selamat berjumpa semoga tidak marah-marah

Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka hanya menipu diri sendiri sedang mereka tidak sadar. (QS. 2:9)

In trying to deceive GOD and those who believe, they only deceive themselves without perceiving


Rabu, Mei 31, 2006

Donor Darah

Senen, 29 Mei 2006

Donor Darah.




Saya dan istri sudah berniat akan mendonor kan darah, untuk membantu siapa pun yang membutuh kan, sejak jam 07.15 sudah berangkat dari rumah.
Tujuan nya adalah RSCM Poli Thalasemia, yang hari ini adalah hari ulang tahun Yayasan Thalasemia yang ke 19 tahun dan Ulang tahun Persatuan Orang Tua Penderita Thalasemia yang ke 22 tahun.
Jam 09.30 saya sudah berbaring untuk diambil darahnya, demikian juga istri saya. Saat itu saya berusaha tidak berfikir apa-apa, perawat yang mengambil darah berusaha mengajaku berbicara, tetapi saya tidak bereaksi, begitu jarum memasuki nadi di lenganku ku merasa darah sudah mengalir keluar, kemudian saya memasuki keheningan dan sampai beberapa waktu lamanya suster itu mengatakan jikalau donor darah sudah selesai, dirasankan untuk setiap tiga bulan mendonorkan darahnya hingga usia 60 tahun.

Ulang Tahun Yayasan Thalasemia dan POPTI

Saya dan istri setelah mendonorkan darahnya dipersilahkan memakan mie dan minum susu coklat dan sebutir telor ayam matang, lezat juga hidangan ini, yang ,menghidangkan adalah Saiful, orang PMI yang sudah dikenal sejak lama, sewaktu bertugas di PMI Ciptomangunkusumo.
Kemudian naik kelantai tiga untuk mengikuti acara peringatan ke 22 tahun Persatuan Orang Tua Penderita. Acara ini banyak dihadiri oleh para ibu-ibu, baik ibu-ibu dari Yayasan maupun dari pihak Medis dan Paramedis maupun, para penderita sendiri.
Acara berlangsung mulai jam 11.00.
Sambutan dari ketua Yayasan yang saya catat adalah menumpangkan bentuk rekreasinya anak- anak thalasemia pada keberadaan fasilitas DKI Jakarta, dengan harus membayarnya semua kebutuhan rekreasi sekarang maka tumpangan itu hanya bisa sebatas peringatan hari ulang tahun ana-anak dunia,
Kemudian Sambutan dari Dekan Fakultas kedokteran UI mengenai semangat untuk mengurangi jumlah penderi Thalasemia dengan gencarnya informasi konseling sebelum perrnikahan, sehingga bayi yang dilahirkan tidak membawa sifat kelainan darah.
Sambutan dari Ketua RSCM yang diwakili direktur umum nya mengatakan bagaiman lima tahun ke depan perawatan Thalasemia ini, apakah begini begini saja atau ada terobosan, kemudian pemotongan tumpeng sederhana yang diberikan kepada penderita cilik- cilik dibawah lima tahun.
Saat bersama istri memakan bakso hidangan acara ulang tahun tersebut berjumpa dengan bapak Andre Hasan dan sempat tukar-tukaran nomer Hp, dan saat ketemu pak Afrizal, lho kok badan nya sangat kurus, ternyata ia terkena stres yang hebat sebab habis tertipu sebesar dua ratus enam puluh juta rupiah dengan rekan kerjanya.
Dan sekarang ia sedang mempersiapkan kantong-kantong jenazah dengan harga limapuluhan ribu untuk dikirim ke Jawa Tengah dan Jogjakarta, sebanyak 3000 kantong, padahal ia mampunya mempersiapkan 300 kantong.

Rempeyek Udang

Minggu, 28 Mei 2006

Rempeyek Udang.
Acara kepasar hari ini terfokus pada keinginan untuk membuat rempeyek, tetapi bahan isiannya adalah udang sehinngga sewaktu ke pasar perhatiannya tertuju kepada dimana penjual udang,
Banyak tempat yang menjual udang tetapi ada suatu tempat dimana saya sering dahulu membeli udang, Akhirnya didapat juga setelah menerobos ke sempit nya pasar dengan kerumunan pembeli pagi itu.
Udang ditawar se kilogramnya sebelasribu diberikan, udang tidak terlalu besar biar banyak, tujuan berikutnya adalah tahu bandung, kemudian tepung beras, kemudian kemiri, kemudian ayam sekilo ditambah hati limabiji dan kaki ayam seribu rupiah, untuk sektor ayam ini habis duapuluh satu ribu rupiah.
Kue, saya tidak lupa membeli sebab anak-anak dirumah ingin sesuatu yang cepat disantap setelah kedatangan dari pasar. Terbeli sepuluh biji kue aneka rasa seharga tigaribu rupiah.
Sesampainya dirumah, bekerja secepatnya mewujudkan rempeyek tersebut, sambil menunggu rempeyek matang saya ambil cucian dan shalat dlhuha, kemudian sarapan dengan rempeyek udang, ternyata fifi ngak suka.
Pembahasan masalah masukan jalan tol pun dimulai.
Terbentik berita korban yang meninggal gempa bumi di Jogja sekitar 3000 orang

Bencana Gempa di Jogja

Sabtu, 27 Mei 2006

Bencana Alam Gempa Bumi di Jogjakarta, warta berita ini didapat dari stasiun TV RCTI sekitar jam sembilan pagi, kejadiannya sekitar jam 05.50 tadi pagi. Korban sudah 9 orang
Malam hari korban sudah 2000 orang.

Shalat Jumat

Jumat, 26 Mei 2006

Shalat Jumat di Masjid Komplek Rumah.

Liburan

Kamis, 25 Mei 2006

Liburan.
Acara ke Pasar
Sebab isi kulkas sudah kosong

Shubuh di Bekasi

Rabu, 24 Mei 2006

Shalat Shubuh di Masjid Besar Bekasi

Kereta Api Bengawan yang saya naiki, memasuk Bekasi sekitar jam 04.00. disana kereta terpaksa berhenti sebab disalip kereta api dari belakang, kereta api Argo Bromo dari Surabaya, saat itu saya masih tertidur, sewaktu mendengar pedagang asongan berteriak, Bekasi.. Bekasi, saya terbangun tergegas, susah payah mencari sepatu dan memasukannya ke kaki, tetapi kereta masih berdiam, saya berlari ke arah pintu keluar, pintu digerbong satu yang saya naiki tertutup, saya lber gegas ke gerbong dua, fdan disana pintu terbuka, saya turun dan berjalan di emplasemen stasiun Bekasi mencari pintu keluar, kereta api Argo Bromo terlihat berjalan kencang, menyalip kereta bengawan, sedang kereta Bengawan masih di emplasemen, saya sempat menghitung jumlah gerbong kereta api yang saya naiki, sebab saya naik di gerbong satu, ternyata ada sebelas gerbong, cukup panjang, berarti ya tidak penuh, untuk mengisi sekian banyak persediaan tempat duduk. Naik kereta ekonomi seperti ini seraba hati-hati, kalau terlihat sedikit penumpang, banyak yang kosong, sering terjadi kriminal, apakah hilang barang bawaan orang atau pernah sekarung beras hilang juga dari kereta, ditengah jalan didorong seseorang yang ikut naik dari Jogjakarta dan menunggu kapan lengah si pembawa beras, dan beras diletakan di[pintu keluar sehingga gampang di dorong keluar.

Banyak tukang ojek yang menyongsong penumpang menawarkan jasa ojekan, tetapi saya berterima kasih menolaknya, saya keluar dari Stasiun Bekasi, ternyata stasiun Bekasi sedang dibangun pagar-pagar tinggi untuk menjadikan stasiun Bekasi steril dari penumpang tidak bertiket.
Kemudian berjalan keperempatan sebab sudah mendengar adzan shubuh, dari perempatan yang ada monumen ikan lelenya saya melihat masjid yang menyeruak dikegelapan dengan gemah adzan yang menggelegar, kesana saya bergegas berjalan dan shalat shubuh.
Naik angkot keterminal dan langsung naik bus ke Jonggol, lha disini yang mengesalkan, sebab bus itu ngetemnya ada sekitar satu jam lamanya.
Sehingga masuk kerumah sudah agak kesiangan.


Munir bin Mohamad Yunus Meninggal.

Setibanya dirumah dikabari oleh istri jikalau tetangga munir tambi yang orang medan itu meninggal kerena stroke, dan saat yang sama jenazahnya dibawa ke Bandung dimakamkan disana. Ia meninggal usia sekitar 40 tahun.

Tyas masih di RSCM

Saya diberitahu jikalau hari senen kemaren Tyas mulai masuk RSCM dengan Hb 7.4
dan sekarang yang mengantar ke RSCM adalah adiknya Astari



Kereta Malam

Selasa, 21 Mei 2006.

Kereta Malam
Jam 00.00 tepat alarm Hp berbunyi, dan saya mencoba membangunkan pak mantri untuk berangkat ke stasiun Jabres menyongsong Kereta Api Matarmaja yang hendak ke Malang dari Jakarta.
Diantar pak Mantri ke stasiun Solo Jabres, ternyata letak stasiun itu terlalu jauh dari rumah pak Mantri di Sumber.
Sewaktu memasuki parkiran stasiun, kereta api Matarmaja Jakarta Malang sudah berada distasiun, saya berlari mencapai pintu masuk dan mencari loket penjualan karcis, Kepala stasiun yang merangkap penjualan karcis jam 01.00 pagi ini, jikalau harga karcis kertosono yang cukup dekat dari Solo sekitar seratus kilo lebih seharga empatpuluh ribu, saya ambil satu tiket dan langsung loncat kekereta, ternyata kereta sedang ditinggal oleh lokomotifnya, sang lokomotif penarik rangkaian sedang mengisi bahan bakar di stasiun Solo Balapan, sehingga menunggu cukup lama juga.
Jam 01.30 rangkaian kereta api Matarmaja berangkat meninggalkan Solo Jabres menuju Madiun, begitu kereta berjalan, angin malam memasuki jendela kereta yang tidak tertutup, kantuk pun datang dan tertidur juga akhirnya, walau penumpang termasuk padat.
Sekitar jam 04.10 pagi, tiba distasiun kereta Kertosono, saya turun sambil menahan kantuk, dan duduk sebentar sebab penawar jasa oejg sangat banyak sehingga saya perlu duduk menjelaskan bahwa saya tidak pergi kemana-mana, hanya sampai Kertosono saja.
Tiba-tiba terdengar suara persiapan Alquran dikumandangkan dari masjid, sehingga saya mempunyai kepastian yaitu hendak ke Masjid pagi ini.
Keluar dari stasiun berjalan lurus keluar kompleks dan menjumpai jalan yang lebih besar sebagai jalan kota, dari sana saya menanyakan dimana letak Masjid, banyak orang memberi arah letak masjid yang terdekat.
Berjalan dipagi itu kearah Timur searah jalur Kereta ke Surabaya, dan menjumpai pertigaan, saya belok kekiri dan akhirnya didapat masjid tersebut, masjid dalam keadaan sepi, dan sempit, sehingga tempay wudhunya diletakan didepan.
Tiba-tiba sakit perut pun datang dan masuk kekamar kecil dahulu, saat itu adzan shubuh dikumandangkan.
Setelah selesai shalat lapar pun datang, berjalan menuju pasar pagi, rupanga ini pasar induknya, sehingga banyak barang hasil tanaman penduduk yang dijual, pasar itu remang dan ditemani lampu tidak merata, layaknya pasar pagi, setelah berjalan lama dan bertanya sampai dua kali dimana penjual sarapan, didapat juga penjualan sarapan itu, sarapannya cukup komplit dan pembelinya banyak, ada yang mesan rawon daging, saya memesan nasi pecel lengkap, tidak pakai minum sebab saya sudah membawa botol aqua besar di tas, Nasi pecel itu terhidang tetapi anehnya tidak ada warna hijaunya, dan dihiasi sepotong daging goreng dan rasanya cukuplah untuk sarapan.
Setelah itu mencoba mengelilingi kota Kertosono di pagi itu untuk mencari Ujung akhir perencanaan jalan tol Jogjakarta Kertosono.
Siangnya ke kecamatan Baron, kemudian berjalan lagi ke kecamatan Gondang, Kecamatan Sukomoro, kecamatan Rejoso.
Memasuki Kabupaten Madiun, Ngawi Mlantingan, Sragen dan siang menjelang sore memasuki Solo, dan langsung mengejar kereta Bengawan tujuan Tanah Abang Jakarta.
Naik kereta dari stasiun Wonosari Solo, disana kereta sudah disediakan dua gerbong tanpa lokomotif, sehingga penumpang tidak perlu menunggu lagi rangkaian kereta Bengawan yang datang dari Solo Jabres. Mereka langsung naik dan naiknyapun tidak perlu bergegas.
Saya berteman duduk dengan seorang anak muda yang habis berlibur di Solo, ia berceritra jikalau kereta ini sangat padat sewaktu pemberangkatan dari Jakarta hari Minggu kemaren.
Sambil menunggu rangkaian kereta penarik datang dari Solo Jabres, saya ke orinoar untuk mencari air wudhu persiapan shalat maghrib di kereta nantinya, kereta ekonomi begini jangan tanya ada air nggak.
Sewaktu turun dari gerbong kereta menuju orinoar, terlihat suasana ramai di stasiun Wonosari dengan berdatangan banyak penduduk yang melepaskan waktu sorenya di sekitar stasiun kereta, mereka duduk dengan para bayi yang digendongnya dan banyak anak-anak yang baru saja dimandikan dan berpakain pantas untuk berdiri atau berlarian disekitar gerbong kereta sambil melihat kesibukan penumpang yang mau berangkat ke Jakarta. Suasana sore seperti ini banyak saya lihat di Stasiun Kiaracondong Bandung atau Jember, yang menandakan bahwa mereka membutuhkan ruang terbuka untuk melepaskan sedikit kebutuhannya akan ruang terbuka tersebut, dan dipilihnya stasiun sebagai harapan nya terakhir, mereka tinggal di rumah- rumah yang sempit dan pengap tanpa fasilitas umum yang memadai.
Kembali lagi ke gerbong kereta yang masih menunggu rangkaian kereta penarik, terasa udara semakin panas sebab penumpang sudah penuh, semua kursi terisi penuh, satu deretan terdapat bangku tiga dan dua orang, saya dapat giliran di bangku untuk dua orang, dan Kereta Bengawan yang akan menarik dua gerbong dari stasiun Wonosari Solo itupun datang juga, dan mulai terasa gerbong bergoyang tandanya sedang ditarik oleh lokomotif untuk disatukan dengan rangkaian kereta Bengawan yang lain, jam 17.30 kereta berangkat.
Sepanjang jalan saya tertidur pulas kerena kecapaian, tas pakaian saya gunakan sebagai bantal dan tidurnya sangat enak, walau badan sering ditekuk

Pak Mantri

Senen, 22 Mei 2006.

Pak Mantri

Memasuki Satsiun Klaten, sekitar jam 23.15 dan saya menelpon ke Pak Mantri yang di Solo dimana saya akan menginap disana untuk beberapa hari.
Pak Mantri ini adalah Pensiunan PU Jayapura Papua, masa pensiun baru dijalani dua tahun ini, sewaktu saya di Jayapura bersama-sama dinas di PU di sana, saat itu Tyas belum sakit, sekitar tahun 1992, Pak Mantri ini sering kita kunjungi sebagai orang jawa yang ada di rantau jauh, samapi dikunjungi pula adik ipar pak Mantri yang ada di Merauke. Sekarang masa pensiunnya dihabiskan di Solo, dan kalau ketemu di Jakarta, pak Mantri ini sering mengajak saya untuk ke Solo, dan nginap beberapa hari disana, nah saat inilah tepat sekali, program peninjauan jalan tol Jogjakarta Solo Mlantingan Ngawi Kertosono hanyalah salah satu penyebab mengapa niat untuk memenuhi undangan pak Mantri, untuk mampir ke Solo sedemikian kuat nya.
Jam menunjukan 00.14 Kereta Api Jayabaya Jakarta Surabaya lewat Solo memasuki Kota Solo dan saya turun disana, penumpang yang turun hanya sedikit tidak sampai sepuluh orang.
Saya berjalan mencari pintu keluar, ternyata ditengah-tengah pintu keluar itu, berdirilah pak Mantri, saya gembira sebab berarti di kota Solo ini saya tidak terlantar.
Bermotorlah saya dan pak Mantri ditengah malam membela kota Solo, kota Solo tidak terlalu atraktip seperti kota Semarang, Kota Solo seperti Perdesaan yang luas saja suasanahnya. Setelah bermotor agak lama akhirnya sampai juga dikediaman pak Mantri di Sumber Solo.
Setelah makan malam memakan bawaan nasi dari rumah Cileungsi, langsung istirahat, Pak Manti mmepersiapkan sajadah shalat tetapi sajadah itu atas dan bawahnya tidak ada tandanya, sehingga sewaktu shalat Maghrib dan Isya saya tak menyadari menghadap ke Timur sedangkan diwaktu shubuh setelah shalat sunah shubuh saya ada keraguan sewaktu meraba permukaan sajadah yang baik itu, kok ada yang kasar ditempat sujud, berari terbalik, dan shalat shubuh saya membalikan badan.
Sewaktu sarapan pak Mantri menjelaskan arah kiblat, saya tersenyum mendengarkannya
Setelah shalat dlhuha saya berangkat, langkah pertama adalah kekiri yaitu ruas Solo – Jogjakarta.
Pak Mantri mengantar dengan motornya sampai ke Jalan besar, untuk naik bus tigaperempat menuju Kertosuro, di Kertosuro adalah terminalnya untuk pemberangkatan ke Jogjakarta, dari sana saya bernya kepada masyarakat tukang becaan pernah dengar ngak rencana jalan toll.
Pak Mantri mengantar dengan motornya sampai ke Jalan besar, untuk naik bus tigaperempat menuju Kertosuro, di Kertosuro adalah terminalnya untuk pemberangkatan ke Jogjakarta, dari sana saya bertanya kepada masyarakat tukang becaan pernah dengar ngak rencana jalan toll. Ternyata mereka banyak tahunya, dan ia berani mengantar saya ke desa Kecamatan Colomadu dengan naik becak seharga Rp 5000,-
Dengan becak saya menuju ke Colomadu dan disana saya ke kecamatan untuk mengetahui titik mana pertemuan jalan tol Semarang Solo dan Jojakarta Solo Kertosono.
Informasi banyak saya dapat disana, untuk menghaluskan informasi itu saya mencoba mengunjungi Kantor PU Kecamatan, setelah berjalan jauh di depan Bandar Udara Adi Sumarmo Solo sampai ke kantor Pu Kecamatan, disana tidak ada orang kerena masih pagi katanya.
Kemudian dari sana saya mencoba menganalis keberadaan Bandar Udara dan pertemuan Jalan tol di ruas Jogja- Solo dan ruas Solo Semarang dan ruans Solo Mantingan.
Perjalanan berikutnya adalah menuju Kertosuro untuk mencari ujung jalan tol di Jogjakarta.
Di Jogjakarta, titiknya ada disekitar Desa Sidorejo, Selomartani.
Disini saat adzan shalat Dzhuhur berkumandang, saya bergegas shalat, habis shalat sempat makan nasi Rp 2000 an dan Bakso Rp 4000 an, kemudian sempatkan membeli Kerupuk Belinjo dari pengarjinnya sendiri seharga Rp 15 000 sekilonya, saya membeli 3 Kg.
Masuk Rumah pak Mantri sekitar jam 17.00 sore. Istirahat dan ditengah malam berangkat ke Kertosono.

Berangkat ke Solo

Minggu, 21 Mei 2006.

Berangkat ke Solo.

Pagi hari di niatkan untuk secepatnya ke Pasar membeli keperluan makanan anak-anak agar semua sudah siap selama ditinggal ke Solo, apalagi kulkas hari ini sudah sepi dari stok makanan,
Di pasar saya membatasi pembelian, saya hanya membeli ubi singkong 6 Kg seharga Rp 5 ribu, Ubi rambat yang sudah dikupas dua kantong seharga Rp 3 ribu.
Istri saya yang membeli keperluang lauk pauk lainnya, sesampai dirumah secepat.
Sepulangnya, apa yang bisa dimakan anak-anak secepatnya, pilihan jatuh pada ubi rambat yang telah dikupas, sekarang tinggal diiris tipis agar gampang digoreng, satu plastik di iris semua sebab sisanya akan dibawa naiik kereta api nanti.
Hidangan gorengan ubi tersaji, semua berebut walau panas-panas, tenaga sudah diisi sekarang mulai menuju cucian yang menumpuk, cucian dikerjakan dengan diikuti anak-anak yang bermain cucian sambil mandi pagi, yang ikut nyuci disini Yasin dengan Fifi.
Jemur pakaian selesai babak berikutnya adalah bersih badan shalat dlhuha dan shalat perjalanan, sarapan dan persiapan pakaian.
Pakaian yang dibawa sedikit saja, celana panjuang yang dipakai dan cadangan, kaos baju agak banyakan sebab diperkirakan sering ganti baju.
Jam 10.00 tepat keluar dari rumah, berangkat ke jalan raya berjalan bersama istri, alasannya istri untuk olah raga.
Langsung naik bus ke Cileungsi, dari Cileungsi ke UKI dan dari UKI ke Senen, tiba di Senen saat adzan Dzhuhur terdengar, bergegas ke loket kereta api ekonomi Matarmaja jurusan Malang lewat Solo, ternyata tiket bernomer tempat duduk habis.
Mengingat waktu dan kebutuhan kesehatan terpaksa naik Kereta Api Jayabaya tujuan Surabaya, turun di Solo.
Ditiket tercantum jam pemberangkatan 14.20, dan sekarang jam 12.04 masih banyak waktu, saya putuskan untuk pergi ke Masjid depan Stasiun yang satu halaman dengan pasar Senen, untuk kesana harus nyebrang jalan dua kali.
Setelah shalat Dzhuhur dan Ashar sempat istirahat.
sekitar jam 13.45 saya keluar dari masjid berjalan perlahan ke stasiun Senen.
Dari arah pintu keluar masih banyak penumpang yang turun, masih ada kereta api yang datang se siang ini, tapi entah kereta api dari mana.
Setelah melewati pemeriksaan tiket masuk, melintasi terowongan bawah rel untuk menuju jalur tiga jalur keberangkatan KA Jayabaya, kemudian naik keatas apron stasiun agak lenggang, terlihat di jalur dua KA Matarmaja yang hendak saya naiki tapi tidak jadi, telah penuh dengan penumpang, Berarti kalau mau pergi hari minggu harus pesan tiket sebelumnya.
Sampai kereta itu berangkat saya masih duduk menunggu kedatangan KA Jayabaya yang akan masuk 5 menit lagi. Saat itu bapak-bapoak teman duduk menunggu kereta sempat berbasa basi berceritra kedatangannya ke Jakarta secara tidak sengaja telah menghadiri perkawinan anak sahabatnya, ia fdatang atas undangan sebua perusahaan, sesampainya dijakarta mencoba menghubungi sahabat lamanya, ternyata sahabat lamanya itu sedang mempersiapkan perkawinan putranya, sehingga terpaksa ia terlibat dalam acar perkawinan itu sampai dini hari tadi, sehingga penampilannnya siang hari ini memang terlihat ngantuk, sempat memberi ceritra kalau ada yang patah tulang, di borehi, tumbukan kunyit, beras dan kemiri, ditampalkan pada yang sakit dan cepat sembuh, ia telah membuktikannya sendiri.

Kereta Api Jayabaya datang, gerbong no satu saya harus berdiri jauh disisi kiri stasiun, saat kereta datang saya mulai masuk, dan ternyata di gerbong satu sudah banyak orang yang duduk, tempat dimana akan saya duduki juga diduduki dua orang remaja yang sedang tidur, ya saya bangunkan, dan saya menanyakan nomer berapa tiketnya, ia tidak menjawab dan langsung pergi.

Ternyata merreka adalah penumpang gelap, yang digelapkan oleh masinis Lokomotif penarik rangkaian kereta, ada sekitar delapan orang yang terlihat dan ada beberapa orang lagi yang ada di lokomotip.
Dan ternyata mereka tujuan rata-rata ke Cirebon. sebab sewaktu kereta mendekati Cirebon mereka terlihat berduyu-duyun berloncatan turun kebawah, tanah dibawah cukup tinggi, ada sekitar setinggi pintu kelihatannya sewaktu saya melihat tempat jatuhnya para penumpang gelap tersebut.

Sewaktu kereta memasuki Cirebon, saat itu maghrib pun tiba saya tidak shalat maghrib, sebab saya perhitungkan tiba di Solo sekitar jam tengah malam dan ada waktu mengerjakan shalat Maghrib dan Isya, tetapi apa jadinya

Setelah keluar dari Stasiun Cirebon menuju Ciledug, rem angin di gerbong yang saya naiki terlepas sehingga kereta terpaksa berhenti ditengah jalan, untuk diperbaiki.

Rupanya perbaikan berjalan lancar, sekitar jam delapan malam memasuki stasiun Purwokerto.Masuk stasiun Jogja jam 23.00.

Salah Jalan

Sabtu, 20 Mei 2006.

Tersesat di Bintaro.

Sudah waktunya Tyas ke RSCM, berarti Tyas harus ke RSCM sendiri, sebab hari minggu besok saya ke Solo. untuk mempermudah proses berarti hari ini harus ke Puskesmas Ciledug, untuk mengambil rujukannya Tyas.
Istri ikut ke Puskesmas sambil memeriksakan sakit tangannya, yang kaku kaku di jemari tangannya. hanya saja setelah melewati kompleks Pasar Jumat, mulai memasuki kawasan Bintaro, mulai bingung.
Saya ambil jalur kiri, ternyata setelah tersesat 3 km dan bertanya ke sopir angkutan barang bangunan , saya dibilang tersesat harus nalik menuju belok kanan tadi, balik lagi.
Akhirnya memasuki kompleks Bintaro, dan menanyakan jalan mana menuju ke Ciledug, dan disarankan memasuki jalan kecil ini akan mengantar ke jalan Inpres.
Setelah melewati jalan yang salah dan tersesat sampai di Kompleks Perumahan Japos, bertanya berkali-kali baru diberi tahu telah melewati gang Sadar dimana gang itu akan menghubungkan ujung jalan Inpres Raya. setelah menemukan jalan teersebut.
Dahulu pernah tinggal disini tetapi sekarang sewaktu jalan Inpres ini dilewati, sudah lupa.
Saat ada tulisan bahwa 100 m lagi ada Puskesmas yang dicari, itu pun masuih bertanya-tanya.
betulkah, istri saya memantapkan jikalau itu benar, baru diketemukan Puskesmas yang dicari, tiga jam dari rumah, rencana cari singkat dengan jalan potong malahan tersesat.
Sepulangnya diputuskan untuk mengikuti jalan besar biasa, jalan Ciledug Raya. Sekalian mampir ke Pasar Cipulir untuk membeli bajunya Fifi yang akan ulang tahun ke 3 di tanggal 29 besok.

Dipasar Cipulir, parkir motornya dihalaman bank Danamon, depan sebrang jalan pasar. dipasar yang masih ramai pedagang banyak mengelukan jikalau keuntungan kurang, langsung cari dilangganan pakaian bayi, ternyata untuk usia fifi 3 tahun ia ngak jual, cari terus akhirnya didapat,
pakaian itu terusan, tanpa lengan, kainnya berwarna dan tebal, ada sabuk pinggang di depannya saja, dibelakangnya ngak ada, imitasi saja, beli tiga seharga tigapuluh ribu rupiah, dan baju tipis dan berlapis kain tebal untuk warna ungu dan kuning, seharga limabelasan sehingga 2 biji seharga tigapuluh ribu rupiah. lima baju untuk fifi seharga enampuluh ribu rupiah.

Pulang kerumah lewat jalan besar, Ciledug Raya sampai Kebayoran Lama, belok menuju Pondok Indah, sampai ketemu Jalan Simatupang dan lurus pulang.

Perbaikan TV.

TV dirumah sudah lima hari ini tidak berfungsi mengeluarkan gambar, suara ada, akan ditangani selalu terbentur waktu, sekarang dengan kecapaian luar biasa saya minta tolong Yasin untuk memanggil pak Kosim, lelaki 49 th yang tak berkaki dan diatas korsi roda kemanapun ia pergi, untuk datang kerumah membetulkan TV dan Monitor Komputer, Monitor selalu padam setelah dipakai beberapa saat, kemudian hidup lagi.

Jumat 19 Mei 2006

Jumat, 19 Mei 2006.

Menjumpai pak Saleh, tetapi ada tamu dari Bali.
Menjumpai pak Bambang, sebelum naik ke pak Jaja, pak Bambang mengingatkan jangan sekedar semangat tetapi percuma.
Yang saya herankan kok saya tidak merasa percuma terhadap rencana Survey tersebut.
Pak Jaja mendukung survey memberi masukan perencanaan jalan tol Joglotingawisno.
Menjumpai kembali ke Pak Saleh, heran, seperti orang linglung pagi hari ini saya lihat, Kalau pak Jaja bilang di Alquran ada ayat Al Baqaroh yang menceritrakan berdirinya orang pemakan riba seperti bedirinya orang yang dipukulin setan, ya seperti keadaan Pak Saleh yang saya lihat pagi hari ini,
Sempat menyampaikan salam saya ke pak Bob pak,tanya saya, wah banyak tamu katanya dan suasana berduka, sebab sewaktu saya datang jenazah sedang dimasukan kedalam peti mati,
Pak Bob menangis dan sanga bersedih.
Mungkin kerena terlalu lama meninggalkan istrinya di Bandung sendirian, kataku.
Kalau kita setia kepada istri, coba buat lis apa saja yang membuat kita setia kepada istri, kemudian conteng yang setia dan conteng yang kita tidak setia, sewaktu kita conteng pada kelompok yang tidak setia, saat itulah kita bersedih, mengapa sapai tidak setia.
Sewaktu saya ajak bicara kepada hal yang lain pak Saleh terlihat kurang semangat, akhirnya saya tinggalkan untuk ke Pasar Jumat.
Shalat Jumat di komplek PU Pasar Jumat.

Fifi nggak enak badan

Kamis, 18 Mei 2006.

Seharian dirumah menemani Fifi yang kurang enak badan, nggak mau makan, dan batuk, untung ditemani ia mau makan.

Istri Pak BOB meninggal

Rabu, 17 Mei 2006.
Istri Pak Bob Mennggal

Berita ini didapat sewaktu saya menghubungi Pak Saleh Latuconsina di kantornya , ia ingin cepat-cepat pulang untuk bersama istrinya akan berangkat ke Bandung sebab Istri pak Bob meninggal dunia.

Pak Bob sepengetahuan saya, adalah sama-sama tinggal di mess PU Anthoni Rebok Ambon,tahun 1987, ia dikantor jabatannya saat itu adalah Bidang Teknik di Kanwil PU Ambon. Ia sangat konsern dengan pembangunan jalan di Maluku.
Dia orang Ambon yang hidup di Bandung.
Tetapi kerjanya di Ambon, sewaktu saya mulai meninggalkan Ambon untuk pindah ke Jayapura Irian Jaya tahun 1989 ia sempat ke bandara Patimura dan menciumi Tyas yang saat itu belum lima tahun.
Pernah saya dengar ia terpilih menjadi Kanwil PU Timor Timur sewaktu masih gabung dengan Indonesia, setelah prahara TimTim ia balik kembali ke Ambon, dan berita terakhir dari Pak Saleh beberapa bulan yang lalu Pak Bob diangkat sebagai penasehat Gubernur untuk urusan Jalan.

Agak siang sedikit saya mencoba menghubungi Bandung, secara acak saja untuk mengetahui kedukaannya pak Bob, ternyata PU Binamarga Bandung yang saya hubungi tidak tahu.

Mengirim Faks buat pak Saleh tentang kursus Managerial Kepala Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten, yang modulnya bisa saya selesaikan.

Pak Kuat, sore hari sebelum pulang, sesudah shalat ashar saya melaporkan perihal persiapan berangkat ke Solo, tanggapan pak Kuat, kok semangat banget, jangan sampai semangat itu hilang untuk program Jepara.

Pak FX Toto bersedia membantu sedikit anggaran ke Solo untuk survei masukan perencanaan jalan tol Joglotingawisno ( Jogja-Solo-Mlantngan-Ngawi-Kertoono)

Shalat Jenazah

Selasa, 16 Mei 2006.

Shalat jenazah.

Kekantor masih membekal olie, pagi masih merentang panjang, sudah sampai dikantor jam 08.21 pagi, dari daftar absen pagi yang terbaca para pegawai yang datang sudah sekitar sepuluh orang.

Membuat ramuan jamu minum sendiri, terdiri dari teh, temulawak sudah di tepung dan jahe yang sudah ditepung juga dicampur gula, didihkan air dan seduh, hangat terasa badan.

Rapat Percepatan penyerapan anggaran dimulai jam 10.00, rapat anggaran bagi saya adalah rapat yang sangat tidak enak, satu jam diruang rapat saya tidak tahan, langsung keluar untuk mengerjakan shalat Dzhuhur.
Setelah mengambil wudhu diruangan, saya menuruni anak tangga untuk keluar dari bangunan kantor, dan berlari kecil menuju masjid.
Disebabkan saya masbuk ( terlambat shalat ) imam sudah rakaat kedua saat itu, saya melanjutkan shalat lagi satu rakaat setelah salam,
Setelah itu saya akan melanjutkan shalat sunnah ternyata ada aba-aba untuk meletakan jenazah ke tempat shalat.
Oh ada jenazah yang hendak disholati rupanya dalam masjid ini, saya langsung membatalkan shalat saya.
Ikut menshalati jenazah almarhumah ibu Hariono.
Kembali ke ruang rapat, rapat belum selesai, dan pembahasan masih terhadap penggunaan dana taktis yang 35 %

Siang hari setelah makan siang, acara rapat pembahasan Jalur Lintas Selatan, pembahasan rapat ini sengaja saya ikuti serius sebab sedikit banyak berkaitan dengan Rencana Masukan Amdal Jalan Tol Jog –Sol –Mlt –Ngw –Ktsn
Yang tidak dilakukan oleh team penyusun Jalan Lintas Selatan tersebut adalah membuat spesifik wilayah dari kecamatan yang dilintasi oleh jalan lintas selatan tersebut.

Rabu, Mei 17, 2006

Membawa olie cadangan


Senin, 15 Mei 2006

Kekantor, setelah shalat Dhluha, ada ide untuk mengisi olie, sewaktu dilihat ternyata bepergian ke pengantenan kemaren menghabiskan olie sepertiganya, apakah bocor pikirku, dan sebelum motor dipanasi, isi olie terlebih dahulu sehingga indikator satu liter tertutup penuh semua, kemudian jalan kekantor, suara mesin memang ada beda.
Sore hari sewaktu akan berangkat pulang di kantor, sempat melihat olie dan ternyata tidak berkurang, langsung jalan pulang.
Siang harinya sempat melihat Surat Keputusan bahwa nama saya dilepas dari ketua tiem akar-akar , yang nyuruh PASANG siapa pikirku. SEKARANG MELEPAS JUGA NGAK BILANG-BILANG
Pulang tepat waktu dan sempat buka puasa dirumah.

Undangan Perkawinan



Minggu 14 Mei 2006.

Kepasar untuk persiapan membuatan makanan minggu ini ialah daging lada hitam, membeli daging sapi se kilo Rp 46 000,- brokoli Rp 2000,- Temulawak Rp 1000 ,- Kecap Rp 5000,- kopi ½ Kg Rp 5000,-
Dimasak dengan cepat sebab sebentar lagi akan berangkat ke Departemen menghadiri undangan.
Setelah makanan siap, langsung makan.semua ikut makan.

Undangan Perkawinan Putrinya ibu Esti

Orang kantor, menikahkan anak perempuannya, berangkat dari rumah jam 09.10 pagi langsung ke gedung Sapta Taruna , yang ikut Yasin dan Istri.motor masih nggak enak juga.
Waktu berangkat sempat lupa membawa kaos kaki, kaos kaki memang tidak dipasang, sebab berangkat naik motor dwengan menggunakan sandal, sepatunya dan baju undangannya dibungkus,
Sewaktu balik lagi mengambil kaos kaki, istri menerima undangan rapat pemilihan calon RT untuk nanti sore.

Parkir di samping masjid Al Salam kantor Departemen Pekerjaan Umum
Terlihat antrian yang akan masuk ruangan masih membanjir di luar gedung
Agaknya acara baru dimulai, terlihat sewaktu memasuki ruangan sang penganten belum duduk dipelaminan.
Ruangan banyak orang PU yang dikenanl, banyak juga yang tidak dikenal, acara salaman pun tiba, setelah acara sambutan dari perwakilan tuan rumah dan dilanjutkan dengan doa, saat salaman bertiga saya istri dan Yasin antri dalam barisan yang panjang untuk bersabar, maju selangka demi selangka.
Setelah salaman langsung menyantap hidangan yang disajikan, hidangan cukup enak.

Sewaktu akan meninggalkan ruangan dan akan berkemas – kemas motor, tiba-tiba terdengar adzan Dzhuhur
Shalat Dzhuhur berjamaah di Masjid Al Salam. Setelah itu langsung pulang.
Sesampainya di rumah Fifinya menangis minta oleh-oleh, oleh-oleh dari perkawinan ya tidak ada, sehingga saat itu penjualan gorengan lewat langsung membeli 10 biji Rp 3 000,-

Acara Pemilihan Calon Ketua RT

Sore harinya mengikuti acara pemilihan calon ketua RT, saya mencalonkan istri saya untuk tampil, biar ada suara perempuan pikirku.Pasti tidak ada yang mendukung, biarlah.

Masuk Bengkel


Sabtu, 13 Mei 2006.

Memperbaiki Motor, berangkat ke Jonggol bersama istri dan Fifi, disana fifi rewel sebab antrian di bengkel cukup banyak, dan yang diperbaiki meliputi
- Ganti kepingan kopling Rp 30 000
- Ganti kaki penahan kopling Rp 20 000
- Ganti Pelindung plat koplit Rp 28 000
-Olie Rp 16 000
- Lampu sein Rp 2 000
- ongkos kerja Rp 20 000
- Kue untuk fifi Rp 2000
Total Rp 120 000

Siang hari setelah DHUHUR baru keluiar dari bengkel
Tetapi motor masih nggak enak.

Bapak Supardi Sesba Litbang PU


Jumat, 12 Mei 2006.

Bapak Supardi SESBA LIT PU

Pagi-pagi ke Departemen, ternyata Pak Saleh tidak ada ditempat.
Melanjutkan ke Badan Penelitian Pekerjaan Umum, dan menjumpai pak Supardi,Sekretaris Badab Penelitian Pekerjaan Umum, saya melaporkan perihal rencana ikut memberi masukan sekitar pelaksanaan Amdal Jalan Tol Jogjakarta, Solo, Mlantingan, Ngawi dan Kertosono.
Pak Supardi menanggapi agak serius sedikit dari pada yang lain. Selama ini. Dan pak Supardi memberi Orangnya untuk diajak nanamanya pak Bambang Sudjatmiko, setelah saya lama menunggu, Waktu yang kosong saat itu saya pergunakan ke Tata Bangunan untuk menyampaikan surat penugasan Pengelolah Teknis yang saya bawa.

Surat Pengelolah Teknis diminta oleh Tata Bangunan setiap tahun diperbaruhi persetujuannya, dari Pimpinan esselon II yang Bersangkutan.

Di Tata Bangunan saya melihat pak Ismono sedang berdiri di sekretariat depan sehingga mau ngak mau saya harus berjumpa dengannya, padahal kesini hanya ingin menyampaikan surat persetujuan pengelolah teknis ke ibu Lis.
Setelah surat saya sampaikan ke ibu Lis, pak Ismono minta penjelasan mengenai pelaksanaan pembangunan BRKP, dan saya uraikan mengapa sampai pelaksana design si konsultan kok mengundurkan diri.
Setelah panjang lebar saya menjelaskan akhirnya pak Ismono meminta agar berhati-hati dalam hal peraturan dalam pelaksanaan pengelolaan teknis bangunan.

Kemudian saya kembali ke lantai dua sekretariat Balitbang dan menjumpai pak Bambang Sudjatmiko, orangnya jauh dari harapan, sewaktu saya melihat dia saya langsung lemes. Berarti bisa gagal perencanaan tinjauan jalan tol Jogjakarta Solo Mantingan Ngawi dan kertosono.
Yang jadi pikiran saya, saya yang membawa ide ini, kemudian saya diminta apa idenya, saya nggak beri kerena belum tentu jadi, melihat dia kok sangat sukar mengambil keputusannya.
Setelah saya memberikan ruas jalan yang akan dibangun untuk di foto copy, kemudian saya persilahkan ia untukj menjadi ketua tim kalau sampai tim dibentuk, tetapi saya melihat orangnya, saya tidak mempunyai pengharapan lagi.
Akhirnya saya mohon diri setelah Hp saya memberitahu jikalau Pak Jaja sudah ada di lantai 8.
Setelah bertemu dengan pak Jaja. Pak jaja memberi semangat kepada saya untuk mengerjakan sendiri masukan jalan tol itu.
Kemudian makan siang nasi rendang dan berkedel kemudian dilanjutkan shalat Jumat di masjid Al Azhar, Kebayoran Baru.

Rapat BRKP.

Setelah dari Jumatan langsung ke BRKP untuk mengikuti rapat pembangunan gedung BRKP
Raung rapat masih kosong, terlalu biasa saya datang rapat paling dahulu.

Jam 14.30 Rapat baru dimulai, Pak Purwadi sendiri datang jam 16.00 Hasil rapat, menyusun surat pengantar hasil review selama ini yang meliputi struktur, lantai, elektrikal, Tangga, penampungan air bawah dan atas.

Ganti Ban Luar


Kamis, 11 Mei 2006.

Cari-cari ban luar muka belakang

Hari ini puasa, semenjak jam tiga dini hari tadi, telah bangun bersama istri untuk mempersiapkan makanan sahur, sekedarnya. Memang semenjak sore tadi sepulang dari kantor, badan agak tidak enak, cepat capek, dalam perjalan pulang dari kantor selalu berhenti sebentar di toko atau kios penjual ban sepeda motor untuk menanyakan berapa harga ban motor IRC 300 – 18 untuk ban belakang dan 275 – 18 untuk ban depan, harga nya diminta 235 ribu, berjalan lagi kedepan berhenti dan menanyakan lagi seharga 225 ribu, berjalan lagi dan berhenti dan menanyakan nyatanya ia hanya mempunyai ban belakang saja, di pertigaan memasuki kelapa dua wetan dari jalan pasar rebo, ada toko ban yang reperesentatip dan dia menawarkan haega 200 ribu, tetapi kerena saya belum tahu berapa harga sebenanrnya, saya hanya mencatat saja, sampai dua kilometer dari rumah masih berhenti dan menanyakan berapa harga ban depan dan belakang. Masuk rumah maghrib lewat sedikit, Yasin dan Tyas dirumah belum shalat, alasannya nunggu bapak, padahal ia main catur, bagaimana bisa main catur, jalan setiap tokoh permaninan catur belum diketahui, kalau benteng jalannya bagaimana pak, tanya Yasin, kalau raja jalannya bagaimana pak tanya Tyas, berhenti dulu kataku, tunggu bapak mandi katanya,

Setelah mandi dan shalat Maghrib berjamaah, langsung secepatnya makan, badan sudah terasa tidak enak, kenapa bapak tidak dipersiapkan menmgkudu, kan sudah tahu jikalau bapak capek harus makan sari mengkudu biar capeknya cepat hilang, anak-anak berdiam saja.

Mengkudu didepan rumah sudah tua barang kali sehingga buahnya tidak lebat, atau kerena hari gelap sehingga buahnya tidak nampak.

Saya berjalan ke tetangga depan yang juga menanam mengkudu tetapi tidak dikonsumsi sehingga buahnya banyak dibiarkan ranum dipohon, disebabkan si empunya mengkudu tidak ada dirumah, saya minta dengan tetangganya untuk diijinkan mengambil buah mengkudu untuk kesehatan, para tetangga mempersilahkan.

Setelah sesampai dirumah, mengkudu dicici, dan di grepek dengan batu agar pecah, dan dimasukan blender, dan diperas dengan kain penyaring langsung diminum, tidak beberapa lama anak-anak pun ikut meminum bersama istri juga, dan dengan cepat langsung diiringi rasa kantuk luar biasa dan belum jam 08.30 malam sudah tertidur.
Rumah sudah sunyi lagi.
Sadar- sadarnya ya acara makan sahur pagi ini.
Memang di Hadist Rosullulloh SAW tidak menentukan makanlah ini untuk makan sahurmu, tetapi tertulis adalah makanlah sahur walau sedikit, itu adalah rahmat Tuhanmu, acara sahur ini diawali dengan minum kopi susu kegemaran saya, sambil berbicara mengenai keadaan kantor bersama istri, setelah kopi habis langsung makan nasi dengan semur ayam, setelah selesai makan sahur secepatnya shalat tahajud dan witir.
Istirahat beberapa menit sudah terdengar adzan shubuh. Memang berat mata ini, begitu dipanggil ” LEBIH SHALAT DARIPADA TIDUR LANGSUNG BANGUN ”
Shalat shubuh berjamaah dengan istri, setelah shalat ngantuk pun datang.
Bangun-bangunnya jam 06.00. Anak-anak perlu diantar dan pagi ini masih bermasalah ban motor, pikirku.
Jam 06.40 berangkat kekantor, yang ikut hanya Tyas saja, perjalanan sengaja perlahan sebab mengetahui jikalau ban dalam keadaan tidak baik, dan jalanan bekas lewat nya truk pengangkut tanah menyebarkan guguran tanah yang diangkut sehingga kena air hujan sedikit, jalanan licin.
Sesampai nya di toko ban yang menawarkan harga Rp 200 ribu, jam di Hp menunjukan jam 08.00 berarti saya harus satu jam lagi menunggu sampai toko ini buka.

Tepat jam 08.56 pagi. Toko itu dibiuka kuncinya dan para pekerja toko yang dari tadi duduk mengobrol bersama saya soal motor dan kelengkapannya. Terlihat mulai bekerja mengeluarkan barang barang dan meletakan di pajangan.

Setelah membayar. Motor saya kendarai dan berangkat kekantor, masuk kantor jam 10.30.
Sewaktu ban masih belum diganti, motor dikendarai perkahan saja, tetapi sekarang ban sudah baik, sudah diganti maksudnya, baru terasa mesin motor ada masalah.

Selasa, Mei 09, 2006

Mengantar Tyas dan Yasin Tour

Senin, 8 Mei 2006.


Mengantar Yasin dan Tyas Tour

Sahur jam 03.00, hari ini berniat puasa untuk menghadapi semua tantangan kehidupan, Pagi-pagi sudah berangkat sekitar jam 05.30 untuk mengantar Yasin dan Tyas yang hari ini dijamu oleh Novartis, Farmasi obat Desferal, untuk rekreasi bersama-sama 60 anakn Thalasemia ke kebon raya Bogor.
Tiba di RSCM jam 07.20, saya langsung ke kantor Departemen Pekerjaan Umum, jalan Patimura.
Disana Shalat Dhluha di Masjid Departemen, sebanyak delapan rakaat, kemudian ke Ruangan Staf Akhli Menteri bidang Khusus, ternyata Pak Salehnya hari ke kantor agak siang, ke ruang pak Jaja, ternyata pak Jaja ke Bandung, ke ruangan pak Bambang Wid di Bina Marga lantai 4, disini ada pak Bambang, saya minta saran-saran perihal keinginan untuk mengikuti memberi saran dan pendapat terhadap pembangunan jalan Jogjakarta – Solo – Mlantingan – Ngawi dan Kertosono. Disini Pak Bambang tidak gembira melihatnya,dan banyak tidak mendukung, akhirnya saya turun kelantai dua ke sekretariat BPJT untuk meminta copyan lining jalan perencanaan jalan Jogjakarta – Solo – Mlantingan – Ngawi dan Kertosono. Disini data di dapat.

Ke Kantor pasar jumat, di kantor langsung disuruh pindahan naik kelantai tiga semua barang diangkutin.

Pulang Kantor ban motor belakang kempes, terpaksa dorong jauh mencari penambal ban.

Buka puasa di Masjid Cileungsi desa Kampung Sawah sekitar 5 kilometer sebelum memasuki rumah, buka puasa dengan air putih yang dibawa dari kantor.

Sambutan Selamat Jalan





Jumat. 5 Mei 2006.

Sambutan Selamat Jalan

Kekantor, suasanah pagi yang cerah perjalanan kekantor lancar sesampai dikantor jam 08.30 belum banyak yang datang.
Faks masuk untuk mengikuti rapat nanti siang di BRKP
Ijin kepada Pimpinan
Jam 10.00 saya keluar kantor untuk memberi sambutan Selamat Jalan kepada rombongan anak-anak Thalasemia yang akan ikut Kamping di Cisarua Bogor, sesampai di Manggarai jam menunjukan jam 11.00, saya harus berfikir bijak untuk mengerjakan shalat Jumat, akhirnya saya memilih untuk shalat di Masjid Al Taubah di jalan Sawaluntoh Yang design renovasinya saya kerjakanan sendiri tetapi hingga sekarang belum terdengar kabar beritanya.

Jam 11.08 saya telah memarkir motor di gang masuk Masjid Al Taubah, Masjid itu terletang diujung gang, diapit jalan gang yang sangat sempit, konsep yang saya gunakan untuk mendesig renovasi masjid ini adalah lantai dua digunakan untuk ibadah dan lantai bawah untuk muamalah, sebab tekanan ruang sosial terhadap masjid sangat kuat, sehingga mengapa kok bukan masjid yang mengalah.

Silaturahmi ke kerumah Bendahara, berdampingan dengan rumah sekretaris, rumah sekretaris tertutup, kerja kata bendahara Masjid.
Saya disana menguraikan maksud kedatangan saya untuk memperkenalkan diri bahwa saya yang tahun lalu menggambar/mendesign renovasi masjid ini, ia menerima dan dipersilahkan nanti untuk memperkanlkan diri dengan para ketua panitia pembangunan sewaktu akan shalat Jumat.

Saya permisi untuk memasuki ruang masjid, jarak antara rumah bendahara dengan ruang masjid sejauh dua meter setengah, didalam masjid saya langsung mengambil wudhu dan shalat dan ngaji Al Quran.

Tiba – tiba datang seorang tua yang bersuara diantara kesunyian orang-orang beritikaf di masjid menanti waktu Jumat.
Orang itu saya salami sambil duduk dan saya uraikan kedatangan saya untuk ingin diperkenalkan pada Ketua Panitia, ia terkejut melihat saya dan dia mulai memperkenanlkan siap-siapa tokoh di masjid ini satu persatu, sampai jemaah Jumat datang membanyak dan duduk disamping saya ketua Masjid yang saya cari.
Bertemu langsung salam dan diam sebab didalam masjid waktu tunggu shalat.
Setelah shalat usai dan jemaah menghilang satu persatu Ketua Masjid itu datang dan menahan saya untuk berbicara lebih jelas, saya jelaskan bahwa saya ini akan ke RSCM, ada undangan, sambil lewat saya mampir ke Masjid Al Taubah, dimana Renovasinya gambarnya saya yang buat,
Oh Pak Siswoyo, katanya, antara terkejut dan gembira, mari kita rapat dilain waktu, sambutannya saya terima sambil memberikan nomer Hp dan nomer Rumah untuk dihubungi sewaktu-waktu.

Akhirnya sewaktu saya meminta permisi. Di masjid itu tinggal saya berdua saya dan bapak kepala masjid itu, saya bayangkan hadir saya di masjid ini tadi sunyi hanya ada dua jemaah yang shalat sunah, dan sekarang saya mengakhiri kunjungan ini juga berdua, dari sunyi ke sunyi.
Sunyi itulah teman sejatiku.
Lansung bermotor ke RSCM, jalanan agak lenggang habis Jumatan, banyak yang makan siang, langsung masuk RSCM melewati pintu masuk UI Kedokteran dan dijalan masuk itu sudah bertengger BUS Pariwisata yang akan membawa aanak – anak ke Cisarua.
Langsung motor mendarat dibagian Thalasemia dan ngunci motor.

Dilantai bawah sudah banyak anak-anak yang siap berangkat, ibunya juga mengiringi, dan saya naik ke lantai dua untuk melaporkan jikalau saya sudah datang dan acara pelepasan anak- anak thalasemia kamping ke Cisarua di mulai.

Saya berjalan paling depan bersama dua anak-anak Thalasemia yang memegang bendera Yayasan dan Bendera Merah Putih, jalan sewaktu-waktu berhenti sebab banyak kendaraan yang akan keluar dari parkiran UI Kedokteran.

Sorot kamera dan hendikamp panitia sudah menerjang bertubi-tubi, tetapi anak-anak Thalasemia gembira, samapi mendekati bus dan langsung naik.

Acara Sambutan Selamat Jalan dilakukan didalam bus, saya secara symbolis menyerahkan bendera Yayasan dan Bendera Merah Putih kepada Dokter Psikologi yang mengundang anak-anak untuk kamping di Cisarua.

Rapat BRKP.

Seusainya acara di RSCM saya bermotor lagi ke BRKP Mampang, sempat dua kali isi bensin motor, isi pertama duapuluhribu rupiah tadi pagi sewaktu berangkat dan isi kedua sepuluh ribu di Mampang, tanki bensin hampir penuh.
Dalam Rapat diputuskan untuk memperbaiki kelengkapan lelang.

Iklan di Koran, Rencana Masukan Jalan Tol Jogja-Solo-Mantingan-Ngawi-Kertosono.

Ngurus Obat

Rabu, 3 Mei 2006

Ngurus obatnya Yasin di Apotik Askes dan ada permasalahan yaitu dicoretnya obat Ambroksol oleh Askes sehingga saya berkutat untuk tidak mau dicoret, dan diijinkan, tetapi untuk mendapatkan ijin ini harus berargumentasi panjang, alasan Askes obat batuk ini diluar jangkauan Askes.


Bantuan dari Hakim Agung pak Iskandar Kamil.

Dari Hp terdengar nada SMS masuk dan diijinkan dan sedang ditunggu oleh Bapak Iskandar Kamil SH, di Mahkamah Agung.
Setelah bisa di tinggal Apotik Askes saya berangkat menuju ke Mahkamah Agung, dijalanan cukup lancar.
Sewaktu memasuki ruang bapak Iskandar di lantai dua Mahkamah Agung, gang penghubungnya sangat sepi, dan sewaktu pintu diketok saya dorong terlihat para staf dan asissten nya Pak Iskandar, saya dipersilahkan duduk sebab didalam ada bapak Rudy Assisstennya pak Iskandar.
Tiba-tiba Hakim Agung yang lain masuk dan sempat terdengar oleh telinga saya permasalahan perpanjangan jabatan bapak Bagir Manan sebagai ketua MA yang dibicarakan dalam nada mendukung, sedangkan dikorang hari ini menaruh besar-besar kalimat Bagir Manan sebagai Ketua Mahkamah Agung yang jabatannya bisa diperpanjang dua tahun lagi atas kesepakatan para Hakim Agung yang lain.
Kemudian Pak Iskandar keluar dan melihat saya, saya pun masuk, pak Iskandar akan ada rapat secepatnya, Pak Is hanya menyampaikan bantuan kesehatan kepada saya, dan mengingat ketergesaan yang amat, maka saya langsung minta permisi.
Dilantai bawah disisi luar bangunan Mahkamah ada pos bantu, dari pos ini saya mengirim uang buat Ibunda di Wonorejo Lumajang Jawa Timur bulan ini yang diambilkan sebagian uang dari pak Is tadi.

Sewaktu pulang keluar dari gedung MA kekiri Dep Dalam Negeri, saya melihat rombangan orang berkonvoy motor serikat buruh mau demo ke DPR.
Ternyata hari ini Demo besar-besaran, dan jalan pulang tidak melewati pertemuan mereka, sehingga lancar-lancar saja.

Sempat ke Apotik lagi untuk mengambil obat yang tersisa tadi, dan disini sempat memberi sumbangan kepada anak Thalasemia yang asalnya dari Banten, Hbnya 5 tapi sekarang telah dua kali mendapat transfusi, kesini ngurus sendiri tanpa ditemani orang tuanya. Ini untuk uang membeli makanan sambil dijalan pulang nantinya kataku.


Pulangnya dijalan menjumpai penjual lupis beli lupis sampai sepuluh ribu rupiah dibawa pulang. Dan sampai dirumah ternyata Yasinnya nggak suka.

Demo Buruh

Senen, 1 Mei 2006.

Hari Demonstarsi Buruh di Jakarta, jalanan macet dan istiorahat dirumah sambil puasa hari senin.

Selasa, 2 Mei 2006

Ke RSCM, untuk mengurus obatnya Yasin, ternyata minta persetujuan kepala RSCM surta pengantar resep obat dan kelengkapannya di tinggal 3 jam.
Waktu tunggu itu saya ke Pasar Jumat untuk berkantor sambil mengambil gajih.
Jam 13.00 saya ke RSCM juga belum turun surat dari Ketua RSCM.
Jam 14.00 saya sudah siap untuk mengikuti rapat BRKP lagi
Sepulangnya membeli kue sore hari 30 biji dua belas ribu rupiah

Rapat POPTI

Sabtut, 29 April 2006

Rapat POPTI

Lager Roda belakang rusak

Hari nii Yasin istirahat total dirumah, tidak ada kegiatan sekolahan, sewaktu akan mengantar Tyas dan Astariui ke sekolah, sepeda motor bermasalah, lagernya bunyi berarti waktunya untuk diganti, cari bengkel buka pagi itu sangat susah, menunnggu samapi ada bengkel buka, biaya penggantian duapuluh ribu rupiah

Berangkat ke rapat POPTI jam 09.00, yang ikut istri dan Fifi, berangkat lancar, samapai di rapat jam 11.00 siang, rapat belum dimulai tetapi terlihat Pak Arifin dan Istri sudah dating, ada Pak Iyus anggota POPTI baru dan pak Marjani, Ibu Rahmawati anggota POPTI baru juga dan ibu Euis dan tuan rumah Pak Ruswandi dan Istri ditambah saya dan istri, rapat kourum dan dimulai.
Rapat menginformasikan ada kegiatan yang mendesak adalah Kamp pasien thalasemia di puncak mulai tabnggal 5-6-7 Mei dan tanggal 8 ada kegiatan kunjungan ke Bogor diikuti sebatas 40 pasien tanpa orang tua pengiring.
Pembhasan berikut adalah pemngumuman angota baru POPTI dan terakhir adalah masukan.
Terumuskan kegiatan piket anggota POPTI kali ini diselenggarakan lagi, setiap anggota piket dapat makan siang.
Rapat baru berjalan satu jam saat adzan Dzhuhur terdengar saya memisahkan diri untuk mengerjakan shalat, ibu Ruswandi telah mempersiapkan tempat shalat baru.
Selama rapat Fifi minta pangku dengan saya dan makan kacang mende yang dihidangkan.
Jam 13.30 makan siang dengan hidangan pebukaan makan bakso, ingat rapat terakhir dirumah ini sewaktu di hotelkan di Markopolo hotel mengejar pekerjaan lantai 17 Perencanmaan kantor DKP di Gedung Humpus, sepulang dari rap sakit perut kerena sambal, sampai dibawa ke emregensi RSCM tengah malam. Mengingat itu kali ini makan bakso tidak berani pakai sambal.
Setelah bakso mencoba makan nasi kebuli masakan salah seorang pasien senior Intan, ternyata tidak enak.
Dicoba makan hidangan ketiga yaitu makan nasi rawon.

Sewaktu pulang sempat dibawaain bakso dan nasi kebuli oleh tuan rumah pak Ruswandi.

Transfusi hari ke dua

Jumat, 28 April 2006

Transfusi hari kedua.

Darah yang masuk rencananya dua kontong tetapi baru satu kantong terakhir Yasinnya menunjukan alergi terhadap darah, cepat-cepat disuntik dexamethason. Yasinnya menggigil luar biasa, Doketr Lia yang ada diruang Cuma hanya menyarankan diberhentikan saja transfusinya, dingin saja dokter tersebut.
Demikian juga perawat yang ada Cuma menyarankan disunti Dexa, sudah, dibuatkan the manis panas sudah, ya tiduran, peristiwa ini hanya dianggap biarsa
Jam 11.15 masa krisis Yasin berakhir, ia sekarang minta untuk turun dari bed rumah sakit untuk pergi ke Masjid mengerjakan shalat Jumat
Atas banyak saran para orang tua penderita yang ada di rumah sakit untuk transfusi bulan mendatang sebaiknnya menggunakan darah cuci

Rapat BRKP Lanjutan
Dari Masjid seterusnya berangkat ke kelautan untuk mengikuti rapat, rapat didahului dengan makan siang bersama. Jam 14.00 sudah tiba ditempat, dan makan siang dengan menu ikan bakar, Yasin hanya terlihat makan ikannya saja.
Rapat kali ini hadir pengelolah teknis dari departemen PU, teman sejawat juga tetapi tidak kompak yaitu pak Arifin azis, yang mempermasalahkan biaya lelang perencanaan agar tidak dilelang tetapi di swakelolahkan, padahal pekerjaan swakelolah untuk kegiatan perngawasan fisik sangatlah susah, banyak hal yang harus dilalui, dan uujujng-ujungnya adalah kesulitan panitia juga, sehingga opsi dari pak Arifin hanya dijadikan masukan.
Rapat berakhir jam 16.30

Pulang kerumah, Yasinnnya menujukan kegelisahan secepatnya pulang.
Shalat maghrib di masjid Nagrak.

Transfusi hari pertama

Kamis, 27 April 2006

Transfusi Hari Pertama.

Tidak seperti biasanya, proses untuk mendapatkan darah transfusi pagi ini sangat cepat, begitu memasuki kompleks Rumah Sakit Ciptomangunkusumo sekitar jam 08.50 langsung parkir motor dan menghampiri bergegas ke bank darah, tapi sebelumnya sewaktu melewati kantin Thalasemia, sempat membeli nasi uduk dua ribu rupiah, dan sewaktu menunggu di Bank darah, Yasinnya sempat memakan.
Setelah mendapat surat lembar penebusan blanko darah, blanko ini harus dibawa ke administrasi depan untuk diminta jaminannya, disini pun pasien tidak terlalu banyak.
Jam 09.00 darah mulai ditransfusikan.


Makan Siang.

Sekitar jam 11.00 transfusi berakhir, Yasin minta makan siang, atas dsaran Intas senior pasien yang membantu rumah sakit menyarankan untuk makan hoka-hoka bento di pasar kenari, jalan dari RSCM ke Pasar Kenari Baru, sebelah Kanan Jalan, sehingga harus menyebrang jalan Salemba Raya.
Sesampainya di Pasar Kenari, Yasin nya minta jalan-jalan terlebih dahulu.
Saya mencoba melihat kebutuhan yang diinginkan tetapi tidak untuk dibeli hanya dilihat berapa sih harganya, yaitu ramset, alat benam paku aluminium pada pekerjaan aluminium seharga empat puluh ribu dan alat strom aki basah yang paling murah seharga seratus duapuluh lima ribu rupiah.
Kemudian memasuki Restoran makan cepat saji hoka-hoka bento dilantai bawah, saya memilih menu seharga total sepuluhribu sudah termasuk pajak, entah dapat apa, ternyata dapat semangkok nasi, daging ayam dibuat perkedel gulung diiris tiga, ada daging alahan dibulatkan, ada irisan wortel, ketimun dan sayuran lainnnya, cukup memadai seharga tersebut.

SMS dar Ibu Nini

Tiba-tiba SMS masuk dari Ibu Nini untuk dipersilahkan ke rumahnya ada disediakan makan siang sekedarnya.

Menyebrang di Jembatan Penyebarangn Salemba Raya.
Yasinnya kepingin menaiki jembatan penyebarang dan ingin melihat kesibukan kendaraan yang ada dibawahnya, akhirnya saya dengan Yasin menaiki jembatan penyebrangan, dan Yasih sempat berhenti sejenak meperhatikan kendaraan yang lewat dibawah kakinya
Jembatan penyebrangan ini ujung turunnya berdekatan dengan masjid IRHA, langsung shalat dhuhur disitu.
Mengambil kendaraan ditempat parkir, membayar seribu dan keluar dari kompleks rumah sakit menuju jalan Rasuna Sahid tempat kediaman ibu Nini.

Makan Siang di Rumah Ibu Nini.

Makan siang ini sifatnya penghormatan, atas perhatiannya yang sangat terhadap penderitaan sakitnya anak-anak, Ibu Nini adalah Protestan, bersama itu ibu Nini berdoa buat Saya dan Keluarga secara agama Kristen, saya persilahkan saja, asal tidak mempengaruhi keyakinan saya.Mereka terlihat berdoa, ada kata-kata dalam doa mereka yang saya ingat adalah sifatnya memaksa pada Tuhan yang mereka Yakini, sebab selala ini kalau saya berdoa selalu berdoa mengikuti rosululloh berdoa, atau berdoa yang diajarkan dalanm Alquran, tetapi mereka merekayasa sendiri.
Tetapi ada kesimppulan keheranan dari sang pendeta pembawa doa tersebut melihat diri saya dengan kondiosi yangsedemikian ini kok masih bertahan, saya bilang itulah kekuasaan Allah sehingga jikalau saya melihat manusia, saya tidak melihat semata manusia itu sendiri, tetapi saya menghormati Allah yang menciptakan manusia yang berada didepan saya.
Ada yang mempunyai kehendak, Iradhahnya yang kita tidak ketahui, kalimat ini rupanya sangat bermakna bagi mereka.

Rapat Pembahasan Bangunan BRKP.

Setelah agak cukup bersilaturahmi di rumah bu Nini, Bu Nini mengingatkan jikalau hari akan hujan dan rumah masih jauh, jauh sekali.
Saya pulang didepan pintu keluar bu Nini berjaga didepan pintu gerbang dan memasukan sesuatu kekontong jiket bermotor saya. Trenyata uang dan banyaknya saya tidak hitung.
Langsung menuju tempat rapat BRKP, ditengah jalan Denpasar Raya dihantam hujan, dan hujan berhenti diputaran terowongan stasiun kereta api Cawang, tetapi plastik hujan yang telah dikenakan tidak dilepas sampai berhenti di BRKP. Rapat hari ini mengagendakan untuk mendengar kesanggupan sang Perencana untuk memutuskan pekerjaan ditahun 2006, sebab kualitas pekerjaannya dan syarat perusahaannya sangat tidak mendukung.
Setibanya ditempat rapat, mohon ijin dahulu untuk mengerjakan shalat Ashar,Yasin masih gagah mengikuti acara rapat, Hidangan rapat berupa aneka roti dalam bentuk mini dan buah rujakan, sempat dicicipi oleh Yasin,
Rapat berakhir jam 17.30.

Yasin Masuk RSCM hari Pertama

Rabu, 26 April 2006

Yasin, RSCM hari Pertama

Hari Rabu ini diawali dengan semangat untuk mencari pengobatan dan rekreasi
Berangkat pagi agak kesiangan, berangkat jam 07.00 pagi
Tiba di RSCM jam 0920.
Langsung memperpanjangan jaminan perawatan dan berjalan balik ke arah kantin UI kedokteran untuk foto copy berkas. Kemudian balik lagi untuk diserahkan ke Askes Gakin RSCM.
Yasin ikut juga hilir mudik mengurus adminstrasi rumah sakit
Antrian pagi ini tidak terlalu padat ada kemungkinan kepadatan antrian telah lewat, sebab saya datang memang agak siang. Setelah itu keloket untuk proses berikutnya sementara itu Yasin ditinggal dipedagang mie untuk menikmati mie telor rebus kesukaannya.
Setelah mengurus loket pendaftaran, giliran keloket pengambilan darah, saat itu waktunya memanggil Yasin yang sedang menyelesaikan sarapannya untuk di kross pengambilan darahnya, dan pengambilan darah untuk di cek berapa kadar Hb Yasin hari ini.
Setelah naik keruangan secretariat untuk menunggu kedatangan utusan pak Marzuki Usman.

Utusan pak Marzuki Usman

Menunggu diruangan POPTI, Yasin bermain dan lebih banyak tiduran, udara AC sangat membantu, tidak beberapa lama sekitar jam 11.30 utusan pak Marzuki Usman datang, terdiri dari Ibu Roin dan Pak Untung, datang untuk memberikan bantuan, setelah menjelaskan segala pertanyaan dan prihatin ibu roin terhadap penderitaan anak-anak utusan Pak Marzuki pulang.

Bank BNI Salemba.

Merasa masih mempunyai waktu, sebelum dokter memanggil, saya dan Yasin pergi bergegas ke Bank BNI untuk kirim uang ke Aswan Surabaya sebesar limaratus

Hb nya Yasin 7
Shalat Dhzuhur di ruang shalat POPTI, kemudian turun kebawah melihat kemana berkas status Yasin berada, ternyata terdudukan di dokter Teny tetapi tersusun nomer dua terakhir, Saat itu sempat melihat Hb nya Yasin nya 7.
Saat giliran pemeriksaan Dokter menyarankan untuk setelah transfusi untuk tidak langsung pulang, agar bila terdapat krisis setelah transfusi, dokter masih ada dan bisa dimintain bantuan. Yasin dapat 2 kantong darah

Makan Siang

Setelah menaruh berkas permohonan darah di Bank darah siang itu langsung pulang, dan makan siang niatnya di warteg di jalan pulang, sewaktu pulang melewati jalan Halim Perdana Kusuma dan ada warteg, ternyata Yasin nya mau makan, Yasin makan nasi, sayur acar dan ayam goring, saya makan nasi, sayur dan perkedel, semuanya seharga delapan ribu

Perjalanan pulang ke Jakarta

Kamis, 20 April 2006.

Pulang

Shalat Shubuh di Masjid lagi untuk bersyukur sebab sekarang tinggal pulang ke Jakarta.
Setelah shalat shubuh, tidur lagi dan sekitar jam 07 00 keluar menuju kantor SDA di PRP Semarang.

Terbayang kepingin sarapan serabi di perempatan Bangkong, dilihat sewaktu berangkat kemaren ke Jepara pagi-pagi, tetapi begitu melihat angkot sebaiknya ke pasar Bulu saja untuk mencari sarapan disana.

Sarapan Nasi Gudeg

Setelah tiba dipasar Bulu saya berjalan menghilir, mencari tahu mana nasi gudeg sederhana kebiasaan masyarakat Semarang, dua kali melewati gang kecil, akhirnya masih diwilayah pasar saya menjumpai ibu-ibu yang menjual nasi dengan aneka lauk ternyata gudeg menjadi salah satu pelengkap jualannya, saya langsung duduk minta makan bu, makan disini katanya, dan sayapun mengiyakan, dan diambilkan piring diambilkan nasi dengan segenap lauk pauk, lauk yang saya hindari yang pedas-pedas dan daging dan ayam pasti harganya mahal. Setumpuk nasi itu harga Cuma duaribu limaratus rupiah.
Lega rasanya perasaan tidak percuma bersabar-sabar di Semarang akhirnya menjumpai makanan yang hampir tigapuluh tahun tidak pernah dirasakan.
Setelah itu langsung naik bus menuju kantar SDA Jateng di PRPP Semarang.

Kantor SDA Jawa Tengah

Bapak Kepala Dinas tidak ada, Bapak Kepala Tata Usaha juga tidak ada, tetapi Bapak Sudirman, Kasie Perijinan Pembangunan Perencanaan ada, dimana dua hari yang lalu bapak ini tidak saya jumpai saya hanya ditemui pak Soleh anak buahnya.
Kali ini ia menerima dengan gembira, dan ia merasa tidak pernah memperhatikan jikalau di Departemen itu punya Puslitbang,
Dari tangan pak Sudirman ini saya menerima bingkisan untuk membeli oleh-oleh katanya, ia berharap saya untuk menerimanya, dan sayapun berucap terima kasih.
Setelah saya menjumpai Kepala Dinasnya Pak Nidhom Azari, saya berucap permisi.

Beli Oleh-oleh.

Di pasar Bulu saya membeli oleh-oleh berupa gula merah sekarung plastik seberat sepuluh kilo seharga empat puluh dua ribu rupiah, dan aneka macam kue basah seharga empat puluh lima ribu rupiah, terdiri dari bermacam-macam kue basah yang dijual ditoko itu, ada lumpiah semarang ada banyak, harga sekitar tujuh ratusan sebuahnya dan lumpiah seribu rupiah, dan semua dikemas dalam wadah kertas putih diikat baik untuk naik kereta.
Ada juga makanan roti enak yang dimakan sambil naik kereta. Seharga empat ribu rupiah, ada delapan gundukan roti dengan rasa coklat, nenas strobery.

Balik ke Mess untuk mengambil pakaian dan permisi ke mbah penjaga mess sambil memberikan uang sepuluh ribu rupiah, ia sangat gembira menerimanya.
Mbah penjaga mes melihat bawaan saya sangat berat, sebab gula saya gabungkan dengan tas pakaian, ia berusaha mencari taksi agar tidak repot kalau berjalan lagi dari terminal ke stasiun kereta api kalau naik angkot, harga taksi 14 ribu rupiah.
Jam 10.55 memasuki Stasiun Tawang Semarang
Jam 11.05 membeli tiket Kereta Api Argo Anggrek yang nanti sore memasuki Jakarta.
Tiket Kereta api Argo Anggrek seharga seratus delapan puluh ribuh rupiah, ini masih uang dari SDA tadi pagi.
Jam 11.30 Pintu Stasiun dibuka, sayapun masuk,
Jam 11.55 Azhan Dhuhur, saya bergegas mengerjakan shalat Dhuhur digabung dengan shalat Ashar.
Jam 12.20 kereta Argo Anggrek dari Surabaya memasuki Semarang Tawang, saya naik gerbong paling depan.
Dalam perjalanan saya duduk sendiri menikmati sambil makan roti yang dibeli bersama aan kua basah

Hujan Deras di Cawang.

Masuk stasiun Jatinegara jam 19.30. Kereta terlambat datangnya.
Seharusnya jam 18.00
Naik Angkot ke Cawang, banyak penumpang yang mengikuti saya untuk ikut naik angkot, sehingga nagkot cepat penuh.
Di Cawang hujan deras dan kilat datang mengguyur, sewaktu perpindahan angkot dari Jatinegara Cawang ke angkot Cawang Cileungsi, saya berlari dengan beban berat, dan tas pun kebasahan, banyak yang basah, termasuk juga baju, dan sewaktu menaiki angkot 56 jurusan Cileungsi, di dalam angkot pun menetes air hujan, hujan membawa banjir dan macet sehingga kendaraan berjalan perlahan –lahan.

Tiba dirumah, anak-anak sudah tidur, tetapi dilihat ayahnya datang membawa kue, semua bangun, jam menunjukan 21.30.

Jepara

Rabu 19 April 2006.

Setelah shalat shubuh Berangkat ke Jepara. Memberi tip pada penjaga mess Rp 10 000,- dan penjaga mess banyak memberi keterangan dimana arah jalan kaki mencari angkutan yang satu kali naik pergi ke terminal Terboyo.
Akhirnya ketemu perempatan Bangkong, menunggu cukup lama sebab jadwal bus belum dimulai. Pagi itu saya berteman tukang becak yang semalama tidak tidur didalam rumah, tetapi tidur diatas becanya, sambil bersarung diseluruh tubuhnya.

Tukang pedagang kue serabi sedang membakar api, saya mencoba mendekat hanya untuk mencari udara panas yang dipancarkan secara gratis, kemudia api yang sudah jadi bara itu dibag bagi ke tungku yang lebih kecil untuk dimulai pembakaran kue serabi.
Tiba-tiba bus kecil gaya Semarang/Jawa Tengah ( namanya bus tapi dipotong kecil ) datang saya naik menuju terminal Terboyo, didalam bus pagi itu penuh dengan pekerja wanita, saya pikir pekerja pabrik ternyata mereka adalah pekerja di Rumah Sakit dekat Terminal Terboyo.

Berangkat ke Jepara.

Naik bus di Terminal Terboyo, dan langsung ke Jepara, biayanya Rp 9 000. sepanjang jalan bawaannya ngantuk.
Mungkin tadi pagi saya meminum CTM. B1, B6 dan B12 untuk mencegah batuk yang berkepanjangan.
Sewaktu memasuki jalan Semarang Demak, disisi kiri jalan terdapat saluran Pelayaran, dan saluran itu diwaktu pagi seperti ini banyak dimanfaatkan oleh penduduk yang tinggal sepanjang salurab untuk mencuci dan buang air di saluran itu, saluran itu tidak mengalir, sangat tidak menusiawi dinegara ini.
Informasi dari masyarakat Jepara ( didapat setibanya di Jepara ) masyarakat yang mengkonsumsi air di saluran peyaran tersebut tidak pernah terdengar sakit, kerena Sunan Kali Jogo katanya yang menjamin kesehatannya, dan kalau masyarakat meminum segala macam airkemasan , mereka tidak puas meminum sebelum menegak air saluran pelayaran tersebut.
Tiba-tiba terbangun dan sudah memasuki Jepara.Inilah Jepara pikirku, masyarakatnya sangat maju, jumlah kendaraan sepeda motor sangat banyak, suatu indikasi bahwa masyarakat bisa mendanai dirinya sendiri dari kegiatannya selama ini untuk membeli sepeda motor, kegiatan kerajinan mebeler telah membawa masyarakat terkecil Jepara bisa merakan nikmatnya.

Sarapan Pagi di Hotel Kalingga

Dari terminal Jepara, jalan kaki ke hotel Kalingga, dan disana langsung gabung dengan team Jepara yang terdiri dari pak Kuat, Pak hendar, pak Nardi.
Saya langsung sarapan dan didanai oleh team, saya minum kopi susu tanpa gula, disusul susu dengan sereal, dan ditimpah dengan roti tawar lapis dselai nenas keju dan strobery, roti ini sudah cukup manis dan minum kopi susu tanpa gula terasa nikmatnya.
Mandi diruang hotel, yang telah ditinggali semalam oleh tiga rekan sekantor dan langsung berganti baju, shalat dhluha, dan berangkat ke kantor Pekerjaan Umum Jepara,

Salah seorang rekan se team Jepara ini rupanya ada yang membawa mobil dari Semarang ke Jepara, mereka bertiga dari Jakarta naik pesawat ke Semarang dan dari Semarang ke Jepara naiki mobil milik pak Kuat, mobil itu sehari-hari digunakan anaknya pak Kuat yang sekolah di UNDIP.

Dikira Team pencari dana sumbangan dari Pesantren

Setelah shalat dhluha di hotel tadi saya lupa melepas topi haji dikepala saya, sehingga sewaktu pergi ke Instansi Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Jepara
Sempat robongan berempat ini disangka dari pesantren di mana sedang mencari dana, itu pikirnya, sehingga sewaktu diuraikan jikalau kami dari BALITBANG DEP PU Pusat mereka agak terkejut, dan tersipu-sipu,
Setelah menguraikan sedikit banyak maksud kedatangan maka team mohon diri dari sana berangkat ke Kecamatan Keling Desa Bandungharjo. Dengan menggunakan toyota kijang dari pinjaman Dinas.
Perjalanan itu cukup jauh, sempat menikmati pemandangan Kabupaten Jepara yang banyak ke aneka ragamannya, dari pantainya yang panas dan huitan karetnya yang meluas, disepanjang jalan selalu dijumpai pengrajin ukiran mebeler.
Didesa Keling masyarakat Nelayan, rencana pembangunan tembok penahan pantai di bibir sungai pun dibicarakan.

Pembicaraannya ditepi pantai,diujung mulut sungai, terdapat dangau untuk berlindung dari terrik matahari, konsep konsep membuat jetty pun dibicarakan termasuk tahapan atau keseluruhan tetapi setengah dahulu.

Terdengar adzan Shalat Dzuhur, dan saya bergegas minta diri untuk mengerjakan shalat Dzuhur di musholah disamping pelelangan ikan desa Keling
Kemudian pulang ke Jepara, ditengah jalan hujan lebat, sesampai di Jepara tidak langsung pulang tetapi ke desa Semat, selewatnya kota jepara.
Didesa ini masyarakat kurang antusias terhadap rencana perbaikan pantai, walau pantainya sendiri mengancam lingkungan permukiman penduduk, sehingga tim menghapus rencana perbaikan pantai desa Semat sebab reaksi dari masyarakat kurang bergemah dibandingkan dengan desa Keling.

Sepulangnya ke Hotel, pak Kuat minta diantar melihat-lihat kerajinan Ukiran Jepara, kerena ada keinginan untuk membeli, harga-harga memang cukup murah, dibandingkan harga di Jakarta.

Adzan Ashar pun tiba, sewaktu mereka sedang menaksir dan bertanya harga kerajinan mebeler, saya memasuki musholah milik toko mebeler.

Seusai shalat pun mereka masih berkutat untuk melihat-lihat kerajinan mebeler, saya hanya mengikuti saja, ingin juga sih ingin tetapi ruang dirumah tidak cukup untuk menampung mebeler.

Maghrib pun tiba. Shalat Maghrib berjamaah di Hotel Kalingga. Disepakati saya malam ini balik ke Semarang bersama pak Kuat sebab Pak Kuat akan ke Jakarta penerbangan besok pagi dan saya akan meminta cap yang belum di cap pada lembar SPPD yang saya minta tanda tangan pada hari Selasa kemaren.

Perjalan pulang dari Jepara pun dimulai sekitar jam 19.00 tetapi baru berjalan sekitar lima menit, pak kuat memasuki toke mebeler yang masih buka untuk memastikan membeli mebel, mebel yang dibeli meja pendek berukir tertutup kaca seharga tujuratus limapuluh dan rak buku berukir dan bertutup kaca lebar 120 seharga duajuta limaratus, semua barang diterima di Jakarta.

Perjalan pulang ke Semarang dilanjutkan tetapi ditengah jalan pak Kuat minta kain tenun desa Troso untuk oleh-oleh, Jepara telah gelap malam, sehingga harus sering bertanya dimana desa Troso, akhirnya diketemukan setelah berjalan cukup jauh, yang dibeli bahan-bahan baju wanita sutera dan sarung, saya dapat hadiah sarung dari pak Kuat.

Perjalanan dilanjutkan sekarang mencari makan, dan disepakati makan nasi goreng dipinggir jalan, seharga tigabelas ribu dua porsi dengan air jeruk panas.

Perjalan ke Semarang dilanjutkan sepanjang jalan berceritra sebab agar mata ini tidak mengantuk, pak Kuat mengemudi cukup hati-hati juga.
Tetapi akhirnya saya yang jatuh tertidur diperjalanan.

Masuk Mess Lagi

Memasuki Semarang sekitar jam 23.30 tengah malam. Saya langsung ke mess SDA Jawa Tengah di jalan Erlangga.
Lama mengetok pintu, mbah yang tidur pun belum terjaga, akhirnya saya mengambil Hp menelpon mess, dering telepon terdengar, dan mbah pun bangun, saat ia bangun Hp saya matikan dan saya ketok pintu, akhirnya pintu dibuka.

Mandi tengah malam, sebab semua badan terasa lengket, langsung shalat Isya, sebelum tidur.

Stasiun Poncol Semarang

Selasa 18 April 2006.

Shalat Shubuh di Stasiun Poncol

Jam 01.30 Kereta api Kertajaya tujuan Surabaya memasuki Semarang, dan banyak penumpang yang shalat, saya terbangun dan berusaha duduk sambil berzikir menahan kantuk.
Jam 03.00 saya shalat Tahajud untuk minta pertolongan
Jam 04.20 Adzan Shubuh, shalat shubuh berjamaah.
Setelah selesai shalat, saya melipat ambal dan mengucapkan terima kasih pada bapak tua itu.
Tiba-tiba SMS masuk, ternyata dari pak Nidhom, menghabarkan jikalau ada mess PSDA dan bisa digunakan sewaktu-waktu, terletak di jalan Erlangga 62.
Setelah selesai shalat shubuh sempat nelpon ke rumah mengabarkan kedatangan di Semarang. Kemudian keluar dari stasiun mencari alamat jalan Erlangga, Simpang lima.
Nawar beca dan disepakati harga Rp 6 000,- ke Simpang lima.

Simpang Lima Semarang.

Berbeca dari depan stasiun Poncol menuju pusat kota Semarang, angin dingin menerpa sepoi-sepoi, sunyi naik becak sendirian, berbincang dengan tukang becak membicarakan kekayaan kota Semarang yang gemerlap dipagi ini.
Lampu-lampu jalanan yang terhalang sinarnya oleh rindangnya pepohonon yang berbaris disepanjang jalan, jalannya lurus-lurus dan jauh, sehingga harga Rp 6000 termasuk memadai lah.
Sampailah di Simpang Lima Semarang, becak masih memutar untuk mencari jalan yang terdekat ke jalan erlangga, saya diturunkan di jalan Ahmad Yani.
Sewaktu saya bertanya dengan orang yang berlari-lari pagi, dimana jalan Erlangga, ia memberi saran untuk jalan lagi satu penggal perempatan belok kiri.

Jalan Erlangga.

Sudah berjalan sekian lama, perasaan saya khawatir salah, sehingga saya mencoba bertanya pada seseorang dimana Erlangga 62, ia pun tidak tahu,
Didepan Apotik Erlangga di Jalan Erlangga Raya saya kirim SMS ke pak Harsono untuk memberitahukan posisi saya sekaligus menanyakan dimana Erlangga 62, Jawabaannya adalah saya harus berjalan ke arah timur dan berjumpah dengan Salon Eno dan berjalan lagi seratus meter.

Mess PSDA Semarang.

Mess itu akhirnya ku dapat, ibu tua yang menjaga mess mempersilahkan, dan kamar sudah dipersiapkan, Mbah Dul datang bergegas, ia suami ibu itu, ia mengatakan ia mencoba berlari-lari dan berjalan kaki disekitar mess untuk mencoba menjemput saya, ternyata juga tidak ketemu.

Kantor PPSDA komplek PRPP Semarang

Jam 0700 saya keluar dari mess, naik angkot menuju pasar Bulu, dipasar itu saya sarapan cenil dan sawut manis seharga Rp 1000,- jajanan pasar, setelah itu berdiri lagi untuk mencari Bus PRPP.
PRPP itu ternyta pusat Pameran Propinsi Jawa tengah, saya duduk terdepan di bus yang menuju PRPP.
Jalan itu lurus melanjutkan arah kedatangan dari simpang lima, melewati hotel Siliwangi, saya teringat sewaktu saya diinapkan oleh Utusan dari Semarang SDA Propinsi, lupa namanya, baru datang siang itu dari Jepara, menunggu KA Agro Anggrek yang datang dari Surabaya, dimana pemberangkatannya di Semarang jam 22.45 malam tahun 2002.
Dikantor ternyata pak Nidhom Azhari tidak ada ditempat.
Saya diterima pak Harsono Kepala Tata Usahanya, yang tadi pagi mendesposisi untuk masuk kedalam mess.

Hasil Masukan dari Pak Harsono:

1. Rembang abrasi pantainya lebih parah dari pada di Jepara, ada dana APBD untuk 2 tahun pelaksanaan, pembangunan tembok penahan pantai, panjang pantai 25 km yang terabrasi, dan bersentuhan langsung dengan perumahan penduduk.
Teknologi yang digunakan adalah teknologi tembok penahan gaya horizontal dan terlihat sederhana, hanya ditambahi batu bulat kosong didepannya untuk meredam pukulan gelombang laut terhadap tembok.

2. PSDA Jawa Tengah lebih cenderung melaksanakan pemberdayaan masyarakat sekitar waduk, dengan menggerakan Peguyuban masyarakat sekitar waduk.sehingga muncul KLAMBUKU PANJANG SALURAN 40 Km.bekerja sama dengan perguruan tinggi setempat.

3. Pemberdayaan itu dijadikan pola dan bagaimana mengangkat partisipasi masyarakat untuk mendapatkan dana efisien.

4. Khusus untuk Rembang dana yang dikelolah PSDA Jawa Tengah adalah dana konstruksi, dan pekerjaan ditenderkan.

5. Tidak dikembangkan sampai evaluasio, sebab tidak dilakukan model test.

6. Kalau team swakelolah dari PUSLITBANG PU PUSAT akan memaparkan bisa memberitahukan terlebih dahulu ke PSDA Jawa Tengah.

Shalat Dhuhur di Pasar Bulu.

Sepulangnya dari PSDA Jawa Tengah, bus yang dinaiki harus berganti kendaraan kecil di pasar Bulu. Saat itu terdengar adzan Shalat Dhuhur dan saya berusaha ingin tahu dimana sumber suara itu.
Ternyata masjidnya diatas, bangunan pasar yang sederhana, seperti konstruksi pembangunan yang berhenti kehabisan dana, terlihat dilantai du atap yang lobang sehingga air hujan menets menggenangi.
Tempat shalatnya sangat sederhana, Masjid atau Musholah pasar ini terbagi dua penggunaan ruang,untuk makmum perempuan lebih luas dibandingkan untuk makmum lakulaki, dengan pemisah ruang dari kain yang digantungkan pada tali.
Sewaktu memasuki tempat shalat ini terasa kekuatan Islam tidak luntur oleh terpaan kemiskinan, di sela-sela miskinnya masyarakat Semarang Shalat mas9ih ditegakkan dengan sederhana dan khusu.

Saya harus bisa mengambil hikma dari peristiwa ini.
Sebelum shalat saya sempat makan siang diwarung disudut pasar yang sangat sederhana dimana pelanggan terbanyaknya adalah tukang becak pasar, sebetulnya saya ingin makan nasi gudeg sederhana ciri khas Semarang yang saya jumpai 30 Tahun yang lalu sewaktu Studi Tour ( 1973 ) anak-anak STM Negeri Ubung Denpasar ke Jawa dalam hal ini menyinggahi kota Semarang dan menginap disini. Saat itu saya menjumpai nasi gudeg sederhana itu. Saya yakin sekarang pun masih ada tetapi kali ini saya tidak menjumpai.
Saya sudah bertanya disekitar pedagang untuk menanyakan nasi gudeg sederhana yang saya maksudkan , tetapi para pedaganmg itu memberikan alamat di utara pasar yaitu kios nasi gudeg yang telah dikemas baik.
Sewaktu saya perhatikan warung tersebut, yang makan dari kelompok menengah keatas, dan sistim penarikan tagihan apa yang telah dimakan dengan menggunakan bon, yang ditulis pelayan yang berdiri sambil menanyakan apa saja yang dimakan.
Melihat sistim management ini berarti klasnya termasuk mahal dan tidak sederhana, saya mengurungkan niat untuk memasuki warung makan ini walau perut sangat membutuhkan.
Akhirny terpilih waruang diatas yang pelanggannya kebanyakan orang becaan, saya hanya memesan nasi digenangi sayus bayam bening dengan temu kunci sebagai rasanya dan telur dadar, sempat ditanyai mau sambal, saya menolak, setelah sepiring habis saya tambah lagi sepiring nasi dengan kebanjiran sayur bening bayam temu kunci, semuanya terbayar Rp 4 500.-
Pulang ke Mess. Jalan Erlangga 62.
Shalat ashar di mess.
Shalat Maghrib di masjid dekat mess.
Berjalan keluar sore itu, sejauh 300 meter. Kearah kanan dari mess.
Masjid ini banyak diwarnai dengan para pensiunan pegawai, terlihat dari gayanya.
Harumnya masjid ini masih asli kecipratan minyak dari Makkah.
Masjid ini cukup luas nya, dan ada pengumuman di ijinkan tidur di masjid asal memberi tahu dahulu kepada takmir masjid.
Sehabis shalat mencari makan disekitar masjid,,, tidak ada, harus menyebrangi jalan Akhmad Yani baru dapat dan harga makan sangat murah yaitu Rp 1 500,- Cuma mencari uang lima ratusan ini harus berjalan jauh untuk emmebli roti dan makan ditengah malam serta sabun mandi dan pasta gigi.
Sesudah mendapatkan uang seribu limaratusan tersebut saya kembali lagi kepedanga nasi dan membayar, kemudian melihat jagung rebus, beli dua seribu limaratus, kembali lagi ke mess, didalam mess makan jagung rebus, sedang asyik makan lagi adzan shalay isya terdengar.

Shalat Isya.

Berlari dari mess untuk mencapai masjid, sambil membersihkan mulut yang sedang mengunyah jagung terakhir.

Berangkat ke Semarang

Senin 17 April 2006

Berangkat ke Semarang.

Pagi hari masih mengantar Tyas untuk sekolah, sewaktu pulang dari mengantar Tyas, sempat menanyakan ke Bus Ramayana tujuan Solo yang lewat Semarang, dan bus tersebut tidak memasuki Semarang, Dijalan Tol luar Semarang, dan tiba di tempat tersebut sekitar jam 02.00 pagi, harga tiket Rp 75 000 ,-, dengan pertimbangan ini saya membatalkan untuk naik bus ke Semarang.
Jam 10.00 pagi saya sudah berkemas, uang jalan yang niatnya untuk membangun rumah selama pendapatan tahun ini saya bagi tiga, yang Lima ratus ke cadangan memperbaiki rumah, dan saya serahkan ke Istri, yang seratus ke anak Yatim Piatu ( yang seratus ini adalah uang makan dan uang penginapan saya sehari di Semarang ). Ada cadangan lima ratus untuk menanggulangi kenaikan harga dan yang lima ratus lagi untuk perjalanan dan membeli tiket.
Tas dibawa istri saya ke ujung jalan raya Gandoang, selama itu saya jalan kaki sendirian, tetangga bertanya, mau kemana pak, jawabku mau kedepan.

Sol Sepatu Lepas Depannya
Sesampainya di jalan Gandoang, tas saya ambil dari motor qinqi 50 cc istri saya dan bersamaan itu bus dari Jonggol ke Pulo Gadung Lewat, saya berlari mendekati bus, bersamaan itu sol sepatu kiri saya lepas, terpaksa saya berusaha untuk menahan langka agar sepatu tetap bisa dipakai.

Kereta Api Jabotabek

Perjalanan dari Jonggol ke Prempatan Bekasi Rp 3500.- melanjutkan jalan kaki menuju pemberhentian angkot no 25 yang menuju stasiun Bekasi, agak panjang jarak berjalan, melewati sungai Bekasi, dengan angkot no 25 berangkat ke Stasiun bekasi Rp 2000,- naik Kereta Api ke Senen Rp 1500,- Kereta api ini datang pada saat saya melangkah menuju ke apron kereta, tepat waktunya, sejurus kemudian berangkat menuju Jakarta.
Kereta ini sudah lama saya tidak naiki, dahulu sering menaiki kereta ini untuk menghibur Tyas kalau pulang dari RSCM, pulang ke Gandoang Cileungsi, ke Bekasi naik Kereta api, dan dilanjutkan naik angkot ke Terminal bus dan dari sana naik Bus ke Jonggol turun di Gandoang.
Kali ini naik kerta dengan kondisi berbeda, yang naik tidak hanya penumpang tetapi juga para pencari makan, dan ada juga pertunjukan teater kera didalam kereta, diantara tempat kereta yang sempit itu, serombongan anak muda yang naik dari stasiun Kranji membawa seperangkat peralatan gamelan dan tidak lupa monyet nya juga, dan dia memilih gerbong yang saya naiki untuk mangawali pertunjukan pagi enjelang siang ini.
Tetabuhan mengiringi derit kereta melaju menuju Jakarta, monyet menari berkitar dengan sepedanya, berganti adegan menari monyet dengan segala macam perhhoiasan wanita, ada sisir, ada cermin kecil dan ada bedak tepung terigu, sangat genit terlihat monyet itu berhias.
Tiba-tiba ada tukang peminta-minta da;lam kereta yang meminta dengan paksa kepada say, peminta itu tak berkaki, kerena pemaksaan itu sayapun tidak mau, ia malahan menekan sepatu saya, saya terkejut.


Stasiun Senen

Setibanya di stasiun Senen jam 12.40
Membeli tiket kereta api ekonomi Matarmaja, tujuan Malang, Turun di Semarang, Harga tiket Rp 28 000,- setelah itu masuk lagi ke stasiun dan mencari Musholah untuk mengerjakan shalat Dhzuhur digabung dgn Shalat Ashar.
Setelah shalat, membuka bekal nasi dari rumah, masih didepan halaman musholah, saya makan siang dibalik tirai pembatas antara musholah dan lintasan umum.
Makan siang dari rumah cukup enak, nasi dengan lauk ayam digoreng, tempeh goreng dan sayur buncis ditumis.
Tidak beberapa lama KA memasuki apron stasiun

Berangkat dari stasiun Senen jam 14.05 siang, dapat nomer 3A, pinggir jendela, gerbong nomer 6, didepan saya duduk lelaki paruh baya asal Semarang, yang sedang mengejar mobilnya yang dibawa lari oleh penyewa ke Jakarta, tetapi disini pun mobil tidak diketemukan.
Disampingnya duduk anak muda lelaki yang tujuan Malang dan pernah Jualan di Fak-Fak Irian Jaya, disampingnya Bapak-bapak senior masih aktif, dan tujuan Malang untuk menengok anaknya yang sekolah, disamping saya duduk, anak muda baru selesai kuliah belum di wisuda, rencana wisuda bulan depan, sekolah Teknik di Malang jurusan Elektro arus kuat, anak muda ini mulai merokok sewaktu KA Matarmaja memasuki stasiun Bekasi.
Jam berlalu dan sambil berbicara banyak dan mengantuk sesekali.

Stasiun Poncol Semarang.
Tiba di Stasiun Poncol Semarang jam 23.30 malam. Lihat Hp ternyata ada telepon masuk dari rumah, tetapi sewaktu menghubungi rumah ternyata telepon tidak disambungkan.
Stasiun Poncol malam itu agak ramai sedikit, banyak orang yang tidur di Stasiun, Langsung menghubungi Bapak Nidhom Azhari, melalui SMS untuk menghabarkan jikalau sudah tiba di Semarang. SMS tidak ada jawaban.
Menghubungi Pak Heru Jatmiko kepala Hutama Karya Semarang, juga tidak ada kabarnya.
Kemudian saya mengambil duduk dimana ditempat duduk tersebut saya bersama anak-anak pernah duduk disitu untuk menunggu waktu siang akan pergi keJogjakarta.
Tiba-tiba saya melihat Musholah, mengapa saya tidak ke Musholah stasiun KA Poncol.
Sesampai di musholah saya melihat orang tua yang sedang merokok didalam musholah, lhoh kok merokok didalam musholah, kalau merokok ya diluar musholah kataku perlahan, dan bapak itu terlihat keluar, saya mengambil air wudhu untuk shalat dua rakaat memohon pertolongan.

Salah mengambil arah Kiblat.
Sewaktu saya memasuki ruang musholah saya melihat anak muda yang sholat, kerena saya shalat sunah maka saya tidak bermakmum kepadanya, terlihat ia sholat Magrib dan Isya, sedang saya melakukannya sewaktu kereta masuk Cirebon. Kerena dia shalat menghadap kesana ya saya juga sholat menghadap kesana, ternyata sewaktu setelah selesai mengerjakan shalat, bapak tua itu mengingatkan kok sholatnya menghadap ke Timur ?.
Saya dengan anak muda itu tertawa bersamaan sebab itu membuktikan jikalau kita tidak tahu arah kemana arah kiblat itu sebenarnya, tapi kerena tidak tahu, ya tidak apa-apa.

Bapak Penjual Ambal.
Ternyata bapak tua yang merokok dalam musholah tadi adalah bapak penjual ambal, ia berjalan berkeliling kota Semarang dan kalau malam ia tidur di Musholah Stasiun, asalnya dari Bojonegoro dan pernah juga ke Lumajang, ambal yang dijual buatan dalam negeri, agak kasar dan bau cat, lain dengan ambal yang saya kenal sewaktu membeli di Makkah tahun 1992 sewaktu Ibadah Haji dahulu.

Bapak itu mengambil satu ambalnya dan menebarkannya dilantai dan mempersilahkan saya tidur, lho kok tidur dibarang jualan pikirku, saya berusaha menolak tetapi ia mangatakan kalau begini cepat lakunya katanya.

Saya tertidur setengah terjaga, nggak bisa lelap. Dan bantalnya tas saya.
Jam 24.00 tengah malam masih bicara soal perdagangan dan pengalaman bapak itu berjualan, dan saya berceritra pernah ke bojonegoro sewaktu masih mahasiswa dan ada Gerhana Matahari Total yang lewat di Bojonegoro, saat itu tahun 1977.