selamat berjumpa semoga tidak marah-marah

Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka hanya menipu diri sendiri sedang mereka tidak sadar. (QS. 2:9)

In trying to deceive GOD and those who believe, they only deceive themselves without perceiving


Selasa, Mei 09, 2006

Jepara

Rabu 19 April 2006.

Setelah shalat shubuh Berangkat ke Jepara. Memberi tip pada penjaga mess Rp 10 000,- dan penjaga mess banyak memberi keterangan dimana arah jalan kaki mencari angkutan yang satu kali naik pergi ke terminal Terboyo.
Akhirnya ketemu perempatan Bangkong, menunggu cukup lama sebab jadwal bus belum dimulai. Pagi itu saya berteman tukang becak yang semalama tidak tidur didalam rumah, tetapi tidur diatas becanya, sambil bersarung diseluruh tubuhnya.

Tukang pedagang kue serabi sedang membakar api, saya mencoba mendekat hanya untuk mencari udara panas yang dipancarkan secara gratis, kemudia api yang sudah jadi bara itu dibag bagi ke tungku yang lebih kecil untuk dimulai pembakaran kue serabi.
Tiba-tiba bus kecil gaya Semarang/Jawa Tengah ( namanya bus tapi dipotong kecil ) datang saya naik menuju terminal Terboyo, didalam bus pagi itu penuh dengan pekerja wanita, saya pikir pekerja pabrik ternyata mereka adalah pekerja di Rumah Sakit dekat Terminal Terboyo.

Berangkat ke Jepara.

Naik bus di Terminal Terboyo, dan langsung ke Jepara, biayanya Rp 9 000. sepanjang jalan bawaannya ngantuk.
Mungkin tadi pagi saya meminum CTM. B1, B6 dan B12 untuk mencegah batuk yang berkepanjangan.
Sewaktu memasuki jalan Semarang Demak, disisi kiri jalan terdapat saluran Pelayaran, dan saluran itu diwaktu pagi seperti ini banyak dimanfaatkan oleh penduduk yang tinggal sepanjang salurab untuk mencuci dan buang air di saluran itu, saluran itu tidak mengalir, sangat tidak menusiawi dinegara ini.
Informasi dari masyarakat Jepara ( didapat setibanya di Jepara ) masyarakat yang mengkonsumsi air di saluran peyaran tersebut tidak pernah terdengar sakit, kerena Sunan Kali Jogo katanya yang menjamin kesehatannya, dan kalau masyarakat meminum segala macam airkemasan , mereka tidak puas meminum sebelum menegak air saluran pelayaran tersebut.
Tiba-tiba terbangun dan sudah memasuki Jepara.Inilah Jepara pikirku, masyarakatnya sangat maju, jumlah kendaraan sepeda motor sangat banyak, suatu indikasi bahwa masyarakat bisa mendanai dirinya sendiri dari kegiatannya selama ini untuk membeli sepeda motor, kegiatan kerajinan mebeler telah membawa masyarakat terkecil Jepara bisa merakan nikmatnya.

Sarapan Pagi di Hotel Kalingga

Dari terminal Jepara, jalan kaki ke hotel Kalingga, dan disana langsung gabung dengan team Jepara yang terdiri dari pak Kuat, Pak hendar, pak Nardi.
Saya langsung sarapan dan didanai oleh team, saya minum kopi susu tanpa gula, disusul susu dengan sereal, dan ditimpah dengan roti tawar lapis dselai nenas keju dan strobery, roti ini sudah cukup manis dan minum kopi susu tanpa gula terasa nikmatnya.
Mandi diruang hotel, yang telah ditinggali semalam oleh tiga rekan sekantor dan langsung berganti baju, shalat dhluha, dan berangkat ke kantor Pekerjaan Umum Jepara,

Salah seorang rekan se team Jepara ini rupanya ada yang membawa mobil dari Semarang ke Jepara, mereka bertiga dari Jakarta naik pesawat ke Semarang dan dari Semarang ke Jepara naiki mobil milik pak Kuat, mobil itu sehari-hari digunakan anaknya pak Kuat yang sekolah di UNDIP.

Dikira Team pencari dana sumbangan dari Pesantren

Setelah shalat dhluha di hotel tadi saya lupa melepas topi haji dikepala saya, sehingga sewaktu pergi ke Instansi Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Jepara
Sempat robongan berempat ini disangka dari pesantren di mana sedang mencari dana, itu pikirnya, sehingga sewaktu diuraikan jikalau kami dari BALITBANG DEP PU Pusat mereka agak terkejut, dan tersipu-sipu,
Setelah menguraikan sedikit banyak maksud kedatangan maka team mohon diri dari sana berangkat ke Kecamatan Keling Desa Bandungharjo. Dengan menggunakan toyota kijang dari pinjaman Dinas.
Perjalanan itu cukup jauh, sempat menikmati pemandangan Kabupaten Jepara yang banyak ke aneka ragamannya, dari pantainya yang panas dan huitan karetnya yang meluas, disepanjang jalan selalu dijumpai pengrajin ukiran mebeler.
Didesa Keling masyarakat Nelayan, rencana pembangunan tembok penahan pantai di bibir sungai pun dibicarakan.

Pembicaraannya ditepi pantai,diujung mulut sungai, terdapat dangau untuk berlindung dari terrik matahari, konsep konsep membuat jetty pun dibicarakan termasuk tahapan atau keseluruhan tetapi setengah dahulu.

Terdengar adzan Shalat Dzuhur, dan saya bergegas minta diri untuk mengerjakan shalat Dzuhur di musholah disamping pelelangan ikan desa Keling
Kemudian pulang ke Jepara, ditengah jalan hujan lebat, sesampai di Jepara tidak langsung pulang tetapi ke desa Semat, selewatnya kota jepara.
Didesa ini masyarakat kurang antusias terhadap rencana perbaikan pantai, walau pantainya sendiri mengancam lingkungan permukiman penduduk, sehingga tim menghapus rencana perbaikan pantai desa Semat sebab reaksi dari masyarakat kurang bergemah dibandingkan dengan desa Keling.

Sepulangnya ke Hotel, pak Kuat minta diantar melihat-lihat kerajinan Ukiran Jepara, kerena ada keinginan untuk membeli, harga-harga memang cukup murah, dibandingkan harga di Jakarta.

Adzan Ashar pun tiba, sewaktu mereka sedang menaksir dan bertanya harga kerajinan mebeler, saya memasuki musholah milik toko mebeler.

Seusai shalat pun mereka masih berkutat untuk melihat-lihat kerajinan mebeler, saya hanya mengikuti saja, ingin juga sih ingin tetapi ruang dirumah tidak cukup untuk menampung mebeler.

Maghrib pun tiba. Shalat Maghrib berjamaah di Hotel Kalingga. Disepakati saya malam ini balik ke Semarang bersama pak Kuat sebab Pak Kuat akan ke Jakarta penerbangan besok pagi dan saya akan meminta cap yang belum di cap pada lembar SPPD yang saya minta tanda tangan pada hari Selasa kemaren.

Perjalan pulang dari Jepara pun dimulai sekitar jam 19.00 tetapi baru berjalan sekitar lima menit, pak kuat memasuki toke mebeler yang masih buka untuk memastikan membeli mebel, mebel yang dibeli meja pendek berukir tertutup kaca seharga tujuratus limapuluh dan rak buku berukir dan bertutup kaca lebar 120 seharga duajuta limaratus, semua barang diterima di Jakarta.

Perjalan pulang ke Semarang dilanjutkan tetapi ditengah jalan pak Kuat minta kain tenun desa Troso untuk oleh-oleh, Jepara telah gelap malam, sehingga harus sering bertanya dimana desa Troso, akhirnya diketemukan setelah berjalan cukup jauh, yang dibeli bahan-bahan baju wanita sutera dan sarung, saya dapat hadiah sarung dari pak Kuat.

Perjalanan dilanjutkan sekarang mencari makan, dan disepakati makan nasi goreng dipinggir jalan, seharga tigabelas ribu dua porsi dengan air jeruk panas.

Perjalan ke Semarang dilanjutkan sepanjang jalan berceritra sebab agar mata ini tidak mengantuk, pak Kuat mengemudi cukup hati-hati juga.
Tetapi akhirnya saya yang jatuh tertidur diperjalanan.

Masuk Mess Lagi

Memasuki Semarang sekitar jam 23.30 tengah malam. Saya langsung ke mess SDA Jawa Tengah di jalan Erlangga.
Lama mengetok pintu, mbah yang tidur pun belum terjaga, akhirnya saya mengambil Hp menelpon mess, dering telepon terdengar, dan mbah pun bangun, saat ia bangun Hp saya matikan dan saya ketok pintu, akhirnya pintu dibuka.

Mandi tengah malam, sebab semua badan terasa lengket, langsung shalat Isya, sebelum tidur.

Tiada ulasan: