selamat berjumpa semoga tidak marah-marah

Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka hanya menipu diri sendiri sedang mereka tidak sadar. (QS. 2:9)

In trying to deceive GOD and those who believe, they only deceive themselves without perceiving


Khamis, Mei 08, 2008

Asbes terpasang hujan pun turun

Rabu, 7 Mei 2008.



Saya harus berfikir sekuatnya untuk menutup atap yang bocor hari ini, pagi setelah shalat shubuh, pakaian dan sprei putih dan serbet dan lap yang basah sejak semalam pagi ini dicuci, saya yakin pagi ini matahari akan bersinar terik sehingga saya tidak mau ketinggalan moment.

Kibaran sprei putih yang diletakan di juntaian bambu panjang, mencoba mencari matahri yang belum datang sinarnya, sebab hari masih pagi, dan serbet-serbet yang digunakan ngepel lantai semalam juga berjajar jemuran di gala bambu.

Yasin libur lagi sebab gurunya sedang mengikuti rapat sekolahan, anak-anak makan pagi dengan lauk yang istimewah, gado-gado jualan tetangga dan ikan bakar.

Pasang atap asbes diatas genteng yang pecah sekitar jam 13.00 dibantu oleh Yasin, Asbes yang terbeli hanya dua lembar sehingga dipasang semuanya, pemasangannya sangat sederhana hanya diletakan begitu saja diatas genteng, yang berat adalah menaikan atap asbes keatas atap.

Tidak beberapa lama mendung datang, saat mana pakaian telah kering demikian juga sprei putih yang bercahaya dan serbet-serbat pudar semuanya telah kering, dan betul juga hujan turun lagi.

Genteng pecah

Selasa, 6 Mei 2008.


Habis shalat shubuh pekerjaan maket rumahnya Yasin yang dikerjain ibunya saya lanjutkan samapi selesai pemasangan atap, taman, batu jalanan.

Tidur lagi sampai jam 06.10.

Membuat jus sayur lengkap, dan mandi, shalat dlhuha, berangkat kekantor, makanan di masukan dalam boks untuk dimakan kekantor.

Setibanya di kantor, sarapan dahulu nasi yang dibawa dari rumah.

Saat sore menjelang, saya berusaha untuk datang ke dua supermarket besar itu, yaitu Carefure dan Giant, untuk di Giant saya mendapatkan ikan yang dikorting 50 % kerena prosesnya sehingga adaikan yang tidak ada kepalanya, tetapi masih layak makan, dan membeli ikan 1,5 kg dan sayap ayam 800 gram. dan untuk di Carefure saya membeli Milo dan susu Dancow renteng isi 10 bungkus, sari kelapa 1 kg, habis deh uang seratus ribu rupiah.

Saat pulang sore itu mendung gelap sudah terlihat di arah tujuan motor pulang, mendung itu mengumpal dan bergerak, Pasar Rebo sudah lewat hujan belum juga turun, Cibubur lwat demikian juga hujan belum turun, sesampai dikecamatan Cileungsi mendung itu semakin menggelap, dan sebelum naik ke Fly Over Cileungsi rintikan hujan membuat saya harus berhenti dan memasang plastik hujan, setelah itu melaju terus, dan hujan terasa deras ada di Gandoang hanya 1000 meter dari rumah, sampai mata ini tidak bisa melihat kerena kaca, mata terpapar hujan dan gelap malam telah datang, sedangkan listrik PLN juga mati sehingga gelap suasananya.

Sesampainya dirumah sangat sunyi, tetapi tiba-tiba saja genteng diatas dapur pecah sehingga air hujan datang langsung membasahi dapur, gelap suasana saya masih mengepel lantai atas yang memang sudah bocor sejak lama,dimana penampung air hujan sudah kepenuhan, sehingga harus dibuang, untuk itu harus membuka jendela yang tersiram hujan.

Maghrib pun tiba secepatnya shalat sambil sajadah basah kerena lantai memang basah, kemudian membantu ngepel yang dibawah, sementara itu istri mulai membakar ikan yang baru dibeli, Isya datang kuga demikian secaptnya mengerjakan shalat, sampai istri bertanya apakah ada adzan terdengar, kan suasana lampu PLN mati sehingga dipastikan tidak ada adzan terdengar, tetapi saya jelaskan jikalau adzan isya malamini terdengar dari Ipod yang saya setel radionya dan terdengar adzan yang menyatakan bahwa sudah tiba shalat Isya.

Makan malam lampu mati, hanya diterangi dengan lampu minyak bakar yang diletakan di botol kreatingdeng, lampu itu sendiri dibuat telah berumur sekitar 10 tahunan, rumah bocor, semua lupa sebab terhidang ikan bakar yang makan saja tidak bisa sedikit.

Pak Lik Slamet Pulang

Senen, 5 Mei 2008.


Kekantor seperti biasanya, Lik Slamet pulang, saya antar sampai Cileungsi dan selanjutnya menggunakan angkot menuju Terminal Kampung Rambutan, jam 11.00 siang saya telepon ke Cililin Bandung dari kantor, ternyata lik Slametnya belum tiba, jam 16.00 sore ternyata lik Slametnya telah tiba sejak dua jamyang lalu, syukurlah.

Pulang dari kantor sekitar jam 20.30 masuk rumah jam 22.15.

Istri lagi membuat maket rumah tugasnya Yasin, saya kecapean, tidur.

Tyas berangkat ke Denpasar, Pak Lik Slamet datang

Minggu, 4 Mei 2008.


Jam 09.00 persiapan Tyas berangkat ke Denpasar, untuk pertama kali yang diantar ke depan ke Pasar Gandoang adalah ibunya bersama Fifi dan Yasin, sesampainya didepan, yangturun adalah ibunya dan Yasin, kemudian balik lagi kerumah bersama fifi yang mau turun dari motor, kali ini akan menjemput Tyas, dan balik lagi kejalan depan.

Jam 11.00 siang adiknya ibu yang tinggal di Cililin Bandung datang, ia berangkat dari rumah sejak jam 05.00 pagi, datang diantar tukang ojek depan, ia membawa makanan terdiri dari, sambal goreng tempe, sambal goreng kentang, wajik khas Cililin, sayuran kecipir yang lama ngak pernah saya makan, bolu bundar.

Ternyata ada berita dari Tyas jikalau ia telah tiba di Bandara dan dugaan macet ngak terjadi sehingga termasuk kecepatan datang ke bandara cengkareng.

Hujan sebentar rintik tetapi cukup lama listrik PLN padam, sehingga shalat ashar menggunakan air sedikit, jam 16.00 SMS dari Tyas jikalau ia telah mendarat di Denpasar. saat mana ibunya yang mengantar ke Bandara baru pulang sepuluh menit yang lalu.

Maghrib pun datang suasana gelap, hanya diterangi lempu minyak bakar yang sengaja dinyalakan di anak tangga ketiga dari bawa, cahayanya ngakbisa menerangi semua, acara makan malam setelah shalat maghrib hanya ditrangi lampu lilin yang hanya tinggal sepotong.

Listrik PLN hidup saat makan malam hendak berakhir, yang diserbu pertama kali oleh anak-anak adalah acara TV.

Menghadiri perkawinan putranya POPTI

Sabtu, 3 Mei 2008.

Pagi hari sempat kepasar, Fifi ngak ikut sebab dirumah ada kakaknya Tyas, semenjak tadi pagi saya berusaha untuk menyelesaikan banyak hal. saya paksakan diri untuk menyelesaikan pekerjaan rumah sebanyak-banyaknya, dari mencuci pakaian beberapa bak, juga beres.

Dipasar sempat saya membeli bekicot sawah yang kecil seukuran 0.5 cm ternyata setelah dimasak dirumah ngak bisa makan.

Jam 12.30 berangkat dari rumah untuk memenuhi undangan perkawinan putranya pak Marjani, seorang bapak yang anaknya juga menderita thalasemia, yang menikah ini kakaknya yang sakit thalasemia, berangkat kaliini bersama Fifi dan Ibunya.

Mulai terasa mendung sewaktu memasuki batas ter timur Jakarta Timur Cibubur, kemudian mulai kehujanan didekat Kebon Nenas Bea Cukai Cawang

Mendekati sasaran, jam menunjukan 15.07 saatnya shalat Ashar, tetapi dimasjid belum melakukan adzan Ashar, sehingga cukup waktu untuk bersiap-siap, siap- siap disini adalah ganti baju menghadiri perhelatan perkawinan, masjid ini adalah masjid At Takwa Kelurahan Utan Kayu didepan pusat Klinik kesejahteraan ibu anak FKUI Unit penyakit anak-anak, unit ini sudah termasuk lama umurnya.
Masjid At- Takwa ini termasuk pendek masjidnya.

Saat tiba ditempat perkawinan, setelah melewati jalanan kelurahan yang sempit dan basah air hujan, terlihat tenda besar menutup jalanan, dengan penduduk sekitarnya yang sangat ramah, sebab bukan penduduk asli, saya langsung memasuki ruangan yang sempit dan kecil, semua kondisi ekonomi seseorang kalau salah seorang anaknya menderita thalasemia pasti runyam juga.

Mendatangi perkawinan berhikma memperpanjang dan melanggengkan usia perkawinan kita, mendatangi kematian untuk menyadari kita bahwa akan meninggal.
Tamunya banyak yang datang, hidangannya standard pesta sebab menggunakan jasa katering.

Perjalanan pulang, sore hari di kawasan Utan Kayu Rawamangun, hujan yangtelah turun,membasahi semua yang ada, anak-anak bermain layangan menjelang sore, entah angin mau datang atau tidak, sekilas penduduk sangat bahagia.

Setibanya dirumah saat maghrib tiba,badan terasa lelah, sehingga direbahkan sedikit badan ini sangat terasa enaknya, takkut ketiduran sebab belum mengerjakan shalat Maghrib, kamar mandi sedang digunakan Tyas yang juga baru datang bersama Yasin dari Cileungsi mencari tas dan sepatu.

Pesta nasi padang

Jumat, 2 Mei 2008.



Berangkat menuju RSCM untuk transfusi Tyas yang terakhir, sebab hari ini adalah hari terjepit maka dijalanan tidak terlalu padat, kemacetan dialami sejak di Celilitan, tetapi tidak berkepanjangan,jalan kembali lenggangsetelah di kebon nenas, masuk PMI Kramat saatjam menunjukan jam 09.00 pagi.

Saat nama Tyas dipanggil untuk mengambil darah, saya di ingatkan untuk mengurus pembayarannya, ternyata hal ini setelah sesampainya di rumah sakit saya diberitahu Dr Tenny jikalau banyak anak Thalasemia tidak menyelesaikan administrasi pembayaran darah.

Setibanya di RSCM setelah motor diparkir, langsung naik kelantai atas dan ruangan terlihat sepi, hanya 10 anak yang sedang di transfusi, saat darah mulai masuk ke vena pembulu darah Tyas, saya tinggalkan Tyas untuk mulai mengurus administrasi darah dan ruangan.

Saat saya kembali sekitar jam 11.10, saat mana transfusinya Tyas sudah sampai ke kantong ke tiga, saat itu ibunya datang bersama Fifi. Fifi terlihat gembira sebab ia tahu jikalau kakaknya Tyas akan pulang ke Denpasar.

Saat yang sama saya menelpon kekantor penerbangan Lion Air, dan mendapatkan tiket promosi ke Denpasar dengan harga Rp 339 000,- pemberangkatan jam 14.05 hari minggu besok.
Kemudian membagi tugas, Istri dan Fifi ke travel yang terdekat dari RSCM didekat Hotel Atlantik dan Tyas tetap di transfusi,dan saya berangkat ke masjid untuk mengerjakan shalat Jumat,

Setelah selesai shalat, di ruangan bawah thalasemia saya melihat ibunya, Fifi dan Tyas sedang berbicara dengan ibunya pasien Rizal yang se usia dengan Tyas tetapi ia sekolah di Jakarta saja.

Jam 13.00 saya sudah tiba di Departemen Pekerjaan Umum lantai 8 sebab akan temuan dengan Pak Jaja dalam rangka makan di nasi padang, di dalam ruangan Pak Jaja sedang berbicara dengan pak Rubini Yusuf yang sedang di permaslahakan kemepemilikan rumahnya oleh Komisi Pemberantasan Korupsi, saya hanya bisa menyabarkan saja atas peristiwa tersebut.

