selamat berjumpa semoga tidak marah-marah

Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka hanya menipu diri sendiri sedang mereka tidak sadar. (QS. 2:9)

In trying to deceive GOD and those who believe, they only deceive themselves without perceiving


Khamis, Disember 30, 2004

Bagaimana menteri mu

ucapan itu saya terima sewaktu menerima telepon dari pak Aca, rasa kecewa pada Menteri Perumahan yang orang PKS,

kemudian rasa kecewa juga datang dari pak Marzuki Usman terhadap Presiden SBY yang lamban dalam penanganan korban.

Rabu, Disember 29, 2004

POPTI

Rapat Perhimpunan Orang Tua Penderita Thalasemia POPTI

RSCM, Selasa 28 Desember 2004.

Yang hadir, Ibu Arifin sudah datang terlebih dahulu, kemudian saya, disusul ibu Imam, Pak Andre Hasan, Ibunya Alisyahbana, ibu Deny , Pak Ruswandi dan Ibu.dan terakhir pak Marjani. Sebelum mereka hadir semua, saya sempat keluar sebentar untuk mencari hasil laboratoriumnya Tyas sehubungan dengan pemeriksaan SGPOT, setelah didapat memang SGPOT nya Tyas menaik.

Peserta ASKES di sepelekan

Memang, hal ini yang terasa, penampilan laboratorium itu baik dan bersih, tetapi setelah diketahui jikalau peserta askes, disuruh mengambil di loket nomer 7 dan letaknya dibelakang dan menumpuk dengan peserta JPS, antriannya lama, mengapa lama, yang melayani satu orang. memangnya tidak bayar peserta ASKES itu.

Rapat Dimulai

Diagendakan untuk peranan POPTI di tahun 2005 semakin baik, Pertemuan dengan orang tua direncanakan tanggal - tanggal setelah Idhul Adha 21 Januari 2005. Setelah diakui jikalau penyelenggaraan tatap muka dengan para orang tua penderita selama tahun 2004 baru bisa diselenggarakan 1 kali. Dalam kesempatan itu akan disisipkan acara pengenalan Kepala Pusat Thalasemia yang baru.
Acara ini mayoritas dimiliki oleh Pak Ruswandi, peserta rapat yang lain belum diberi kesempatan berbicara, dan yang diomongkan adalah tetang sentralnya peranan sdr Kuat, yang sangat lambat pelayanannya, kemudian tentang kotornya WC dan Kamar mandi Pasien, tentang sepatu, yang saya pikir, setiap pertemuan hanya itu saja yang diomongkan, saya harus bersabar.

Jangan Membuat Dosa.

Hal ini yang selalu saya pegang sehingga sewaktu saya diijinkan berbicara saya hanya mengambil sample mengapa pelayanan darah di Semarang bisa murah sampai Rp 30 000,- sebab separuhnya dibiayai oleh Rotary Club.
Mengapa di Jakarta pelayanan Thalasemia dipusatkan di RSCM, kok tidak di PMI nya
Sebab yang dikehendaki adalah pelayanan satu atap antar pihak medis dan pihak penyedia pasokan darah,

Kesimpulan Rapat
Diperlukan adanya kotak saran kepada POPTI , untuk mengeluhkan pelayanan Thalasemia yang semakin jelek.

Pulang

Sepulangnya dari RSCM, saya telah berjanji dengan pak Andre Hasan, untuk datang kerumahnya, tetapi Pak Andre Hasan sendiri masih di rumah sakit, kemudian lagi ia tidak memiliki Helm untuk goncengan dengan saya, sehingga saya terpaksa meninggalkan Pak Andre Hasan di RSCM untuk berkendara terlebih dahulu menuju rumahnya pak Andre Hasan, setibanya di rumahnya Pak Andre Hasan saya menunggu cukup lama. hampir 30 menit. akhirnya pak Hasan datang, acara dirumahnya pak Andre Hasan diisi pembicaraan strategi POPTI di tahun 2005 berkaitan dengan kotak saran.

Pak Andre bermaksud setiap orang tua penderita jangan susah-susah mencari kertas saran, jangan sampai tidak ada kerta, maka saran dari orang tua penderita tidak muncul, saya sempat usulkan untuk tidak mencatumkan nama dan alamat, yang penting identitas harus dihilangkan, Kemudian acara dilanjutkan dengan makan siang jam 14.00. setelah itu diskusi tentang Al-Quran, pak Andre Hasan punya methode, buka saja sembarangan halaman Al Quran itulah milikmu hari ini katanya, saya mempraktekan dan terbuka surat Al Taubah ayat 33 - 36 yang isinya yang sangat berkesan adalah sebelum Al Quran turun, banyak ahli kitab yang menyembuyikan ayat, dan menyimpan harta, tidak mengamalkan mengamalkan hartanya.

Setelah terdengar adzan Ashar, saya meminta shalat Ashar berjamaah, awalnya pak Andre Hasan menolak kerena belum mandi, tapi saya berkelit, kalau tidak berjamaah saya terpaksa mencari masjid terdekat untuk shalat berjamaah, akhirnya pak Andre Hasan mau mengerjakan shalat Ashan berjamaah. setelah itu permisi pulang.

Isnin, Disember 27, 2004

Gempah Besar

Hari Sabtu 25 Desember 2004. sore hari

Saat sedang santai dirumah, setelah menemani Yasin dan Tyas pasang desferal, warta berita sore di TV menghabarkan bencana alam di Aceh yang melanda sebagian besar Aceh, dan berpengaruh hingga Srilangka, India Selatan, Thailand, Malaisia. korban lebih 15 000 orang dari berbagai negara, indonesia saja sekitar 1500 orang dikabarkan tewas.

Ke RSCM lagi

Senin 20 Desember 2004

Hujan sepotong-potong

Tiba-tiba saja saya diguyur hujan yang memdadak menderas dalam perjalanan dari kantor ke Puskesmas Cileduk Larangan Utara, dalam rangka mengambil rujukan ASKES nya Tyas, yang rencananya akan masuk RSCM hari Rabu besok. basah kuyup itu terbawa sampai ke Puskesmas, halaman depan puskesmas itu becek dengan air hujan, suasana kerja Puskesmas siang itu sekitar jam 11.00, agak santai, para dokter dan perawat saling mengobrol, hal ini menyebabkan salah seorang bapak muda yang mengantarkan anaknya berobat sempat menghardik, mau dilayani nggak, akhirnya para perawat itupun terlihat kagok dan kelihatan mulai ambil langkah tindakan, anak ku juga Tyas dipanggilnya salah-salah, hayo, ngobrol aja,kataku, urusan selesai, secarik kertas untuk masuk RSCM telah kukantongi, sewaktu kembali kekantor pun demikian , diwilayah cileduk masih terasa gerimis sedangkan memasuki Jakarta, hujan sudah meredah, shalat dhzuhur di Petukangan, sambil menjemur pakaian yang basah, kembali kekantor, dan suasana kerja kembali terasa.

Ibu Nini Kusumaatmaja

Siang itu saya sempat mengabari ke Ibu Ninik perihal kondisinya Tyas, ib Ninik sempat akan mengatakan nanti pada hari Rabu akan ke RSCM sekitar jam 9.00 - 10.00.

Rabu 22 Desember 2004.

Hari ke Satu Perjalanan ke RSCM

Pagi setelah shalat shubuh, kegiatan dirumah sedemikian padatnya, sekitar jam 06.00 baru bisa berangkat ke RSCM, kendaraan melaju sedang aja, melewati Cibubur, Pasar rebo, Kramat Jati ( menghadapi kemacetan ) Celilitan, terowongan Uki yang baru selesai, lurus terus dibawah jalan layang, masuk Jalan Pramuka, dan Salemba, selama perjalanan gembira, setibanya di RSCM langsung parkir kendaraan, urus kartu permisi Status pasien atas nama Yasin dan Tyas, urus Laboratorium pembacaan Hb darah dan pengambilan darah contoh test, setelah itu anak-anak kuajak untuk melakukan shalat dlhuha di musolah perpustakaan UI, pada saat menungu berikutnya, saya sempat berceritra jikalau Ibu Ninik akan datang, ternyata hingga jam 10.00 yang ditunggu tidak datang, malahan ada dua orang china yang ternyata bukan utusan ibu Ninik, ternyata ia orang bekerja disuatu perusahaan apa gitu, nggak jelas, yang datang kemari, akan menanyakan perihal penyakit Thalasemia, sebab ada rekan kerjanya yang diperkebunan dua anak kembarnya sudah tidak mau menggunakan obat suntik desferal.

POPTI

Persatuan Orang Tua Penderita Thalasemia, saya yang merasa menjadi pengurus POPTI, ikut terpanggil untuk memberikan penjelasan Perihal penyakit Thalasemia ini. Dari hal alamat yang diminta, nomor telepon untuk menanyakan lebih lanjut, sampai detil penyakit, kemudian datang dokter yang ada di rumah sakit untuk memberi penjelasan berikutnya.

Di Dalam Ruang Dokter,
Ternyata Hbnya Tyas 7,8 sedangkan Yasin 5,9. kemudian Tyasnya dikenakan pemeriksaan SGPOT terhadap fungsi Heparnya.

Kamis, 23 Desember 2004.

Hari Kedua Perjalanan ke RSCM.

Menyimak pengalaman kemacetan kemaren, sekarang berangkat lewat Batargebang, Kota Bekasi, Kali Malang, Gedung Senam, Kawasan Industri Pulogadung, Jalan Pramuka, Jalan Salemba. masuk halaman RSCM jam 07.45. Sebelum antri darah, sempat ke Laboratorium Eikman untuk periksa SGPOT nya Tyas, Yasin tidak mau di tinggal, ia berjalan gagah, padahal Hbnya 5,9. tetapi kemaren sore sempat minum mengkudu setengah gelas kecil.

Transfusi Darah

Tyasnya mendapat empat kantong darah, sedangkan Yasin dua kantong darah, hari pertama transfusi tidak mengalami apa, kecuali Yasin, ada gelembung udara di slang transfusinya. darahnya Yasin yang kepakai cuma 2/3 nya saja.

Urus Desferal

Minta tanda tangan sampai empat orang dokter, sesampai di apotik Percetakan Negara dianjurkan untk memperbarui surat permintaan obat setiap bulannya, terasa berat.

sepulangnya ke kantor terlebih dahulu, hujan gerimis baru aja selesai, mengendari motor tanpa palstik hujan, anak-anak tidak mau pakai mantel hujan, hujanpun sudah meredah, tinggal bekasnya aja, yang menyisahkan genangan air, isi bensin di SBPU dekat kantor, Shalat Ashar di Kompleks Aneka Tambang, dan menjelang sore sempat makan bakso besar di Cibubur.

sesampainya dirumah istirahat.

Jumat, 24 Desember 2004

Hari Ketiga Perjalanan ke RSCM.

Perjalanan ke RSCM pagi ini melewati Batargebang, Bekasi, Kalimalang, Gedung Senam Raden Inten, Kawasan Industri Pulo Gadung, Jalan Pramuka dan Salemba.

Alerginya Tyas
Hari ini transfusi diwarnai dengan alergi pada Tyas pada separoh kantong pertama, awalnya, sejak dari rumah, setibanya dirumah sakit, setelah mendapat darah, secepatnya membeli mihun sebagai pengantar untuk minum obat avil dan panadol untuk mencegah terjadinya gatal- gatal.kemudian separuhnya diminum beberapa saat sebelum jarum transfusi ditusukan di urat nadinya, prosedure itu semua telah dilakukan, tetapi beberapa saat setelah darah melewati 1/4 bagian tyasnya terasa gatal, dan mulai menggaruk-garuk bagian tubuhnya yang gatal. akhirnya saat gatal tak lagi mampu ditahan, darah diberhentikan, sekujur tubuhnya Tyas bentol-bentol memerah, secepatnya disuntik obat anti alergi, dan transfusi diberhentikan. sisa kantong darah yang belum dipakai dikembalikan ke bank darah.

sedangkan Yasin ada gelembung udara, transfusi dihentikan pada 3/4 bagian, sama seperti kemaren.

Shalat Jumat
Shalat Jumat di komplek RSCM

Setelah Shalat Jumat Tyasnya telah berhenti reaksi alerginya, langsung pulang.

jam 16.00 sampai di rumah. langsung minta temulawak.

menjelang malam pasang Desferal dirumah, Tyasnya harus mengkosumsi 1500 cc desferal yang disuntikan lewat bawah kulit di lengan tangannya bagian atas selama 12 jam, sedangkan Yasin mengkonsumsi 500 cc Desferal yang disuntikan dibawah kulit dibagian perutnya mengambil waktu 1 jam sebab tidak menggunakan alat.

Hutang 1 700 000 ,-

Harga alat infus drivers Rp 3 200 000, baru bisa membayar Rp 1 500 000,- sisanya Rp 1 700 000,- alat ini bukan alat pertama yang dibeli, tetapi alat yang kedua sewaktu harganya Rp 1 300 000 ,- sepuluh tahun yang lalu, sewaktu masih tinggal di Ciledug, alat yang pertama mengalami kerusakan pada IC pendorongnya, alat masih hidup tetapi tidak bisa mendorong, dan harus beli baru sebab kerusakannya termasuk fatal. spartpart nya tidak dijual di indonesia.

Isnin, Disember 20, 2004

Imam Masjidil Haram.

Jumat, 17 Desember 2004.

Saat shalat Jumat di Masjid Al Azhar, dibelakang kantor, jalan Sisingamaharaja, jam 10.00. ada terasa lain, ya, memang sepagi itu saya sudah ambil air wudhu di kantor, sempat teman kantor bertanya, sepagi itukah datang ke Masjid untuk Jumatan?, tidak biasanya, ini hari imam masjid shalat jumat adalah imam masjidil Haram Mekkah, otomatis peminatnya banyak, dan memang betul sesampainya dimasjid, banyak manusia yang telah berdiri dan duduk ber shaf- shaf untuk bersiap mengerjakan shalat Jumat, walau shalat itu sendiri akan dilaksanakan satusetengah jam lagi, jam semakin mendekati waktu shalat, tamu yang ditunggu itupun datang juga, ia shalat dua rakaat dahulu sebagai salam buat masjid, kemudian menaiki mimbar dan mengucapkan salam, terdengar adzan dikumandangkan, setelah itu khotba disampaikan langsung dengan berbahasa arab, saya mendengarkannya serasa mendengar kaset atau MP3 yang isinya ayat- ayat Al Quran, sangat tartil/ jelas pengucapannya, saya hanya bisa membesarkan asmah Allah atas semua peristiwa ini

Undangan perkawinan

Hari Sabtu 18 Desember 2004, istri mengajak saya untuk mendatangi undangan yang disampaikan secara lisan oleh calon penganten laki-laki pada hari Rabu kemaren, hari ini adalah hari pernikahannya, calon penganten adalah pedagang kios dihalaman depan rumahnya di kompleks perumahan Puri Cileungsi, atas keseriusan dari calon penganten itulah, yang membuat saya bersemangat untuk hadir dalam perkawinannya, kendaraan motor yang kunaiki bersama dua orang anaku, Yasin duduk didepan, dan Fifi di gendong ibunya dibelakang, berangkat jam 11.00 siang, tepat dzhuhur sudah sampai di Batargebang, lokasi pernikahannya dibelakang pasar, terdeteksi kerena telah memasang hiasan janur di ujung jalan, begitu masuk setelah parkir motor, tamunya sedkit, dari keadaann rumahnya, ia termasuk keluarga sederhana.

Kunjungan ke Kompleks PU Narogong.
Setelah mengahdiri acara pernikahan Yono dan Yuniar di pasar Batargebang, saya melanjutkan kunujngan ke teman PU satu bus jemputan 5 tahun lalu sewaktu saya naik mobil jemputan. keadaan itu sedemikian lama, sesampainya di kompleks perumahan, sasaran pertama adalah rumahnya bapak Alishar, disini hanya ditemui ibunya saja, sebab bapaknya lagi sibuk ke tanah abang pasar, ibunya juga sibuk melayani katering, dirumah ini Yasin anakku menjatuhkan pagar besi rumah kunjungan, untuk tidak ada yang celaka, berikutnya kerumahnya pak Dofir, yang satu umur dengan saya, dirumah ini sempat mbakso sambil shalat Dzhuhur, kunjungan ketiga kerumahnya pak Hari yang ibunya adalah guru taman kanak-kanak dilingkungan Tk Putra di Kompleks PU. dan kunjungan terakhir ke Pak Nyoman yang orang bali dari Mengwitani Tabanan. yang mana anak pertamnya tadi pagi jam 10.00 mendapat penghargaan olimpiade ilmu pengetahuan setingkat SLTP.

Jumaat, Disember 17, 2004

Kendaran sewot lagi, dinamo staternya

Kereta Api Beratapkan MAnusia

Kamis 16 Desember 2004. Sore hari, saat metromini jurusan Ciledug yang saya naiki, melintas diatas jembatan layang kebayoran yang dibawahnya terdapat stasiun kebayoran lama, terlihat manusia yang memenuhi semua bidang datar atap kereta api yang hendak menuju keluar kota Jakarta, sekilas memang berani, tetapi hal ini mengundang bahaya, tetapi, kalau seseorang dihadapkan pada pilihan yang serba sulit, hal paling berbahayapun dikerjakan juga, contohnya orang indonesia yang bekerja di irak untuk menjadi sopir angkutan kendaraan petikemas yang jelas memuat senjata peperangan AS, ternyata banyak orang Indonesia yang berani mengambil pekerjaan itu, soal nyawa, tidak menjadi perhatian utama.

Untuk mendudukan seseorang yang mau berfikir detil dan lengkap, dalam permasalahan, bagaimana mengatasi kesulitan transportasi kepulangan pegawai yang comutter ini, harus ada orang yang tidak kekurangan sandang pangan dan tekun meneliti, mengusulkan dan meng uji cobakan pemikirannya untuk mengatasi masalah ini, tidak usah banyak-banyak, tetapi hal ini tidak dilakukan oleh pemerintah, pemerintas terlihat membiarkan saja semua permasalahan kehidupan rakyatnya mengalir begitu saja.cara murah melewati permasalahan, tetapi hal yang hilang adalah sifat cerdas mengatasi permasalahan.

Saya berkendara metromini tujuan Cileduk sore ini untuk mengambil sepeda motor yang sejak siang tadi ditaruh di Bengkel, sedang diperbaiki stater dinamonya, sejak keluar kantor sudah berbekal air yang dimasukan kedalam kantong plastik, dan jus yang dibagikan pada setiap orang atas ulang tahunnya seseorang di kantor, yang direncanakan untuk buka puasa nantinya dijalan.

Lama saya tidak menaiki kendaraan ini, asyik juga, dan saya merasa naik kendaran ini aman sekali, dan bisa tertidur, bisa berfikir, kemacetan memang luar biasa, lambat sekali pergerakannya.

Iwan, Putranya Alm Bapak Soeyono Tejosudargo, dosen bahasa inggris di Fakultas Teknik Universitas Udayana Bali,

sewaktu saya kuliah dahulu, Kali ini Rebo, 15 Desember 2004 jam 14.00 saya temuin dia di kantornya di Santa, berdampingan dengan pasar Santa Kawasan Blom M. ia telah menjadi konglomerat kecil kecilan, usahanya pesat dibidang periklanan, saya dijamu dengan makan siang nasi boks polys, isinya nasi Langi, sekretarisnya menyakan padaku tentang minuman, saya menghendaki minuman yang panas, udara dingin ruang ber Ac membuat ingin menghirup secepatnya minuman itu, akhirnya Iwan menampakan dirinya, wajahnya mirip dengan alm ayahnya, cuma tidak gemuk aja, ayahnya meninggal tahun lalu setelah kena stroke sejak tahun 1982, saya sering menengokin di RSU Wangaya Denpasar, hingga kerumahnya, saat itu iwan masih kecil, SMA rasanya. sudah bisa mengendarai mobil tua hitam, untuk mengantar ayahnya berobat dan pergi kesana-kesini.

Iwan, masih sama seperti dahulu, ramah, Iwan sekarang sudah berkendaraan trijet hitam, berkantor dikawasan ramai, walau belum semahal sudirman, banyak dikelilingi orang-orang yang berharap keputusannya, semoga baik saja seterusnya, dalam kanca perang dingin AS dan US, dalam penyerangan AS ke Irak, semuanya adalah manusia yang berperanan, sehingga bagaimanapun bentuknya manusia itu, perlu dilihat, ide pembangkitnya berlandaskan apa, kuat kah ia dengan landasan itu, kalau agama dijadikan landasannya, ber istikomah kah ia nya dengan agama itu, sehingga diujung akhir pertemuan, saat kendaraan yang mengantarku pulang ke Kantor, dikawasan Sudirman, saya sempat mengingatkan padanya, jangan meninggalkan shalat, lakukan ibadah haji, semua persyaratannya saya lihat sudah cukup, kurang dorongan aja pikirku.

Sempat saya singgung soal Mas Sutarman, tetangganya Iwan rumah di Tanimbar di Denpasar, yang hingga detik ini, di usianya lewat 50 tahun, masih terhitung pengangguran, putra putrinya ada tiga, yang terkecil, bayi, meninggal sekitar bulan Agustus, kelainan langit-langit pada mulut atas si bayi, sehingga Iwan dengan kemampuan managementnya sekarang, ya mas Sutarman dipikirin lah sedikit aja, kalau berkemampuan ya diberi kesempatan bekerja.
Dalam kesempatan ini Iwan saya temukan dengan mas Ajar Sanjoyo, yang setelah mengundurkan diri dari jajaran management Cempaka Kosmetika, ia membuka gerai kosmetika, yang siap menerima pesanan kosmetika dari para pemodal, semoga pertemuan ini berkelanjutan dan bisa dirasakan orang banyak manfaatnya.



Rabu, Disember 15, 2004

Kecelakaan Lalu Lintas dipagi hari

Jenazah Ditengah Jalan

Rabu, 15 Desember 2004. Setelah shalat shubuh saya dan istri mengendari motor untuk ke pasar, mengingat Tyas nya yang lagi semesteran hari ke tiga dan Yasin nya yang semakin pucat, rencanannya minggu depan ke RSCM, untuk kontrol Thalasemia nya. pagi itu pikiranku dipenuhi kenangan makan steak di restorasi KA Mutiara Timur Surabaya Denpasar sekitar tahun 1980 an, masih mahasiswa sih saat itu, sekarang aja beli dagung sapi has dalam untuk dimakan sebelum anak-anak berangkat kesekolah, saya mengingatkan istri agar bergerak cepat dipasar mengingat anak-anak kesekolah.
Sewaktu mengendarai motor, suasana masih pagi meremang, saya sempat berkata pada istri, Ma disini ada lobang, sambil menunjukan lobang yang mengangah diatas jembatan, sebagian lobang telah ditutup plat besi tebal 10 mm, lebar 120 cm pagi itu, lobang itu sudah berusia tujuh hari menurutku, saat kendaraan melaju terus terbayang padaku jikalau ada seseorang yang tak mengetahui adanya lobang tersebut dan terperosok.
Dipasar, tiba-tiba sandal yang kukenakan putus, sehingga menghambat kecepatanku menggapai tempat orang berjualan daging dan lainnya, harga daging masih relatip tinggi, harga sebelum lebaran berkisar Rp 35 000,- sekarang harganya di pas Rp 40 000,- saya membeli setengah kilogram aja,
Saat pulang, istri telah menyelesaikan belanjaan yang dibeli, dan semapt bolak balik dua kali, katanya cepat-cepat, kok lama, saya hanya bisa mengatakan bahwa sandal putus, sehingga melambat jalannya, keluar dari bawah jembatan flyover cileungsi tiba-tiba terlihat banyak kendaraan melambat, ada apa pikirku, kok sudah ada kemacetan, ada kecelakaan ini pasti, mengingat pegawai pabrik belum ada yang terlihat memacetkan lalulintas, motor melaju perlahan-lahan akhirnya sampai diujung kemacetan, ternyata seorang ibu-ibu, umur diatas 50 th, tergeletak dengan pecah kepala, dan sipembawa kendaraan bermotor selamat, berarti ibu tadi digonceng, betul juga, penyebab kecelakaannnya adalah terperosok kedalam lobang jembatan, tapi tak terpikirkan olehku jikalau akan menyebabkan kematian seseorang.
Dirumah, anak-anak menunggu, semua belum ada yang mandi, termasuk si bayi Fifi, sudah berdiri didepan pintu dengan senyumnya menyambut ibunya yang membawa belanjaan, ia langsung mendekati belanjaan ingin tahu apa yang dibawa.

Jalan Raya Tidak memberikan rasa aman berkendaraan

Memang, terlalu banyak kecelakaan yang terjadi, tetapi yang disalahkan adalh faktor pengemudi, faktor manusia dibelakang kemudi, hal ini sering saya siasati dengan mengurangi semaksimal mungkin kecepatan laju kendaraan, faktor kecepatan merupakan kunci fatal dan tidaknya kecelakaan.
Tetapi dilain pihak, pemerintahan yang mengelolah jalan ini, kok sampai sebegitu jauh tidak menunjukan itikad baiknya, sudah beku barangkali kreatifitasnya.

Isnin, Disember 13, 2004

Ibunya Teman Baik Meninggal

Ibunya Pak Harjono Meninggal
Senin 13 Desember 2004
Hari Jumat jam 11.00 sebelum shalat Jumat, saya dapat sms dari Jogja dan diberitahu jikalau ibunya pak Harjono dalam kondisi koma, sudah tiga hari, ia mohon doa dariku, dan pada shalat Jumat yang mulia saya sempat mendoakan, dan setelah shalat jumat saya sempat telepon balik ke Jogjakarta lewat Hp yang terima pak Harjono sendiri dan memberitahukan jikalau kondisi ibu berangsung membaik, tetapi saya mengingatkan umumnya sebentar, dan baru hari Senin pagi ini dari kantor saya menghubungi Hpnya pak Harjono ternyata ibundanya telah dipanggil Allah SWT pada hari Sabtu jam 02.00 pagi, dan dimakamkan hari itu juga di Wonosari, Gunung Kidul Jogjakarta,

Kenangan baik
Saya sempat kerumah itu dua kali, Rumah bercat putih cukup bergaya dipinggir jalan besar di kota Jogjakarta dengan halaman cukup untuk suatu rumah ditengah kota, saat pertama ditengah bulan juli 2004 atas prakarsa pak Harjono dalam rangka menemani Pak Marjuki Usman pergi ke Jogjakarta, dalam rangka memberi semangat adik perempuannya pak Harjono yang Pengacara Tanah/ notaris tanah PPAT, di Wonosari yang mencalonkan diri menjadi Bupati Gunung Kidul, saya dan Pak Marjuki sebatas memberi option kesemangatan agar tidak mudah menyerah, saya dijogja hanya satu malam dan besok paginya pulang dengan pesawat garuda, dan kunjungan kerumah itu yang kedua adalah dua minggu kemudian saya mendapat penugasan ke Jogjakarta dalam rangka pelatihan Balai Kimpraswil di Jogjakarta selama 3 hari, saya sempatkan mampir kerumah itu dan diterima dengan baik, sempat tertidur dikursi mengingat waktu tunggu shalat ashar, rumah itu hanya dihuni oleh pasangan yang sang ayah dalam kondisi lumpuh harus di bantu dengan perawat lelakinya, dan si ibu yang kurus kerena gulanya yang banyak memikirkan banyak hal, sore itu saya sempat diajak jalan-jalan sore, yang memang jadwal tetap buat sang ayahnya pak Harjono setiap sore naik mobil jalan-jalan keliling kota Jogjakarta, nah saya ditumpangkan dibelakang diapit oleh sang ibu dan pembantu/perawat tetap sang ayahnya pak Harjono, untuk diantar ke kompleks penginapan Cipta Karya di depan IAIN Jogjakarta. sempat juga dibawain oleh-oleh untuk besok pulang ke Jakarta, naik Sumber Alam Bus Malam, turun langsung Cileungsi.

Menghadiri Forum Pemantau Pemberantas Korupsi

Rabu, 8 Desember 2004

Siang itu sekitar jam 13.30, saya berjalan ke tempat pertemuan Forum Pemantau Pemberantas Korupsi, keputusan ini ternyata tepat, sebab saya melihat disepanjang jalan patimura macetnya luar biasa, sambil membakar kalori pikirku, saya berjalan cepat, melintas antrian mobil yang terhalang kemacetan, siang itu banyak para polisi yang dari daerah datang, keterlihatan ini nampak dari bentuk tubuh dan berjalannya, setelah melewati bangunan kepolisian lantas terlihat kuburan dan belok kiri terbaca jalan Mulawarman, berjalan lagi sampailah di depan taman, tanda-tanda kalau ada pertemuan adalah mobil parkir yang banyak dan terlihat orang-orang meng gegam map datag masuk bergegas sambil menuliskan namanya di spanduk yang disediakan dan mengisi buku hadir sambil menerima bahan diskusi yang sempat di cetak dan snack pertemuan yang terdiri dari kue sus, roget, dan lemper, lempernya tak termakan sebab sudah merasa kenyang.didepan pintu masuk sudah terlihat orang tinggi berbaju jas, saya sih pakai baju biasa saja yang saya senangi yang telah 3 tahun ini setiap menemani saya kekantor, yang paling menonjol adalah hadirnya Yusuf Syakir, orangnya pendek kecil , sedang disampingnya berdiri anak muda gemuk ternyata ia dari Republika harian nasional, ia sebagai moderator pertemuan, Diruangan sudah banyak para undangan lainnya, tepat jam 14.00 acara dimulai, acara pertama adalah sambutan dari ketua Forum Pemantau Pemberantas Korupsi, yang berbicara banyak mengenai anti klimaks dan strategi pemberantasan korupsi di indonesia, forum diharapkan menjadi Think Tank, pusat pikir bagaimana memberantas Korupsi di Indonesia, diharapkan forum bersifat kritis dan kosepsual, dilain pihak perkembangan hukum perdata di Indonesia tidak berkembang sesuai dengan perkembangan masyarakat.Suasana rapat bagi saya tidak mengarah kepada satu point, hanya mengungkapkan kebobrokan penjabat negara, akhirnya pada saat jam menunjukan pukul 16.30, saya bertanya pada diri sendiri, patutkah saya lanjutkan pertemuan ini sementara shalat ashar belum kulakukan, akhirnya kuputuskan untuk keluar ruangan dang langsung berjalan kaki kekantor, di kantor masih ada beberapa teman yang dimeja kerjanya dan setelah shalat ashar saya langsung pulang.

Rabu, Disember 08, 2004

Vonish

Sirene dipagi hari
Rabu, 8 Desember 2004. sekitar jam 07.30 Saat saya dan anak-anak, Yasin, Astari dan Tyas hendak berangkat sekolah, baru keluar dari jalan lingkungan perumahan, memasuki jalan desa Gandoang, beriringan mabil hijau tentara dikawal dengan jip pembuka jalan, mengawal truk pengangkut personal melintas berlawanan arah dengan saya. anak-anak bertanya, mau kemana mobil ini pa, ke Bojong jawabku sekenanya, sebab dikawasan ini mana sih yang perlu dipermasalahkan kecuali peristiwah Pembuangan Sampah Akhir di Bojong yang tidak disetujui oleh penduduk, tetapi pemerintah dengan kekuatan bersenjatanya, baik dari tangan polisinya dan pagi ini terlihat tangan militernya yang hendak menekan masyarakat, ditekan bagaimanapun masyarakat akan tetap bergolak, orang miskin tidak takut mati, tetapi timbul pertanyaan, apakah pantas dinegara yang tidak ada penjajahannya pemerintahannya menekan rakyat, ataukah memang pemerintah Indonesia dalam rangka menangani rakyatnya menggunakan pola-pola Penjajahan, Biaya pembelian alat-alat tempur digunakan untuk menghadapi rakyat yang tidak bersenjata, Wahai masyarakat Bojong, Cileungsi dan Gandoang, sejak dahulu engkau adalah warga pandekar, hadapilah dengan keperkasaanmu semua aral melintang yang memberatkan mata. sementara kendaraan roda duaku melaju kekantor dengan kecepatan rendah yang penting jangan sampai melewati 50 - 60 km/jam.


Ya Allah Saya Tidak Bisa memuja kebesarannmu seperti sifat kebesaranMu sendiri Ya Allah

Selasa, 7 Desember 2004.

Vonish Paling Mencekam,
" Pak, Motor bapak rusak berat, ganti ring seger, ganti klep, ganti seher dan ring, ganti to set, ganti pen seher, ganti sill klep, ganti olie ganti busi, kotter cylinder blok." saya terdiam sesaat, saya mengiyakan dan terdiam, begitu mencekam pengalaman itu.sudah terbayang berapa duit yang harus dikeluarkan untuk baikknya kendaraan ini, " bagaimana pak dikerjakan nggak?" ya kerjakan saja" akhirnya kendaraan itu dibongkar mesinnya, awalnya sih sepulangnya dari Cianjur selatan, kecamatan Tanggeung, 80 km dari kota Cianjur, hari minggu itu, motor bunyinya kok tidak enak, kemudian pagi ini ke bengkel niatnya mau ganti olie saja, tetapi sewaktu tutup olie motor di bujka ternyata tidak ada olie yang mengucur keluar, keluarnya kental bertetes dan terkumpul seperempat gelas, dari penampilan ini teknisi motor dibengkel menyimpulkan jikalau motor dalam kerusakan keras. Akhirnya motor diurai habis mesinnya dan saya menunggu menemani motor yang lagi direperasi, Banyak pertanyaan yang dilemparkan teknisi motor ke saya, " kok bisa begini pak motornya ", " Habis dipakai ke Cianjur Selatan pada hari minggu kemaren, menghadiri undangan pernikahan seorang guru SD yang mengontrak rumah di komplek RT Puri Cileungsi, Banyak nasehat yang diuraikan, lain kali sebelum pergi lihat oleinya dulu pak pesannya, tapi saya taksir, memang sebelum pergi saya sempat ganti ban terlebih dahulu, kerena akan membawa istri, tetapi masin, saya pikir kan belum sebulan dari jadwal kontrol olie mesin sejak tanggal 9 november bulan kemaren, taksiranku, mesin panas akibat lama pemakaian dan panjang jalan yang ditempuh, panasnya mesin menguapkan olie, sehingga olienya sat-tandas.
Bakso lebih besar bola Tennes
Selama menunggu motor diperbaiki, saya melihat penjual Bakso sebesar lebih besar bola tennes yang nongkrong didepan bengkel, sangat laris didatangi pelanggannya, ibu-ibu yang menemani bapaknya memperbaiki motor dibengkel yang paling banyak membeli, tetapi tak kalah pula ibu-ibu yang datang khusus berteman tiga dan dua orang datang berkendaraan dan parkir dan nongkrong mengudap bakso besar-besar itu, dipilih bentuk sebesar itu menurutku adalah hasil pemikiran pedagang bakso yang melihat pasar jenuh akibat bakso yang kecil-kecil yang tidak memberi arti, besarnya bakso juga merupakan tayangan pemikat pelanggan untuk mencoba mencicipi, inilah kekhasan bangsa indonesia dengan inovasinya.
motor ini pernah mogok pak, kata teknisi kepada saya, pernah sewaktu akan memasuki kecamatan Sukanegara, kemudian teknisi itu mengambil kepala mesin yang diganti yang disebut segernya, sambil diperlihatkan kepada saya ia berkata, inipak yang menyebabkan mogok, ada baret-baret tebal dan banyak dan terasa ditangan , sedangkan diblok mesin terdapat baret juga, seseuai dengan gesekan seger, mesin ini sempat panas membara akibat tidak ada olie , untung masih bisa kemari tidak didorong.
Hari Minggu 5 Desember 2004, persiapan berangkat ke Cianjur Selatan, pagi sesudah shalat shubuh, kepasar, sebab semalam Yasin minta dibeliin kacang kulit untuk direbus, makan kacang rebus dihari minggu sangat lejat katanya, sekitar jam 08.30 saya berdua bersama istri berangkat ke Cianjur, dari rumah berbelok kearah kanan, arah yang paling jarang saya tempu, kalau berbelok kekiri dari pertigaan Gandoang ya setiap hari kalau kekantor, tapi berbelok kanan ke arah Jonggol sangat jarang, belum tentu satu kali dalam setahun, Kali ini berbelok kenan, yang kuingin tahu adalah perkembangannya sampai dimana selama ini, jalan yang menjadi sengketa ke desa Bojong tempat pembuangan sampah akhrir di perempatan cipicung pun sudah kulewati, akhirnya memasuki kota Jonggol, sempat menerangkan keistri masjid yang dipakai itikaf ramadan sewaktu Aswan klas SD sekitar tahun 1996. Jonggol sudah dilewati jalan mendaki kecepatan sekitar 50 Km per jam, masuk Kecamatan  Cariu kemudian memasuki wilayah pekuburan cina Xianxi "oh ini kuburannya, soalnya sering mendengar sirene mobil duka membawa jenazah cina", kemudian memasuki kawasan bukit gundul yang sering dihubung-hubungkan kalau pedagang mau cepat pelarisan ya datang kesini, bagiku begitu aja kok bisa kasih kaya seseorang, memangnya Tuhan semesta alam dikemanakan ?. perjalanan semakin mendaki memasuki kawasan yang sering longsor. ini wilayah puncaknya ma, jelasku pada istri, kemudian menurun memasuki wilayah Cianjur, di pertigaan ada tertulis arah Cianjur kota, saya mempisahkan diri dengan jalan utama ke Bandung, memasuki arah Cianjur kota melewati Cikalong kulon, jalan lebih jelek, berlobang, kiri kanan banyak hutan karet, jalan itu panjang memasuki arah kota, sekita mendekati kota, jalan menjadi baik, keramaian semakin meningkat, akhirnya memasuki kota Cianjur, tetapi kemana batas patahnya jalan ini, diijung jalan terlihat lampu lalu lintas, ini akhir penggal jalan memasuki kota Cianjur, belok kiri, dan berhenti didepan polisi menanyakan arah kemana tujuan, istri saya meraih tas mencari peta dan disodorkan ke pak Polisi, oh Tanggeung, 3 jam dari sini, kira-kira 80 km jaraknya, arahnya ini lurus kearah sukabumi, setelah 3 km dari sini akan menjumpai kuburan cina dan berbelok kekiri lurus sampai habisnya jalan, Penjelasan polisi itu tidak merubah niatku untuk tetap bertahan menuju sasaran, Tukang ojek yang saya tanya pada keheranan, soalnya kalau orang sini mau kesana ya naik mobil angkutan umum, lho kok ini naiki motor, pasti bukan orang sini ya katanya, ketidak tahuan itu yang melajukan motorku menuju Tanggeung, lama kemudian memasuki kecamatan Cibeber, kota kecamatan ramai diapit perbukitan, jalan terus keluar dari kota kecamatan dijumpai longsoran bukit yang habis dibersihkan menutup jalan, tetapi kendaraan bisa melintas, kemudian melewati pendakian menuju perkebunan wilayah VIII dan hamparan teh kiri kanan, jalan sepi dan tak banyak menjumpai kendaraan berpapasan, setelah jalan mendaki sekarang menurun, juga begit disaat jalan menurun tidak berani cepat, disaat mendaki pun tidak berani cepat, sebab jalan sering berbelok keras dan menuurunnya juga begitu, jurang kiri kanan sangat terjal, akhirnya memasuki kecamatan Cempaka, maju terus, pikiranku seperti memasuki lobang sumur yang tak habis-habisnya, waktu mendakipun seperti mencari gunung yang dimana puncaknya, pakoknya santai aja sambil bergurau, terkadang cuaca panas dan terkadang sejuk, memasuki kecamatan Sukanegara, paling spesifik di kecamatan ini ada Pengisian Bahan Bakar besar, dekat Masjid dan dekat Puskesmas, kota kecamatannya antrem, saat itu terdengar adzan Dzuhur berkumandang, diputuskan untuk mampir shalat Dhzuhur di masjid depan, motor tetap melaju dan disisi kanan terlihat masjid dan masuk, istirahat, kaki rasanya kemeng sekujurnya, istri saya pun sempat menggeliatkan tangannya menghilangkan kecapaeannya, pinjam sandal, tempat wudhunya didepan bawah, naik trap masjid dua anak tangga memasuki masjid yang sepi, shalat dua rakaat, shalat tahalul masjid sebagai ucapan selamat datang masih bisa memuja Allah yang Maha Besar, kemudian berjamaah shalat dzhuhur berdua dengan istri, dirakaat terakhir terdengar seseorang datang bergegas langsung mengumandangkan adzan dzhuhur yang tertinggal, setelah selesai shalat saya bergegas menghidupkan kendaraan untuk mencapai tujuan secepatnya, kendaraan keluar kota kecamatan sukanegara, kondisi kecamatan makmur, terdapat dealer motor yang berarti ekonomi penduduk membeli motor kecukupan, jarang terlihat rumah jelek, jalan mendaki lagi dan mencapai kebun teh dan menurun berbelak belok dan memasuki kecamatan Pagelaran, tinggal satu kecamatan lagi mas, kata istriku menjelaskan, kendaraan dilajukan kembali, jalan menjadi rusak akhirnya pasar Tanggeung pun didapat, tanya dimana ada perkawinan, saya yakin kalau didesa ada perkawinan pasti gemahnya banyak penduduk yang dengar dan tahu, hal itupun tepat dugaanku, penduduk menunjukan arah lurus aja dipinggir jalan kok, motor melaju lagi dan setelah melintasi jalan jelek berlobang, mendaki dan menurun, akhirnya diujung belokan patah mendaki terdapat tenda perkawinan, motor saya arahkan ke tetangga sampingnya untuk meminta kesempatan istri saya salin baju yang dikenakan, sampai tuitik ini sudah 150 km jarak yang kutempuh dari rumah, suasanah gembira, salam salaman sang pengantin gembira, orang tuanya gembira didatangi tamu jauh-jauh setelah makan dan minum cepat-cepat minta diri takut kemalaman dijalan, 

Mogok ditengan jalan.
Perjalanan pulang, sekeluarnya dari kecamatan Tanggeung, hujan deras mengguyur, berhenti sebentar pasang mantel hujan, kendaraan berjalan lagi diketinggian saat mendaki terasa kendaraan tidak bertenaga, mogok, dan mencoba diengkol dengan kaki, engkol tidak berfungsi, coba-coba dihidupkan dengan starter motor, mau hidup, dan berangkat lagi. hujan masih mengguyur, melewati kebon teh di Pagelaran, banyak motor yang searah pulang berjalan bersamaan, kendaraan angkutan perdesaan dengan sarat muatan didalamnya.

Kapan bisa ketemu lagi 
ucapan ini terungkap saat bersalaman dengan seorang tua di masjid di kecamatan Sukanegara, setelah mengisi bensin premium Rp 10 000 ,- penuh tangki motor, saat sedang mencari Masjid untuk mengerjakan shalat ashar kendaraan melaju kecepatan sedang. tiba- tiba dari bali pepohonan menyembul menara Masjid dan kesana kendaraan diarahkan, hanya seratus meter berbelok kiri dari jalan raya, sebelum jembatan, disisi kanan jalan terbujur bukit tinggi-tinggi, batu putih, gampang longsor, Lokasi sejuk dingin dan sangat baik untuk membuat sekolah pikirku, saat shalat berjamaah dengan istri ikut seorang tua lelaki dibelakangku shalat berjamaah ashar, dan sesudah shalat , saat bersilaturahmi dengannya sempat menanyakan siapa gerangan yang memiliki rumah dikanan masjid, istrinya orang sini dan suaminya orang arab katanya, oh sering hal itu terjadi, awalnya saya mendengar itu dari pak Marzuki Usman bahwa ada gejala baru, para pemuda arab mencari istri sampai dipedalaman Cianjur, Sukabumi, naik pesawat dan melamar dan menikah, hal ini disebabkan pernikahan di Arab sangat mahal maharnya, setelah itu saya bersalaman dengannya mohon diri sambil mengucapkan kapan bisa ketemu lagi, hati kecilku menaksir bahwa ia akan meninggal. pesannya cepat pulang wilayah ini sering longsor apalagi hujan-hujan begini, jam sembilan dan sepuluh baru masuk rumah katanya menduga, setelah tahu jauhnya jalan yang hendak kutempuh, pulang.

Puncak 
Terasa sekali sewaktu melewati kecamatan terakhir wilayah Cianjur selatan yaitu kecamatan Cibeber, kendaraan memadat, mau nyalip tidak bisa, ikut melambat, jalan kecil, kendaraan arah depan juga banyak, akhirnya pertigaan itu didapat, kekiri arah Sukabumi dan Bogor, kekanan ke Bandung, saya ambil kiri, kendaraan bisa berlari cepat, kemudian kota Cianjur dilewati dariri sisi baratnya, ketemu jalan kekiri bogor lewat puncak kalau lurus ke Jakarta lewat Jonggol, kerena hari menjelang maghrib saya tidak mau ambil resiko lewat kesunyian Jonggol, dari Cianjur ke Puncak jalanan dipenuhi bus pariwisata, jalan mendaki, kendaraan tidak bermasalah, sampai melewati puncak, kemudian jalan menurun, shalat maghrib di Cisarua, beli jagung 40 biji Rp 15 000 .- makan di Bogor, soto kambing minyak samin, di bogor Cibinong macet luar biasa, kemudian memasuki wilayah Angdam , tembus Cibinong, belok kiri memasuki jalan potong ke gunung putri, citerup cileungsi rumah. masuk rumah jam 21.30 malam, Tyasnya masih belum ngantuk bersama fifi, fifinya setelah disusuin dengan ibunya langsung nyenyak tidur.