kapolda itu 1,5 atau 2 tahun mesti mutasi. Tapi ada juga yang kelewatan, bertahun-tahun di daerah yang terpencil. Nah, ini mohon masukan sejak ke Pak Darmin, Pak Tjip, Pak Ses Dirjen, memang mutasi, promosi, dan demosi harus kita perbaiki.

Ketiga, internal penindakan. Kami setuju kanker harus kita potong, kita putus sehingga tidak menular, kontaminasi ke daerah-daerah lain. Sehingga kita semuanya akan terkena penyakit tersebut. Namun, penindakan penegakan hukum jangan dengan cara yang melanggar hukum. Di dalam Undang-Undang 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dari KKN. Setiap Penyelenggara Negara yang mendapat teguran, mendapat tindakan, mendapat hukuman, itu berhak ada hak jawab. Ini sejak, ya, sudah kita lakukan. Saya tenaga pengkaji Bidang Pembinaan dan Penertiban. Saya sampaikan kepada Direktur KITSDA terdahulu sampai dengan sekarang. Hati-hati! Jadi jangan kita ingin memecahkan satu masalah, menimbulkan masalah lagi karena penindakan hukum sendiri yang mengabaikan aturan hukum yang berlaku.

Kemudian yang eksternal, setelah minggu ini atau Rapim ini kita juga sudah dapat melakukan evaluasi, melakukan rekomendasi kepada Bapak Dirjen, kepada Ibu Menteri, tindakan apa yang akan kita lakukan. Bahwa dari 32.000 pegawai Ditjen Pajak, itu 98,99% itu masih berintegritas, masih siap untuk melaksanakan komitmen Ibu Menteri, Bapak Dirjen, melaksanakan reformasi birokrasi, mengamankan penerimaan negara. Dan di belakang Ditjen Pajak, itu ratusan juta, Ibu Menteri, Bapak Dirjen, yang menunggu hasil kita. Karena pembayar pajak yang terdaftar baru 15 juta, misalnya. Kemudian yang mempunyai kekayaan sehingga kena PBB bisa transaksi, kena PPN, itu hitungannya masih sangat kecil. Rakyat sudah merasakan hasil reformasi selama ini. Ada KUR 5 juta yang tanpa agunan. Itu sangat dirasakan lulusan-lulusan yang belum dapat pekerjaan atau yang tidak bisa melanjutkan sekolah itu bisa berusaha tanpa agunan. Itu darimana? Salah satunya dari pajak. Belum ribuan yang menunggu hasil daripada reformasi birokrasi ini.

Nah, setelah kita yakin bahwa 98,99% masih bagus. Tinggal mengemasnya. Eksternal. Minggu yang lalu saya mendapat tugas dari Bapak Sekjen untuk mendampingi Vice President Islamic Development Bank. Dari 10 Universitas Islam Negeri se-Indonesia dan 14 IAIN, itu di belakang kita, Ibu. Termasuk 4 pembicaranya yang mewakili seluruh IAIN dan UIN, Prof. Dr. Komaruddin Hidayat dari Syarif Hidayatullah Jakarta, Aming Abdullah-Sunan Kalijaga Jogjakarta, Prof. Natsir dari Sultan Syarif Kasim Pekanbaru, Prof. Azis dari Alauddin. Itu mendukung kita, Ibu. Karena mereka merasakan sendiri sejak Januari 2009, remunerasi para profesor guru besar di UIN itu lipat tiga dari yang sekarang, fasilitas UIN itu untuk Sunan Kalijaga itu sudah menyamai bahkan melebihi dari Gajah Mada itu, Ibu. Jadi, saya sendiri juga kaget di sana bisa tes DNA. DNA itu sudah Universitas Islam bisa. Jadi nggak perlu ke Jakarta lagi. Jadi itu lah, jangan, maaf ya, Pak Irjen atau kita terlalu banyak defensif yang Pak Wahyu tadi bahkan untuk mengurangi. Saya tidak setuju. Tapi gunakan tokoh-tokoh masyarakat yang netral, dalam hal ini untuk menjadi humas atau jubir kita.

Demikian, Ibu.

Terima kasih.

Assalamu’alaikum Wr.Wb.

Ø Bambang Basuki :

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

• Fungsi PR kita itu masih kurang. Jadi kalau dari Ditjen Pajak sendiri, itu akan cenderungnya pajak menjadi semacam defensif. Yang kami harapkan tentunya dari pihak luar tentunya mestinya ini PR dari Departemen Keuangan yang muncul untuk memberikan respon terhadap apa pandangan-pandangan dari masyarakat ini. Sebab kalau dari kita di Ditjen Pajak, mereka sudah apriori duluan sehingga menjadi agak berkurang.

• Kedua, saya ingin menyampaikan pada Ibu juga bahwa apa yang terjadi sebenarnya di Ditjen Pajak mengenai masalah seperti pelanggaran- pelanggaran ini, ada dua hal yang sebenarnya bisa kita pisahkan. Kalau itu sifatnya pemerasan, itu mudah akan terungkap, Bu. Dan kita sudah menindak banyak sekali, termasuk memberhentikan, kalau itu sifatnya pemerasan karena salah satu pihak akan berbunyi. Tapi kalau ini TST atau KKN, itu dua-duanya akan diam. Itu dibutuhkan akan adanya pihak ketiga atau pun pihak lain lagi.

• Kami sampaikan kepada Ibu juga, fungsi KITSDA selama ini adalah tidak melakukan audit sehingga kita tidak mereview apa yang mereka kerjakan. Ini tidak termasuk dalam tugas KITSDA. KITSDA sifatnya adalah penindakan. Sehingga setelah menjadi kasus kita adakan penindakan.

• Karena itu kami usulkan, Bu. Setelah bicara juga dengan Pak Anwar Suprijadi, KITSDA ini dipecah dua, karena overload. Ada fungsi daripada Transformasi Sumber Daya Aparatur itu memakan 3 subdit. Itu dipecah saja menjadi 2 (dua) direktorat sehingga bisa difokuskan pada disiplin. Di situ nanti fungsi audit dimasukkan di dalam organisasi itu.

• Dengan demikian akan bisa mendeteksi secara dini apa yang terjadi, yang mungkin akan terjadi. Selanjutnya kami akan menjelaskan kepada Bapak ibu, kelihatannya berdasarkan apa yang telah kita lakukan sekarang ini, kelihatannya sinyalemen seperti Pak Syarifudin, itu mendekati kebenaran. Karena kelihatannya kita teliti dari fungsi pekerjaan Gayus yang di sini, kelihatannya malah justru bagus. Tapi selintas batas itu yang kita akan teliti itu. Jadi pintarnya di sini, dan kemarin juga sudah beberapa hari kami setelah beberapa hari ini kami mendapat informasi dari wartawan-wartawan, yang mereka menyatakan, “Pak Bambang, kelihatannya Gayus bermain sebagai markus”. Jadi kalau Pak Bambang teliti dari apa yang dikerjakan oleh Gayus daripada data-data itu mungkin Pak Bambang tidak akan ketemu. Tapi saya akan teliti dua-duanya. Sekian, terima kasih.

Ø Oto:

• Jadi perlu untuk Ibu ketahui bahwasanya penyelesaian kasus perpajakan setelah lepas dari DJP, bukan hanya di Pengadilan Pajak, tetapi banyak ini kasus diselesaikan di PTUN. Itu juga menjadi barangkali suatu masukan untuk ibu, bahwasanya, kalau di Pengadilan Pajak, kita masih dilibatkan di pengajuan keberatan untuk pemeriksaannya. Tapi di dalam PTUN, itu pengadilan yang in absensia. Jadi hanya administrasi saja. Tapi pada umumnya semua lolos. Ini masukan, Bu.

• Yang kedua, barangkali kalau di daerah sesulit Papua dan Maluku, perlu dipikirkan masalah SDM. Karena kalau yang di sana itu secara kuantitas dan kualitas, sangat rendah. Maka kemungkinan seperti Gayus-Gayus itu akan banyak terjadi di sana. Karena bagaimanapun, orang yang diberikan tugas untuk melaksanakan tugas tetapi dia tidak mampu, akan cenderung mencari jalan alternatif.

Terima kasih, Bu.

Ø Iwan Rizal :

Assalamu’alaikum, terima kasih, Bu.

Saya tidak akan panjang lebar karena minggu lalu saya sudah hampir 20 menit menyampaikan kepada ibu di Purnawarman, namun ada beberapa hal yang ingin saya sampaikan, bu, mudah-mudahan tidak menyita waktu. Bahwasanya mengulang pandangan saya di Purnawarman, hal ini terjadi karena kita bekerja tidak terencana. Seperti yang pertama kali saya sampaikan kepada ibu waktu saya turun ke Gambir IV, Bu. Pekerjaan itu sering reaktif. Hanya berdasarkan diosposisi surat masuk segala macam. Jadi kalau umpamanya nanti, kalau kami sudah mulai di Gambir IV, termasuk di Kemayoran, Performance Based Budget itu benar-benar diterapkan, dan prinsip-prinsip primer manajemen mulai dari planning sampai evaluasi itu benar-benar diterapkan, insyaAllah, Bu. Tetapi itu saja tidak cukup. Ini yang perlu saya sampaikan. Pak Darmin menjelang lengsernya sering mengutip bagaimana peran ‘social capital’, modal sosial, kalau Pak Darmin mengutip Fransisco Okayama, itu sebenarnya berdasarkan penelitian Robert Puttnam, ibu, yang membandingkan kenapa Italia yang Selatan berbeda dengan Italia Utara. Di sinilah yang belum tercipta, ibu, trust di antara pegawai. Kalau seandainya dengan rencana dan ditopang, apapun itu, fokusnya di SDM, vocal point-nya, Bu, insyaAlloh. Saya tahun 2007 berkunjung, dikirim oleh Pak Dirjen, ke Afrika Selatan, ternyata Afrike Selatan proses reformasi-nya sama, Bu. Yang terakhir saya sampaikan, Bu, tahun lalu DJP dipuji oleh Pak Presiden. Bahwasanya indeks persepsi korupsi Indonesia membaik, salah satunya karena DJP ada silent revolution. Tetapi yang perlu saya tekankan adalah tentang silent revolution, diam-diam. Karena diam-diam sehingga masyarakat tidak terinformasikan dengan benar. Masih berpikiran membayar pajak itu di kantor pajak. Jadi saya mohon dengan sangat, untuk bisa mengubah strateginya, bahwasanya setiap dari kita di sini bisa menjadi agen pajak yang menjadi Humas-nya. Ke masyarakat dan tampil dan bisa menjadi warga teladan masyarakat, menunjukkan bahwasanya kita tidak korupsi.

Demikian ibu, terima kasih banyak.

Assalamu’alaikum.

Ø Lukman Efendy (KPP Madya Surabaya):

Terima kasih, Bu atas waktu yang diberikan kepada saya.

• Sebagaimana Ibu menghendaki bahwa kita harus mengevaluasi diri, bagaimana untuk melakukan early warning dan check and balances. Mungkin saya ingin memberikan masukan-masukan, sehubungan dengan beban kerja di KPP, terutama di Pratama dan Madya, saya lihat juga LTO, mungkin juga khusus yang demikian besar, bagaimana kalau fungsi pemeriksaan itu kita kembalikan lagi ke fungsi semula yaitu fungsi pengawasan. Jadi kita di sini hanya melakukan fungsi pelayanan saja, begitu. Sedangkan fungsi pengawasan itu tetap ada di kantor unit lain yang khusus melakukan pemeriksaan. Dan saya juga setuju apabila kita juga ada pihak-pihak lain yang melakukan penelitian terhadap pekerjaan kita, pengawasan, melakukan audit pekerjaan kita, terutama untuk Inspektorat Jenderal, yang selama ini beberapa tahun yang lalu telah melakukan audit terhadap pemeriksaan- pemeriksaan dan pekerjaan-pekerjaan di lingkungan KPP maupun kantor pemeriksaan pajak. Sehingga ini akan memberikan suatu bargaining yang dapat memberikan pengawasan yang lebih kepada kita, Bu.

• Kami juga mengusulkan karena selama ini yang wajib mengisi LHKPN di DJP itu hanya Eselon II, Eselon III yang menjabat Kepala Kantor dan Fungsional Pemeriksa Pajak.

Bagaimana kalau ini diperluas bahwa pengisian LKHPN itu juga diwajibkan untuk seluruh Kepala Bidang, Kasubdit, maupun Penelaah Keberatan dan Juru Sita bahkan mungkin Pelaksana-Pelaksana lain yang mungkin tempatnya dianggap sedikit rawan atau bagaimana. Begitu, Bu.

• Selanjutnya, untuk kelancaran pelaksanaan kerja, karena biaya operasional di kantor kami itu memang cukup rendah, terutama untuk AR melakukan visit atau pemeriksaan melakukan kunjungan pemeriksaan kepada Wajib Pajak itu hanya 20 ribu itu karena saya rasa tidak cukup.

Saya rasa itu yang bisa sampaikan, terima kasih, Bu.

TANGGAPAN MENTERI KEUANGAN ATAS PANDANGAN DAN MASUKAN AUDIENCE



Oke, terima kasih. Bapak Ibu sekalian saya akan coba rap dan sekaligus memberikan penugasan pada anda semua, karena ini kan Rapim ya. Saya senang hari ini saya sudah mendengar banyak masukan. Dan seperti saya prediksi begitu diberi kesempatan untuk memberikan masukan anda semua fasih untuk menjelaskan kenapa dan apa yang terjadi. Masalahnya memang kita harus menangani persepsi publik.

Ada beberapa hal yang sifatnya sangat struktural dari DJP. Saya masuk menjadi Menkeu jumlah dari karyawan DJP 30.000. Sekarang juga mungkin sekitar 32.000. Jumlah WP waktu itu hanya 4 juta, sekarang 16 juta. Jadi saya setuju dengan anda bahwa jumlahnya memang sudah tidak memadai.

Ada sesuatu yang tertinggal bahwa di satu sisi kita melakukan banyak sekali promosi, ekstensifikasi, orang untuk membayar pajak, plus ditambah dengan IT system tapi itu tetap tidak akan memenuhi jumlah dari jajaran kita untuk menangani WP. Jadi dalam hal ini kelemahan struktural itu memang harus segera ditangani secara terorganisir. Recruitment kualifikasi yang masuk dan pada saat yang sama regenerasi harus dilakukan. Sehingga tidak hanya orang mengatakan, saya mau masuk DJP karena saya pengen jadi Gayus. Itu harus menjadi suatu pertaruhan kita di dalam cara kerja kita ke depan.

Kedua, tadi anda semuanya, terutama yang di KPP, berhubungan dengan WP Pribadi, yang tadi anda sebutkan entah 70%, entah 50-60%, tidak menyerahkan SPT, Non filler. Sebetulnya metode kita untuk bicara tentang small tax payer office atau KPP Pratama, dengan treatment-nya kepada medium maupun yang large, atau yang besar, itu harusnya berbeda. Apalagi tadi ditambah dengan beberapa keluhan atau indikasi mengenai biaya operasional. Saya sebetulnya selalu kecewa kalau sampai mendengar bahwa kita tidak mampu mendesain Budgeting secara baik, karena kalau kita walaupun di DJP Kemenkeu, kita yang bisa mendesain dan relatif pasti bisa kita sediakan, tidak mampu untuk melakukan struktur penganggaran yang baik, sesuai dengan load dan resiko, maka kita tidak bisa mem-blame orang lain. Orang lain selalu bisa mengatakan, “ Oh, kami tidak dikasih anggaran sama Departemen Keuangan..” Kalau kita, anggaran selalu saya berikan dan tambah, tetapi cara kita mengalokasikannya mungkin tidak optimal. Jadi kesalahan ada pada anda semua.

Saya tidak mau tahu dan saya tidak mau dengar “Ini mungkin di Kantor Pusat, Pak”, Setjen-nya, Setditjenya- lah, atau Kanwil, atau...saya tidak tahu”. Tapi ini persis yang saya temukan di Bea Cukai. Waktu saya katakan bahwa mereka dengan kapal patroli hanya dikasih uang 15 ribu uang makan sehari harus nangkap penyelundup yang kapalnya harganya miliar-an. Anda mau bicara tentang tadi, kompensasi dan resiko? Buat mereka mending melepaskan penyelundup dan mendapatkan uang daripada dia nangkapnya. Tapi saya tidak akan bisa nge-match atau memenuhi seluruh kebutuhan anda. “Bu, saya ini kan kerja, saya dapatnya ratusan miliar, masa saya dapatnya cuma 50 ribu?“ Nah kalau anda sudah mau jadi merchanery, merchanery itu berdasarkan itu anda salah. Tapi saya selalu sebutkan DIPA seluruh pimpinan Kementerian Keuangan, tugas saya adalah memenuhi anda bisa bekerja dengan income yang cukup. Dengan status sosial yang memadai. Anda bukan orang miskin dan anda bukan orang yang harus pura-pura miskin. Anda adalah kelompok masyarakat di dalam yang disebut kelompok menengah. Kalau anda pengen kaya seperti Gayus, anda harus menjadi enterpreneur, keluar dari DJP. Saya tidak bisa membuat anda menjadi kaya sekali. Tapi anda patut dan pantas untuk mendapatkan tingkat penghidupan yang layak dan bahkan harusnya cukup terhormat di masyarakat kita. Karena pekerjaan anda juga terhormat. Jadi saya tidak ingin anda pura-pura miskin. Orang sekarang mau mengatakan golongan IIIa seperti Gayus dikasih 12 juta, sepertinya kayak kita merampok uang negara. Menurut saya itu adalah pantas. Kalaupun saya masih bisa tambah antara 3-4 juta menjadi 15 juta menurut saya juga masih pantas kalau itu sesuai dengan risiko dan integritas yang kita pertaruhkan. Tapi kalau saya mengatakan Gayus punya uang 100 miliar, umurnya baru 30 tahun, berarti dari mulai dari dia lahir sampai sekarang setahun rata-rata adalah 3 miliar, kalau dia bekerja 10 tahun, dia bisa mengumpulkan 100 miliar, berarti setiap tahunnya 10 miliar, saya enggak akan pernah bisa menaikkan berapa pun salary anda untuk match dengan berapa pun temptation atau godaan untuk korupsi. Karena memang bukan itu. Ini sudah masuk pada ranah etika dan integritas. Harganya, Pak, tidak terhingga. Kalau anda bisa jual dengan 100 miliar, anda bisa jual lagi dengan 1 Triliun. Saya naikkan lagi income anda menjadi 1 miliar, anda minta lagi menjadi 3 Triliun. Itu lah letak kemarahan masyarakat. Bahwa dengan remunerasi bukannya anda makin jinak, tapi alah, anda memasang tarif lebih tinggi. Nah ini yang harus kita perangi. Karena di situ letaknya bukan pada price mechanism. Tapi pada integritas dan etika kita. Letak batas anda mengenai kepatutan. Saya bangga tadi, bukannya senang, tapi saya bangga bahwa anda, Pak Haris, saya tidak bahagia, tapi saya bangga bahwa anda masih mencicil rumah. Tapi saya tidak bahagia kalau anda sudah bekerja puluhan tahun tetap untuk beli rumah saja tidak sampai. Itu salah menurut saya. Saya tidak bangga bahwa anda harus jadi miskin atau pura-pura miskin karena itu bukan tujuan saya. Republik ini harus dijaga oleh kita semua dengan orang-orang yang punya confidence tinggi. Yang harus di-reward dengan baik tapi anda punya etika dan integritas yang tidak terbeli. Dan itu tugas kita semuanya, Pak. Jadi saya meminta anda semuanya memikirkan secara dengan tenang dan jernih. Saya setuju tadi bahwa remunerasi sekarang seperti PGPS lagi. Saya sudah mengindikasikan itu memang terjadi. Dan itu adalah karena kita waktu ingin melakukan suatu perubahan across the board. Tapi waktu kami melakukan diskriminasi muncul keresahan baru. Yang belum mendapatkan merasa kemudian resah dan merusak atau mengganggu organisasi juga. Jadi jangan dikira ini pilihan itu satu solusi tidak memunculkan suatu persoalan baru. PGPS ini barangkali menyenangkan untuk secara umum, tapi seperti yang anda sebutkan, yang pintar kemudian punya darah enterpreneurship menjual kepintarannya untuk tempat yang salah karena anda tidak punya etika dan integritas. Jadi kalau anda pure market mechanism, andalah itu yang disebut neolib yang sebenarnya. Anda menganggap keahlian saya harusnya dihargai sekian, anda pikir Menteri Keuangan ini saya nggak punya perasaan bahwa saya harusnya dihargai berapa juga. Memangnya cuma anda yang bisa mengatakan “Saya harusnya digaji berapa?” Anda pikir saya nggak punya juga punya harga, begitu?

Kalau saya mulai menjual kewenangan saya, saya bisa ada harganya itu Pak. Tapi etika saya dan integritas saya menolaknya. Jadi saya minta ya, Bapak-bapak sekalian yang ada di bawah selain pragmatis saya hormati dan saya berjanji terus-menerus melihat budget anda supaya dipenuhi, tapi jangan pernah punya ilusi dan mimpi bahwa saya akan bisa memenuhi nafsu anda. Nggak akan pernah bisa. Karena di situ letaknya etika anda bicara, Kepantasan bicara, integritas, kecintaan pada Republik ini, kecintaan pada profesi, itu tidak dihargai hanya dengan uang. Tapi ketenangan kita bekerja, confidence, harga diri, idealisme, itu juga nilainya luar biasa besarnya, tidak selalu dihargai dengan uang.

Jadi saya minta yang lain juga mulai memikirkan di dalam konteks yang lebih besar, meskipun kita memang akan berhubungan dengan uang. Anda semuanya mengumpulkan uang, kok. Kalau anda memang benar-benar menjadi orang yang tidak bermoral anda bisa mengatakan “Orang bisa ngumpulin 600 triliun masak saya cuma dikasih anggarannya cuma 5 Triliun? Nggak cocok itu Bu. Saya bisa dagangkan ini. ” Jadi anda pedagang, bukan adalah civil servant. Kalau anda menjadi civil servant di situlah letak idealisme anda, letak etika anda, letak integritas itu.



Jadi saya minta ya, tadi mengenai masalah struktur check and balance, kalau tadi mengatakan persoalannya ini bukan di Direktorat Jenderal Pajak, saya tidak sepenuhnya setuju. Saya tahu bahwa Gayus menggunakan ini adalah karena melihat suatu look hole dan kelemahan di Pengadilan Pajak. Tapi anda mengatakan bahwa tidak ada masalah di kita anda seperti self defeating. Denial dalam situasi seperti ini anda makin dihancurkan saja oleh publik. Saya tidak mengatakan bahwa kita harus menyiram api yang sedang tinggi dengan minyak. Tidak juga. Oleh karena itu saya memang minta PR anda harus bagus, hari ini saya sudah minta Pak Tjiptarjo untuk tidak lagi bicara kecuali mengatakan bahwa tugas Dirjen Pajak, anda semuanya, adalah mengamankan penerimaaan negara. Di situ titiknya. Semua enforcement, semua koreksi sekarang yang boleh bicara adalah Irjen. Anda tadi mengatakan, anda sudah tidak punya standing credibilitas untuk men-defend diri anda sendiri. Karena sudah digebyah-uyahkan, sudah digeneralisir. Yang masih punya otoritas bicara hanya tinggal saya sama Pak - tadi anda menyebutkan para endorser di luar, kalau anda punya network, sampaikan pada network anda untuk hal yang positif, mereka yang harus men-defend kita sekarang. Orang luar yang tadi sudah mendapatkan menfaat dari reformasi pajak, mereka yang lebih kredibel untuk membela kita, bukan kita lagi. Yang harus dilakukan oleh Direktorat Jenderal pajak adalah Action. Karena anda sekarang sudah tidak bisa lagi mengatakan secara fluent, dengan fasih mengapa terjadi kesalahan, apa yang salah.

Jadi dalam hal ini saya minta untuk anda yang pergi ke TV dan lain-lain harus diseleksi. Kalau tadi dari sebagian dari anda mengatakan anda pandai untuk bicara tentang PR, silakan nanti salah satu rekomendasi dari Rapim ini adalah bagaimana strategi kehumasan anda.

Untuk Direktorat Jenderal Pajak, maupun mungkin yang sebagian yang harus dilakukan oleh kita di Kementerian Keuangan. Itu adalah sesuatu yang sifatnya immediate minggu ini. Anda mengatakan masyarakat menunggu, saya akan memberhentikan Sdr. Gayus. Pak Jangkung mengatakan kalau melakukan penindakan harus taat hukum. Saya ta’at hukum. Tapi saya tidak mau juga hanya karena kita taat prosedur, kita tidak bisa dilihat oleh masyarakat melakukan tindakan. Karena di sini kredibilitas sudah pada titik nadir. Anda bisa disebut taat hukum tapi anda sudah tidak mempunyai lagi kredibilitas dan harga diri, maka fungsi dari Direktorat Jenderal Pajak tidak sama sekali di-rèkén oleh masyarakat. Jadi saya harus mencari titik-titik tengah yang cukup progresif tetapi harus tetap di dalam koridor hukum dan peraturan yang ada.

Oleh karena itu saya minta sikap anda semua jangan mengahalangi saya mengkoreksi. Kasih saya jalan, beri jalan yang paling mudah, yang paling clean, yang paling cepat dan paling minimal cost-nya untuk kita. Tapi kalau saya tidak melakukan, mereka semua sudah akan semakin tinggi skepticism-nya. Oleh karena itu, saya minta tadi untuk masalah remunerasi dan hal-hal yang tadi sifatnya adalah harus perlu direview, direview di dalam tim reformasi.

Masalah check and balance yang tadi banyak mengatakan antara fungsi dari Kanwil dan kantor pusat anda semuanya kan sudah, kalau ibaratnya kalau orang kalau orang Islam itu sudah Thawaf sudah muter berapa puluh kali Ka’bah, Anda sudah muter berapa dari mulai tempat fungsi ke fungsi, masak anda tidak bisa memberikan advice kepada saya yang paling bagus check and balance-nya. Mestinya bisa dilakukan. Saya harus memulainya dari dimana titik kegagalannya, selama anda mengatakan tidak ada yang gagal kita sudah salah saja, dari awal. Ini ada yang gagal saja, dimana letak gagalnya? Termasuk saya ingin mendapatkan siapa yang ngecek anda semua di Eselon II, kalau Sdr. Gayus bisa beroperasi bertahun-tahun tapi Eselon II nya tidak bisa bunyi sama sekali, itu apa yang salah? Apakah dia bagian dari persoalannya, bosnya itu? Saya nggak bisa mengerti saja, masak kita punya anak buah nggak bisa lihat dia makin hari makin kelihatan gaya hidupnya berbeda. Nggak akan tahan itu, anak buah kita yang punya 25 milyar di account-nya dia tidak nunjukin gatal dia Pak. Dari mulai cincinnya, kacamatanya, bajunya, sepatunya, sampai nanti kemudian mobilnya. Masak anda nggak bisa melihat? anda pura-pura nggak lihat? Anda nggak kepengen tahu? Anda sudah membuat lingkungan yang kondusif dan ini adalah lingkungan yang kecil saja dan anda bisa kok, tahu diantara anak buah anda, yang paling mentes istilahnya. Ini yang kayaknya paling punya keahlian. Wah, dia kok keliahatan makin jagoan, masak anda nggak sama sekali keluar perasaan, kecuali kalau anda juga disetorin. Jangan-jangan seperti yang dikatakan Gayus, dia merasa disuruh. Iya kan? Kalau seperti dia kan ngakunya bilang saja “Saya hanya bagian saja, saya operatornya.” Bosnya siapa? Kalau persoalannya di Eselon II siapa yang akan mengecek anda semua di Eselon II? Saya tidak tahu Pak Bambang, ya, mengenai masalah KITSDA mengenai pemeriksaan dan audit.

Saya malah punya pikiran kalau anda semua cinta pada Direktorat Jenderal Pajak, bagi anda yang sudah terlalu banyak beban masa lalunya, mungkin ada baiknya anda memberikan gesture, mengundurkan diri saja deh, sekarang. Anda selamatkan istitusi lebih gede. Betul, barangkali anda bisa menyelamatkan dan bisa menjadi pahlawan pada etape terakhir ini, istilahnya. Ini kalau istilah marathon, anda semuanya sudah pada lap yang terakhir. Karya terbaik anda adalah mundur saja dan barangkali dengan itu masyarakat akan memberi apresiasi pada anda, pada Direktorat Jenderal Pajak dan kita menyelamatkan reform yang terbesar, kalau anda cinta betul dan saya sungguh-sungguh soal ini. Saya tidak meng-exclude. Berikan tempat pada yang lebih muda, berikan kepercayaan kepada mereka dan saya ingin menantang generasi yang lebih muda bahwa anda bisa lebih baik dan lebih bersih. Betul, kalau anda bisa melakukan itu, itu adalah satu lagi langkah yang tidak pernah bisa dipikirkan oleh institusi lain. Tapi anda bisa. Dan saya ingin mengetuk betul di sini. Karena seperti yang dikatakan Pak Jangkung, kalau saya menggunakan peraturan Amsih tanpa lagi muatan moral dan etika, saya berhenti saja dan kemudian kita nanti melupakan lagi. Saya tawarkan kepada anda siapa yang duduk di sini, mau menjadi pahlawan dan mau menunjukkan ingin membuka jalan bagi Direktorat Jenderal Pajak untuk bisa lahir lagi dengan reputasi yang lebih kuat. Ini yang saya sebutkan tadi pengorbanan dari kita semua. Tapi saya tidak mau melakukan prejudice, jadi anda sendiri semuanya sekarang pikirkan, for the sake of Direktorat Jenderal Pajak. For the sake of our reputation. Otherwise, maksimum yang saya lakukan adalah saya akan melakukan perubahan dengan maksimal effort untuk memberikan suatu reputasi baru. Tapi itu pun menurut saya masih akan punya handicap dari persepsi. Jadi saya minta betul untuk dipikirkan di Rapim ini selain tadi yang anda sebutkan beberapa faktor karena ini kita tidak hanya menyangkut dan menangani masalah Gayus. Gayus is just one case. Ini hanya satu kasus, tapi kecintaan kita, dedikasi kita yang terbesar adalah membangun institusi Direktorat Jenderal Pajak. Itu yang harus kita pikirkan dan ini umurnya adalah abadi. Selama Republik Indonesia masih berdiri di situ, ada Direktorat Jenderal Pajak. Betul, sehingga apapun yang anda putuskan hari ini anda harus memikirkan bahwa usia dari Direktorat Jenderal Pajak adalah identik dengan Republik Indonesia. You want to build, let’s build. Anda mau membiarkan seperti biasa, bisa juga atau merusak pun juga bisa. Opsinya ada di kita, anda nggak bisa lagi nyalahin Presiden, nyalahin media, nyalahin DPR, nyalahin masyarakat, kita kok yang harus membikin keputusan. Kita yang tersentuh atau nggak, kita mau nggak berpikir di luar yang kita bayangkan. Melakukan yang mungkin tidak mungkin dilakukan. Karena saya yakin semakin saya minta anda bicara, nanti semakin banyak bicara tentang teknis detail. Terus anda lupa lari moral ground-nya. Masalah Gayus ini hanya satu kasus, tapi value moralnya begitu besar, Pak. Dan if you miss that, you wrong. Di satu sisi saya menghargai dan yakin dan kalau, moga-moga benar yang dikatakan Pak Jangkung atau siapa tadi yang bilang 98,9% anda adalah kelompok non-Gayus, moga-moga itu betul dan saya mau percaya itu. Tapi even 0,1% kalau itu ada di top position dan anda mengatakan “Saya merasa bisa membuat pajak dengan saya tidak lagi berada di pajak.” Anda akan menjadi pahlawan. You talk about 0,1%, berapa pak, dari 30 ribu pahlawan? Makanya itu harus menjadi pemikiran kita semua.



Saya meminta, di Rapim ini anda memikirkan yang tidak pernah terpikirkan oleh anda. It is the opportunity, anda mengatakan setiap persoalan, disaster, krisis, dia adalah kesempatan. Ini kesempatan kita untuk membangun reputasi Direktorat Jenderal Pajak dan saya tidak mau mengatakan saya hanya menangis, marah, kecewa, terkhianati, nggak. Saya memikirkan lebih detail dari itu, bagaimana saya bisa melahirkan kembali Direktorat Jenderal Pajak pada saat situasi masyarakat justru sedang menempatkan anda di tempat rendah. Kesempatannya besar sekali, sangat besar dan ada. Tinggal kita semua mau memilih atau tidak jalan itu. Oleh karena itu, saya akan tutup dengan mengatakan begini, komunikasi lakukan. Anda bicara di Rapim ini, anda mengkonsolidasi, bicarakan. Strategi tentang organisasi, saya minta tadi. Apakah itu berhubungan dengan remunerasi, apakah itu berhubungan dengan budgeting, biaya operasi, cara kita memberikan insentif dan punishment, itu adalah semuanya ada di dalam strategi organisasi. SOP yang salah atau masih lemah, silakan diperbaiki.

Yang ketiga, saya inginkan adalah, beri saya satu rekomendasi paling mujarab mengenai bagaimana melahirkan reputasi anda lagi. Koreksi detail mengenai organisasi, koreksi mengenai komunikasi handling, itu saya anggap anda semuanya ahli di sini. Tapi saya mengharapkan satu formula bagaimana saya harus melahirkan institusi pajak yang saya bisa bangga dan saya masih bisa punya confidence untuk pidato seperti ini di depan masyarakat bahwa saya letakkan badan saya, saya letakkan semua reputasi saya untuk mengamankan anda semua, karena anda identik dengan saya, saya identik dengan anda. Jadi anda mau tegak, mari kita tegak sama-sama. Beri saya alasan untuk bisa berdiri. Beri saya alasan untuk bisa mengatakan kepada publik, anda bisa mempercayai kami semua dan ini adalah yang paling sulit karena bagian ketiga ini akan membutuhkan pengorbanan anda semua. Kalau anda tetap tidak mampu, berarti akan ada tangan dari luar yang melakukan koreksi, termasuk seperti ini, ini sekarang adalah tangan luar, harus ada orang yang mengatakan, kalau tangan luar berarti mereka tidak tahu persis di titik mana kita harus membuat pemotongan, karena mereka menggeneralisir Dirjen Pajak adalah satu manusia yang sama dan itu merusak kita semua. Makanya sebelum kita dikoreksi oleh orang luar, koreksi diri sendiri.

Nah, saya minta nanti ya, yang bagian yang disebut the second face of reform, reformasi tahap kedua anda semua. Saya memang memperhatikan betul mengenai KPP Pratama Madya dan LTO, termasuk HWI. Terus terang saya membutuhkan betul sekalon ini adalah peta untuk menteri ini termasuk perencanaan rekrutmen. Ini adalah masalah yang sangat-sangat penting dan pelik. Kita membutuhkan orang-orang yang qualified, jumlahnya banyak dan harus tadi kita lihat semuanya, dari semua aspek, rekrutmennya, yang kita ambil dari STAN dan bagaimana membuat mereka menjadi korps yang bagus, yang disebut sebagai new blood (darah baru) dan tidak terkontaminasi. Saya butuhkan itu.

Tadi malah Pak Agus mengatakan kalau anda semuanya disuruh melakukan pembuktian terbalik dan saya melakukan tes lagi, mungkin sebagian besar anda tidak lulus, saya sedih sebetulnya dengar itu. Kalau pembuktian terbalik, anda semuanya mengatakan rezim lama semuanya ikut Golkar waktu itu, zaman orde baru, artinya anda mau mengatakan rezim lama menerima duit minimal itu adalah biasa Bu, kalau minta duit ya agak luar biasa, merampok nah itu baru jagoan, kan anda mau mengatakan begitu. Setiap saya interview pejabat di Ditjen Pajak dan Bea Cukai, untuk posisi Eselon II saja, saya selalu tanya, “Apakah anda bisa mengatakan kepada saya dengan tegar bahwa anda tidak pernah menerima apapun?” Tidak ada satu pun yang lulus. Artinya, pilihan saya adalah yang paling sedikit dosanya.



Pertanyaan kedua kepada anda, ini saya bocorkan kalau anda nanti akan menjadi Eselon II lagi. Pertanyaan kedua kepada anda adalah begini, “Apakah dengan reputasi anda di belakang kalau anda sekarang menduduki suatu posisi, ada orang akan mengatakan, Pak dulu kan kita baik-baik dan berteman, bahkan Bapak mungkin saya openi, terus orang itu akan minta lagi favor, apakah anda bisa mengatakan tidak sekarang? “

Pak, kalau anda lihat dari pertanyaan saya, saya sudah menurunkan level of expectation saya. Karena if you ask me sebagai Menteri Keuangan, I should ask, apakah anda pernah commited terhadap message? Iya, anda fail, keluar. Tiba-tiba saya tidak punya opsi lagi Pak and you are talking 98,9% anda bersih? Saya rasa enggak. That’s the reality. Saya mau mem-wake up anda semuanya karena saya punya pilihan sangat terbatas. Tugas saya memang membicarakan hal yang tidak enak seperti ini di dalam karena saya di luar harus mati-matian membela anda, di depan DPR, di depan media dan di depan Presiden. Kalau saya bisa dengan tenang mengatakan pada anda, bantu saya untuk membela anda. Maka saya akan bisa tegak berdiri dengan tenang. Tapi kalau saya merasa bahwa anda semua tidak membantu saya, dan saya akan bisa mengatakan dengan tenang, nampaknya ini tidak bisa lagi ditolong lagi. Jangan sampai saya mendekati di posisi itu karena sampai hari ini anda tanya pada saya, saya masih bisa bicara di depan Presiden, saya besok minggu depan bicara dengan DPR, saya bisa menjelaskan kepada media, saya akan mengatakan Direktorat Jenderal Pajak masih bisa dipercaya dan saya akan melakukan koreksi. Anda semua lah yang bisa membantu saya untuk menjaga kredibilitas dari statement saya itu.

Jadi, Pak Haris tadi yang di Sulsel (Pare-pare) saya simpati pada anda dan saya yakin banyak Haris-Haris yang lain, bukan banyak Gayus-Gayus yang lain. Orang seperti anda lah yang bisa membuat saya teguh berdiri di depan semua orang, Pak karena saya waktu bicara, yang saya ingat adalah cerita seperti Pak Haris, bukan cerita seperti Gayus. Saya ingatkan satu kalimat terakhir dan ini tidak enak, jangan dikira bahwa Gayus is going to be the last case. Saya mau tantang anda, kalau sampai minggu depan datang lagi ada orang mengatakan, ini seorang pelaksana pajak, rumahnya sama seperti Gayus, kita mau ngapain? Anda gak perlu 10 kasus, 1 kasus saja ada tambahan lagi, habis Pak dan saya yakin media bisa menemukan salah satu dari staf pelaksana yang rumahnya sama kayak Gayus, saya yakin itu. Hancur kita kalau kayak gitu. Karena itu mungkin terjadi makanya saya minta bagian yang ketiga tadi, anda pikirkan dengan sangat matang, bagaimana saya harus menyelamatkan reputasi Direktorat Jenderal Pajak. Media tidak membutuhkan 100 kasus, Pak. Dia butuhkan 3 atau 2 kasus saja lagi atau 1 kasus lagi. Dalam kondisi kita terpuruk, kita sudah tidak lagi punya defense dan mereka mengatakan, ini bukan Bagian Keberatan lagi, ini Bagian lain. Habis saja kita. Don’t underestimate that! Karena tadi malam, saya bicara dengan Tim Pemberantasan Mafia Hukum, mereka mengatakan sudah masuk banyak sekali laporan dan saya minta kepada mereka, beri saya waktu, beri saya kesempatan untuk konsolidasi. Setiap kasus yang terbuka, saya harus punya ruangan untuk membuat koreksi yang kredibel.

Jadi, Bapak dan Ibu sekalian, saya mohon maaf betul. Saya harus menyampaikan yang terakhir ini, karena jangan dipikirkan bahwa kasus Gayus adalah satu-satunya dan yang terakhir. Saya betul-betul secara tulus ingin percaya kepada anda bahwa itu adalah kasus yang exceptional tapi saya hanya ingin mengatakan titik kritisnya adalah kita tidak membutuhkan 5 kasus lagi, 1 saja tambahan kasus lagi yang mirip dengan Gayus, tidak di Bagian Keberatan, tidak di Bagian Pemeriksaan tapi di Bagian yang lain maka kita kepercayaan diri kita akan runtuh saja. Saya tidak ingin itu terjadi, maka saya ingin Rapim 2 hari anda berpikir sangat serius, beri saya amunisi, beri saya pertahanan, bantu saya, saya betul-betul mohon sekarang di sini. Bantu saya. Saya ingin menjaga Direktorat Jenderal Pajak. Bantu saya!. Saya ngomong seperti ini, saya meminta kepada anda, saya bicara sebagai Pimpinan dan sekaligus orang yang bertanggung jawab. Tolong saya. Kalau saya tidak dibantu, maka saya tidak akan bisa kuat menahan ini semua. Jadi saya berikan anda 2 hari, besok saya akan berangkat di Pertemuan Menteri-Menteri Keuangan Se-Asean. Saya hanya akan kembali pada hari Jum’at. Saya minta akan percaya pada saya, apapun yang saya lakukan, saya tidak punya agenda lain, but to save you all. Jadi yang saya lakukan ini, saya tidak punya opsi lain, saya hanya ingin menyelamatkan Direktorat Jenderal Pajak dan saya betul-betul serius untuk melakukan itu. Nah, bantu saya dalam satu hari ini anda silakan rapat sampai malam, sampai besok pagi beri saya, yang sifatnya Jangka Menengah Panjang, bisa kita rapatkan di Rapim yang akan datang, yang sifatnya immediate hari ini, mengenai Kehumasan, Strategi untuk menyelamatkan reputasi, tindakan korektif yang bisa dilakukan oleh Menteri Keuangan, beri saya sekarang menunya. Sambil saya juga memikirkan Jangka Pendek apa-apa yang menurut saya perlu untuk dilakukan.

Demikian Bapak dan Ibu sekalian.

Oleh karena itu, saya minta kemarin, tadi pada Pak Dirjen Pajak untuk konsolidasi. Saya sudah tidak butuh lagi teori-teori Pak. Kalau teori saya sudah mengerti. Saya sudah baca buku mengenai anti korupsi, saya sudah baca buku banyak kasus. Yang saya lakukan sekarang Action. Saya kenal anda semua di sini, saya mencoba mengenali anda sampai pada Eselon II, Eselon III sampai di tingkat daerah-daerah. Kasus ini tidak harusnya membuat kita runtuh dan saya diberi nasihat oleh anak saya, kalau ada sesuatu yang tidak membuat mama mati, maka dia akan membuat mama menjadi kuat. Kasus ini tidak akan mematikan DJP. Maka dia akan bikin kita kuat. Jadi anda semua harus makin kuat. Ini kasus. Tapi anda harus lihat virusnya seberapa membuat kita agak kewalahan. Keluar dari sini, anda tidak boleh lemah, anda harus kuat, anda harus percaya diri, anda harus makin bersih dan itu yang saya inginkan.



Demikian Ibu dan Bapak sekalian,

Selamat melakukan Rapat. Saya tunggu hasilnya sampai besok oleh Pak Dirjen, seluruh Kanwil dan seluruh Eselon II bahkan sampai Kepala Kantor. Bikin schedule yang strategis, lihat lagi schedule anda dan kemudian anda lakukan prioritas berdasarkan apa yang paling penting. Namun, yang tidak boleh dilupakan, target penerimaan pajak anda tetap. Atau bahkan naik. Pembicaraan awal dengan DPR mengatakan, growth tahun ini akan naik dari 5,5 mendekati ke 6%. Itu artinya, kalau tax rationya tetap, anda harus menambah sekitar 4 Triliun dari DJP saja plus ditambah intensifikasi, kira-kira anda tambah dari sekitar 611 anda kira-kira harus memberikan sekarang sekitar 615 Triliun. Tahun ini itu non negotiable. Itu adalah minimum achievement. Itu adalah pencapaian minimal. Kalau anda bisa, akan lebih baik lagi.

Demikian ya.

Terima kasih.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

Selamat berapat dan bekerja.


Kamis 15 April 2010

Menghadiri acara batuan pengelolah teknis hari kedua di Departemen Pekerjaan Umum.

berangkat dari rumah jam 06.00 dan sampai di Departemen sekitar jam


Sabtu, 17 April 2010.


Mengantar Fifinya ke sekolah pagi ini, tetapi ibunya ingin ikut juga sebab akan turun di Pasar, sekali jalan, dan kendaraan berjalan lancar, setelah Fifinya turun di depan sekolahannya, saat kembali harus menjemput ibunya yang ke pasar tadi, masih diatas motor di depan pasar, memperhatikan ramainya pasar pagi ini, walau pasar ini setingkat pasar desa tetapi lahannya bukan milik desa, tetapi milik seseorang di desa ini, sehingga keuntungan murni masuk ke individu.

Ibunya keluar dari pasar dan sekarang pulang, sewaktu tiba di depan rumah, sempat duduk- duduk dengan tetangga membicarakan sesuatu yang berkaitan dengan lingkungan, tiba- tiba melintas ular hitam kecil di bawa ban mobil tua yang lama di parkir dan saya ingatkan penghuni rumah dekat situ jikalau ada ular masuk, dan saya lihat ia bereaksi dengan menyiramkan garam di sekitar rumahnya.

Masuk rumah, tidak lama kemudian Istrinya Parno Almarhum datang membawa jualan berupa rempeyek kacang saya beli 5 bungkus dan langsung dimakan satu bungkusnya, tiba- tiba menerima SMS dari Pak Marzuki untuk hadir pada resepsi perkawinan hari minggu besok.


Minggu, 18 April 2010.


Ternyata bajunya Yasin telah kesempitan semuanya, lama almarinya Yasin ngak pernah di acak- acak seperti siang hari ini saat akan mempersiapkan diri untuk berangkat memenuhi undangan Pak Marzuki Usman, yang akan menikahkan anak lakinya nanti malam, ibunya masih berangapan bahwa baju kotak- kotak birunya masih cukup, tetapi setelah baju itu di dapat dan ternyata sempit, berarti badannya Yasin telah berubah, meinggi dan membesar, siapa yang ngak bersyukur, sebab membesarkan dia dengan penderitaan Thalasemia dengan Hb yang selalu kurang dari 12, siapa yang ngak was- was.

Okey ngak apa coba cari mana yang cocok untuk nanti malam, saya memberi semangat, akhirnya di dapat kaos baju tangan panjang biru dengan warna agak luntur, itu satu satunya yang ia miliki untuk menghadiri pernikahan nanti malam.

Sementara Fifi teriak jikalau sepatunya yang setiap hari di pakai sekolah itu sekarang tanahnya sudah masuk, berarti ada yang lobang.

Saat terdengar adzan waktu shalat Ashar bergemah di masjid yang terjauh, siang itu, dimana semua lagi asyik nonton TV tayangan Geographic National, Adventure, semuanya jatuh ngantuk, tetapi saya langsung mandi untuk persiapan berangkat. Setelah itu Fifi bangun dan Yasin menyusul untuk mandi dan shalat.

Setelah shalat Ashar, langsung berkemas untuk berangkat ke undangan pak Marzuki Usman.

Naik motor berempat, semangat saja untuk berangkat bersama, Yasin terdepan duduk di atas tanki, kemudian saya, kemudian Fifi dan terakhir ibunya.

Untungnya ban tidak bermasalah, Yasinnya mulai merasa malu duduk terdepan dan naik motor berempat, dan keluar dari kompleks di iringi dengan tatapan mata banyak orang.

terlihat motor di parkir sendirian
tengah malam nanti baru di ambil



Jalan perlahan, dan saat mendaki perlahan takut tergelincir, dan sukses sampai di perempatan Cileungsi, anak-anak dan ibunya turun di perempatan, kemudain motor saya arahkan menuju ke toko Cemerlang yang setiap kali ke pasar motor ini parkir di depannya, kali ini juga akan parkir agak lama, setibanya di parikir depan toko Cemerlang, toko peralatan foto, saya membeli batery tustel seharga Rp 10 000,- sambil mengatakan biar aja motor di situ, sebab sewaktu parkir sejak awal penjaga toko sudah memperhatikan.

Kemudian berjalan menuju perempatan dimana anak- anak dan ibunya menunggu, setibanya di depan kepala desa Cileungsi masuk halaman dahulu sore itu untuk buang air kecil.

Di perempatan anak- anak sudah protes kok lama bener parkir motor, kemudian naik angkot 56 tujuan Cileungsi, perjalanan lancar saja tetapi penumpang agak kurang, untungnya lancar dan setibanya di UKI turun untuk ganti bus P2 tujuan Kota yang melewati Departemen Keuangan.

Sore semakin merangkak redup, lampu jalanan telah di terangkan, kedai makanan di jalan Oto isskandar telah terpasang tenda dan siap menanti pengudap malam.

Setibanya di Kampung Melayu terbayang seluruh derita sewaktu berjalan dari RSCM dengan Tyas sewaktu Tyas kecil seperti kecilnya Fifi sekarang ini, untuk mencari kurma,menjelang hari raya idul fitri, satu bal isi 5 kg, untuk di bawa ke rumah di Ciledug, saat itu rumah masih di Ciledug, sekitar tahun 1993.

Ternyata bus datang semakin dekat ke kompleks Kementerian Keuangan, dan saat itu titik terdekat menuju ke kementerian Keuang sambil berjalan sehingga di sarankan turun oleh kernet Bus.

Setelah di bawa, berjalan kaki sambil memperhati hotel- hotel yang menyala semua sinar di salah satu sudut kota, di kawasan Senen.

Gedung pertemuan Dhanapala telah terlihat dari jauh, dan mencari pintu masuk, dan unjuk salam kepada satpam pintu masuk sambil menanyakan dimana masjid dan musholah, musholah ada di dalam, sementara ibunya belum berganti pakaian, tetapi saya ingat di ujung jalan ini ada masjid, satpam itu meng iyakan dan berempat balik kembali menyebrangi jalan untuk menuju masjid.

Appartemen Allstone di lewati, Yasin ingan jikalau bapaknya pernah tinggal semalam disini sewaktu membahas bangunan Departemen Kelautan, betul juga masjin itu bernama masjid Jamie At Tawabin.

Di masjid ini sahalat maghrib dan sambil berganti pakaian.

Anak- anak cepat selesai ganti bajunya kemudian saya dan ibunya yang paling lama.

Berjalan berempat menuju ke gedung pertemuan Dhanapala dengan menyeberang jalan dua jalur yang sepi itu, kemudian menitipkan tas berisi pakaian ganti dan sepotong jeruk yang di beli di atas bus P2 sewaktu Fifi kepingin membeli sewaktu pedagang bus itu naik menawarkan barang jualannya. Satpam yang telah mengenali saya tadi meletakan tas itu di kotak kamar ke amanan satpam depan jalan.

Memasuki ruang pertemuan langsung di jemput dengan sekretaris laki nya pak Marzuki Usman, lama tak bersua, dan tertawa persahabatan dengan di iringi senyu ke bahagaian.

Setelah menulis nama di buku tamu dan memasuk amplop, langsung memasuki ruangan, sistim terima tamunya agak sedikit kurang enak, semuanya serba canggung terlihat, bisa jadi mereka adalah penerima tamu yang serba dadadakan.
Tepat jam 19.00 terdengar pemberitahuan jikalau mempelai memasuki ruangan, dan terlihat putranya pak Marzuki berdampingan dengan istrinya yang sudah di nikahkan tadi pagi, memasuki ruangan, mereka berjalan perlahan dan saya memberi lambaian tangan ke pak Marzuki untuk memberitahukan kepadanya jikalau saya datang walau undangan itu hanya lewat sms hp yang sederhana.

Pak Marzuki termasuk pengusaha yang berhasil dan pernah memegang jabatan esselon satu di departemen keuangan dan jabatan menteri Pariwisata dan menteri Kehutanan di jamannya kabinetnya Gus Dur.

Sehingga yang datang adalah para orang kaya baik itu china, jepang dan Inggris terlihat semua.

Acara tarian telah berlalu sekarang memasuki acara memberi salam kepada mempelai, dan yang di utamakan adalah para Taipan- taipan tersebut, banyak sekali orang kaya yang di sebut satu persatu dan di foto kenangan dengan mempelai, tetapi apakah nanti kalau saya di depan kemanten akan di foto, saya pikir pasti tidak sebab tidak ada sesuatu yang di ungkap sebagai kekayaan disini.

Melangka dengan perlahan, saya mengingatkan istri untuk melangkah se pelan mungkin sebab di sekitar kita banyak orang kaya dari grade tiga yang memperhatikan, sementara itu Yasin saya gapit dengan tangan kanan dan Fifi di gapt dengan ibunya dengan tangan kanannya.









Langka perlahan itu sampai di ujung pangung, saat mana mengatur langkah sebab ada sepasang bapak ibu tang terpisah akibat adanya saya dengan istri, sehingga di betulkan dahulu dengan kesabaran yang tinggi.

Salaman telah di lakukan dan Yasin dan Fifi semangat turun panggung untuk mendekati makanan yang di hidangkan.

Makanan yang populer cepat di antri orang- orang sehingga mencari makanan yang tidak di sukai, akhirnya di dapat, minum dahulu capucino dingin, kemudian salada solo, salada solo ini ada antiknya yaitu ada daging berkuah, sehingga lumayan lah, ada segala macam sayuran terutama tomat dan ada dagingnya, mengambilnya sedikit saja sebab masih banyak makanan yang di tebarkan.



Kemudian menepi untuk makan berempat, dan setelah itu memasuki ikan salem di bungkus tepung dan siomay, setelah itu minum es buah, setelah itu berjalan perlahan lagi menuju tek wan yang hangat, setelah itu roti jala medan dengan kambing yang di kuah kental enaknya sempurna.

Setelah menyantap kambing secepatnya mencari tomat irisan untuk menetralkan kolestrol, setelah itu makan blomsteam makan hangat berkuah dengan banyak isinya.

Anak- anak mencari es krim yang royal dan berlimpah roti bundar saya men stop diri tidak makan lagi.

Putuskan melangkah pulang.

Foto bersama sekretaris laki pak Marzuki di tempat penerimaan tamu. Dan melangka keluar menuju ke satpam untuk mengambil tas dan berjalan keluar menuju terminal bus Senen.

Sepanjang jalan di perhatikan dengan tukang taksi yang berbaris menawarkan jasanya, tetapi mereka tahu jikalau pastinya tidak akan bertaksi.

Menunggu cukup lama bus P2 yang mengantar ke UKI, naik bus dan Fifi ngak mau duduk sebab tempat duduknya sudah rusak semua.

Setibanya di UKI langsung pindah bus ke angkot 56, untungnya bagian depan masih kosong sehingga berempat naik, saya memangku Yasin dan ibunya memangku Fifi.

Menunggu lagi didepan tol supaya penumpang penuh. Dan angkotpun berjalan dengan penumpang padat.

Tiba juga dengan kantuk yang amat sangat di Cileungsi, ambil motor, terlihat motor dari jauh kedinginan dan sendirian.

Bermotor berempat menuju Gandoang sejarak 7 Km.

Setibanya di rumah Astari tertidur, setelah masuk shalat Isya dan berangkat Tidur.



Senen. 19 April 2010.

Tidak ada idea, lelah, sampai saat pulang sore hari kerena ngantuknya tertidur di musholah di Kelapa dua, sesudah Lapangan Tembak, Cibubur. Walau hanya 10 menit. Ya kesegaran kembali menerpa dan motor kembali melaju menuju pulang.


Selasa, 20 April 2010.




Rabu, 21 April 2010.

Hari ini saya patut gembira sebab Google Doc dimana saya menaruh banyak data dokument di tempat simpannya google, sekarang bisa menampilkan seperti aslinya.


Kamis. 22 April 2010.




Jumat, 23 April 2010.





Sabtu, 24 April 2010.

Berniat kebaikan, menghubungi Rifaldi setelah di hubingi ia berceritra jikalau ia sedang mengalami peristiwa tidak enak, setahu saya, ia di pindahkan dari BPSPAM dengan jabatan tertentu di lembaga penilaian harga konstruksi, tetapi ternyata sampai di lembaga itu, ia di kantungkan, jadilah ia terkantung- kantung cukup lama katanya, sehingga informasi ini cukup membuat saya merasa tidak enak.


Minggu, 25 April 2010.

Hari ini pagi- pagi saat akan kepasar saya sempatkan diri menghubungi melalui Hpnya ternyata ada berita baik ia sedang di Bandara Cengkareng untuk melaksanakan perjalanan dinas ke Aceh, mengajar. Saya ikut gembira.

Jam 12.00 siang saya menghubunginya lagi dan ia telah tiba di Aceh dan memasuki kamar penginapan, saya di sarankan menjumpai pak Syukur amin untuk menanyakan apakah saya bisa seperti dia.

Hari ini udara sangat panas sekali, berapa kali mandi hampir dalam satu hari ini mandi sampai lima kali.





Senen. 26 April 2010.

Kirim wessel buat ibu untuk tambahan pengobatannya

Dapat e-mail dari jawaban lamaran menjadi pengajar drama dan guru gambar, akan berjumpah di Cibubur Jucntion jam 13 . 00 hari Rabu besok, dari ibu anita.


Memasuki hitungan waktu saat pengumpulan design rumah modular di negara Ghana Afrika Barat, di kumpulkan tanggal 17 Mei 2010.

Malam hari du rumah suasanahnya panas, menurut berita yang dibaca :

Selasa, 27/04/2010 08:01 WIB
BMKG: Hawa Panas di Jakarta Akibat Transisi ke Musim Kemarau
Aprizal Rahmatullah - detikNews

BMKG

Jakarta - Jika Anda menetap di Jabodetabek, pasti Anda punya keluhan yang sama: duh, hawa panas sekali belakangan ini. Hawa yang membuat keringatan itu dikarenakan bulan April merupakan masa transisi dari musim hujan ke kemarau (pancaroba).

"Ini bulan April, bulan transisi dari musim dingin/hujan ke musim kemarau. Jadi biasanya suhu begitu terasa di badan/tubuh," kata Kepala Sub Bidang Informasi Meteorologi BMKG Hari Tirto kepada detikcom, Selasa (27/4/2010).

Menurut Hari, suhu panas yang terasa di tubuh karena kita selama beberapa bulan ini kita mengalami musim hujan. Maka, ketika musim kemarau tiba, kenaikan suhu sangat terasa.

"Kalau diukur sekitar Jabodetabek kisaran 33 sampai dengan 35 derajat tinggi suhunya. Jadi tidak benar ada kenaikan suhu signifikan," jelas Hari.

Hari menjelaskan, fenomena pergantian musim memang selalu ditandai dari perubahan suhu yang terasa di tubuh. Transisi dari musim dingin/hujan ke musim panas menyebabkan tubuh melakukan adaptasi terhadap perubahan suhu.

"Di wilayah Jabodetabek utara saat ini sudah masuk awal musim kemarau. Kalau di bagian selatan masih nanti bulan Mei. Kecuali Bogor, karena Bogor tidak masuk daerah prakiraan musim. Bogor itu karakteristik perbedeaan musim kemarau dan hujan tidak jelas," imbuhnya.



(ape/nrl)

Pantes lah panas nya ngak ketulungan.




Selasa, 27 April 2010.

Saat keluar dari Pompa Bensin Taman Buah tiba- tiba dari arah jalan lewat sepeda motor , hampir saja tabrakan.

Macet di sepenggal jalan simatupang sebelum Trakindo disebabkan bus metromini hijau mogok.

Kemaren sore sewaktu pulang juga begitu mogok di Nagrak, ternyata mobil jemputannya angkatan laut mogok di tengah jalan, sehingga kemndaraan melintas di satu sisi, panteslah mogoknya sampai di Cibubur Junction.

Banyaknya mogok pada kendaraan umum ini mengindikasikan perawatan rutin terabaikan kerena naiknya suku cadang kendaraan, dan tidak dipenuhinya biaya perawatan.


Rabu, 28 April 2010.


Wanita usia diatas 50 tahun itu ada di hadapanku, beberapa hari yang lalu hari senen kemaren, ia lewat E-Mail janjian bertemu dengan saya di Cibubur Junction, saya menyetujui, sebab saya yang mengajukan lamaran hendak menjadi guru Drama dan guru gambar, saat ia memasang reklame kecil di kompas 30 Maret kemaren.

Beberapa saat yang lalu, sewaktu pertama kali berjumpa setelah konfirmasi melalui Hp ke nomernya dia, sebab sudah jam 12.56 ia belum nampak, perjanjiannya kan jam 13.00. saya hubungi dan ternyata ia akan datang 1 menit lagi dan dipersilahkan saya berada di JO Donat, lurus dari arah pintu masuk barat Junction Cibubur ini.

Saya berada di JO Donat, dan semerbak bau kopi yang belum saya menikmati, dan tidak juga berkeinginan menikmati.

Betul juga tiba- tiba berjalan seorang wanita cukup tinggi dang proporsional, dengan pemngantar wanita mengenakan pakaian formal warna hitam, setelah saya menyakinkan bahwa ia wanita dalam Hp ia mengangguk tanpa memperdulikan yang lain, langsung ia melangka, saat itu saya akan menyalami pertama kali, tetapi ia tidak terlihat sedikitpun memperlihatkan tangannya, tangannya memegang erat dua map kulit coklat yang di genggamnya.

Setelah saya menemukan tempat duduk kecil berhadapan dengan pemisah meja bundar kecil saya langsung duduk dan sementara itu saya perhatikan dia, kembali ke counter untuk memesan sesuatu, saya masih ingat apa yang di katakan yaitu, kita harus memesan sesuatu untuk memakai tempat ini, saat itu saya berfikir kita, siapa yang kita, saya harus memesan sesuatu makanan di tempat ini, sementara saya tidak tahu harganya, sementara juga saya tahu jikalau ini termasuk tempat singgah yang mahal, dan saya juga tahu jikalau saya minum ini sementara anak saya mau berangkat ke sekolah saja sangat terbatas uang jajan nya, siapa yang mau minum dengan anda, akhirnya saya putuskan untuk tidak memesan sesuatu.

Saya berdiri di sisi lain, sementara wanita itu memesan berdiri di depan counter dan ia memberi isyarat kepada saya, pak mau pesan apa katanya, dan saya menggelengkan kepala untuk menyatakan tidak berkeinginan berkudap sedikitpun, malahan pikiran saya secepatnya saja ajukan semua pertanyaan yang berkaitan dengan lamaran saya menjadi guru drama dan guru menggambar di institusi pendidikannya.

Akhirnya ia duduk juga di hadapan saya di belakang meja bundar kecil khas JO Donat.

Sebelum ia mendarat duduk saya sodorkan tangan saya untuk menyalami ia, dan ia menyambut tetapi dengan dingin saja.

Kemudian ia mulai membuka pertanyaan, okey pak, bapak bekerja di mana, saya sudah jelaskan, okeylah tidak apa, tetapi ini kan masa persiapan pensiun, yap, jadi banyak waktu untuk mengajar drama, yap, dan apa beda drama teater dengan drama, ini boleh juga pertanyaanya.

Saya jawab dan menjelaskan bahwa seni pertunjukan itu selalu bermain dengan waktu dan tempat, drama dan teater itu adalah alat untuk memaparkannya, methode penyampaian lah kasar nya begitu.

Pertanyaan yang lain berikut adalah berapa anak murid yang bisa di ajar, sebelum jatuhnya ke pilihan drama atau teater mana sebaiknya di terapkan drama atu teater kepada anak murid, itu pun setelah di sepakati pembicaraan bermula dari mendidik anak murid berusia 6 tahun.

Enam anak murid adalah ideal untuk membentuk karakter pencerminan tokoh yang di idolakan, ternyata jawaban ini sangat memikat dia.

Masalah lokasi akting untuk penelusuran bakat apa yang di dapat dari seorang anak, sebab kita tidak membikin anak untuk menjadi dramawan, tetapi menjadikan mata pelajaran drama sebagai mata pelajaran pengasah matematika, dan pengetahuan eksat lainnya.

Banyak pertanyaan dan jawasaban semua terpenuhi, tetapi saya sendiri tidak berani berharap terlalu banyak apakah saya di terima, sebab saat di tanyakan apakah saya tergolong player atau leader, saya memilih leader, sebab tidak salah menjawab itu, sebab itulah kepribadian, walau ia tetap menyangkal, kemudian saat ia menanyakan apakah saya sanggup mengajar kelompok usia ibu- ibu untuk di jadikan pelaku drama, mengapa tidak jawabku, sebab kalau itu ibu, ibu berarrti mereka telah bisa membayangkan seorang tokoh yang hendak di perankan, apakah tokoh antagonis atau pun toko melankolis.

Tiba – tiba Hp berdering ternyata dari istri yang dari tadi menunggu di mana, saya di ijinkan untuk menerima Hp itu dan saya tawarkan istri dan anak saya ada di sini apakah anda mau berkenalan, ia menggangguk, kemudian saya meninggalkan ibu itu sendiri untuk menghubungi Hp istri dimana ia berada.

Setelah berjumpa ternyata istri saya telah membawa sebungkus susu nya Fifi dan Minyak makan, oh dari supermarket, ayo kenalan, kemudian mereka berkenalan.

Selama mengajukan pertanyaan ia minum apa yang ia pesan sebelumnya, minuman di wadah plastik, agaknya bersoda dan coklat ada aromanya demikian, dan sepotong kue donat JO, yang tidak sempat di makannya selama mengajukan pertanyaan itu sekarang tiba- tiba Fifi anaku yang 6 tahun datang dengan ibunya, dan si ibu itu terkihat memberikan donatnya ke pada Fifi, dan saya sarankan untuk menerimanya, dan Fifinya lantas memakannya.

Acara pertanyaan untuk di terima atau tidaknya saya di institusi pendidikannya, sebab ia sebagai pemilik pendidikan tersebut, ia memberikan kartu namanya, ternyata ia keluarga Ambon, amboy saya lahir di sana. Pembicaraan agak santai sebab terbanyang angin laut dan teriakan para lelaki di pasar batu merah mengagumi istri saya yang rambutnya di bentuk seperti Lady Dy almrhum, saat saya berjalan bersama istri yang baru menikah di tahun 1986 itu.

Hilang keinginan untuk makan malahan ingin pulang secepatnya sebab semua pertanyaan itu melelahkan, Untungnya Fifi sudah makan hoka- hoka bento paket hemat sebesar Rp 10 000,- tetapi di depan kasir harus membayar Rp 11 000,- saat mana jam 11.20 sedang menunggu waktu mendekati jam 13.00 saat ketemuan.

Bermotor bertiga istri dan Fifi siang semakin terik dan masuk rumah jam 15.00

Pintu rumah sudah terlihat terbuka betul juga Astari telah berada di rumah.



Kamis. 29 April 2010.

Jam 04.00 baru bangun, padahal ini hari Kamis, kesempatan puasa hari Kamis, secepatnya sahur sedikit, nasi dan ikan berkuah yang di hangatkan dan minum teh seperempat gelas, sebab adzan shubuh sudah terdengar saat mana puasa di mulai.

Fifi sejak semalam masih gatal- gatal, biduren, atau Kaligata, dan pagi ini masih terasa gatalnya, saya gosok dengan daun dewa.

Masjid Jamie Cileungsi untuk shalat Dluha setelah mengantarkan Astari ke sekolahannya.

Kantor masih seperti biasanya.

Siang hari saat ke masjid untuk shalah dzuhur, langit terlihat mendung dan sebentar lagi perkiraan akan turun hujan.

Pulang dalam keadaan hujan rintik hingga sampai di rumah.


Jumat, 30 April 2010.

Mulai memasuki kembali perencanaan rumah modular di Ghana Afrika Barat, kendala hari ini adalah