Setelah itu turun lift dan langsung bertiga bersama Tyas mencari warung makan Famili, sesampainya disana si tukang warung malahan bertanya kemana saja selama ini, pak Jaja tertawa saja.

Saya makan nasi Padang lauknya rendang dan Rempeyek udang dan tambah nasi semuanya seharga Rp 14 000,-, dan Tyas hanya nasi rendang seharga Rp 8 000,- ia mengambil rempeyek udang saya juga sebab rempeyeknya besar sekali, sedangkan pak Jaja nasi rendang, ikan bakar, ayam bakar dan rempeyek udang seharha Rp 22 000,-

Acara selanjutnya mengantarkan Tyas membeli keperluannya dan pesanan teman-temannya di Denpasar, yang dibeli adalah celana jean no 31, baju hangat jejaring, dan kaos oblong tiga untuk teman-temannya.

Kemudian kekantor Pasar Jumat, setibanya di kantor langsung dilapor in oleh Iin jikalau semua buku laporan yang saya harus periksa ada di meja komputer saya, kemudian Tyas dan bapak lainnya yang ada di kantor shalat Maghrib berjamaah.

Orang Bank Dunia

Rabu, 30 April 2008.


Transfusi hari kedua buat Tyas sedangkan Yasin yang hanya transfusi dua hari sekarang ia istirahat di rumah. Keluar dari rumah sekitar jam 07.00 dan sampai di PMI Kramat sekitar jam 09.00.
Sepuluh menit menunggu kemudian nama Tyas dipanggil kemudian berangkat lagi ke RSCM untuk mulai transfusi, semua berjalan lancar.

Diruangan POPTI jumpa dengan Pak Andrehasan, bersamaan itu saya uraikan kesepakatan untuk mempertmukan team dengan orang Bank Dunia, pak Andrehasan mau menjadi team, kemudian Joko konsultan saya panggil
Setelah berkumpul bertiga sebagai orang team perencanaan rumah sakit Internasional Surabaya, mulai buka pembicaraan dengan pak Bank Dunia dan disepakati ruangan bertemu di Dwima Kentuky Frie Chiken Cempaka Putih.

Jam 11.00 Tyas selesai transfusinya, kemudian shalat dlhuhur berjamaah di musholah di samping ruang pertemuan kedokteran UI.

Jam 14.30 berangkat ke Cempaka Putih, pak Andrehasan naik mikrolet, dan pak Joko pulang terlebih dahulu nanti ketemu disana.

Dwima Plaza, pusat pertokoan, dijalan ring road Akhmad Yani, angin sepoi berhembus perlahan, pohon cemara jarum bergoyang, saya naik kelantai tiga dimana kentuky berada dan ternyata disana sudah banyak kelompok- kelompok perundingan dengan segala permasalahannya, rupanya gedung ini dipakai untuk tempat pertemuan untuk menyelesaikan segala urusan.

Saya pikir seperti gangster saja kerjanya.

Jam 15.10 saya mulai mengerjakan shalat ashar di bangunan itu, dan pak Joko yang baru datang langsungmemesan kentang goreng sebanyak tiga bungkus, dan tidak beberapa lama kemudian pak Andre hasan tiba, semua saya suruh shalat dahulu.

Janji untuk ketemuan dengan Orang Bank Dunia batal sebab hingga jam 16.00 di tunggu- tunggu orang tersebut ngak datang- datang.

Disetujui pulang, dengan kesepakatan untuk selalu bersabar menghadapi berbagai type orang.

Mendung menggantung sore hari ini, terasa hujan deras setelah memasuki Cawang, sudah memasang plastik hujan tetapi hujan masih membasahi, Tyas yang duduk dibelakang juga basah sedikit.

Shalat maghrib di Masjid Al- Akbar kompleks CPM di Ceger, Ciracas. Kemudian berlanjut dan masuk rumah sekitar jam 19.30.

Emergency RSCM

Selasa, 29 April 2008.


Jam 00.30, hasil Lab DPLnya Tyas sudah keluar, Hbnya 6.6 dan saya dibuatkan pengantar untuk permintaan darah cuci di PMI Kramat.

Tyas dan Yasin saya tinggalkan di Emergency RSCM, saya berjalan menyusuri penggal jalan Diponegoro untuk mencari angkot menuju Senen.
Malam yang larut yang saya khawatirkan adalah orang kepala miring yang suka menodong orang, tetapi malam ini lancar saja.

Sewaktu melewati parkir motor, saya akan naik motor saja ke PMI Kramat, tetapi saya batalkan sebab saya ngantuknya sangat berat.

Naik angkot 01 jurusan Senen dan turun didepan PMI Kramat, berjalan masuk dan menyerahkan formulir darah, disetujui darah dikeluarkan nanti jam 06.00 pagi.

Saya balik lagi ke RSCM dan sekarag angkotnya penuh beda dengan waktu berangkat tadi saya hanya sendirian yang naik, saya berjalan menuju emergency dan ternyata pasien bayi disampingnya anak- anak sudah meninggal, saat itu Yasin masih belum tidur, masih sadar sebab ia terjaga sewaktu banyak orang yang menangis sekitar jenazah bayi itu.

Anak-anak saya tinggal ke musholah tengah RSCM setelah saya beritahu jikalau darahnya akan keluar jam enam pagi nanti.

Di musholah saya merebahkan diri dan tertidur seadanya, berteman banyak pengantar pasien yang tertidur juga, ada yang beralas koran, dan saya tidak sama sekali, memakai pakaian lengkap dan tertidur juga, tanpa melepas kaos kaki, dan tas jinjing kantor saya sandarkan di kepala sebagai bantal.

Jam. 03.00 Hp berbunyi saya terbangun dan langsung mengerjakan shalat tahajud, lebih baik shalat lama- lama daripada tidur.

Jam 04.30 saat shalat shubuh, dan setelah shalat shubuh saya mulai ke ruangan emergency untuk membangunkan anak- anak ternyata pasien yang di tengah ruangan telah meninggal, dan sekarang akan meninggal lagi pasien yang di ujung.

Yasin saya suruh shalat shubuh dan ia mau mengerjakan, sementara itu Tyas tetap tidur. Sekitar jam 05.30 saya mengajak Yasin untuk berjalan-jalan ke Senen untuk itu saya mengeluarkan motor dari Parkiran motor emergency, semalam kena bayaran Rp 3 000,- sewaktu masuk seribu total parkir empat ribu rupiah.

Perjalanan ke Pasar Senen sepi, tetapi kendaran yang melintas sudah mulai terasa kesibukannya, dan setibanya di PMI Kramat jam 05.55, saat menunggu panggilan darahnya Tyas.

Jam 06.05 sudah keluar dari PMI Kramat sambil Yasin digonceng dibelakang motor membawa darah kakaknya seberat 250 cc untuk tranfusi pertama Tyas.

Jam 06.20 darah transfusi sudah memasuki Tyas di ruangan Emergency RSCM.

Jam 06.35 saya shalat Dlhuha di musholah tengah RSCM

Jam 07.00 saya berangkat lagi ke PMI Kramat untuk mengambil darahnya Yasin, disana ternyata darahnya Yasin bisa keluar jam 08.20, ada waktu bagi saya untuk berbaring melepas ngantuk.


Jam 08.30 saat saya sudah sampai di RSCM sedang berjalan menuju ke ruang emergency untuk menjemput Yasin yang sedang ada di sana, tiba- tiba Hp berdenting SMS bahwa pak Iskandar Hakim Agung sudah ada di halaman parkir RSCM, saya balik lagi menuju ke halaman parkir dan kendaraan pagi itu sangat banyak berjejalan sehinga agak sulit mencari keberadaan pak Iskandar, sewaktu saya SMS in lagi pak Is minta saya berdiri di depan poli anak- anak- ia yang akan mengikuti arus kendaraan akan datang kesana.

Tidak beberapa lama kemudian pak Iskandar keluar dari mobil dan menyerahkan bantuan pengobatan untuk anak-anak, ia tidak bisa lama- lama sebab sudah menunggu tamu di kantornya.

Yasin saya pindahkan dari ruang emergency ke ruang tindakan Thalasemia sebelumnya saya ajak keruangan kantin FK UI untuk sarapan, sebab dari pagi ia belum mau makan, tetapi di kantin ia hanya mau minum jus adpokat saja.

Transfusi Yasin berjalan lancar, sekitar jam 10.30 Tyas telah selesai transfusi dan sudah keluar dari emergency dan sudah gabung dengan Yasin.

Jam 11.40 semua sudah selesai, sekarang tinggal kumpul di ruang pak Ruswandi, dimana ada juga ibu Ruswandi, saat mana anak- anak, Tyas dan Yasin mendapat marah berat kerena agak malas memasng desferal sebagai penjemput butir darah merah yang sudah mati di dalam tubuh.

Keputusannya adalah 2 alat pendorong desferal yang telah saya beli seharga Rp 6 juta rupiah yang telah macet di minta ditukar dan diganti yang baru, dan besok harus dibawa.

Shalat Dlhuhur terlebih dahulu kemudian makan siang berlima dengan pak Ruswandi dan istrinya.

Pulang, Yasin dan Yasin naik Busway sedangkan saya sendiri sambil membawa barang bagasinya Tyas naik motor.

RSCM-Hotel Dusit Mangga Dua-Bandara Cengkareng

Senen, 28 April 2008.


Berangkat ke RSCM untuk mengantar Yasin transfusi, Hbnya Yasin sejak Jumat yang lalu diketahui 7.00 sudah waktunya untuk ditransfusi. Sebab hari ini akan banyak menghadapi hl-hal yang luar biasa maka saya berpuasa hari ini. Perjalanan ke RSCM berangkat jam 05.25 terhalang kemacetan sejak di Cibubur, kemudian disusul di Celilitan, anehnya setiap akan belok kiri menuju Jakarta ujung kemacetannya terlihat dihadapan mata, ini berarti kemacetannya sangat parah,.

Untuk itu ambil jalan lurus ke Cempaka putih dan belok kiri menuju Senen dan belok kiri lagi menuju PMI Kramat, Lama tidak naik kereta api sehingga sewaktu kereta ekonomi yang jelek itu melintas dipelintasan Senen sempat memperhatikan lama-lama.

Sesampainya di PMI Kramat jam 08.10 dan antrian masih diisi tiga keluarga thalasemia yang juga mengambil darah cuci. Saat menunggu itu para ibu yang mengantar putra putrinya thalasemia, berceritra jikalau ia yang sudah sedemikian ini masih juga didatangi orang untuk di pinjami uang.

Jam 08.20 mulai dipanggil nama-nama yang telah memasukan secarik kertas pengambilan darah, hari ini Yasin mendapatkan darah dua kantong berarti besok satu kantong lagi, setelah itu secepatnya bermotor ke RSCM dan dilampu merah salemba disana langsung berhenti jalan kaki untuk memotong arus lalu lintas di jalan Salemba

Sebelum naik keatas keruang transfusi sempat membelikan nasi goreng buat Yasin, detik detik berikutnya adalah sedikit mengkhawatirkan melihat gelagatnya Yasin tidak gembira, nasi goreng dimakan diruang transfusi sebelum transfusi dilakukan, setelah saya meminta NACL beberapa cc untuk pengantar darah sebelum darah dimasukan, berikutnya suster ruangan yang melakukan mencari pembulu darah vena di pangkal punggung telapak tangan kanan Yasin.

Darah telah mengalir.

Tiba-tiba berdering Hp datang dari seseorang yang belum saya kenal tetapi dari daftar telepon yang tertulis adalah rumah sakit internasional, saya mencoba berhubungan balik susah masuknya. kemudian sms masuk tertulis, saya sudah datang di Jakarta, dari mana pikirku, saya ada di hotel Dusit Mangga Dua, datang untuk membicarakan jadwal pengerjaan perencanaan rumah sakit internasional.

Saya gembira menerima telepon sedemikian dan memberitahukan ke Yasin bahwa sebentar kita ke hotel Dusit Mangga Dua untuk rapat pembahasan perencanaan rumah sakit internasional.

Yasin tidak menanggapai secara serius.

Dua kantong darah telah selesai, tetapi ada perubahan pada wajah Yasin, yaitu tidak segar pemandangannya, berarti akan ada apa- apa ini, betul juga sewaktu bermotor menuju hotel Dusit Mangga Dua, sekitar 2 Km sebelum hotel, saat terdengar adzan dlhuhur, dimana saya berhenti untuk akan mengerjakan shalat, saat itu Yasin muntah-muntah, ini pengaruh transfusi saya berusaha mendudukan nya dikursi yang ada diruang terbuka sedikit, situasi daerah itu adalah sangat padat, mesjid yang dituju terletak didalam gang.

Agak lama mengendalikan moodnya Yasin yang hancur berantakan, sewaktu berjalan menuju ke ruang wudhu kembali muntah, saya dudukan dihalaman terbuka, dan dihalaman itu yang telah dikeramik rapi saya melihat banyak pakaian bertumpuk dan beberapa almari yang disandarkan pada dinding yang tak beratap.

Rupanya saya berada di belakang gardu besar PLN, dimana halaman kosong didepannya tadi sewaktu saya datang dan Yasin muntah, adalah halaman dimana mobil besar PLN parkir untuk memperbaiki gardu apabila gardu terganganggu.

Dibelakang gardu PLN tersebut, yang halamannya telah dikeramik rapi putih dengan pagar sebatas paha yang dijadikan tempat duduk tembok, dimana saat ini Yasin duduk menenangkan diri, datang seorang ibu tua seumur ibu saya, dan semua barang-barang yang ada di belakang gardu itu adalah miliknya.

Padahal ia berada tidak ada atapnya, dan itu yang dianggapnya rumah, ia melihat Yasin kondisi sedemikian gemetar dan menahan mual kerena pengaruh transfusi, ia yang tak mengetahui berusaha untuk mencari minyak kayu putih, itu adalah instink seorang ibu kalau melihat anak kecil muntah-muntah, tetapi ia tak lagi memiliki kerena miskinnya, saya berusaha baik kepadanya, sambil mengurus Yasin.

Setelah lama dalam kondisi sedemikian, gemetar dan menahan mual, dan berniat untuk tidak muntah lagi, saya ajak mendekati air wudhlu dan saya hapus ujung celana panjangnya yang tersiram muntahannya, memang basah tetapi berniat mendekatkan diri untuk selalu ingat pada Allah.

Wudlhu telah dilakukan dan berjalan menyisiri dinding masjid untuk mencari pintu masjid, sandal dan sepatu dilepas diujung pintu dan Yasin saya baringkan didalam masjid dan mulai shalat dlhuhur, Yasin shalat sambil baring dan saya imamnya shalat berdiri disampingnya, posisi shalat sedemikian diperhatikan oleh makmum yang lain, sebab saya yakin posisi shalat sedemikian mereka tak pernah menjumpainya.

Bermotor lagi menuju Hotel Dusit Mangga Dua yang sudah dekat, Yasin terlihat sudah mulai stabil, tapi ia perlu baring pikirku, setelah bertanya beberapa kali keberadaan hotel tersebut, akhirnya hotel itu diketemukan, terletak dijalan kecil yang bermuara dua jalan besar, jalan besar satunya adalah jalan besar Mangga Dua.
Kini hotel itu berubah nama menjadi hotel Granduer Mangga Dua.
Parkir motor di depan hotel yang ada pusat perbelanjaan nya


Jam 12.50 sudah di hotel Dusit Mangga Dua, menunggu pertemuan dengan seorang bapak yang menghubungi saya sewaktu saya masih di ruang perawatan, nungguin Yasin yang sedang ditransfusi.

Saat Yasin sudah agak tenang ia saya dudukan di kursi dekat loby cafe hotel dusit mangga dua.

Orang yang saya hubungi ternyata ia masih dikamar dilantai atas, ia sudah sepakat akan turun secepatnya setelah saya hubungi memberi tahukan jikalau saya sudah sampai di hotel.

Kemudian seseorang bapak tua dengan pakaian serba biru kehitaman, kecil badannya seperti pak Iskandar, Cuma lebih kecil lagi, ia terlihat di atas tangga lobby di tengah ruangan sedang menghidupkan telepon genggamnya, saya yang merasa Hpnya bergetar, berarti saya sedang dihubungi maka saya memberi tanda dengan mengacungkan tangan untuk menunjukan keberadaan saya.

Saya jelaskan perihal kedudukan anaku Yasin dalam pertemuan bisnis hari ini, setelah saya jelaskan panjang lebar mengenai penyakit maka ia bisa menerima, saya dipersilahkan untuk memesan makanan, saya katakan bahwa saya puasa.

Lokasi lahan di Waru, simpang Waru, bundar Waru, dengan luasnya mendekati 5 hektar are, 1 hektarnya akan digunakan untuk rumah sakit internasional.

Setelah menyerap segala informasi yang diuraikan oleh bapak Yokubus, ternyata bapak Yokubus ini tinggal di Surabaya, bari tadi pagi ia datang ke Jakarta, kemudian menghubungi saya yang sedang di rumah sakit Cipto mangunkusumo.

Pak Yokubus ini adalah si pemilik lahan di Waru Surabaya, segala ijin untuk mendirikan rumah sakit internasional sudah di kantongi, ia sekarang sedang mencari konsultan.

Kemudian ia menerangkan jikalau pertemuan ini bukan dia yang membiayai, ia hanya menyediakan lahan, sedang pembiayaannya ada di tangan Bank Dunia, saat ini ia sedang menelpon seseorang yang dikenalkan kepada saya bahwa ia adalah orang Bank Dunia.

Setelah dicapai kesepakatan untuk berjumpa hari ini juga ia menelpon ke orang Bank Dunia untuk minta berjumpa dimana, terdengar jawaban bahwa ia bersedia jumpa di rumah makan pagi sore di kawasan Cempaka Putih.

Kemudian Saya Yasin dan pak Yokubus keluar dari hotel Dusit Mangga Dua, sementara pak Yokubus mencari taksi saya mendudukan Yasin didepan Patung Singa simbol hotel Dusit Mangga Dua ini, gemericik air mancur yang indah tak lagi bisa di nikmati sebab Yasin terlihat sedang menahan mualnya, bisa- bisa muntah ia.

Taksi datang, setelah taksi dalam posisi berhenti di depan saya, pak Yokubus yang duduk dibelakang ia pindah kedepan dan pintu belakang yang masih terbuka saya masuk dengan Yasin terlebih dahulu memasukinya.

Kemudian terlihat taksi belok kanan menuju Cempaka Putih, jalanan macet di mana- mana sambil berjalan itu saya berusaha menjalin informasi perihal pertenmuan yang baru berlangsung, dari orang- orang yang tak dikenal sebelumnya dan sekarang terbahas dalam pembicaraan kerja merencanakan rumah sakit.

Saya memperhatikan waktu, mengapa lama sekali perjalan ke Cempaka putih ini, terlihat Hp pak Yokubus berbunyi ternyata dari orang yang ngakunya Bank Dunia dan ia memberi arah kepada supir taksi dimana letak rumah makan pagi sore itu berada.

Taksi memasuki kawasan kemayoran untuk mencoba terlepas dari kemacetan di kawasan senen dan tembusnya juga di jalan cempaka putih setelah putar balik belok kiri memasuki kawasan rumah sakit Islam Jakarta dan tersu masuk dan ternyata kemacetan didlaam sangat parah, belok kanan dan menyusuri perlahan- lahan sampailah di rumah makan pagi sore.

Saat baru turun dari taksi, yasinnya mengatakan akan muntah, secepatnya saya masuk ke Rumah Makan dan akan melangkah ke toilet, belum bergerak Yasinnya sudah ngak tahan, ia muntah di loby ruangan makan, dimana banyak juga orang yang makan disitu.

Masuk ke toilet membersihkan mukanya Yasin dari percikan muntahan dan kembali terlihat segar, saya papa ia menuju kursi dimana bapak Yokubus sedang berhadapan dengan seseorang, saya pikir ya itu pasti orang yang ngaku Bank Dunia.

Perkenalan agak dingin sebab yasin masih terlihat sakit, kemudian pembicaraan bertiga terlihat intensif, beberapa point yang saya simak dari pembicaraan dengan orang bank dunia tersebut adalah:

1. Ia membutuhkan konsultan arsitektur yang berbadan hukum untuk merencanakan rumah sakit internasional di Surabaya.
2. Ia sekarang sedang menangani suatu pembicaraan dengan Timor Timur dalam bantuan bank dunia membangun rumah sakit.
3. Ia membutuhkan banyak tenaga akhli pemikir untuk merumuskan bentuk bantuan-bantuan atas nama bank dunia.

Tetapi dari pembicaraan yang panjang lebar itu saya simpulkan saya sedikit ragu terhadap orang tersebut.

Sebelum saya meninggalkan ruang makan itu, sebab setelah diketahui jikalau saya berpuasa hari ini, maka rapat pertemuan tidak makan apa- apa, mengingat saya akan ke Bandara Cengkareng malam ini saya membutuhkan makanan maka saya pesan dua bungkus nasi padang dengan masing- masing berlauk rendang dan kikil, air minum dan jus jeruk dua.

Jam 15.29 Saya permisi, kemudian bertaksi lagi dengan Yasin menuju hotel Dusit Mangga Dua atas biaya Pak Yokubus, untuk mengambil motor, didalam taksi saya bisa berfikir ulang apa yang telah terjadi, terlintas pemikiran bahwa pertemuan tadi adalah seperti ayam yang baru melihat musuhnya, saling mengukur, saya memperkirakan bahwa ada unsur yang tidak percaya, perjalanan taksi ini cukup lancar sebab saya minta untuk melewati jalan Cempaka Putih Raya kemudian belok kiri jalan Akhmad Yani kalau lurus ke Tol kemudian belok kiri menuju senen tetapi belok kanan lagi masuk kemayoran dan tembus Mangga dua.

Biaya yang dikeluarkan untuk pulang sebanyak Rp 35 000,- yang Rp 5 000 saya berikan kepada Dedy si Supir Taksi yang berasal dari Pekanbaru, ia masih berdarah Suku Sakai dan yang Rp 10 000,- saya berikan kepada Yasin dan sisanya sebanyak Rp 50 000,- untuk biaya menjemput Tyas ke Bandara.

Dalam perjalanan di atas Taksi mang Dedy bertanya adakah shalat ruh pak, maksud shalat ruh bagaimana, yang ada shalat ghoib, tetapi maksudnya adalah ruh kita yang shalat dan badan kita tidak, dengan cepat saya jawab bahwa hal itu tidak ada.

Setibanya di hotel Dusit Mangga Dua, taksi saya suruh masuk kedalam hotel dan saya turun dengan Yasin di depan pintu Loby hotel, kemudian saya papa Yasin untuk kekamar kecil Hotel yang tadi saya tinggalkan tetapi keadaan loby sudah dirobah formatnya untuk menyambut makan malam dengan macam hidangan yang akan di jual malam nanati.

Dikamar kecil di belakang Cafe Loby hotel, yasin sedikit muntah dan saya hapus lagi mukanya dngan air, kemudian saya pastikan bahwa sekarang perjalanan menuju ke Bandara.

Keluar dari cafe loby hotel langsung menuju temnpat shlata ashar sebab tempat shalatnya ada di bawah halaman parkir, untuk itu diberi arah oleh penjaga yang ada di loby dimana pintu keluarnya.

Setelah sesampainya dibawah, dimana sekarang tempat Shalat, Yasin menunjukan itu pak ada tulisan Musholah, kesana saya berjalan berdua dengan Yasin dan melepas semua perlengkapan tanpa ada perasaan sesuatu apapun kecuali shalat Ashar.

Keluar dari hotel perasaan tenang, berjalan berdua menuju parkir sepeda motor didepan hotel, setelah membayar Rp 2 000,- kemudian keluar belok kanan menuju jalan Mangga Dua, setelah itu belok kiri menuju Beos, kemudian belok Kiri menuju jalan Veteran, kemudian tembus ke Mahkamah Agung, Gambir, Patung tani dan memasuki Cikini dan RSCM.

Setelah motor diparkir dihalam emergency RSCM saya sempatkan membeli jeruk sekilonya Rp 12 000,- Yasin makan satu butir jeruk susahnya setengah mati, maksudku untuk mencegah mualnya bangkit lagi.

Diatas Metro Mini 49 dari RSCM ke Rawamangun membayar Rp 3000,- berdua untuk mencapai bus bandara di terminal bus Rawamangun.

Bus Metromini berjalan dengan kecepatan tinggi sore hari ini, dan sempat serempetan setelah lampu merah di perempatan jalan Utan Kayu dan Ahmad Yani untuk memasuki Rawamangun, serempetan sesama metromini.


Perjalanan sore ini mengingatkan saya peristiwa 20 tahun yang lalu sewaktu akan berangkat ke Belanda.

Sebelum pintu masuk terminal semua penumpang diturunkan, saya turun bersama Yasin dan berjalan menuju bus Bandara yang sedang parkir, saya bergegas menuju bus sebab khawatir di tinggal bus saat saya berada di belakang bus, jam 17.20 sudah naik bus, bus dalam keadaan kosong, sedikikitnya penumpang mungkin tidak ada yang berangkat sore ini.

Bus berjalan juga saat jam menunjukan 17.35 merembak kemacetan di ujung jalan terminal dan langsung tembus ke jalan Pemuda untuk mencari jalan Tol.

Sebelum memasuki Jalan Tol Akhmad Yani saat itu terdengar lamat- lamat suara adzan,jam menunjukan 17.55 serentak saya memohon doa pada Allah untuk bersyukur bahwa puasa itupun akhirnya terjalani dengan baik. Buka puasa dengan minum air putih gelas plastik dengan sebutir jeruk. Betapa bahagianya masih bisa bertakwa pada Allah.

Ada tetangga duduk yang hendak pergi ke Sulu, Sulawesi, ia yang berprofesi sebagai lembaga keuangan untuk mencoba menyelesaikan permasalahan hutang-hutang khususnya kendaraan mobil.


Jam 18.03 bus sudah didepan kawasan Kelapa Gading, terlihat tembakan cahaya dari bangunan tinggi yang dibangun untuk menjawab kebutuhan rumah tinggal dikawasan kota Jakarta.

Jam 18.45 mulai memasuki kemacetan yang parah di Rawa bebek, kemacetan sampai berhenti total selama 1 jam, setelah itu kendaraan lancar.

Jam 20.05 telah tiba di Bandara Cengkareng, dan yang dituju pertama adalah tempat shalat sebab belum mengerjakan shalat Maghrib dan Isya, saat itu di terminal Lion Air tempat shalat pria sedang diperbaiki sehingga gabung dengan tempat shalat wanita, untungnya malam ini sudah sangat sepi.


Berjalan menuju pintu keluarnya para penumpang yang baru turun dari pesawat, Yasin sempat protes untuk mencari tempat duduk, tetapi saya jelaskan bahwa mbak Tyasnya kalau keluar ada di pintu sini, sehingga Yasin mau mengikuti, kemudian saya naik keatas untuk mencari tempat datar sebagai meja makan, dan dapat di raling tangga tempat orang melihat penerbangan.

Mulai makan berdua dengan Yasin, minuman yang banyak terhidangkan, dan makanan nasi Padang mulai dimakan, ber lauk kikil dengan rendang tanpa sambal sehingga hambar, Yasin makannya sedikit, saya masih menyisahkan nasi berlauk rendang barangkali saja nanti Tyas suka makan.

Makanannya sangat enak, kikilnya sudah sedikit agak menuju basi. Sementara dipelataran bawah banyak penumpang yang baru datang, setelah makanan habis mencoba berbaring di tempat datar tadi dan mulai tidur- tiduran melepas lelah seharian, diatas langit terlihat bintang dan pesawat yang sedang manufer pendaratan.

Yasin berbaring di sisi raling kanan dan saya disini, sehingga praktis kedua raling itu saya tiduri dengan Yasin.

Tempat berbaring ini hanya satu setengah mater lagi sudah ujung atap bandara, terlihat ukiran- ukiran diujung kolom besi dan jajajaran balok besi bundar menutup atap bandara dan dibagian bawah bisa melihat banyaknya penumpang dan penjemput yang bejalan.

Jam 22.00 akhirnya tiba, Tyas yang ditunggu dari tadi sudahy keluar, sementara Yasin masih buang air saya jemput berdua dengan Tyas, dan setelah itu bergegas menuju tempat kedatangan bus dan bus jurusan Rawamangun datng menghampiri, langsung naik, menyewa dua kursi untuk diduduki bertiga sebab Yasin masih cukup kecil untuk dipangku.

Perjalanan menuju Rawamangun malam ini lancar, dan perjalanan itu hanya ditempuh 1 jam 20 menit. Setelah keluar di pintu tol Pramuka saat bus belok kiri menuju terminal Rawamangun, saya turun di halte, kemudian bertiga berjalan balik menuju perempatan Pramuka.

Yasinnya masih ngantuk, males untuk alan lagi, dan setelah berada diujung jalan Pramuka, mulai mencari taksi, perhitungan saya dari sini menuju RSCM taksinya berbiaya Rp 10 000,- dan tepat juga meteran menunjukan angka tersebut saya turun tepat didepan Emergency RSCM.

Jam 23.30 langsung mendaftar di bagian kartu Emergency, dan setelah mendapat kartu masuk, berjalan bertiga menuju bagian anak- anak dimana Thalasemia berada, disana hanya ada satu bed bekas pasien. Yasin ngak peduli kihat bed langsung naik tepat tidur untuk tidur, walau disisi kanannya agak jauh terdapat tiga orang yang sedang gawat kondisinya.

Rapat POPTI di RSCM

Sabtu, 26 April 2008.


Jam 08.00 berangkat ke RSCM
Sebab ada pertemuan antara pengurus POPTI dengan orang tua penderita khusus yang ditanggung oleh PNS Pegawai Negeri.

Sesampainya di dalam RSCM suasana masih sepi, saya malahan sempat ngobrol lama denga para orang tua penderita tentang layanan Askes yang masih membayar uang tindakan di RSCM dan harus dilaporkan ke ASKES.

Isi pertemuan lebih banyak di isi penjelasan masalah penggunaan obat Ferypox pengganti Desferal yang masih di uji cobakan, kelemahan Feryfox ini adalah apabila lambung si pasien thalasemia bermasalah sedikit saja maka khasiat obat minum ini akan terganggu daya serapnya, dari sini saya masih berfikir lebih baik desferal yang langsung ke darah.

Ngantar Yasin ke RSCM

Jumat, 25 April 2008.

Ke RSCM hari pertama, Yasin sudah waktunya untuk di transfusi, macet melanda dimana-mana, disini di niatkan akan bershalat Jumat di Masjid FK-UI.

Setibanya di RSCM langsung urus pendaftaran dan Laboratorium, Hbnya Yasin 7.00.

Dikantin Yasin memilih jus apokat dan makan bakso.
Shalat Jumat di masjid UI setelah melihat ditumpukan buku statusnya Yasin diurutan ke seri 3 sehingga saya perhitungkan akan kena jam 11.45, sehingga sangat mempet dengan jadwal shalat Jumat, sehingga saya putuskan ijin saja pada dokternya bahwa Yasin akan shalat Jumat terlebih dahulu, jadi jangan dicari.
saat itu jam 11.30 sudah masuk halaman masjid UI yang lama belum selesai konstruksi nya. dapat deretan baris ke empat dari depan.

Jam 12.30 saat selesai shalat Jumat mendapat SMS dari Denpasar bahwa Hbnya Tyas 7.4 tetapi ngak mau ditransfusi di Denpasar, sebab ia sudah menanyakan ke PMI Denpasar bahwa persediaan darah cuci disana ngak ada sehingga kalau mau transfusi ia harus membawa person sebanya enam orang sebab kebutuhan darahnya Tyas enam kantong. untukitu saya putuskan untuk pulang secepatnya ke Jakarta untuk langsung masuk ke Emergency RSCM.

Urusan di Thalasemia RSCM belum berakhir.

Sekeluarnya dari ruangan dokter yang menunggu kedatangan Yasin yang telah shalat Jumat,langsung ke Bank Darah RSCM untuk mendapat persetujuan pengambilan darah di PMI Kramat.
Saat itu seorang ibu yang saya mengetahui jikalau ia ibu dari salah seorang pasien Thalasemia dan dia meminta uang untuk pulang, saya bilang saya setuju tapi ijinkan saya mencari uangnya terlebih dahulu.

Sebab sewaktu saya tanyakan mengapa tidak minta ke Kuat sebagai orang yang diperkerjakan oleh POPTI untuk memegang uang operasioanal harian, sang ibu itu mengatakan sudah dikasi uang sdari Kuat dan uang itu diperlihatkan kepada saya. tetapi kurang utnuk balik kesini, okey saya setuju, sementara ia menunggu saya lari kekantin utnuk meminta terlebih dahulu uangsepuluh ribu untuk memotong waktu tunggu si ibubn tadi, setelah itu saya secepatnya berlari keibu tadi untukmenyerahkan uang tersebut, setelah itu saya kembali lagi kekantin untuk menyerahkan uang limapuluh ribuan selembar untuk pembayaran pinjaman sepuluh ribu tadi.

Setelah mengantar blangko permohonan darah cuci buat Yasin yang akan digunakan hari Senen dan Selasa,langsung pulang
Sesampainya dirumah saat Magrib tiba, dan ibunya langsung saya beritahu kondisinya Tyas yang ngak mau di transfusi disana.

Jam suadh menunjukan 21.00 saya mencoba menelpon ke Lion Air untuk meminta tiketpromosi hari penerbangan Senen, ternyata ada dan langsung di booking atas nama Tyas pemberangkatan Senen malam 20.45 dengan kode booking ILLPOK

Kode booking itu saya SMS kan Tyas sebab waktu pembelian tiket hanya 2 jam dan ternyata diDenpasar Tyas langsung bereaksi keluar indekosannya unuk membeli tiket,saat itu disana sudah jam 10.00malam.

Setelah mengetahui Tyas telah mendapatkan tiket itu langsung ibunya di sini bersujud syukur sebab kepastian berangkatnya Tyas ke Jakarta sudah jelas.

Menuju kantor departemen

Rabu, 23 April 2008.

Pagi hari sudah berangkat ke kantor, Yasin masih ikut sampai sekolah, tapi kali ini menunju kantor Departemen Pekerjaan Umum, perjalanan ke kantor Departemen itu terhalang kemacetan di sekitar sekolah global, dari sana belok kanan, akan memotong arus lalu lintas belok kiri untuk ketemu ujungnya jalan Pangeran Antasari, tiba – tiba tukang ojek yang mangkal didepan dibawa kolong fly over memberi kode dengan tangannya jangan belok kiri ada polisi.
Betul juga ada polisi sedang berjalan dengan beberapa orang, saya langsung belok kanan dan masuk belok kiri di kantor El – Nusa,
Dari jalan didalam kompleks perkantoran yang rapi itu itu saya harus mencari jalan keluar yang keluar di gudang Amerika, jalan itu diketemukan,kemudian belok kiri untuk melewati permukiman kumuh yang saya jadikan latar belakang ceritra si Gondrong.
Mendaki sebentar dan belok kiri dan balik kanan menuju kantor Patimura, sesampainya di kantor kementrian perumahan rakyat motor saya parkir, sewaktu motor melintas di jalan- jalan Jakarta ia seperti anak yang terlempar dari planet lain, kerena lumpur yang nempel di motor dan jeleknya motor.
Didepartemen ini yang dijumpai rencana nya pak Harjono, ternyata ia lagi sekolah pimpinan lanjutan Sepala, untuk mampir sebentar diruangibu Lia, yang mau menampung saya dua malam dirumahnya sewaktu baru datangdari Jayapura lima belas tahun yang lalu, kemudian disana saya melihat rekan pak Eri yang telah dijadikan salah satu pimpinan di ruangannya ibu Lia, sewaktu ia muncul disitu saya pikir ia lagi bertamu ternyata ia jadi pimpinan disitu, saya sempat masuk keruangannya dan banyak buku arsip penataan bangunan yang berserakan disitu.

Setelah itu berjalan keruangan Tata Bangunan untuk mengambil honor pengawasan bangunan tahun 2007 yang sejak Januari 2008 belum sempat diambil. Jumlahnya ngak banyak tetapi sepersepuluhnya saya cadangkan untuk dimasukan ke Dompet Dhuafa masjid Al Azhar dan separuhnya untuk anak-anak yatim diasuh istri saya.

rutin lah

Selasa, 22 April 2008.
Sore hari masih dikantor,menjelang jam 16.00 pak Kuat memberitahukan jikalau ia esok hari akan ke Solo dalam rangka perjalanan Dinas undangan Bupati Solo dalam rangka penyebar luasan Gerakan Pecinta dan Konservasi Air, yangdikeluhkan adalah pagi berangkat dan sore nya pulang sangat lelah pikirnya, oleh sebab itu saya usulkan untuk diperpanjang pulangnya Kamis pagi langsung kekantor dari Cengkarang.

Nyenggol Gadis

Senen, 21 April 2008.

Hari ini jiwa besar saya terasa sedikit hancur, tadi pagi sewaktu mengendarai motor, ada seorang gadis menyebrang jalan, saya dalam keadaan pelan tetapi ia menyebrang jalan juga dan terkena stang kiri dan lampu spion kiri, saya merasa tidak enak hati sebab telah menyakiti seseorang.

Lokasi kejadian di perempatan Ranco, depan Aldi Donat jalan Simatupang. Saat itu kemacetan panjang sehingga semua berjalan tersendat-sendat. Saat ada peluang saya menaikan kecepatan dan bersamaan ada remaja yang menyebrang.

Saya membayangkan jikalau itu anak gadis saya, apakah saya ngak sakit hati, saya menyesal.

Lampu PLN mati dikantor sampai jam 13.00 siang. Shalat dlhuhur di masjid Al Hikma.

ohhh tetangga

Minggu, 20 April 2008.

Pagi hari kepasar bersama Fifi dan ibunya, saya hanya terbatas membeli buncis, tomat, terong ungu, wortel. Suasana hari mendung terus tetapi tidak turun hujan.

Setelah pulang dari pasar saya mencoba mengobrol bersama bapaknya Rani tetangga rumah,berbicara sekitar mengapa sekarang tidak lagi digalakan kerja bakti, saya bilang sebab trauma atas kelakuan seorang warga yang berani mengerahkan senjata tajam untuk mereguk RT nya sehingga sang RT harus memilih apa yang musti dilakukan pada suatu jabatan yang tidak berpenghasilan ini.

Tiba-tiba pak Ujang datang, tetangga senior, yang saya sendiri tidak memberi penilaian terhadap hubungan diplomasi kepadanya, ia mencoba berbicara dengan saya terhadap prilaku seseorang yang membuang ayam mati di bawa tempat duduk saya, bukan hari ini, mungkin beberapa hari yang lalu. Tetapi kerena pembicaraan akan menuju ke prospek seseorang, saya menanggapi sumir, bahwa kita harus siap dengan kalimat maklum kalau melihat tetangga, sebab maklumnya banyak.

Ia rupanya tidak terima konsep saya dan marah meninggalkan saya


Saya hanya bermain dirumah bersama Fifi.

Pulang dari Jogjakarta

Jumat, 18 April 2008.

Jam 04.00 bangun untuk mengerjakan shalat Tahajud, dan setelah itu membangunkan pak Nardi untuk saya ajak kemasjid mengerjakan shalat shubuh di masjid IAIN, dan setelah itu membangunkan pak Pardino yang menjabat Kepala Pusat, yang baru 12 hari yang lalu baru pulang dari Makkah menunaikan Umroh.

Berjalan bertiga menuju masjid saat adzan shubuh bergemah, berjalan sambilcanda, ternyata masjid IAINsudah berpindah dan diperlukan kesabaran untuk bertanya dimanamasjid sekarang ini, sebab masjid yang lama dirobohkan kerena terkena gempa beberapa tahun yang lalu.

Seusai mengerjakan shalat pak Pardino mengajak jalan- jalan kepasar Gejayan,melihat kesibukan pagi hari, sebab kalau masuk kamar lagi sudah dipastikan akan tidur lagi.

Sewaktu memasuki penginapan lagi, saya cepat kebelakang untuk buang air besar yang tertahan sejak tadi, sarapan belum disajikan, saat terbaik untuk mandi dan seterusnya mengerjakan shalat Dlhuha.

Setelah itu keluar lagi menuju kepasar yang tadi pagi dilewati, sekarang niatnya untuk, membeli oleh untuk anak- anak, sewaktu berjalan kepasar melewati perumahan yang juga berjualan makanan pagi, saya teringat dahulu pernah melakukan perjalanan dinas dimana Tyas saya ajak juga dan mencari makan pagi di rumah rumah yang meletakan meja yang terisi nasi gudeg untuk sarapan pagi.

Pak Nardi malahan kepingin,saya ingatkan bahwa sarapan sebentar lagi adalah nasi raon yang energinya sangat tinggi sehingga diperlukan keringat sebelum makan agar makannya enak, setibanya dipasar mulai mencari sasaran adalah emping belinjo, sejak tawaran pertama, emping itu dijual Rp 24 000,- kemudian bergerak lagimenawardan dihargai Rp 25 000,- sampai menjumpai harga yang wajar sekilonya Rp 20 000,- tetapi saat itu saya mengerakan tangan yang salah sehingga kaca mata saya terlepas murnya dan jatuh lensanya, tidak pecah, tetapi cukup membingungkan sebab dimana mencari obeng kaca mata kecil.


Akhirnya dalam usaha mencari toko kaca mata yangternyata pagi tiu belum juga buka saya minta tolong pada bengkel untuk meminta karet gelang dan sudut kaca mata itu diikat dengan karet gelang agfar kacanya bisaterbaca.

Kemudian balik ke pedagang yang telah disetujui harganya Rp 20 000,- untuk sekilo emping belinjo, dan membeli tiga kilo, kemudian membeli bakpia Rp 25 000,- rempeyek 5 bungkus Rp 15 000,- semua seharga Rp 100 000,- dimasukan dalam dos dan sekarang menuju pulang kepenginapan.

Sesampainya di penginapan langsung mengambil sarapan rawon berwarna hitam.

Kemudian aktip diruang untuk mulai membahas laporan pendahuluan dari Balai Sosek Jawa Timur Bidang Jalan.

Dalam pembahasan terbentik kasus untuk memindahkan alur jalan tol ke sebalah barat selatan dari posisi jalan tol sekarang sekitar 5 km, yang terbayang permasalahan adalah tingkat jenuhnya masyarakat terhadap janji kesejahteraan pemerintah pada masyarakat, sehingga ada pemikian jikalau masyarakat yang teraniaya lama ini akan memanfaatkan kasus perpindahan jalur jalan tol untuk menarik perhatian pemerintah untuk juga menyelesaikan permasalahan mereka, yaitu ganti rugi lahan yang terendam lumpur dan tidak pernah diganti- ganti.

Jam 11.15 saya mulai meninggalkan ruangan untuk segera mandi dan mengenakan sarung untuk mngerjakan shalat Jumat, shalat jumat di masjid IAIN yang lokasinya telah diketahui sebab tadi pagi sewaktu shalat shubuh sudah dilihat.

Shalat Jumat dipenuhi dengan mahasiswa IAIN yang belajar dan shalat disana, kemudian khotba Jumat hari ini membahas rasa syukur yang selalu dituntut oleh Allah secara seutuhnya.

Makan siang sesampainya di penginapan siang itu, tanpa harus memasuki ruangan lagi, sempat dijadikan perhatian teman- teman sebab saya bersarung dan bersepatu, sementara teman- teman berpakaian formal, saya bilang ini hari Jumat, Pemerintah memberikan waktu untuk beribadah, mau dimanfaatkan atau ngak, dan setelah makan langsung masuk ruangan dan bersiap berangkat ke Bandara, sewaktu akan pulang sempat pamitan dengan Pak Pardino untuk pulang lebih dahulu, kemudian ke airport diantar dengan Mobil Kantor Jogjakarta dimana ibu Yusniawati sebagai kepala unitnya ikut juga mengantar, saya ngak enak sebab saya bukan penjabat, jadi tidak sewajarnya dihormati sedemikian.

Jam 14.00 sudah lapor dan sekarang menunggu di ruang tunggu yang lapang, dan berkapasitas 500 orang lebih, tetapi ruangan ini sekarang terisi 300 penumpang dari berbagai penerbangan, tercatat selama saya menunggu disana terdapat penerbangan ke Jakarta, ke Kualalumpur, ke Makasar, ke Kupang.

Di Airport Adisucipto ini saya jalan-jalan keliling melihat arcade-arcade yang menjual pernak-pernik barang bawaan, untuk oleh-oleh singkatnya, terutama ditujukan kepada penumpang yang ngak sempat cari oleh- oleh di kota Jogjakarta.

Didalam sini ada arcade besar yang menjual buku-buku, terdapat satu buku yang sangat menarik saya adalah buku Law Atraticvenis, the scientciens of atractive.

Saya masih berjalan keliling dan samapi pada arcade yang menjual mutiara sumba, ternyata pemiliknya adalah orang Jogja dan menernak mutiara di Sumba, design ukirannya termasuk ukiran lama.

Saya berjalan lagi dan sampai pada petugas yang memeriksa tas bawaan penumpang dilengkapi dengan alat pendeteksi logam, yang menjadi tertarik perhatian adalah satu peti kaca yang berisi garpu, sendok, gunting, cutter, jarum, silet semua barang-barang yang menurut peraturan penerbangan dilarang naik pesawat.

Terdapat juga ruangan khusus untuk perokok dimana didalamnya sudah tersedia temannya orang merokok.

Jam 15.15 saat mengerjakan shalat Ashar di musholah didalam ruang tunggu keberangkatan. Sewaktu berwudhu saya merasa agak asin di lidah ternyata gusi saya berdarah, kenapa kok sampai berdarah sedemikian.

Jam 15.35 pesawat Lion yang akan saya naiki telah datang, sewaktu parkir disamping ruangtunggu yang dipisahkan dengan dinding kaca tebal, pesawat itu memang besar.

Sempat menelpon Hp ke rumah di Jakarta dan telepon ke Hpnya Tyas di Denpasar, hanya saja sewaktu ke Tyas suara bising pesawat sangat menutup pendengaran.

Sewaktu menaiki pesawat, dan mendapatkan tempat duduk yang sesuai dengan nomer tetapi apa nyatanya, dinding pasif menutup, buka jendela kaca yang di dapat, benarkan, walau saya sendiri yang meminta duduk di pinggir jendela tetapi gelap.

Tiba di Cengkareng jam 17.10, sasaran pertama adalah toilet, sebab sedari tadi menahan kencing, penumpang yang turun mulai menuju tempat pengambilan barang, dan mulai menunggu barang yang dititipkan di begasi, kemudian mencari bus ke Kampung Rambutan.jam 17.36 bus datang dalam keadaan kosong, saya giliran masuk yang ketiga orang.

Macet luar biasa disekitar Pluit sebab bus harus keluar dari jalan tol dan masuk jalan biasa dan masuk lagi ke jalan tol sekitar Ancol.

Masuk rumahnya pak Marsudi jam 20.10 dan lampu sepeda motor telah diperbaiki dengan pak Marsudi.

Shalat Isya dan Maghrib yang tertinggal sebab masih diatas bus, Masuk rumah sekitar jam 22.00 malam. Yasin belum tidur.

Berlari menyusuri jalan solo- jogjakarta

Kamis, 17 April 2008.




Tidur sangat nyenyak dan sadar jikalau akan terbang ke Jogjakarta pagi ini terbangun jam menunjukan 01.30, secepatnya mandi dan seterusnya shalat dan memasukan pakaian secukupnya.

Jam 02.00 keluar dari rumah, sepatu yang kemaren sore kehujanan masih basah walau istri berusaha untukmengeringkannya dengan memasukan koran untuk menghisap air dalam sepatu, ya tidak menolong.
Tiga kilometer setelah meninggalkan rumah, lampu depan motor gelap,perjalan menjadi tidak menyenangkan, untungnya keadaan jalan sepi, tetapi pekerja jalan yang mulai bekerjanya malam hari terlihat ramai di ruas tertentu.

Jam 02.50 masuk kerumahnya pak Marsudi dan diterima dengan anaknya yang nomer dua yang belum tidur, saya sudah berusaha untuk melajutkan jalan kaki tetapi pak Marsudi mesih semangat mengantarkannya ke terminal menggunakan sepeda motornya.

Jam 03.10 sudah didalam bus tujuan Bandara, duduk dideret nomer 7 dari depan, penumpang sudah separuh lebih terisi, waktu menunggu ini saya gunakan untuk makan nasi yang dibawa dari rumah dalam bungkus plastik disertai dengan sendok makan, nasinya sendiri sedikit saja, yang penting jangan sampai kosong.

Jam 03.33 bus sudah bergerak meninggalkan terminal untuk menuju ke Bandara, meninggalkan orang-orang yang tertidur di terminal, banyak juga orangyangtertidur di terminal, terminal tidak lagi hanya sekedar tempat datangnya orang dan langsung pergi, tetapi bagi penjual-penjual di terminal, yang berjualan hingga larut malam, ia tertidur di terminal, penumpangnya cukup banyak, saya taksir ada 30 orang, semuanya mengejar penerbangan pagi.

Luar biasa, setelah makan terasa ngantuk sekali badan ini dan akhirnya tertidur.

Sadar setelah mobil berhenti untuk meminta uang tiket perseorangan yang naik bus, bus ini berhentinya di dekat bandara, paling sering di ujung pintu tol bandara.

Jam 04.20 bus sudah sampai di Airport, sekarang memasuki terminal A untuk pemnberangkatan Lion air, disini banyak penumpang yang turun. Setelah itu bus terasa sepi, kemudian bus bergerak lagi, Terminal 1 B untuk penerbangan dengan Batavia air, bus bergerak lagi sebab disini tidak ada penumpang yang turun, setelah itu terminal Mandala air, saya turun disini dan langsung menuju pintu masuk untuk me skaning tas bawaan, dan berjalan menuju ke meja pemberangkatan.

Jam 04.32 bording pas sudah saya dapatkan dan langsung masuk ke anjungan GATE C1 untuk pemberangkatan ke Jogjakarta yang paling awal.
didepan saya berjalan tiga orang wanita belia dengan berpakain ringkas panjang, dilihat dari gerakannya ia adalah petugas darat pemberangkatan, ia berjalan sambil memegang gelas plastik kopi susu panas yang akan diminumnya nanti setibanya di meja kerjanya.
ia berjalan sambil bergurau sesamanya menimbulkan suara yang riuh.
Sewaktu saya memasuki anjungan keberangkatan, waktu shubuh belum datang,

Jam 04.40 terdengar adzan shubuh bergelegar memenuhi ruangan disiarkan dari televisi yang dipasang diruang tunggu, saya langsung mencari tangga turun untuk mengerjakan shalat shubuh, sebab tempat shalatnya ada diruangan bawah, tidak terasa saya sudah 20 tahun shalat shubuh di terminal, dari Aswan belum lahir ,saat masih terbang Jakarta- Ambon- Jayapura sampai sekarang Aswan sudah di Kedokteran semester empat.

Makmum shalat shubuh ada tiga orang, semua pegawai darat di pintu pemberangkatan.
Penumpang yang akan berangkat ke Jogjakarta baru tiga orang,semuanya duduk rapi, dan saat adzan shubuh berkumandang, mereka tidak terlihat turun untuk mengerjakan shalat.
Menunggu saat akan berangkat,setelah mengerjakan shalat,mulai membuka sarapan yang dibawa dari rumah berupah kue-kue pengajian, dan minum, kemudian ruangan yang sunyi ini membuat saya lebih mudah untuk berkotemplasi, 20 tahun shalat shubuh di bandara semuanya adalah perjalanan menjalankan tugas kantor, keheningan dan kesunyian pagi ini masih menyeruak raga, kesegaran dan kelurusan gelombang membuat kita bisa melihat apa saja yang telah kita lakukan,apa pegangan konsep kita, konsep itupun akan diramu dengan apa konsep itu ditegak kan.

Suasana pagi di Bandara, berbagai idea bisa muncul dalam kesunyian ini, bangunan bandara ini sudah 20 tahun lebih umurnya.

Tiga puluh menit kemudian, Ahsan, Elias, Sari, Wiwit baru datang mereka berombongan menyewa taksi sejak dari Depok,mereka adalah teman kantor yang cukup yunior yang akan juga berangkat ke Jogjakarta, tidak beberapa lama pak Nardi datang dia adalah teman seruangan, yang belum terlihat adalah pak Kuat, pak Budi Dul.

Jam 06.00 penumpang sudah dipersilahkan memasuki pesawat, tidak menggunakan balalai sehingga penumpang berjalan menuruni ramp menurun, saat pesawat berangkat pesawat melewati kotaTangerang, diatas Jakarta saja awan tidak terlalu padat tetapi selepas Jakarta awan bergulung memadati hingga ketimur.

Jakarta Jogjakarta hanya ditempuh 40 menit. jam 07.00 sudah menunggumobil jemputan kantordi depan terminal Adisucipto.
Kerena rombongan cukup banyak sehingga rombongan ada yang menggunakan taksi dan ada yang menggunakan mobil jemputan.

Setibanya di Penginapan depan IAIN Sunan Kalijaga,langsung mencari kunci kamar dan saya dapat C7 sekamar dengan pak Nardi, sewaktu melewati ruangan makan sudah terhidang sarapan nasi gudeg saya langsung santap pagi.

Memasuki kamar langsung mandi dan mengerjakan shalat Dlhuha dan langsung memasuki ruang kegiatan untuk mulai pembahasan Laporan Pendahuluan dari Jogjakarta.

Sama seperti tahun-tahun yang lalu setiap pembahasan,kalau yang memberi prospektip laporan adalah saya, yang bukan struktural, usulan saya hanya diterima sekedar basa basi, sebab pemikiran saya terkadang memang sangat mendasar, tetapi saya harus bersuara,kalaupun itu masih dijalankan paling maksimalnya laporan itu akan teronggok disudut ruangan sebab tidak berimplikasi luas.

Sekitar jam 13.30 pak Ahyat mengusulkan ke saya untuk duduk setiap dua bulanan mengevaluasilaporan yang masuk.

Jam 15.15 saya keluar ruangan untuk mengerjakan shalat Ashar, sebelumnya saya mandi sebab udara terasa panas, kemudian berlari menyusuri jalan Solo,berlari sejauhnya yang penting lemak harus dibakar, berlari hingga di pertigaan jalan belok kiri ke Semarang, Magelang, cukup jauh, mengkombinasikan berjalan, berlari, berjalan, berlari, dan disini bisa dilihat jikalau pemerintah Kota Jogjaklarta sudah berusaha membuat busway model jogja, jauh dekat Rp 3 000.- mobil ber AC, tetapi kapasitasnya kecil. dan jalur bus way ini tidak dibuatkan pemisah jalur seperti di Jakarta, sehingga tidak membahayakan pengendara lainnya.
Menjelang maghrib saya memasuki penginapan,suasana penginapan gelap meremang sebab sejak siang PLN padam giliran.

Sehabis shalat Isya langsung santap malam dan masuk keruang tidur untuk kembali beristirahat.

Persiapan ke Jogjakarta

Rabu, 16 April 2008.

Jam 00.30 hujan deras mengguyur bumi, untungnya sudah sampai dirumah dari perjalanan panjang Hotel Borobudur.
Jam 04.00 sudah bangun persiapan untuk menjumpai salah seorang jajaran Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor, Jam 07.00 pagi. tepat jam 05.00 setelah shalat shubuh dan sarapan pagi dengan cumi-cumi yang dimasak dengan istri, sarapan ini sangat mewah rasanya, saya tidak membayangkan pejabat yang paling top di negeri ini apakan ia bisa makan pagi dengan cumi-cumi besar, setelah itu bermotor bersama istri dan Fifi yang tak mau ketinggalan dalam pertemuan antara beberapa orang tua penderita Thalasemia Kab Bogor dengan jajaran Dinas Kesehatan Bogor.

Yasin yang sendirian ditinggal dirumah ia dibekali uang sebesar Rp 6 000,- sudah termasuk ojek Rp 2000,-

Perjalanan ke bogor pagi ini sangat asyik, dari cuaca yang masih gelap, ternyata istri kemaren siang sudah mempersiapkan makanan yang dibungkus serupa dengan arem- arem,yaitu nasi dengan isian dan lombok tentunya untuk mengganjal perut, sebab dibayangkan besok kalau ada orang tua penderita Thalasemia yang datang siapa yang akan memberi makan.

Perjalanan sangat macet beriringan dengan kendaraan truk semen yang akan masuk kepabrik, dan panjang kemacetan sampai 3 km. Perbaikan lapis atas aspal dijembatan Cibinong telah dilakukan rupanya lubangnya tidak separah awal bulan ini sewaktu ke dinas kesehatan pertama kalinya.

Jam 07.10 sudah tiba di Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor, suasana masih sepi, secepatnya kesudut kompleks dimana musholah dinas diletakan, untuk mengerjakan shalat Dlhuha, saat itu saya melihat sepatu saya yang berlumpur dan bernoda sebab jalanan sangat basah sebab semalam hujan, sepatu yang saya pakai adalah sepatu dalam ruangan, bukan sepatu perjalanan yang siap menerima basah hujan dan kering diwaktu panas, dan sepatu itu dipakai sejak kemaren sore sewaktu meninggalkan kantor menuju hotel Borobudur.

Sepagi itu ternyata ada seorang dinas kesehatan yang telah mengerjakan shalat, seiring waktu saya mengerjakan shalat sambil berbesih diri sebelum ketemu jajaran dinas kesehatan, Fifi dan ibunya terlihat berada ditempat shalat khusu wanita.

Jam 08.00 pertemuan dengan Pak Suryo salah seorang kepala bidang Dinas Kesahatan dengan ditemani 3 orang tua penderita Thalasemia yang rumahnya di Bogor, dan tidak beberapa lama datang lagi 3 orang ibu penderita yang datangnya terlambat.

Acara diisi penjelasan tayangan perjalan singkat penyakit Thalasemia, penjelasan ini dilampiri dengan heandout, Tayangan Film Thalasemia dan Tayangan Power Point menjelaskan Thalasemia Indonesia.

Kerena banyaknya informasi kesehatan yang harus dicerna oleh jajaran dinas kesehatan, dalam waktu singkat, akhirnya Dinas Kesehatan minta waktu untuk mempelajari semua permasalahan Thalasemia di Kabupaten Bogor.

Salah satu usulan saya dalam handout tersebut adalah membentuk motivator kesehatan bidang thalasemia yang diletakan di setiap desa yang dimana di desa itu ada penerbitan Surat Keterangan Tidak Mampu dalam merawat anak yang menderita Thalasemia.

Tugas Motivator kesehatan Bidang Thalasemia yang paling esensial adalah mengingatkan kepada calon pasangan pengaten sebelum menikah untuk memeriksakan darah Hb analisa, Pemeriksaan darah sebelum menikah, terutama diBogor ini banyak anak Thalasemia yang meninggal tanpa dirawat. sehingga sang motivator harusmembangkitkan semangat orang tuanya untukmau merawat ke Rumah Sakit Besar.

Jam 09.10 acara berakhir, dan banyak ibu-ibu yang masih bertanya perihal proses mengurus Jaminan Kesehatan Masyarakat, tetapi penjelasan kali ini terpaksanya dijelaskan diluar ruangan sebab POPTI Bogor belum terbentuk dan banyak permasalahan yang harus diselesaikan.

Acara pulang rencananya Istri dan Fifi saya anjurkan untuk naik bus dari Terminal Baranangsiang, tetapi Fifi ngakmau dipisahkan,ia terlihat agak menangis, walau tidak menangis, akhirnya ya saya gonceng lagi sampai Pasar Cibinong istri turun dengan Fifi untuk menyebrang jalan ke kanan mencari angkot tujuan Cileungsi, sementara itu saya berjalan lurus menuju Depok, UI, Pasar Minggu dan langsung Lebakbulus.

Setibanya di kantor, sempat ditanyakan,katanya keBogor,saya bilang sudah,lho kok cepat, pertemuannya sendiri jam 07.00 dan sudah selesai tadi pagi,lantas berangkat dari rumah ya jam 05.00.

Acara ke Jogjakarta rencananya besok, tetapi sampai jam 10.00 pagi ini belum jelas keuangannya, bendahara saya tanya kenapa ngak dikeluarkan uang tiketnya, bendahara berkata belum ada perintah, tunggu pak Botak pak Endar, sekarang ia sedang jadi saksi perkawinan tetangganya.

Saya sempat berfikir ringan, kalau ngak jadi juga ngak apa-apa. sekitar habis shalat Dlhuhur, pak Endar datang dan ia mengakui jikalau belum memberi perintah mengelurkan uang utnukpmberangkatan keJogjakarta, Iin yang diperintahkan utnuk menghubungi travel iamemesan tiket Mandala untuk tiga orang ke Jogja Besok pagi, yang berangkat adalah saya, pak Kuat dan pak Nardi.

Jam 14.00 saya diberi uang jalan sebanyak Rp 1 900 000.- sudah termasuk uang tiket, penginapan,boarding pas, taksi.

Jam 15.00 Tiket Mandala datang berupa selembar print out tulisan komputer yang menerangkan siapa yang berangkat, nomer tiket dan pesawat yang digunakan serta jam lapor dan tujuan.

Jam 16.00 saya tinggalkan kantor, dengan mengenggam buku pegangan penilaian kegiatan 2008 yang cukup tebal.

Dalam perjalanan pulang dihajar hujan didekat perumahan Duta, sekitar 5 km sebelum masuk rumah. lebatnya hujan ini membuat saya tidak bisa berbuat apa-apa, walau sudah mengenakan jas hujan segala tetapi sepatu ya masih basah juga.

Sesampainya dirumah hujan tidak turun selebat tadi, terasa hujan sepotong-potong, sesudah maghrib pinjam pesawat telepon dari tetangga rumah, untuk menghubungi pak Marsudi, sebab besok pagi akan menitipkan sepeda motor kerumahnya.
Tiba-tiba ingatan nomer teleponnya pak Marsudi hilang, sehingga saya harus menghubungi 108 utnukminta nomer.
Persiapan pemberangkatan ke Jogjakarta dilakukan secepatnya,m terutama dokumen-dokumen dan alat-alat elektrik sebab sering lupa kalau mendadak.

Tidur panjang sejak jam 20.00 malam.

Hotel Borobudur ke dua

Selasa, 15 April 2008.

Pagi ini Fifi bangun tidur saat semuanya akan mengerjakan shalat shubuh, ia sangat terkejut mengetahui jikalau ia telah memiliki sepatu, dan alangka terkejutnya lagi setelah mengetahui sepatu yang kiri bisa menyala, punya sepatu saja sudah syukur e, malahan menyala lagi. Langsung ia berguling diatas tempat tidur dengan sepatu barunya, hal ini sangat persis ia lakukan seperti Naning adik saya sewaktu kecilnya dahulu.

Berangkat kekantor kali ini hanya membekal map, tidak membawa tas kantor, perhitungannya adalah malam ini akan menghadiri Round Table mewakili pak Pardino di hotel Borobudur.
Tiba dikantor jam 08.40, suasana masih sepi tetapi persiapan untuk menyusun film POTI sedang di mantabkan.
Setibanya di kantor sudah sibuk dengan persiapan pekerjaan, tetapi tiba-tiba teman kantor mengingatkan jikalau Saya, Pak Kuat dengan pak Nardi ditugaskan ke Jogja hari Kamis besok untuk menghadiri pembahasan laporan pendahuluan penelitian yang dilakukan Balai Sosek Jogjakarta dan Surabaya.

Sore pun tiba, setelah shalat Ashar saya pamit akan berangkat ke hotel Borobudur untuk mengikuti raound table gempa. Perjalanan bermotor sore ini lancar, berpengalaman kemaren pagi sewaktu ke Hotel Borobudur untuk mengikuti Seminar Gempa yang akhirnya juga di tolak sebab diharuskan membayar, melewati kampung Melayu dihadang macet dimana-mana,sejak Condet, Cawang dan Kampung Melayu, Senen.

Tiba di hotel Borobudur sekitar jam 17.30,langsung memasuki kawasan parkir sepeda motor, cuaca sore,bangunan bertingkat disekitar kawasan Senen menjulang dimana-mana, langit yang memerah menghadapi gelapnya maghrib yang akan datang, untuk mulai mengenal situasi, saya berjalan menuju ke ruang Loby Seminar, dalam langka kaki menuju Loby, melewati area parkir Mobil, saat itu keluar dari mobil seorang wanita dengan dua orang teman kantornya laki-laki, dari cara berbicara dan bertingka kelihatannya jikalau ia orang yang bergerak di sektor jasa keuangan, dan ternyata ia menuju ruangan loby pertemuan,pikiran saya pasti dia adalah panitia penyelenggara round table malam ini.

Gemericik Air ditaman tangga naik Loby pertemuan seminar, disaat hari menjelang sore,
peserta Seminar ada didalam ruangan yang berpintu tebal, saya yang diluar ruang seminar hanya melihat sisa- sisa kegiatan Seminar dan turut dalam seminar itu juga banyak didirikan stand penjualan jasa yang sudah sepi di tinggal penunggu standnya, etrsisi posterdan leaflet yang masih terpasang di panel pameran, belum dibongkar. dari leaflet yangterbaca adalah lingkup jasa yang dipromosikan adalah analisa gempa bangunan bertingkat, jembatan dan penjual buku-buku teknik berkaitan dengan gempa, ada juga stand ITB Bandung dengan panel berisi analisa gempa,yang selalu berkaitan dengan gerakan tanah.

Jembatan terpanjang di Tol yang menghubungkan Cikampek Padalarang dan Bandung telah memanfaatkan kemampuan analisa gempa dari rekan- rekan ITB,

Saya melihat banyak panitia penyelenggara kegiatan yang hanya duduk akan pulang ditandai dengan tas kegiatannya yang telah dikempit untuk mulai pulang.

Tiba-tiba seseorang menyapa saya ternyata ia adalah pak Bambang Thalasemia yang bekerja di PLN, yang baru keluar dari acara penutupan seminar gempa, saya mengisyaratkan kepadanya apakah ia ikut acara round table malam ini, ternyata tidak.
Hari semakin mendekati saat maghrib tiba, para peserta seminar telah berjalan menuruni tangga ke lapangan parkir meninggalkan loby seminar, gemericik air di loby masih mendedangkan nyanyian tetapnya dengan nada-nada lurus tanpa berprasangka.

Bangunan tinggi Hotel Alson dengan tiga puncaknya, mengambang dihamparan langit yang meredup kemerahan ditimpah mendung kelabu sedikit, yang mana hotel itu pernah saya tinggali semalam saat membahas perencanaan bangunan Departemen Kelautan dan Perikanan beberapa tahun yang lalu, hanya map tulis kenangan dari hotel Alson yang kali ini saya bawa juga.

Perkiraan saya adalah hari akan hujan,mendung mulai membanyak, saya kembali kelapangan parkir motor untuk menyelamatkan jiket kain yang tadi sewaktu meninggal kan motor saya sampirkan begitu saja di atas motor, kalau hujan bisa pulang kebasahan nanti malam, suara speaker pengumuman di lapangan parkir, membisingkan suasana sore, yang memanggil para supir, yang beristirahat di cari pemiliknya yang telah tiba dimobil, tanpa dilihat sopir ada di dekat mobil.

Shalat Maghrib telah dikerjakan dimasjid hotel, berdampingan dengan sisi parkir sepeda motor, saya di ijinkan menjadi imam shalat, saat menuju ke loby pertemuan,suasana sudah menggelap, disini ternyata pemandangan dari lapangan parkir menuju tampak belakang hotel sangat jauh dari cantik.

Loby saya masukin dan langsung menuju kamar kecil toilet untuk ganti baju batik yang dibawa dari pagi tadi, setelah berbasuh muka untuk mendapatkan kesegaran langsung ganti baju batik Irian Jaya pemberian pak Mantri 15 tahun yang lalu.

Saya langsung menuju ke tempat acara round table tanpa bertanya saya langsung menghampiri meja yang dijaga serombangan anakmuda berpakaian hitam dan disela warna putih menghis lenganya, kelihatnya sangat formal, cuma dalam hati saya melihat kok agak aneh sebab banyak ibu-ibu yang mengikuti kegiatan ini.

Sewaktu saya menuliskan nama saya saya perhatikan ada seseorang berbisik dengan temannya menanyakan status saya,bapak siapa gerangan, saya tidak perduli,saya cantumkan nama saya di buku tamu dan setelah itu saya diberi tas kertas cukup cantik dengan tulisan City Bank, saya pikir ini pasti pihak sponsor pertemuan, saya masuk dan meletakan tas disalah satu kursi dideret kanan, tas itu bisa menampung baju ganti dan maphitam saya,sehingga saya tidak terlalu sibuk dengan melindungi barang bawaan itu.

Saat saya berdiri untuk mendekati meja sajian makan malam yangsaya perhatikan adalah makanan malam itu sangat aneh,dibuat kecil dan sangat spesifik, tidak saya bayangkan makan malam berbanjir jamuan mewah,mungkin jaman telah berobah.



Setelah tiga kali saya menggilir makan yang saya santap, terasa perut sudah mengisyaratkan berhenti, saat acar dimulai dengan paparan masalah keuangan,saya mulai bertanya mengapa kok bukan gempa, berarti saya salah masuk ruangan.

Thomas sipenerima tamu kehadiran saya pertama kali saya jumpai, Thomas,mungkin saya salah kamar, betul pak jawab sianak muda itu, saya dari tadi berfikir demikian, akhiornya saya diantar keruangan samping u ntukmengikuti raound table sesuai undangan.

Memasuki ruangan ini ya suasananya femiliar sebab banyak orang PU yang datang, bapak Budi yang dari Penelitian Jalan Jembatan yang jumpa dihalaman masjid hari Jumat kemaren, sewaktu saya shalat Jumat dikompleks kantornya Pusat Penelitian Jalan dan Jembatan Bandung, ada juga diruangan malam ini.

Terlihat para senior akhli gempa seperti bapak Tedy Boun dan bapak Wiratman, disusul dengan spesial gempa dari instansi Meteorologi Dept Perhubungan, Pusat Penelitian PU saja yang diundang 4 pusat, tiga pusat Penelitian di Bandung dan satu Pusat di Jakarta.

Kerena saya sudah mengenyangkan perut di makan malam di ruang Citybank maka di ruangan Roundtable dgempa ini saya hanya makan soup roti saja dengan minuman air putih.

Ada sesuatu yang hampir saja fatal yaitu minum kopi, saat acara round table baru 30 menit berjalan, tiba-tiba layan ruangan menyajikan pilihan kopi atau teh, saya memilih kopi, saat kopi sudah dihirup satu teguk saya merasakan kopi yang nikmatnya sama seperti acara diskusi dengan Duta Besar 10 bulan yang lalu yang membuat jantung saya berdebar serius, kopi sudah terminum untuk menetralisir saya minumair putih sebanyak-banyaknya sampai bebrapa kali saya pergi kekamar kecil saat diskusi round table sedang hangatnya.

Diskusi ini hilang maknanya saat gagal membahas siapa berperan apa, sebab masing-masing Departemen tidak memiliki esselon I yang membidangi gempa, Himbauan Gubernur DKI yang menyarankan pada acar pembukaan seminar kemaren yang saya dengar malam ini bahwa Indonesia dengan 3 lempeng benoa seharusnya bisa melahirkan akhli gempa seperti keahlian orang Jepang yang banyak melahirkan orang-orang berkeahlian gempa tingkat dunia.

Jam semakin larut, pembicaraan berkutat pada penyelenggaraan kegiatan di Beijing tahun ini, dimana penyelenggaraan beberapa hari terlebih dahulu sebelum olimpiade Beijing dimulai. Kegiatan penyelenggaraan Gempa tingkat Internasional ini mempunyai putaran 4 tahunan sama seperti penyelenggaraan Olimpiade.

Jam 21.50 acara ditutup dengan sambutan singkat untuk akan diteruskan dalam diskusi mailing list di daftar E-mail yang telah didaftarkan.

Saya keluar dari ruangan pertemuan dimana diluar di loby hotel sudah sangat sepi, dan diruang besar sedang disiapkan suatu persiapan acara wisuda perguruan tinggi yang akan diselenggarakan besoknya.

Bermotor diwaktu malam kendaraan berlaju kencang, tinggal motor saya yang tidak bisa berjalan cepat. setibanya dipasar Kramat Jati terlihat pedagang ikan yang menggairahkan rasa, saya teringat pada Fifi anak yang nomer 5 yang selalu ingin Cumi, saya memilih cumi-cumi yang besar yang seukuran 150 gram keatas, Rp 30 000,- dapat 1 ½ kg dengan isinya 10 biji.

Masuk rumah jam 23.30 malam.

Hotel Borobudur

Senen, 14 April 2008.


Ke Hotel Borobudur, undangan tertinggal di kantor, sehingga harus datang terlebih dahulu kekantor, sarapan dahulu nasi yang secuil yang dibawa dari rumah, berangkat ke hotel sekitar jam 09.30 lancar lewat Condet dan terkena macet di kawasan Kampung Melayu.
Hotel Borobudur, kemacetan yang menghadang sejak berangkat dari kantor jam 09.00, membuat saya tiba di Hotel Borobudur saat para peserta seminar Gempa telah memasuki acara break session.
Saat berjalan kaki dari lapangan parkir motor menuju ke Loby pertemuan jumpa dengan pak Bambang Thalasemia, anak wanitanya yang sakit thalasemia seorang mahasiswi kedokteraan dan sewaktu jumpah terakhir di RSCM anaknya sakit tulang di lengannya, dugaan adalah osteoporosis.

Dari kejauhan saat bayangan pak Bambang belum masuk fokus mata,memang saya melihat ada orang yang menggerakan tangannya, ternyata sewaktu jarak semakin dekat semakin jelas sosok didepan saya adalah pak Bambang.
ternyata ia mewakili PLN untuk hadir dalam seminar gempa, konstruksi rangka baja penompang jalur tegangan tinggi PLN sangat rawan dan harus diperhitungkan terhadap faktor goyangan ( drift ) gempa.


Sebab semua peserta selain anggota harus membayar seminar maka saya memilih untuk pulang saja kembali kekantor sebab saya tidak diberi kewenangan untuk itu.

saya pulang, jam 11.50 di kawasan Condet ganti olie motor Rp 22 000,- dan shalat Dhluhur di musholah An Nur, dan setelah itu ke hujanan hingga dan sesampainya dikantor hujan tidak turun.

Kehujanan, Kelaparan, Kehausan dijalan dalam tugas mewakili pimpinan, tidak dihitung kerugiannya, pokoknya semua itu cukup ngak cukup, mau ngak mau ya Rp 50 000,- sehari, kasian deh lu.

Makan siang di kantor, sambil lapor ke Pak Kuat.

Mengikuti rapat pembahasan Laporan Pendahuluan untuk kegiatan Kerjasama, kelemahan dari gagasan dan konsep kerja sama yang belum di tegakan, sebab hubungan kerja antar satu instansi dengan yang lainnya perlu dikat dalam satu wadah, terkadang wadah yang belum terbentuk itu bisa di ikat dalam kerja sama, dengan catatan hubungan dengan lembaga atau assoiasi luar.

Menyelesaikan konsep pendirian Thalasemia Bogor.

Menjelang magrib lari sebentar ke Carefure untuk membeli susunya Fifi yang habis, dan saat yang sama terlihat sepatunya Fifi yang ditunggu-tunggu lagi di korting harganya yang jelas harga matinya Rp 47 500,- dan mampu untuk membeli, saya tahu sepatu itu sangat di impi- impikannya, saya selalu menundanya sambil melirik kapan ada kortingan di Carefure, saya kalau ngak ada kortingan mana bisa beli, betapa lemahnya kemampuan ekonomi pegawai negeri ini.

Memilih Gubernur Jawa Barat

Minggu, 13 April 2008.

Ke pasar, suasana pasar sepi sebab hari ini adalah hari pencoblosan pemilihan Gubernur Jawa Barat, Yasin Kursus minta diantar dan dijalanan sangat sepi. Pemilihan Gubernur Jawa barat di kompleks perumahan.
Sempat mefoto situasi pemilihan gubernur di kompleks perumahan, setelah memilih, kerena sudah mengenakan pakaian lengkap sekalian berjalan- jalan keliling RT untuk menjenguk ketuan RT, ternyata ketua RT nya lagi tidur setelah mencoblos pemilihan.

Rapat di RSCM

Sabtu, 12 April 2008.




Rapat POPTI di RSCM, datang sudah terlambat, dan didepan ibu Nur bagian Obat yang baru lagi menerangkan dengan semangatnya untuk menolong penderitaan pasien thalasemia, biar ngak kemana- mana mengantongi slang transfusi, alat- alat kesehatan penunjang transfusi akan disediakan di ruangan, harus minta resep terlebih dahulu.
Ngambil obat tidak boleh sendiri- sendiri di apotik Irna A harus dikumpulkan melalui Arief, dan nanti Arief yang akan mengambilkannya.

Cuma sekarang masalah kecepatan hari, apakah setelah pasien di transfusi dan pulang sudah bisa mendapatkan segala obatnya, agar tidak datanag lagi besoknya.

RSCM kebingungan mengatur distribusi obatnya bagi yang rumahnya jauh- jauh, seperti ada pasien dari Subang masa sih harus setiap minggu datang ke RSCM untuk urusan obat desferal.




ke Bandung


Jumat, 11 April 2008.



Jam sudah menunjukan 04.00 saat berangkat dari rumah, sebab janjian dengan pak Kuat dalam rangka ke Bandung penerimaan tanda jasa ke 20 tahun untuk ketemu di kantor jam 06.00.
Hari masih gelap, shubuh saja belum datang jalanan mash sepi, tetapi dijalan desa Gandoang yang menghubungkan kompleks perumahan dengan jalan utama Jonggol – Cileungsi sedang dilewati mobil jemputan tentara yang besar nya menutupi jalan raya.
Susahnya untukmenyalip mobil besar ini, tapi ada juga kesempatan dan tus tersalip dia, motor memasuki jalan utama menuju Cileungsi, kecepatan tidak cepat- cepat amat, asal melaju kencang saja, sengaja tidakmengisi bensin sebab cadangan masih banyak dan lagi pula stasiun BBM terdekat masih tutup.
Kecamatan Cileungsi telah dilewati, dan sunyinya malam masih terlihat, dan akhirnya Cibubur telah pula dilewati, saat itu pedagang yang berjualan disisi pagar pemberangkatan TKI ke Luar Negeri, di lokasi areal gedung pemuda Cibubur. masih terlihat semangat berjualan, apakah ini telah berlang semalaman atau baru buka, yang jelas mereka menyediakan keperluan TKI.

Shalat Shubuh di masjid Pasar Cibubur Saat melintasi pasar Cibubur lama, adzan shubuh terdengar,mampir kemasjid poasar dan mengerjakan shalat shubuh, suasana masjid yang ber keramik putih dan suasana gelap nya pagi mengingatkan masjidil haram.

Perjalanan memasuki jalan Bogor lama,tiba- tiba ujung kemacetan pagi itu terlihat di depan, pasti kemacetan akibat lampu merah pasar Rebo, belok kiri menuju jalan kompleks pendidik Yayasan Ahmad Yani, dengan gelombang polisi tidurnya yang banyak, kemudian masuk jalan Simatupang kendaraan sudah banyakyang mengejar waktu pagi, saat itu mengisi BBM di dekat Departemen Pertanian

Tiba dikantor jam 05.30 hari masih sunyi dan langsung isi absen dengan jam tertera 06.00
kemudian naik keatas untuk mulai membuat minuman teh hangat, telepon berkali- kali ke Hpnya pak Kuat ngak diangkat-angkat.
Mendekati jam 06.00 pak Edi dengan 3 orang anak buahnya yang juga akan berangkat ke Bandung menawari saya utnuk ikut, tetapi yang saya bayangkansudah janji dengan pak Kuat ngak enak jikalau saya berangkat terlebih dahulu, kemudian saya me Hp pak Kuatdari Hp saya yang baterynya hampir habis, dan pak kuat mengatakan sedang menuju kantor.

Saat jam didinding kantor menunjukan 06.30 saya pikir tidak adapekerjaan yang paling baik dikerjakan kecuali naik keruangaan dan ambil wudhu dan kerjakan shalat dhluha, saat shalat satu rakaat terdengar satpam Iskandar berlarian keatas untukmengatakan jikalau pak Kuat sudah datang, saya tetap mengerjakan shalat dan setelah itu bergegas kebawah tanpa mengenakan sepatu, dengan sandal hitam yang dibawa dari rumah berganti alas kaki didalam kendaraan.

Berangkat dari kantor posisi bertiga, sempat pak Kuat bertanya mana Yasin, sebab memang rencana saya ingin mengajak Yasin untuk jalan- jalan keBandung, tetapi mengingat kesehatannya dan pelajarannya saya tidak mengajaknya serta.

Saat melintas dibelakang kantor didepan kompleks pendidikan polisi wanita, macetnya pagi itu jangan ditanya,merayap jalannya. dan pitu tol di Pondok Indah pun didapat, mobil memasuki jalan tol dan kecepatan bisa ditingkatkan, memasuki ruas jalan tol Bekasi Barat kendaraan kembali merayap, jikalau dilihat dari kemacetan sedemikian ini pasti ada kecelakaan lalu lintas, betul juga diujung pintu Tol Barat terlihat ada truk buah duku baru dijalankan, setelah terguling dengan buah duku yangb berhamburan dijalan dilindas mobilyang lewat. merayap betul merayap, hampir berjam-jam, kendaraan kiri kanan sudah termasuk mobil keluaran yang terakhir kemacetan lepas dan kembali lancar selepas Cikarang, saat jam menunjukan 08.31 persimpangan Kerawang Barat dilewati. memasuki Kerawang Timur jam 08.36,saat mobil berjalan melintasi Klari,kelambatan jalan kembali terjadi,mungkin kepadatan lalu klintas biasa.

Jam 08.40 saat kilometer 60.600 mobil memisahkan jalur kalau lurus menuju Cikampek dan belok kiri menuju Bandung, suasana kiri kanan sudah diwarnai bukit dan pegunungan, dititik ini saya mempunyai obsesi untuk memindahkan ibu kota Negara Jakarta menuju Cikampek, dengan fasilitas KA dan Jalan khusus ke Istana Jakarta.

Saat kilometer 89.600 jalan mendaki panjang, bukit dan pegunungan dipagi hari,dilurusnya jalan tol terlihat pendakian dan bukit-bukit.

Kilometer 100. 400 pemandangan cukup bagus, jalanan masih mendaki, yang saya pikirkan berapa lama keadaan pemandangan yang bagus ini bisa dipertahankan.

Jam 09.14 memasuki pintu tol Padalarang, disini kartu tol ditukarkan untuiknantinya dibayarkan saat pintu keluar, kawasan Padalarang terlihat dikiri kanan, penataannya terancam menghilangkan karakter kota Padalarang.

Memasuki Kota Bandung disisi jalan ada truk terbalik, kilometer 102.100 kendaraan kembali terhambat laju kecepatannya,pemandangan pabrik tua disisi kiri kanan jalan tol, pasti akan terjadi perubahan fungsi lahan untuk merobah pabrik menjadi peruntukan lainnya. Seperti kasus pabrik Gelas di pusat kota Jogjakarta yang berubah menjadi hotel Melia Purosani.

Jam 09.41 sudah dipintu Tol Cileunyi, uang pembayaran tol sudah dipersiapkan dengan pak Kuat, Cileunyi, saat jam 09.40, sebelah timur disebelah Bandung, orang yang berjalan di trotoar terlihat semuanya mengenakan baju berlapis, inilah Bandung.


Cileunyi, jam 09.44, terletak disebelah kota Bandung, rasanya dahulu pernah berdiri di titik ini saat akan ke Jawa Timur dari Jakarta dengan Bus Ayahnda meninggal, Cileunyi kali ini sangat beda, sangat lebar dan belum tertata baik, para pejalan kaki di sisi jalan semuanya mengenakan pakaian lapis hangat.

Tepat jam 10.00 acara penerimaan pengharagaan pegawai setia dan jujur pada negara dimulai, sebelum dimulai saya sempat mengambil foto-foto bapak- bapak yang ada, barangkali saja ngak ketemu lagi.

Terdapat juga sekelompok pegawai yang menerima penghargaan dengan baju putihnya yang terlihat lain, putih mendekati pucat tetapi terang, ternyata dari Jogjakarta.

Jam 11.16, acara penerimaan bintang penghargaan dikompleks pusat penelitian perumahan dan permukiman Bandung telah berakhir, sekarang waktunya pulang, kendaraan sekarang mendapat tambahan penumpang tiga orang dua orang bapak ( Pak Nur dan Pak Hardi ) dan seorang ibu ( Ibu Yuli ) , sama-sama satu kantor, Cuma beda fungsi. Mobil mengarah ke Barat menuju kota Bandung dengan catatan sewaktu diangap dapat masjd yang diminati untuk shalat Jumat kendaraan harus berhenti.

Jam 11.30 akan mengerjakan shalat Jumat hari ini di masjid Kompleks Pusat Penelitian Jalan Jembatan Bandung, terletak disebelah timur kota Bandung, kompleksnya luas, bangunan berbaris mengapit ruang hjau ditengah yang memanjang kedalam.

Masuk kantor 10 menit sebelum maghrib, dan masuk rumah sekitar jam 20.00.