selamat berjumpa semoga tidak marah-marah

Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka hanya menipu diri sendiri sedang mereka tidak sadar. (QS. 2:9)

In trying to deceive GOD and those who believe, they only deceive themselves without perceiving


Rabu, Mei 31, 2006

Kereta Malam

Selasa, 21 Mei 2006.

Kereta Malam
Jam 00.00 tepat alarm Hp berbunyi, dan saya mencoba membangunkan pak mantri untuk berangkat ke stasiun Jabres menyongsong Kereta Api Matarmaja yang hendak ke Malang dari Jakarta.
Diantar pak Mantri ke stasiun Solo Jabres, ternyata letak stasiun itu terlalu jauh dari rumah pak Mantri di Sumber.
Sewaktu memasuki parkiran stasiun, kereta api Matarmaja Jakarta Malang sudah berada distasiun, saya berlari mencapai pintu masuk dan mencari loket penjualan karcis, Kepala stasiun yang merangkap penjualan karcis jam 01.00 pagi ini, jikalau harga karcis kertosono yang cukup dekat dari Solo sekitar seratus kilo lebih seharga empatpuluh ribu, saya ambil satu tiket dan langsung loncat kekereta, ternyata kereta sedang ditinggal oleh lokomotifnya, sang lokomotif penarik rangkaian sedang mengisi bahan bakar di stasiun Solo Balapan, sehingga menunggu cukup lama juga.
Jam 01.30 rangkaian kereta api Matarmaja berangkat meninggalkan Solo Jabres menuju Madiun, begitu kereta berjalan, angin malam memasuki jendela kereta yang tidak tertutup, kantuk pun datang dan tertidur juga akhirnya, walau penumpang termasuk padat.
Sekitar jam 04.10 pagi, tiba distasiun kereta Kertosono, saya turun sambil menahan kantuk, dan duduk sebentar sebab penawar jasa oejg sangat banyak sehingga saya perlu duduk menjelaskan bahwa saya tidak pergi kemana-mana, hanya sampai Kertosono saja.
Tiba-tiba terdengar suara persiapan Alquran dikumandangkan dari masjid, sehingga saya mempunyai kepastian yaitu hendak ke Masjid pagi ini.
Keluar dari stasiun berjalan lurus keluar kompleks dan menjumpai jalan yang lebih besar sebagai jalan kota, dari sana saya menanyakan dimana letak Masjid, banyak orang memberi arah letak masjid yang terdekat.
Berjalan dipagi itu kearah Timur searah jalur Kereta ke Surabaya, dan menjumpai pertigaan, saya belok kekiri dan akhirnya didapat masjid tersebut, masjid dalam keadaan sepi, dan sempit, sehingga tempay wudhunya diletakan didepan.
Tiba-tiba sakit perut pun datang dan masuk kekamar kecil dahulu, saat itu adzan shubuh dikumandangkan.
Setelah selesai shalat lapar pun datang, berjalan menuju pasar pagi, rupanga ini pasar induknya, sehingga banyak barang hasil tanaman penduduk yang dijual, pasar itu remang dan ditemani lampu tidak merata, layaknya pasar pagi, setelah berjalan lama dan bertanya sampai dua kali dimana penjual sarapan, didapat juga penjualan sarapan itu, sarapannya cukup komplit dan pembelinya banyak, ada yang mesan rawon daging, saya memesan nasi pecel lengkap, tidak pakai minum sebab saya sudah membawa botol aqua besar di tas, Nasi pecel itu terhidang tetapi anehnya tidak ada warna hijaunya, dan dihiasi sepotong daging goreng dan rasanya cukuplah untuk sarapan.
Setelah itu mencoba mengelilingi kota Kertosono di pagi itu untuk mencari Ujung akhir perencanaan jalan tol Jogjakarta Kertosono.
Siangnya ke kecamatan Baron, kemudian berjalan lagi ke kecamatan Gondang, Kecamatan Sukomoro, kecamatan Rejoso.
Memasuki Kabupaten Madiun, Ngawi Mlantingan, Sragen dan siang menjelang sore memasuki Solo, dan langsung mengejar kereta Bengawan tujuan Tanah Abang Jakarta.
Naik kereta dari stasiun Wonosari Solo, disana kereta sudah disediakan dua gerbong tanpa lokomotif, sehingga penumpang tidak perlu menunggu lagi rangkaian kereta Bengawan yang datang dari Solo Jabres. Mereka langsung naik dan naiknyapun tidak perlu bergegas.
Saya berteman duduk dengan seorang anak muda yang habis berlibur di Solo, ia berceritra jikalau kereta ini sangat padat sewaktu pemberangkatan dari Jakarta hari Minggu kemaren.
Sambil menunggu rangkaian kereta penarik datang dari Solo Jabres, saya ke orinoar untuk mencari air wudhu persiapan shalat maghrib di kereta nantinya, kereta ekonomi begini jangan tanya ada air nggak.
Sewaktu turun dari gerbong kereta menuju orinoar, terlihat suasana ramai di stasiun Wonosari dengan berdatangan banyak penduduk yang melepaskan waktu sorenya di sekitar stasiun kereta, mereka duduk dengan para bayi yang digendongnya dan banyak anak-anak yang baru saja dimandikan dan berpakain pantas untuk berdiri atau berlarian disekitar gerbong kereta sambil melihat kesibukan penumpang yang mau berangkat ke Jakarta. Suasana sore seperti ini banyak saya lihat di Stasiun Kiaracondong Bandung atau Jember, yang menandakan bahwa mereka membutuhkan ruang terbuka untuk melepaskan sedikit kebutuhannya akan ruang terbuka tersebut, dan dipilihnya stasiun sebagai harapan nya terakhir, mereka tinggal di rumah- rumah yang sempit dan pengap tanpa fasilitas umum yang memadai.
Kembali lagi ke gerbong kereta yang masih menunggu rangkaian kereta penarik, terasa udara semakin panas sebab penumpang sudah penuh, semua kursi terisi penuh, satu deretan terdapat bangku tiga dan dua orang, saya dapat giliran di bangku untuk dua orang, dan Kereta Bengawan yang akan menarik dua gerbong dari stasiun Wonosari Solo itupun datang juga, dan mulai terasa gerbong bergoyang tandanya sedang ditarik oleh lokomotif untuk disatukan dengan rangkaian kereta Bengawan yang lain, jam 17.30 kereta berangkat.
Sepanjang jalan saya tertidur pulas kerena kecapaian, tas pakaian saya gunakan sebagai bantal dan tidurnya sangat enak, walau badan sering ditekuk

Tiada ulasan: