selamat berjumpa semoga tidak marah-marah

Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka hanya menipu diri sendiri sedang mereka tidak sadar. (QS. 2:9)

In trying to deceive GOD and those who believe, they only deceive themselves without perceiving


Khamis, Januari 27, 2005

Ya Allah Biha Ya Allah Biha

Januari, Kamis 27. 2005

Aku berangkat kali ini ke kantor dengan getar hati, sebab kepucatannya Fifi pagi ini semakin terlihat. Yang saya khawatirkan sakitnya seperti dua kakaknya, yaitu Thalasemia, 3 orang anak-anak ku menderita thalasemia, aku bernafas berat dan kusandarkan kepalaku di tangan-tangan Allah.
Ya Allah Biha Ya Allah Biha Ya Allah bihusnul Khotima, Ya Allah Biha Ya Allah Biha Ya Allah bihusnul khotima, engkau yang lebih baik ya Alah.

Batal ke RSCM.

Januari, Rabu 26. 2005

Berangkat pagi dari rumah, rencanannya sih hari ini ke RSCM, tetapi Tyasnya yang diantar lebih berat ke sekolahnya kerena hari ini ada test salah satu mata pelajarannya, ya di batalkan saja ke RSCMnya, minggu depan katanya,
Ke kantor terlebih dahulu baru ke Departemen Kelautan dan Perikanan atau langsung ke Departemen Kelautan dan Perikanan, akhirnya saya milih langsung, setelah anak-anak turun dari motor, motor kuarahkan menunju ke Gambir, jadi langsung ke Departemen Kelautan dan Perikanan.

Ban Depan Kempes

Sewaktu melewati kawasan Kramat Jati, diantara genangan air dan sisa-sisa sampah pasar semalaman, ban motor saya terasa bergoyang, baru kusadari jikalau lagi kempes, habis anginnya, dan apa yang terjadi, motor kudorong untuk mencari dimana ada tambal ban, banyak tukang ojek yang kutemui membantu menunjukan arah dimana ada keberadaan tukang ojek itu, akhirnya setelah melewati gang yang tembus ke jalan Batuampar, dan setelah melewati penurunan jembatan kecil dan mendaki lagi, baru terlihat keberadaan tukang tambal ban tersebut.

Putar Senen sampai dua kali.

Setelah ban ditambal, motor kembali melaju menuju kawasan Gambir, lewat UKI, lurus sampai ketemu perempatan jalan Pramuka, belok kanan ke jalan Salemba, lurus ke Senen, lah disini waktu belok kekiri salah belok, jalan itu adalah jalan Kuini 1.akhirnya mengikuti jalan tersebut dan tembusnya di kawasan Senen lagi, akhirnya motor aku belokan kekiri dijalan Kuini 2, yang tembus Rumah Duka RSGSubroto, lurus terus belok kiri sampai stasiun Gambir, belok kiri terus samapi ke Departemen Kelautan dan Perikanan.

Rapat Temuan BPK.

Rapat ini dihadiri 12 orang, semuanya orang DKP dan dari Teknis PU hanya 2 orang, saya dan Pak Purwadi, sebetulnya rapat ini tidak terlalu banyak me;libatkan saya dan pak Purwadi, sebab temuan hingga 1 milyard lebih itu lebih banyak pada pengalihan pekerjaan yang tidak ada di RAB, sehin gga saya anggap itu adalah intern DKP sendiri, sehingga penyelesaiannya adalah mempertemukan pemeriksa dengan Pimpro atas dasar mencari kebenaran sebebarapah sih sebenarnya penyimpangan riil itu

Aswan Pulang ke Surabaya

Rapat itu usai jam 14.30, sewaktu saya melewati perempatan stasiun Senen saya sadar Jikalau jam segini Kereta Api Jayabaya tujuan Surabaya yang dinaiki Aswan sedang atau sudah melintas, sehingga saya tidak membelokan kendaraan ke stasiun Senen, tadi pagi sewaktu hendak berangkat ke kantor, ya sempat Aswan menyalami saya untuk pamit pulang ke Surabaya, dan uang kantongnya saya beri Rp 50 550 ,- sewaktu kendaraan melewati Jatinegara, jarak terdekat antara motor dan Jalur Kereta Api, saya berucap, Selamat jalan dan belajarlah nak pada kehidupan ini.

Beli Jeruk satu kardos

Rapat siang ini menghasilkan uang transport, dan uang itu bisa membelikan jeruk pakistan 1 dos, membelinya di pasar induk Kramatjati, Jakarta Timur. Sesampainya dirumah, ternyata dirumah ada Pengajian ibu-ibu untuk mendoakan agar sembuh sakitnya anak-anakku, dan keselamatan keberangkatannya Aswan ke Surabaya. dan atas inisiatip istri saya, butir - butir jeruk itu sebagian dibungkusi keplastik tentengan hitam diisi satu butir jeruk untuk bawaan setelah pengajian ibu-ibu.
dan kalau untuk dirumah... ya untuk meningkatkan daya tahan tubuh anak-anak, dimana sekarang musim sering berubah, dari panas mendadak mendung dan tersiram air hujan, kemudian terik, sehingga daya tahan tubuh cepat hancur dibuatnya.

Telepon ke Pak Marzuki Usman

Januari, Rabu 26. 2005

Sesudah mengimami shalat Ashar di masjid Cipta Karya, mencoba menghubungi bapak Marzuki Usman, dan diterima, setelah unjuk salam pak Marzuki menginformasikan, bahwa saya sedang dicari sekretaris pak Marzuki untuk dihubungkan dengan salah seorang sponsor pembangunan perumahan di Aceh, saya berusaha menghubungi sekretarisnya tetapi teleponnya selalu sibuk, jam pulang pun semakin surut, akhirnya kantor itu pun kutinggalkan sore itu.

Sesampainya dirumah anak-anak memberitahukan jikalau ada telepon dari sekretarisnya pak Marzuki, menanyakan nomer Hp nya bapak tetapi seisi rumah tidak ada yang hafal, dan akan dihubungi lagi sesudah shalat maghrib.
Setelah shalat maghrib betul telepon berdering dan dari sekretarisnya pak Marzuki memberitahukan jikalau saya ditunggu untuk jumpah dengan sponsor pembangunan perumahan di Aceh, di Gedung Citra Graha, lantai 6 jam 14.00 siang jumpa dengan pak Yupi Wijaya.

Undangan Rapat lewat SMS.
Tiba-tiba Hp saya bederyit menyatakan ada sms masuk, ternyata isinya meminta diriku untuk hadir dalam rapat pembahasan temuan BPK terhadap Proyek Pembangunan Partisi 8 lantai gedung Departemen Kelautan dan Perikanan, besok jam 10.00

Selasa, Januari 25, 2005

Puskesmas Ciledug

Selasa 25 Januari 2005

Hujan terus mengguyur, dari semalaman hingga pagi, jam 03.00 saya sudah terjaga, menjaga kantuk dan tertidur 10 menit, bergegas mengambil wudhu mengerjakan shalat tahajud, sadar bahwa diri yang hina di kiri kanan ini hanya mengharap semata keurun tangan Allah semata, tak lebih, sakit yang menghias keluarga ku hanya Allah semata yang ku haturkan sedihku, tak punya uang pada Allah semata kuharap rezekiku, kalau sudah begini apakah senantiasa aku ku tak mengenal Allah semakin dekat, Aswan anakku yang tertidur dibelakang shalatku kubangunkan kerena jam sudah menunjukan 03.40, waktu tahajud hampir usai, akan diganti shubuh yang menjelang.

Fifi sakit, tangisannya masih menyayat kalbuku, Ya Allah tolonglah,

Jam 06.20 yang sekolah kuantarkan terlebih dahulu, Yasin, Astari Tyas kemudian sekitar jam 07.30 bisa menginjak rumah lagi, bersihkan badan untuk persiapan kekantor, sewaktu hendak berangkat kekantor, istri minta ikut sampai puskesmas depan, kerena Fifi ngak sembuh juga sejak dari bidan hari Jumat kemaren.

Setelah menurunkan istri dan Fifi dipuskesmas, baru ingat jikalau rem sepeda motor dan olie perlu diganti, ke bengkel dahulu memenggantinya habis Rp 38 000,-

Setelah itu sepeda motor diarahkan ke kantor dan isi bensin kemudian lanjut ke Puskesmas Ciledug, untuk minta rujukan buat Tyas yang akan kontrol besok ke RSCM, Hujan terus mengguyur, masuk kantor jam 12.00 kurang 10 menit.

Isnin, Januari 24, 2005

Hari Nahar

Sabtu, 22 Januari 2005.

Pemotongan hewan kurban.

Pagi-pagi diumumkan jikalau masjid akan menyelenggarakan pemotongan binatang kurba tepat jam 07.00, sehingga dirumah sudah bergegas-gegas untuk persiapan datang ke masjid mengiringi sapi yang hendak dikurbankan
Sapi yang dikurbankan anak-anak tepat gilirannya jam 08.00, sebelumnya kambing-kambing yang disembelih terlebih dahulu, itupun baru beberapa kambing, mungkin baru 5 ekor kambing , masih ada 18 ekor lagi.
saat penyembelihan dibacakan nama-nama pe kurban atas sapi yang hendak dikurbankan ini, terbaca nama Fifi, masih netek dan bayi lagi, kemudian kakaknya Yasin, kemudian kakaknya Astari kemudian kakaknya Tyas kemudian kakaknya Aswan, kemudian Ibunya dan terakhir ayahnya, kemudian dibacakan niat dan diiringi takbir pada Allah, nyawa sapi diputus.
Untuk pertama kali dalam kehidupan saya, berkurban sapi terdiri dari 7 jiwa, anak-anak 5 dan saya dan istri.

Keluarga Shalat Idul Adha

Jumat, 21 Januari 2005.

Keluarga Shalat Idul Adha, saya mempersiapkan gorengan kacang.

Makanan untuk Idhul Adha sebagai hari raya, saat ini sangatlah sederhananya, saya sendiri telah shalat idhul adha kemaren, sekarang anak-anak dan ibunya shalat idhul adha di masjid kompleks, sambil melihat sapinya, selama mereka shalat, saya dirumah mempersiapkan apakah makanan yang enak dimakan setelah pulang dari masjid, sebab tidak sempat belanja ke pasar, dan tidak sempat mempersiapkan segalanya menghadapi Idhul Adha, persiapan yang paling pokok ya membeli binatang yang hendak dijadikan kurban itu saja, akhirnya jatuh pilihan pada oleh-oleh istri dari Makasar berupa kacang tanah, itu aja digoreng dibanyakin, dan betul juga setelah shalat selesai, saat lapar datang merembak, hidangannya opor ayam yang telah dimasak sejak dua hari yang lalu dan gorengan kacang tanah, lahap juga dan habis.

Shalat jumat pun tiba, semua perhatiannya ditujukan pada shalat Jumat, sehingga urusan perut agak terlupakan sebab dirumah sekarang ini lengkap jumlah anak lima semuanya ada dirumah.

Memperbaiki Atap ditengah gerimis

Sehabis makan sepulangnya shalat jumat, semuanya membantu memperbaiki genteng yang pecah, yang naik ke atap rumah, saya Aswan, Yasin ikut-ikut an naik, tapi kerja anak thalasemia satu ini hanya mengganggu aja, yang minta dipegangin segala, proses penggantian genteng, penutupan plastik aspal pada genteng yang tidak bisa di angkat kerena terletak di karpusan, dan pembentulan letak sambungan dan sisipan genteng yang coak-coak sisinya, semuanya berakhir saat shalat Ashar berkumandang sejam yang lalu, hujan pun turun semua bergegas turun.

Menjemput Istri

Kamis, 20 Januari 2005.

Bus Bandara Blok M ke Bandara Cengkareng telah lewat, saat itu jam menunjukan pukul 11.00, saya berjalan bergegas, terminal pemberangkatan masih 400 meter lagi , saya berharap akan naik bus periode berikutnya, bus bandara diberangkatkan setiap setengah jam sekali. sewaktu saya menelepon tadi pagi, ia mengabarkan akan naik pesawat Celebes Air yang berangkat dari Makasar 13.00 siang, masih banyak waktu pikirku.

Bus Bandara itu akhirnya kudapat, yang naik baru beberapa orang, jam di bus menunjukan pukul 11,11 siang, mendekati jam pemberangkatan pengamen jalanan masuk ruang bus dan mulai bernyanyi, tepat jam 11,30 bus diberangkatkan, bus sudah penuh sesak, kapasitas bus periode ini kecil, 25 tempat duduk, banyak yang berdiri.

Dalam perjalanan ke Bandara saya berfikir, pemerintah negaraku dalam menentukan waktu shalat idul adha saja kok beda-beda, sebagian besar orang mengerjakan ikut pemerintah yaitu hari Jumat, 21 Janusri 2005, sedangkan yang shalat idul adha hari ini berpedoman bahwa hari ini jemaah haji di Makka Arab Saudi sedang merayakan Shalat Idul Adha, sedangkan di indonesia 4 jam terlebih dahulu, berarti beda waktu kan tidak terlalu sangat dengan Arab Saudi, sepantasnya shalat idul adha ya hari ini, kalau sampai hal ini pemerintah tidak bisa memutuskan, berarti pemerintah ini kurang pandailah untuk mengambil sikap, sehingga cenderung ragu pada segala tingka lakunya termasuk dalam penentuan kapan bencana alam seperti tsunami di Aceh, sudah bisa dipastikan pemerintah tidak bisa menentukan, tetapi kenapa pemerinrttah negara lain kok bisa, bukan manusiakah mereka.

Kecerdasan berfikir itu biasa nya menutup kesemua aspek, orang cerdas tidak bisa sepotong-potong, sehingga islam dengan segala ketentuan pembatasannya dan ketetntuan penganjurannya, seharusnya diimbangi dengan sikap ketepatan waktu mennetukan pelaksanaannya dan mengikuti aturan sunah rosul, tidak menambah-nambah yang disebut bi'dah.

Tidak terasa bus telah sampai di bandara, sewaktu ada penumpang ada yang menanyakan dimana terminal penjemputan pesawat Celebes Air, supir bus menunjukan terminal 1 C, di terminal itulah saya turun bersama penumpang bapak dengan seorang cucunya menjemput anaknya dari Makasar, setibanya di teras bandara saya melihat kearah musholah orang mengerjakan shalat dlhuhur, akhirnya kuputuskan terlebih dahulu mengerjakan shalat dlhuhur, berjamaah dengan penumpang lainnya.

Lama menunggu, akhirnya timbul pikiran, apakah mungkin saya salah menunggu, saya mencoba menanyakan kebagian informasi betulkan di terminal ini saya menunggu kedatangan pesawat Celebes Air dari Makasar, ternyata jawaban bagian penerangan itu sangat mengejutkan, bapak seharusnya menunggu di terminal 1B, berarti saya harus berjalan kekiri sejauh 500 m lagi, kesana saya menuju, memang inilah bangsaku, informasinya tidak bisa dipegang.

Setibanya di terminal 1 B saya menanyakan ke bagian reservasi kedatangan di pintu masuk apakah betul pesawat Celebes Air dari Makasar nanti turun di terminal ini, betul katanya dan jamnya nanti 14.45. sekarang jam baru menunjukkan 13.00, berarti ada waktu untuk makan siang, saya ,mencari makan siang, saya tahu jikalau harga makanan di bandara adalah mahal, sayapun tahu jikalau banyak juga orang yang punya uang pas-pas an.

Saya melihat kearah parkir kendaraan jemputan dan taksi, saya pikir pasti banyak para supir yang mempunyai warung atau tempat makan, betul juga akhirnya saya menuju kesana, setibanya disana saya lihat warung itu banyak dikerubuti oang-orang yang hendak makan siang, model jualannya adalah satu paket nasi dengan sayur harga standard Rp 4 000,- sepiring, sayurnya ada pilihan, soup-soup an atau sayur asem, kemudian jikalau ,mau menambah ada banyak bungkusan plastik yang berisi cumi-cumi balado dihargai Rp 5 000 ,- sebungkus rendang sepotong daging harga Rp 4 000 ,- dan banyak lagi. saya memutuskan membeli makan siang nasi paket dengan soup-soupan, bagiku sudah cukup sedap, sebab didalam sayur soup itu sudah terdapat potongan daging sapi.

 Kembali lagi keterminal kedatangan dan menunggu, jam sudah menunjukan 14.00, akhirnya tapat jam 15.00 saya melihat istri bersama bayi Fifi yang digendong sambil membawa tas tentengan, saya cepat menghampiri, dan menggendong Fifi, ternyata fifi sedang buang air besar dan diganti celananya, sambil menunggu kedatangan bus yang akan membawa ke Terminal Kampung Rambutan, bus yang ditunggu itu datang, bus berangkat jam 15.30.

Selama perjalanan istri ceritra jikalau bapak mertua sakitnya, semua terkosentrasi di rumah sakit, tidak ada yang mikirin akan membawa oleh-oleh, tetapi sewaktu istri pamitan akan pulang ke Jakarta di rumah sakit, ayah mertua dalam keadaan sadar, sempat melambaikan tangannya ke Fifi.

Melewati kemacetan kota Jakarta disore hari dan tiba di terminal Kampung Rambutan jam 17.00, langsung mencari musholah untuk mengerjakan sholat Ashar, setelah itu makan bakso terlebih dahulu dihalaman musholah,

Setelah mendapatkan angkot 121 tujuan Cileungsi saya berpisah lagi dengan istri, ia naik angkpot itu pulang sedangkan saya naik metromini nomer 76 tujuan blok M untuk mengambil motor di kantor.
Jam 18.45 saya memasuki kantor, langsung mengerjakan shalat Maghrib, di awal malam itu saya berteman menteri Perumahan satu lift dengan saya denga dua orang pengawalnya, tidak terjadi komunikasi. sebab mendadak.

Meninggalkan kantor untuk pulang jam 19.00, selama perjalanan tidak terlalu macet, sempat isi bensin terlebih dahulu, kemudian meluncur pulang, disepanjang perjalanan mendengar Hp berbunyi tetapi saya biarkan saja takut kecelakaan ditengah keramaian lalu lintas, jalanan basah habis hujan seharian, setiap melewati musholah atau masjid selalu terdengar gemah takbir idul adha, akhirnya tiba di pangkalan penjualan sapi kurban yang saya beli telah membayar separuhnya, malam ini saya bayar lunas sisanya sebesar Rp 2 800 000 ,- saya melihat sendiri sapi dinaikan ke atas truk tetapi tidak sendirian, diatas truk itu sapi berteman dua ekor lainnya, berarti akan keliling mengantarnya entah saya dapat giliran yang kebebarapa.

Menggiring sapi di tengah malam.

Istri yang baru datang dari Makasar bersama anak-anak menunggu dimana sapinya, kapan diantarnya, hingga ngantuk pun datang menghampiri, akhirnya seisi rumah tertidur.
Ditengan malam pintu diketok seseorang, setelah dibuka, rupanya ia utusan dari masjid, memberitahukan jikalau sapi telah tiba, akhirnya saya memutuskan naik motor jemputan itu untuk pergi ke masjid untuk menengok sapi yang datangnya ditengah malam.
Dan sesampainya dihalaman masjid, sapi itu telah diikat dipagar masjid, saya hanya menyalami pengantar sapi dengan mobil bak terbukanya, sipengantar sapi ya si penjual sapi yang menentukan harga sapi itu juga.
setelah selesai bincang-bincang di iringi ngantuk yang amat sangat, halaman masjid saya tinggalkan untuk melanjutkan tidur malam.

Khamis, Januari 20, 2005

Habis Shalat Idul Adha berangkat ke kantor.

Kamis, 20 Januari 2005

Berangkat jam 06.00, bisa tepat sebab sudah sahur sejak jam 04.00, tinggal bangunin anak-anak tepat terdengar adzan shubuh, berangkat kekantor bersama Yasin, Astari, Tyas. mereka semua turun disekolahnya masing-masing, hari belum hujan tetapi mendung masih menggantung.
Merasa belum shalat dlhuha, berusaha mencari masjid dan waktu dlhuha telah masuk, sedang mencari, tiba - tiba nmelihat jemaah shalat, saya pikir orang tua TK Islam sedang latihan manasik haji, ternyata itu shalat Idul Adha yang sedang menunggu waktu shalat, bertempat dihalaman supermarket Ramayana.
Mata saya melihat, pancaindra saya menyadari jikalau itu adalah shalat idhul adha, berarti puasa wukuf arawah hari ini yang saya lakukan adalah batal, saya harus ikut rombongan shalat Idul Adha,
Setelah shalat selesai, ya langsung ke tempat kerja, ini baru kali ini, habis shalat ied, pergi ketempat kerja.
Langsung ngambil uang di Bank Mandiri Kantor, untuk membayar kekurangan beli sapi sebesar Rp 2 800 000,-

RSCM hari ke tiga

Selasa, 18 Januari 2005

RSCM hari ke tiga

Hujan menderas, berangkat dengan mantel, hujan menderas sepanjang jalan, hingga di RSCM jam 09.00, langsung antri menunggu didepan bank darah setelah membeliin gorengan buat Yasin, Yasin makan gorengan itu sambil duduk tertib menunggu.
Jam 10.30 darah pun didapan , proses pembayarannya kemaren. pada saat penudsukan jarum transfusi ditangan kanannya Yasin, timbul pembengkakan, reaksi tubuh Yasin terhadap Jarum, sehingga bengkak. pindah tangan yang ditusuk, sekarang disertai jarum aboket dan membeli Rp 4 000,- kemudian proses transfusi berjalan lancar.
Jam 12.00 transfusi sudah selesai dilakukan, kemudian kembali berjalan mencari makanan di warung tegal dibelakang RSCM, sekarang yang dipesan dua piring @ Rp 3000 ,- dan Yasinnya menyisakan makanan saya yang melanjutkan, setelah itu shalat Dlhuhur di Masjid RSCM kemudian pulang.
Sepulangnya sempat mampir ke Hero Swalayan di Karanggan Cibubur membeli 10 dos susu frisian flag sebab ada diskonnya. Ayam 3/4 Kg, mie sedap rasa kare ayam sepuluh biji, sikat giginya Astari yang sudah lama merengek minta dibeliin, masuk rumah tepat azhan ashar jam 15.30

Pasang Obat Suntik Desferal

Obat Suntik Desferal ini gunanya mengambil zat besi yang disisahkan oleh darah bulan-bulan kemaren supaya tidak menumpuk di limpahnya, di ginjalnya, di hatinya, dikulitnya, dosis untuk Yasin 500 mg, seharusnya dipasang dengan alat pendorong kepunyaan kakaknya Tyas, tetapi kerena kerjanya alat sangat lambat maka Yasin minta didorong bapaknya aja tetapi dengan hitungan waktu yang akurat, 500 mg itu kan terdapat 50 strip poengukur dipinggir alat suntiknya, sehingga setiap 20 menit alat suntik itu didorong maju satu strip, demikian sampai habis. setelah shalat Isya jam 20.00 obat suntik itu habis terkirim semuanya dibawah kulit dibagian perut disisi pusarrnya.

RSCM hari ke dua

Senin, 17 Januari 2005

RSCM hari ke dua

Hujan semalaman, merubah jalanan didepan rumah berlumpur, endapan air semalam, diputuskan berangkat jam 06.30, sebab akan ke RSCM hari kedua.
Rezeki, hujan tidak turun sepanjang perjalanan dari rumah ke RSCM, Sahur tadi pagi hanya berteman gorengan lele sisa semalam dan kopi manis, sehingga waktu berangkat ke RSCM, ya... kering aja, tetapi setibanya di RSCM jam 08.30 hujan menderas, Yasin perlu diberi penghangat, dibeliian gorengan ubi 3 lembar @ Rp 300 ,- dan nongkrong didepan penjual energen serial coklat Rp 1500 ,- segelas. 
Nunggu lama didepan bank darah, sampai tidak berani meninggalkan untuk shalat dhluha, sekitar jam 11.30 baru darah bisa diambil setelah membayar Rp 110 000 ,- untuk dua kantong, dua hari. kemudian membayar tindakan proses transfusi dan ruangan sehari Rp 30 000, untuk 2 hari bayar didepan menjadi Rp 60 000 ,-
Pada saat saya membayar uang tindakan diloket bawah, dan saya naik lagi, yasin sedang bermasalah, yaitu masuknya udara dalam selang darah, sehingga perlu penanganan serius untuk mengeluarkannya. pasda saat penanganan itu suster datang dengan perasaan berat dan setelah selesai tindakan ia berkomentar, kalau beli yang baik selang transfusinya.
Jam 13.00 siang Yasin telah selesai proses transfusi, sekarang melangkah untuk mencari makan siang, masuk kantin Kedokteran UI Yasin banyak menolak, kemudian diputuskan untuk shalat dlhuhur terlebih dahulu dimushalah disamping perpustakan Kedokteran UI, setelah itu berjalan lagi mencari makanan, pada saat mencari dihalam RSCM ketemu dengan Bembi teman kantor yang sedang kontrol akibat pembesaran kelenjar gondoknya.
Diwarung tegal dibelakang RSCM, beli nasi Rp 2000,- untuk Yasin seorang, nasinya sedikit aja dengan sayur kacang panjang dan lauknya bergedel dua biji, makanan itu disantap habis.
Jam 14,00 siang RSCM kutinggalkan, bergoncengan dengan Yasin kendaraan langsung meluncur ke Cawang Uki, lewat celilitan, Kramat Jati berjalan perlahan kerena melewati pasar, kemudian Pasar Rebo, disini ada macet lampu lalu lintas. Akhirnya sampai di rumah jam 16.00.
Sesampainya dirumah Yasin, dibuatkan jamu parutan temulawak, untuk menetralisir hepatitis yang masuk bersama darah. 

Menjaga Yasin

Minggu 16 Januari 2005

Menjaga Yasin yang Hb darahnya belum ada perbaikan, sengaja kasurdiobiarkan seharian didepan TV, sehingga terlihat santai benar, pagi-pagi setelah shalat shubuh kacang ijo buat sarapan anak-anak sudah mulai kubuat, sehingga nanti sekitar jam 06,00 sudah bisa dimakan.

Menengok Sapi

Sabtu 15 Januari 2005

Tengok Sapi

Ada Pengumuman Jikalau listrik akan padam sejak jam 08.00, sehingga sehadis shalat shubuh yang dikejar adalah mengerjakan cucian, kemudian mengantarkan Tyasnya ke sekolah, Yasin dan Astari tidak sekolah, Yasin memang Hbnya rendah dan belum dapat darah, sedang Astarinya kerena Atap sekolahnya sedang diperbaiki gentengnya.
sewaktu mengantarkan Tyasnya ke sekolah. mmelewati pedagang sapi dan setelah mengantar Tyas kemusidan mampir ke pedagang sapi kurban, kusapa mereka dan kutanyakan mengapa kok lesu, kemungkinan terkenan udara malam sambil menjaga sapinya, dari sekian banyak sapi saya tertarik pada sapi yang memnuhi syarat dan disepakati harganya Rp 5 800 000 yang tiga ratus untuk memeliharanya seminggu katanya, tapi saya tidak membawa uang saat itu, membawa uang hanya sekedar untuk kepasar untuk membeli lauk pauk, akhirnya disepakati jikalau saya haruys pulang dahulu, kemudian mampinr ke pasar,
di pasar yang dibeli ikan lele 1 kg, kok kesiangan pak katanya pedagang lele, habis ada pengumuman listrik akan mati jadi harus memberesi urusan air dirumah, kemudian beli ikan ekor juning, bumbu untuk menggoreng ikan, kankung 1 ikat besar dan apel hijau 1 kg buncis 1 kg pesanannya Tyas, sakhirnya pulang, sesampainya dirumah secepatnya mengolah makanan itu untuk dimakan, tidak beberapa lama kemudian makan pagi kami nbertiga Yasuin Asratari dan Saya sambil berlauk ikan ekor kuning, sedap, setelah itu ke pedagang Sapi bertiga, tengokin sapi yang akan dijadikan kurban sambil membayar uang muka, sesampainya di sana saya membayar Rp 3 000 000 ,-

Ke RSCM hari Pertama

Jumat 14 Januari 2005

Ke RSCM hari pertama

Kali ini yang ikut cuma Yasin, sebab sudah terlihat pucat sekali, dan makannya sangat susah, Tyasnya hanya ikut sampai Kramat Jati untukl selanjutnya naik kopaja melanjutkan ke Blok M ke Kantor untuk kontrol giginya di poliklinik PU kantor.
Sesampainya di RSCM membayar loket Rp 27 500 membayar Lab darah Rp 22 500 dan ternyata Hb nya Yasin 6,5
Shalat Juamat di Masjih ARH UI dengan topik Jumat perihal kurnam, pulang sampai dirumah jam 16.00, lewat Klender, Kalimalang, Bekasi dan Cileungsi, Gandoang.

Khamis, Januari 13, 2005

Rumah Starter

Rumah Starter.


Mengambil hikma dari sifat alam adalah terbatas, ketersediaan sumber daya adalah juga terbatas, bagaimana cara menangani pengungsi Aceh yang sedemikian besarnya dan harus melingkup sebanyak-banyaknya individu korban tsunami.

Dan jadikan semua peristiwa adalah pembelajaran, sehingga mengapa kita tidak memanfaatkan semua ini untuk mepotensialkan masyarakat setempat dengan bantuan yang ikut mengguyurnya.

Rumah starter adalah rumah inti dimana keluarga minimal bisa hidup dan berkembang, dan rumah sendiri bisa dikembangkan secara fleksible.

Konsep rumah ini bisa diwujudkan dalam rumah bertingkat, lantai dua atau empat, atau banyak. dan yang diambil adalah generiknya saja. Yaitu hal-hal yang pokok-pokok saja.

A. Rumah starter dalam bentuk Flat.

Tidak bisa disebut rumah, tetapi kamar-kamar yang terbagi, dalam satu kompound dan diatur dalam beberapa tingkat, hal generik yang harus ditanggung pemerintah dan bantuan asing lainnya terbatas pada konstruksi utama bangunan, kanstruksi dinding luar, konstruksi dinding pembagi, konstruksi lantai, kanstruksi sirkulasi vertical, penghawaan sudah diatur secara alamia sehingga perencanaan bentuk bangunan sebatas bentuk-bentuk linier, konstruksi saniteir termasuk pembuangan limbah makro, dsitribusi air bersih. Dan terakhir adalah konstruksi atap.

Jikalau tidak ada pencatutan dana bantuan masyarakat korban tsunami, perwujudan bangunan ini sangat cepat dan praktis, dan murah. Diusahakan setiap layer/ lantai bangunan jangan melebihi 40 rumah tangga, dan setiap tingkat jangan melewati empat lantai.

Dimana letak staternya, disebabkan keterbatasan konstruksi perluasan hunian setiap warga, maka starternya diharapkan tumbuh sebagai dorongan untuk mampu membangun ditempat lain dengan cara swadaya, selama kemampuan swadaya itu belum dimiliki, ia harus ditampung di rumah starter ini.



B. Rumah starter dalam bentuk unit sendiri dihalaman luas

Rumah, ya rumah sebab bangunan yang ditinggali satu keluarga itu hinggap di bumi, kemudian rumah starter yang dibiayai pemerintah dan dana bantuan itu terbatas pada konstruksi tiang utama, dinding luar, lobang-lobang jendela tanpa daun dan lobang pintu juga tanpa daun. Dan kontruksi atap, selebihnya adalah swadaya.

Bagaimana mengharap rumah starter itu berfungsi baik, apabila halaman yang disiapkan untu setiap unit rumah mencukupi, untuk wilayah perkotaan harus cukup dengan lahan 120 m2 sedangkan untuk wilayah pinggir dan perdesaan bisa lebih besar.





C.Menghitung ulang hak property korban bencana

Kesempatan baik, untuk mewujudkan Aceh yang lebih manusiawi. Jujur dan tidak mempermainkan hukum, adalah bagaimana menghitung asset property korban tsunami, satu hal yang ditekankan adalah tidak sejengkal tanah dari para korban stunami hilang tanpa ujung pangkal, kecuali yang tergerus oleh banjir dan limbasan air.

Bagaimana caranya, ya dipetakan ulang, ada peta Aceh setelah bencana, tetapi bagaimana mencari data peta Aceh sebelum bencana. Dari kedua data itu dijodohkan, mana yang terbaca dan ada warisnya, tetapi dalam penataan ulang Aceh, lahan itu sudah diperuntukan pada penggunaan lain, maka sipemilik pertama harus mendapat hak pergantian.

Saya melihat Tuhan Maha Pemurah, pasti tidak segelap itu menyelusuri hak property kurban tsunami, yang ingin diangkat dari pemikiran ini adalah penghitungan ulang sambil menata kembali kedepan bagaimana wujud Aceh mendatang, jadi jangan mengharap penataan ulang Aceh akan melahirkan Aceh sebelum bencana.

Penataan ulang Aceh akan melahirkan berbagai pemikiran, budaya Aceh harus tetap dilestarikan, budaya itu mempertemukan banyak perbedaan. Perwujudan space dari budaya itu adalah ruang yang luas berupa halaman yang disangkutkan kemana, kalau mau ditegakan syariat Islam maka untuk mewadahi budaya itu perlu halaman masjid yang luas, kalau budaya itu mau disangkutkan ke tata pemerintahan yang seperti sekarang ini, maka diperlukan halaman yang luas didepan kantor gubernuran, dan kalau budaya itu mau disangkutkan ke Keraton atau kerajaan Aceh terdahulu maka perlu dicarikan situs-situs keraton yang masih ada untuk tempat penambatan budaya tersebut.
Bagaimanapun juga bencana itu sifatnya spesifik, tetapi bantuan itu sifatnya umum, sehingga dua kutub ini jangan disatukan, contohnya kerena keterbatasan waktu maka rumah bantuan yang sekian ratus ribu unit diwujudkan dalam bentuk rumah unit standard yang cil cil cil, kecil, mencicil pembayarannya dan terpencil letaknya, sehingga akan menambah permasalahan baru, yang budaya hilanglah, antara lain.


Terima kasih




Ir.H. Siswoyo Seputro.

Juru Masak

Kamis 13 Januari 2005.

Juru Masak sebelum ke kantor.

Menjadi juru masak terlebih dahulu, sebelum berangkat kekantor, sudah dua hari ini semenjak ibunya anak-anak terbang ke Makasar melihat orang tua/ayahnya yang sedang berbaring lemah di RS Tamalanrea Makasar, kerena pecah pembuluh darah di otaknya, saya harus memasak terlebih dahulu sebelum meninggalkan rumah.

Yang menjadi bayangan adalah, anakku Yasin yang sangat sukar sekali makannya, dia memasuki rumah setelah pulang dari sekolah jam 12.00, ternyata rumah sunyi dan tidak ada makanan lagi.

Saya tidak mau hal itu terjadi, saya harus kuat, masak terlebih dahulu sebelum meninggalkan rumah.

Ya.. ya.. ya tadi pagi yang dimasak adalah tumis tauge campur sawi, kesibukan dirumah sudah aktif sejak jam 02.30 pagi, saat saya sadar saya harus mengerjakan puasa hari Kamis hari ini, mempersiapkan hidangan sahur sendirian, pada saat jam menunjukan jam 03.15, shalat tahajud baru dimulai, dan dikompor gas sudah dijerang air untuk membuat kopi sahur, dan ikan yang sudah dibumbui digoreng perlahan sebab membeku dari kulkas, perhitungannnya setelah shalat tahajud selesai semuanya sudah matang, makah sahur dimulai jam 03.45. cukup waktu bagiku, toh yang dimakan juga apa, dua ekor ikan goreng dan nasi sepiring, ditemani kopi secangkir besar.

Rabu, Januari 12, 2005

Istri berangkat ke Makasar

11 Januari 2005

Mengimami Shalat Shubuh di bawah tangga

Setibanya di bandara Sukarno Hatta, yang dikerjakan pertama adalah secepatnya mencari tempat shalat shubuh, soalnya jam sudah menunjukan pukul 04.45 wib, Yasin yang ikut serta mengantar ibunya ke bandara ikut berlari perlahan mencari dimana mushola berada, akhirnya diketemukan setelah seorang pembersih lantai bandara menunjukan tempatnya dibawah tangga besar.

Ternyata musholah yang sedemikian sempitnya itu banyak juga yang sholat, hanya terlihat kotor, bekas tiduran semalaman.

Tetapi, sewaktu shalat, Fifinya si bayi yang baru bisa berjalan ini, lepas dari barisan jemaah yang saya imami. begitu salam saya bergegas mencari, untungnya dia ditahan mata oleh penjaga kebersihan ruang shalat.

Keberangkatan ke Bandara tadi pagi diantar tetangga,Warsin, dengan mobil toyota kijang putihnya, sekitar jam 03.00 pagi, sampai di terminal Kampung Rambutan jam 03.40, langsung pindah ke Bus Damri Cengkareng.
Tepat jam 04.01 bus mulai bergerak, dan menembus kesunyian jalan Jakarta menuju Bandara.

Pulang

Setelah Istri dan Fifi memasuki ruang keberangkatan, saya dan Yasin mencoba melihat dari balik jendela kaca besar di dinding bandara, kumelihat mereka berhenti pada pendaftaran penumpang pada tujuan Makasar dengan maskapai penerbangan Adam Air, kemudian terlihat mengeluarkan uang, pasti membayar airport taks pikirku, kemudian kulihat berjalan lagi, Yasin sangat antusias melihat langkah-langkah kaki ibunya bersama adiknya menaiki tangga anjungan, Yasin nya pun ikut mengejar disisi luar, sayapun mengikutinya, dan terkihat ibunya berkali-kali berhenti membetulkan sepatu bayi yang dipakai Fifi, Fifinya nggak mau digendong rupanya, inginnya berjalan dilorong panjang bandara udara. sampai tak terlihat lagi, baru saya putuskan untuk pulang.

Menunggu bus yang akan pulang kembali ke Terminal Kampung Rambutan, sewaktu menunggu bersama keluarga muda dengan anak dua, dari Irian Jaya rupanya, terlihat dari keriting rambut dan panjang badannya, ternyata datang juga bus itu, dan benar juga, Yasin bilang, pa itu mobil yang kita naiki tadi pagi. Bus itu sempat dua kali mengelilingi bandara mencari penumpang yang akan pulang ke Kampung Rambutan. setiap memasuki terminal ( ada banyak terminal I A. I B, C, D E dan F ) banyak pesawat yang parkir dan Yasin selalu bertanya, nama pesawat tersebut.

Selama perjalanan pulang pagi itu, Yasinnnya tertidur, dia tidak mau duduk sendiri, maunya dipangku.

Setibanya di Terminal kampung rambutan, ganti angkot menuju Cileungsi, dan setibanya di Cileungsi ganti angkot lagi menuju Gandoang, sebelum berjalan menuju rumah sejauh 1100 m, mampir terlebih dahulu ke minimarket alfa untuk membeli roti.

Isnin, Januari 10, 2005

Mertua ku Sakit

Senin, 10 Januari 2005

Telepon itu berdering kemaren pagi, minggu 9 Januari 2005, dari adik ipar, memberitahukan jikalau ayah mertua masuk rumah sakit sejak hari sabtu pagi.

Telepon hari ini ternyata ayah mertua sakit stroke, perdarahan di kepala, disertai penguningan yang berarti terganggu livernya.

Mencoba konsultasi ke dokter Mas Budha di Bali melalui Hpnya, ternyata itu adalah sakit stroke, tidak usah dioperasi jikalau usia diatas 70 tahun, ada penguningan berarti terganggu livernya, umumnya dokter tidak mau ambil tindakan operatif jikalau ada gangguan fungsi livernya.

Keputusan Berangkat.

Akhirnya diputuskan Ibunya anak-anak berangkat bersama sang bayi fifi, naik pesawat Adam Air, besok, jam 6.25 pagi.

Jumaat, Januari 07, 2005

Motor Ngadat Lagi

Kamis, 6 Januari 2005

Kali ini sangat parah, pagi hari sewaktu memanasi mesin motor, sebelum jam 06.00, saya mencoba mengendarai motor bersama Fifi, sibayi kecil yang selalu mengantar ayahnya ke kantor, ternyata motor tidak mau bergerak, walau dimasukan persneling 1.

Tetangga belakang mencoba menolong, seraya mencoba menghidupkan mesin dan memasukan ke persneling 1 tetapi roda belakang berhenti sewaktu ditahan dengan kakinya, wah ini kampas kopling, katanya.

Setelah shalat dhluha jam 06.30, saya mendorong motor menuju bengkel, perjalanan 1000 m itu terasa jauh, sesampainya di bengkel, saya menceritrakan perihal kampas kopling pada motor, tetapi tukang bengkel mengatakan rasanya sih bukan kampas kopling, mari kita lihat, dan tidak seberapa lama motor pun dibongkar.

Setelah terbuka semua, baru diketahui jikalau bukan hanya kampas kompling yang harus diganti, tetapi rumah kopling juga harus diganti, sebab pinggirannya sudah termakan kopling.

Mengingat waktu, setelah anak buah bengkel itu berusaha mencari pengganti yang serupa disekitar bengkel, toh juga tidak ada, maka saya mau ikut mencari rumah kopling di kota kecamatan Jonggol.
Tidak beberapa lama pun saya telah berkendaraan angkot biru jurusan Jonggol sambil membawa sample rumah kopling yang akan diganti.

Sewaktu angkot yang saya naiki menurunkan saya di ujung pasar baru kota Jonggol, saya bertanya, tadi katanya tahu toko yang menjual onderdil motor, tukang angkot itu hanya tenang saja tidak bereaksi.

Akhirnya saya harus menaiki angkot lagi sebab orang banyak mengatakan toko onderdil telah kelewatan jauh, Kota Jonggol termasuk kota kecamatan lama, terlihat dari pertokoan nya masih bergaya lama, tetapi herannya toko onderdil motor banyak juga, dari yang kecil sampai yang kecil tetapi lengkap yang dijual, toko pertama yang saya masuki, mengatakan jikalau rumah kopling yang saya contohkan itu tidak ada, saya berjalan lagi, hingga lima toko, pada toko onderdil yang kelima, antara harap cemas, saya mengharap semoga toko terakhir ini ada menyediakan barangnya.

Setelah barang yang saya sodorkan sebagai contoh barang yang dicari diterima pemilik toko, kemudian sipemilik itu menghilang dibalik rak rak jualan anderdil motor yang penuh sesak, tidak seberapa lama pemilik toko itu kembali sambil membawa sebungkus karton yang berisi barang yang saya cari.

Lega rasanya perasaan, waktu telah lama hilang, setelah membayar Rp 30 000,- saya kembali berkendara angkot menuju bengkel dimana motor dibongkar, ada suatu kesan terhadap kehidupan di kota Jonggol, yaitu semangat berusaha manusianya sangat tinggi, apa saja terlihat dijual, dari terlihat adanya beberapa unggukan pasir bahan bangunan di sepanjang jalan 2 km sebelaum memasuki desa Gandoang, kemudian rumah makan yang berserakan dengan berbagai makanannya, mengingat kota ini dilewati kendaraan ke Bandung dari Jakarta apabila kondisi kendaraan di Puncak Cianjur macet, dan yang lebih memukau adalah banyaknya toko onderdil motor.

Sejak dahulu, masyarakat Cariu, masyarakat Jonggol, dan masyarakat Cileungsi, sangat tajam seleranya soal motor, ternyata ada banyak toko onderdil ini yang menyebabkab jaminan service kendaraan bermotor bisa berharap hidup, walau kerusakannya seseram apapun.

Setibanya di bengkel motor dimana kendaraan saya lagi dibongkar, saya serahkan barang yang saya cari dan ternyata tidak sampai 30 menit, kendaraan sudah usai, setelah diperkeras beberapa baut maka kendaraan siap dibawa pulang, rincian yang harus dibayar dibengkel adalah biaya bongkar pasang Rp 15 000,- biaya Kampas Kopling Rp 35 000,- Olie Federal yang diganti Rp 17 000,- masih lebih murah jikalau bengkel di Jakarta.

Demam Lagi

Setelah dari bengkel, istri minta diantar bayar listrik, tidak usa kekantor katanya, melihat saya agak pucat, memang hari ini kamis saya melakukan puasa, tetapi badan terasa demam sedkit. setelah bayar listrik, saya istirahat tiduran dan cukup nyenyak selama 10 menit, kemudian istri minta diantar ke Puskesmas kerena sakit giginya, jam sudah menujukan 11.30 siang, sepulang dari Puskesmas, saya demam, istirahat lagi. ternyata dema ini sangat memuncak pada jam 1.00 tengah malam, terpaksa harus mengambil kunyit dan dibuka lantas dicuci dan dikunyah dan ditelan, terasa enak dan badan dingin, akhirnya ngantukpun datang