selamat berjumpa semoga tidak marah-marah

Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka hanya menipu diri sendiri sedang mereka tidak sadar. (QS. 2:9)

In trying to deceive GOD and those who believe, they only deceive themselves without perceiving


Selasa, Mei 09, 2006

Berangkat ke Semarang

Senin 17 April 2006

Berangkat ke Semarang.

Pagi hari masih mengantar Tyas untuk sekolah, sewaktu pulang dari mengantar Tyas, sempat menanyakan ke Bus Ramayana tujuan Solo yang lewat Semarang, dan bus tersebut tidak memasuki Semarang, Dijalan Tol luar Semarang, dan tiba di tempat tersebut sekitar jam 02.00 pagi, harga tiket Rp 75 000 ,-, dengan pertimbangan ini saya membatalkan untuk naik bus ke Semarang.
Jam 10.00 pagi saya sudah berkemas, uang jalan yang niatnya untuk membangun rumah selama pendapatan tahun ini saya bagi tiga, yang Lima ratus ke cadangan memperbaiki rumah, dan saya serahkan ke Istri, yang seratus ke anak Yatim Piatu ( yang seratus ini adalah uang makan dan uang penginapan saya sehari di Semarang ). Ada cadangan lima ratus untuk menanggulangi kenaikan harga dan yang lima ratus lagi untuk perjalanan dan membeli tiket.
Tas dibawa istri saya ke ujung jalan raya Gandoang, selama itu saya jalan kaki sendirian, tetangga bertanya, mau kemana pak, jawabku mau kedepan.

Sol Sepatu Lepas Depannya
Sesampainya di jalan Gandoang, tas saya ambil dari motor qinqi 50 cc istri saya dan bersamaan itu bus dari Jonggol ke Pulo Gadung Lewat, saya berlari mendekati bus, bersamaan itu sol sepatu kiri saya lepas, terpaksa saya berusaha untuk menahan langka agar sepatu tetap bisa dipakai.

Kereta Api Jabotabek

Perjalanan dari Jonggol ke Prempatan Bekasi Rp 3500.- melanjutkan jalan kaki menuju pemberhentian angkot no 25 yang menuju stasiun Bekasi, agak panjang jarak berjalan, melewati sungai Bekasi, dengan angkot no 25 berangkat ke Stasiun bekasi Rp 2000,- naik Kereta Api ke Senen Rp 1500,- Kereta api ini datang pada saat saya melangkah menuju ke apron kereta, tepat waktunya, sejurus kemudian berangkat menuju Jakarta.
Kereta ini sudah lama saya tidak naiki, dahulu sering menaiki kereta ini untuk menghibur Tyas kalau pulang dari RSCM, pulang ke Gandoang Cileungsi, ke Bekasi naik Kereta api, dan dilanjutkan naik angkot ke Terminal bus dan dari sana naik Bus ke Jonggol turun di Gandoang.
Kali ini naik kerta dengan kondisi berbeda, yang naik tidak hanya penumpang tetapi juga para pencari makan, dan ada juga pertunjukan teater kera didalam kereta, diantara tempat kereta yang sempit itu, serombongan anak muda yang naik dari stasiun Kranji membawa seperangkat peralatan gamelan dan tidak lupa monyet nya juga, dan dia memilih gerbong yang saya naiki untuk mangawali pertunjukan pagi enjelang siang ini.
Tetabuhan mengiringi derit kereta melaju menuju Jakarta, monyet menari berkitar dengan sepedanya, berganti adegan menari monyet dengan segala macam perhhoiasan wanita, ada sisir, ada cermin kecil dan ada bedak tepung terigu, sangat genit terlihat monyet itu berhias.
Tiba-tiba ada tukang peminta-minta da;lam kereta yang meminta dengan paksa kepada say, peminta itu tak berkaki, kerena pemaksaan itu sayapun tidak mau, ia malahan menekan sepatu saya, saya terkejut.


Stasiun Senen

Setibanya di stasiun Senen jam 12.40
Membeli tiket kereta api ekonomi Matarmaja, tujuan Malang, Turun di Semarang, Harga tiket Rp 28 000,- setelah itu masuk lagi ke stasiun dan mencari Musholah untuk mengerjakan shalat Dhzuhur digabung dgn Shalat Ashar.
Setelah shalat, membuka bekal nasi dari rumah, masih didepan halaman musholah, saya makan siang dibalik tirai pembatas antara musholah dan lintasan umum.
Makan siang dari rumah cukup enak, nasi dengan lauk ayam digoreng, tempeh goreng dan sayur buncis ditumis.
Tidak beberapa lama KA memasuki apron stasiun

Berangkat dari stasiun Senen jam 14.05 siang, dapat nomer 3A, pinggir jendela, gerbong nomer 6, didepan saya duduk lelaki paruh baya asal Semarang, yang sedang mengejar mobilnya yang dibawa lari oleh penyewa ke Jakarta, tetapi disini pun mobil tidak diketemukan.
Disampingnya duduk anak muda lelaki yang tujuan Malang dan pernah Jualan di Fak-Fak Irian Jaya, disampingnya Bapak-bapak senior masih aktif, dan tujuan Malang untuk menengok anaknya yang sekolah, disamping saya duduk, anak muda baru selesai kuliah belum di wisuda, rencana wisuda bulan depan, sekolah Teknik di Malang jurusan Elektro arus kuat, anak muda ini mulai merokok sewaktu KA Matarmaja memasuki stasiun Bekasi.
Jam berlalu dan sambil berbicara banyak dan mengantuk sesekali.

Stasiun Poncol Semarang.
Tiba di Stasiun Poncol Semarang jam 23.30 malam. Lihat Hp ternyata ada telepon masuk dari rumah, tetapi sewaktu menghubungi rumah ternyata telepon tidak disambungkan.
Stasiun Poncol malam itu agak ramai sedikit, banyak orang yang tidur di Stasiun, Langsung menghubungi Bapak Nidhom Azhari, melalui SMS untuk menghabarkan jikalau sudah tiba di Semarang. SMS tidak ada jawaban.
Menghubungi Pak Heru Jatmiko kepala Hutama Karya Semarang, juga tidak ada kabarnya.
Kemudian saya mengambil duduk dimana ditempat duduk tersebut saya bersama anak-anak pernah duduk disitu untuk menunggu waktu siang akan pergi keJogjakarta.
Tiba-tiba saya melihat Musholah, mengapa saya tidak ke Musholah stasiun KA Poncol.
Sesampai di musholah saya melihat orang tua yang sedang merokok didalam musholah, lhoh kok merokok didalam musholah, kalau merokok ya diluar musholah kataku perlahan, dan bapak itu terlihat keluar, saya mengambil air wudhu untuk shalat dua rakaat memohon pertolongan.

Salah mengambil arah Kiblat.
Sewaktu saya memasuki ruang musholah saya melihat anak muda yang sholat, kerena saya shalat sunah maka saya tidak bermakmum kepadanya, terlihat ia sholat Magrib dan Isya, sedang saya melakukannya sewaktu kereta masuk Cirebon. Kerena dia shalat menghadap kesana ya saya juga sholat menghadap kesana, ternyata sewaktu setelah selesai mengerjakan shalat, bapak tua itu mengingatkan kok sholatnya menghadap ke Timur ?.
Saya dengan anak muda itu tertawa bersamaan sebab itu membuktikan jikalau kita tidak tahu arah kemana arah kiblat itu sebenarnya, tapi kerena tidak tahu, ya tidak apa-apa.

Bapak Penjual Ambal.
Ternyata bapak tua yang merokok dalam musholah tadi adalah bapak penjual ambal, ia berjalan berkeliling kota Semarang dan kalau malam ia tidur di Musholah Stasiun, asalnya dari Bojonegoro dan pernah juga ke Lumajang, ambal yang dijual buatan dalam negeri, agak kasar dan bau cat, lain dengan ambal yang saya kenal sewaktu membeli di Makkah tahun 1992 sewaktu Ibadah Haji dahulu.

Bapak itu mengambil satu ambalnya dan menebarkannya dilantai dan mempersilahkan saya tidur, lho kok tidur dibarang jualan pikirku, saya berusaha menolak tetapi ia mangatakan kalau begini cepat lakunya katanya.

Saya tertidur setengah terjaga, nggak bisa lelap. Dan bantalnya tas saya.
Jam 24.00 tengah malam masih bicara soal perdagangan dan pengalaman bapak itu berjualan, dan saya berceritra pernah ke bojonegoro sewaktu masih mahasiswa dan ada Gerhana Matahari Total yang lewat di Bojonegoro, saat itu tahun 1977.

Tiada ulasan: