selamat berjumpa semoga tidak marah-marah

Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka hanya menipu diri sendiri sedang mereka tidak sadar. (QS. 2:9)

In trying to deceive GOD and those who believe, they only deceive themselves without perceiving


Khamis, Mei 08, 2008

Pulang dari Jogjakarta

Jumat, 18 April 2008.

Jam 04.00 bangun untuk mengerjakan shalat Tahajud, dan setelah itu membangunkan pak Nardi untuk saya ajak kemasjid mengerjakan shalat shubuh di masjid IAIN, dan setelah itu membangunkan pak Pardino yang menjabat Kepala Pusat, yang baru 12 hari yang lalu baru pulang dari Makkah menunaikan Umroh.

Berjalan bertiga menuju masjid saat adzan shubuh bergemah, berjalan sambilcanda, ternyata masjid IAINsudah berpindah dan diperlukan kesabaran untuk bertanya dimanamasjid sekarang ini, sebab masjid yang lama dirobohkan kerena terkena gempa beberapa tahun yang lalu.

Seusai mengerjakan shalat pak Pardino mengajak jalan- jalan kepasar Gejayan,melihat kesibukan pagi hari, sebab kalau masuk kamar lagi sudah dipastikan akan tidur lagi.

Sewaktu memasuki penginapan lagi, saya cepat kebelakang untuk buang air besar yang tertahan sejak tadi, sarapan belum disajikan, saat terbaik untuk mandi dan seterusnya mengerjakan shalat Dlhuha.

Setelah itu keluar lagi menuju kepasar yang tadi pagi dilewati, sekarang niatnya untuk, membeli oleh untuk anak- anak, sewaktu berjalan kepasar melewati perumahan yang juga berjualan makanan pagi, saya teringat dahulu pernah melakukan perjalanan dinas dimana Tyas saya ajak juga dan mencari makan pagi di rumah rumah yang meletakan meja yang terisi nasi gudeg untuk sarapan pagi.

Pak Nardi malahan kepingin,saya ingatkan bahwa sarapan sebentar lagi adalah nasi raon yang energinya sangat tinggi sehingga diperlukan keringat sebelum makan agar makannya enak, setibanya dipasar mulai mencari sasaran adalah emping belinjo, sejak tawaran pertama, emping itu dijual Rp 24 000,- kemudian bergerak lagimenawardan dihargai Rp 25 000,- sampai menjumpai harga yang wajar sekilonya Rp 20 000,- tetapi saat itu saya mengerakan tangan yang salah sehingga kaca mata saya terlepas murnya dan jatuh lensanya, tidak pecah, tetapi cukup membingungkan sebab dimana mencari obeng kaca mata kecil.


Akhirnya dalam usaha mencari toko kaca mata yangternyata pagi tiu belum juga buka saya minta tolong pada bengkel untuk meminta karet gelang dan sudut kaca mata itu diikat dengan karet gelang agfar kacanya bisaterbaca.

Kemudian balik ke pedagang yang telah disetujui harganya Rp 20 000,- untuk sekilo emping belinjo, dan membeli tiga kilo, kemudian membeli bakpia Rp 25 000,- rempeyek 5 bungkus Rp 15 000,- semua seharga Rp 100 000,- dimasukan dalam dos dan sekarang menuju pulang kepenginapan.

Sesampainya di penginapan langsung mengambil sarapan rawon berwarna hitam.

Kemudian aktip diruang untuk mulai membahas laporan pendahuluan dari Balai Sosek Jawa Timur Bidang Jalan.

Dalam pembahasan terbentik kasus untuk memindahkan alur jalan tol ke sebalah barat selatan dari posisi jalan tol sekarang sekitar 5 km, yang terbayang permasalahan adalah tingkat jenuhnya masyarakat terhadap janji kesejahteraan pemerintah pada masyarakat, sehingga ada pemikian jikalau masyarakat yang teraniaya lama ini akan memanfaatkan kasus perpindahan jalur jalan tol untuk menarik perhatian pemerintah untuk juga menyelesaikan permasalahan mereka, yaitu ganti rugi lahan yang terendam lumpur dan tidak pernah diganti- ganti.

Jam 11.15 saya mulai meninggalkan ruangan untuk segera mandi dan mengenakan sarung untuk mngerjakan shalat Jumat, shalat jumat di masjid IAIN yang lokasinya telah diketahui sebab tadi pagi sewaktu shalat shubuh sudah dilihat.

Shalat Jumat dipenuhi dengan mahasiswa IAIN yang belajar dan shalat disana, kemudian khotba Jumat hari ini membahas rasa syukur yang selalu dituntut oleh Allah secara seutuhnya.

Makan siang sesampainya di penginapan siang itu, tanpa harus memasuki ruangan lagi, sempat dijadikan perhatian teman- teman sebab saya bersarung dan bersepatu, sementara teman- teman berpakaian formal, saya bilang ini hari Jumat, Pemerintah memberikan waktu untuk beribadah, mau dimanfaatkan atau ngak, dan setelah makan langsung masuk ruangan dan bersiap berangkat ke Bandara, sewaktu akan pulang sempat pamitan dengan Pak Pardino untuk pulang lebih dahulu, kemudian ke airport diantar dengan Mobil Kantor Jogjakarta dimana ibu Yusniawati sebagai kepala unitnya ikut juga mengantar, saya ngak enak sebab saya bukan penjabat, jadi tidak sewajarnya dihormati sedemikian.

Jam 14.00 sudah lapor dan sekarang menunggu di ruang tunggu yang lapang, dan berkapasitas 500 orang lebih, tetapi ruangan ini sekarang terisi 300 penumpang dari berbagai penerbangan, tercatat selama saya menunggu disana terdapat penerbangan ke Jakarta, ke Kualalumpur, ke Makasar, ke Kupang.

Di Airport Adisucipto ini saya jalan-jalan keliling melihat arcade-arcade yang menjual pernak-pernik barang bawaan, untuk oleh-oleh singkatnya, terutama ditujukan kepada penumpang yang ngak sempat cari oleh- oleh di kota Jogjakarta.

Didalam sini ada arcade besar yang menjual buku-buku, terdapat satu buku yang sangat menarik saya adalah buku Law Atraticvenis, the scientciens of atractive.

Saya masih berjalan keliling dan samapi pada arcade yang menjual mutiara sumba, ternyata pemiliknya adalah orang Jogja dan menernak mutiara di Sumba, design ukirannya termasuk ukiran lama.

Saya berjalan lagi dan sampai pada petugas yang memeriksa tas bawaan penumpang dilengkapi dengan alat pendeteksi logam, yang menjadi tertarik perhatian adalah satu peti kaca yang berisi garpu, sendok, gunting, cutter, jarum, silet semua barang-barang yang menurut peraturan penerbangan dilarang naik pesawat.

Terdapat juga ruangan khusus untuk perokok dimana didalamnya sudah tersedia temannya orang merokok.

Jam 15.15 saat mengerjakan shalat Ashar di musholah didalam ruang tunggu keberangkatan. Sewaktu berwudhu saya merasa agak asin di lidah ternyata gusi saya berdarah, kenapa kok sampai berdarah sedemikian.

Jam 15.35 pesawat Lion yang akan saya naiki telah datang, sewaktu parkir disamping ruangtunggu yang dipisahkan dengan dinding kaca tebal, pesawat itu memang besar.

Sempat menelpon Hp ke rumah di Jakarta dan telepon ke Hpnya Tyas di Denpasar, hanya saja sewaktu ke Tyas suara bising pesawat sangat menutup pendengaran.

Sewaktu menaiki pesawat, dan mendapatkan tempat duduk yang sesuai dengan nomer tetapi apa nyatanya, dinding pasif menutup, buka jendela kaca yang di dapat, benarkan, walau saya sendiri yang meminta duduk di pinggir jendela tetapi gelap.

Tiba di Cengkareng jam 17.10, sasaran pertama adalah toilet, sebab sedari tadi menahan kencing, penumpang yang turun mulai menuju tempat pengambilan barang, dan mulai menunggu barang yang dititipkan di begasi, kemudian mencari bus ke Kampung Rambutan.jam 17.36 bus datang dalam keadaan kosong, saya giliran masuk yang ketiga orang.

Macet luar biasa disekitar Pluit sebab bus harus keluar dari jalan tol dan masuk jalan biasa dan masuk lagi ke jalan tol sekitar Ancol.

Masuk rumahnya pak Marsudi jam 20.10 dan lampu sepeda motor telah diperbaiki dengan pak Marsudi.

Shalat Isya dan Maghrib yang tertinggal sebab masih diatas bus, Masuk rumah sekitar jam 22.00 malam. Yasin belum tidur.

Tiada ulasan: