selamat berjumpa semoga tidak marah-marah

Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka hanya menipu diri sendiri sedang mereka tidak sadar. (QS. 2:9)

In trying to deceive GOD and those who believe, they only deceive themselves without perceiving


Selasa, Mei 09, 2006

Stasiun Poncol Semarang

Selasa 18 April 2006.

Shalat Shubuh di Stasiun Poncol

Jam 01.30 Kereta api Kertajaya tujuan Surabaya memasuki Semarang, dan banyak penumpang yang shalat, saya terbangun dan berusaha duduk sambil berzikir menahan kantuk.
Jam 03.00 saya shalat Tahajud untuk minta pertolongan
Jam 04.20 Adzan Shubuh, shalat shubuh berjamaah.
Setelah selesai shalat, saya melipat ambal dan mengucapkan terima kasih pada bapak tua itu.
Tiba-tiba SMS masuk, ternyata dari pak Nidhom, menghabarkan jikalau ada mess PSDA dan bisa digunakan sewaktu-waktu, terletak di jalan Erlangga 62.
Setelah selesai shalat shubuh sempat nelpon ke rumah mengabarkan kedatangan di Semarang. Kemudian keluar dari stasiun mencari alamat jalan Erlangga, Simpang lima.
Nawar beca dan disepakati harga Rp 6 000,- ke Simpang lima.

Simpang Lima Semarang.

Berbeca dari depan stasiun Poncol menuju pusat kota Semarang, angin dingin menerpa sepoi-sepoi, sunyi naik becak sendirian, berbincang dengan tukang becak membicarakan kekayaan kota Semarang yang gemerlap dipagi ini.
Lampu-lampu jalanan yang terhalang sinarnya oleh rindangnya pepohonon yang berbaris disepanjang jalan, jalannya lurus-lurus dan jauh, sehingga harga Rp 6000 termasuk memadai lah.
Sampailah di Simpang Lima Semarang, becak masih memutar untuk mencari jalan yang terdekat ke jalan erlangga, saya diturunkan di jalan Ahmad Yani.
Sewaktu saya bertanya dengan orang yang berlari-lari pagi, dimana jalan Erlangga, ia memberi saran untuk jalan lagi satu penggal perempatan belok kiri.

Jalan Erlangga.

Sudah berjalan sekian lama, perasaan saya khawatir salah, sehingga saya mencoba bertanya pada seseorang dimana Erlangga 62, ia pun tidak tahu,
Didepan Apotik Erlangga di Jalan Erlangga Raya saya kirim SMS ke pak Harsono untuk memberitahukan posisi saya sekaligus menanyakan dimana Erlangga 62, Jawabaannya adalah saya harus berjalan ke arah timur dan berjumpah dengan Salon Eno dan berjalan lagi seratus meter.

Mess PSDA Semarang.

Mess itu akhirnya ku dapat, ibu tua yang menjaga mess mempersilahkan, dan kamar sudah dipersiapkan, Mbah Dul datang bergegas, ia suami ibu itu, ia mengatakan ia mencoba berlari-lari dan berjalan kaki disekitar mess untuk mencoba menjemput saya, ternyata juga tidak ketemu.

Kantor PPSDA komplek PRPP Semarang

Jam 0700 saya keluar dari mess, naik angkot menuju pasar Bulu, dipasar itu saya sarapan cenil dan sawut manis seharga Rp 1000,- jajanan pasar, setelah itu berdiri lagi untuk mencari Bus PRPP.
PRPP itu ternyta pusat Pameran Propinsi Jawa tengah, saya duduk terdepan di bus yang menuju PRPP.
Jalan itu lurus melanjutkan arah kedatangan dari simpang lima, melewati hotel Siliwangi, saya teringat sewaktu saya diinapkan oleh Utusan dari Semarang SDA Propinsi, lupa namanya, baru datang siang itu dari Jepara, menunggu KA Agro Anggrek yang datang dari Surabaya, dimana pemberangkatannya di Semarang jam 22.45 malam tahun 2002.
Dikantor ternyata pak Nidhom Azhari tidak ada ditempat.
Saya diterima pak Harsono Kepala Tata Usahanya, yang tadi pagi mendesposisi untuk masuk kedalam mess.

Hasil Masukan dari Pak Harsono:

1. Rembang abrasi pantainya lebih parah dari pada di Jepara, ada dana APBD untuk 2 tahun pelaksanaan, pembangunan tembok penahan pantai, panjang pantai 25 km yang terabrasi, dan bersentuhan langsung dengan perumahan penduduk.
Teknologi yang digunakan adalah teknologi tembok penahan gaya horizontal dan terlihat sederhana, hanya ditambahi batu bulat kosong didepannya untuk meredam pukulan gelombang laut terhadap tembok.

2. PSDA Jawa Tengah lebih cenderung melaksanakan pemberdayaan masyarakat sekitar waduk, dengan menggerakan Peguyuban masyarakat sekitar waduk.sehingga muncul KLAMBUKU PANJANG SALURAN 40 Km.bekerja sama dengan perguruan tinggi setempat.

3. Pemberdayaan itu dijadikan pola dan bagaimana mengangkat partisipasi masyarakat untuk mendapatkan dana efisien.

4. Khusus untuk Rembang dana yang dikelolah PSDA Jawa Tengah adalah dana konstruksi, dan pekerjaan ditenderkan.

5. Tidak dikembangkan sampai evaluasio, sebab tidak dilakukan model test.

6. Kalau team swakelolah dari PUSLITBANG PU PUSAT akan memaparkan bisa memberitahukan terlebih dahulu ke PSDA Jawa Tengah.

Shalat Dhuhur di Pasar Bulu.

Sepulangnya dari PSDA Jawa Tengah, bus yang dinaiki harus berganti kendaraan kecil di pasar Bulu. Saat itu terdengar adzan Shalat Dhuhur dan saya berusaha ingin tahu dimana sumber suara itu.
Ternyata masjidnya diatas, bangunan pasar yang sederhana, seperti konstruksi pembangunan yang berhenti kehabisan dana, terlihat dilantai du atap yang lobang sehingga air hujan menets menggenangi.
Tempat shalatnya sangat sederhana, Masjid atau Musholah pasar ini terbagi dua penggunaan ruang,untuk makmum perempuan lebih luas dibandingkan untuk makmum lakulaki, dengan pemisah ruang dari kain yang digantungkan pada tali.
Sewaktu memasuki tempat shalat ini terasa kekuatan Islam tidak luntur oleh terpaan kemiskinan, di sela-sela miskinnya masyarakat Semarang Shalat mas9ih ditegakkan dengan sederhana dan khusu.

Saya harus bisa mengambil hikma dari peristiwa ini.
Sebelum shalat saya sempat makan siang diwarung disudut pasar yang sangat sederhana dimana pelanggan terbanyaknya adalah tukang becak pasar, sebetulnya saya ingin makan nasi gudeg sederhana ciri khas Semarang yang saya jumpai 30 Tahun yang lalu sewaktu Studi Tour ( 1973 ) anak-anak STM Negeri Ubung Denpasar ke Jawa dalam hal ini menyinggahi kota Semarang dan menginap disini. Saat itu saya menjumpai nasi gudeg sederhana itu. Saya yakin sekarang pun masih ada tetapi kali ini saya tidak menjumpai.
Saya sudah bertanya disekitar pedagang untuk menanyakan nasi gudeg sederhana yang saya maksudkan , tetapi para pedaganmg itu memberikan alamat di utara pasar yaitu kios nasi gudeg yang telah dikemas baik.
Sewaktu saya perhatikan warung tersebut, yang makan dari kelompok menengah keatas, dan sistim penarikan tagihan apa yang telah dimakan dengan menggunakan bon, yang ditulis pelayan yang berdiri sambil menanyakan apa saja yang dimakan.
Melihat sistim management ini berarti klasnya termasuk mahal dan tidak sederhana, saya mengurungkan niat untuk memasuki warung makan ini walau perut sangat membutuhkan.
Akhirny terpilih waruang diatas yang pelanggannya kebanyakan orang becaan, saya hanya memesan nasi digenangi sayus bayam bening dengan temu kunci sebagai rasanya dan telur dadar, sempat ditanyai mau sambal, saya menolak, setelah sepiring habis saya tambah lagi sepiring nasi dengan kebanjiran sayur bening bayam temu kunci, semuanya terbayar Rp 4 500.-
Pulang ke Mess. Jalan Erlangga 62.
Shalat ashar di mess.
Shalat Maghrib di masjid dekat mess.
Berjalan keluar sore itu, sejauh 300 meter. Kearah kanan dari mess.
Masjid ini banyak diwarnai dengan para pensiunan pegawai, terlihat dari gayanya.
Harumnya masjid ini masih asli kecipratan minyak dari Makkah.
Masjid ini cukup luas nya, dan ada pengumuman di ijinkan tidur di masjid asal memberi tahu dahulu kepada takmir masjid.
Sehabis shalat mencari makan disekitar masjid,,, tidak ada, harus menyebrangi jalan Akhmad Yani baru dapat dan harga makan sangat murah yaitu Rp 1 500,- Cuma mencari uang lima ratusan ini harus berjalan jauh untuk emmebli roti dan makan ditengah malam serta sabun mandi dan pasta gigi.
Sesudah mendapatkan uang seribu limaratusan tersebut saya kembali lagi kepedanga nasi dan membayar, kemudian melihat jagung rebus, beli dua seribu limaratus, kembali lagi ke mess, didalam mess makan jagung rebus, sedang asyik makan lagi adzan shalay isya terdengar.

Shalat Isya.

Berlari dari mess untuk mencapai masjid, sambil membersihkan mulut yang sedang mengunyah jagung terakhir.

Tiada ulasan: