selamat berjumpa semoga tidak marah-marah

Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka hanya menipu diri sendiri sedang mereka tidak sadar. (QS. 2:9)

In trying to deceive GOD and those who believe, they only deceive themselves without perceiving


Isnin, Januari 24, 2005

Menjemput Istri

Kamis, 20 Januari 2005.

Bus Bandara Blok M ke Bandara Cengkareng telah lewat, saat itu jam menunjukan pukul 11.00, saya berjalan bergegas, terminal pemberangkatan masih 400 meter lagi , saya berharap akan naik bus periode berikutnya, bus bandara diberangkatkan setiap setengah jam sekali. sewaktu saya menelepon tadi pagi, ia mengabarkan akan naik pesawat Celebes Air yang berangkat dari Makasar 13.00 siang, masih banyak waktu pikirku.

Bus Bandara itu akhirnya kudapat, yang naik baru beberapa orang, jam di bus menunjukan pukul 11,11 siang, mendekati jam pemberangkatan pengamen jalanan masuk ruang bus dan mulai bernyanyi, tepat jam 11,30 bus diberangkatkan, bus sudah penuh sesak, kapasitas bus periode ini kecil, 25 tempat duduk, banyak yang berdiri.

Dalam perjalanan ke Bandara saya berfikir, pemerintah negaraku dalam menentukan waktu shalat idul adha saja kok beda-beda, sebagian besar orang mengerjakan ikut pemerintah yaitu hari Jumat, 21 Janusri 2005, sedangkan yang shalat idul adha hari ini berpedoman bahwa hari ini jemaah haji di Makka Arab Saudi sedang merayakan Shalat Idul Adha, sedangkan di indonesia 4 jam terlebih dahulu, berarti beda waktu kan tidak terlalu sangat dengan Arab Saudi, sepantasnya shalat idul adha ya hari ini, kalau sampai hal ini pemerintah tidak bisa memutuskan, berarti pemerintah ini kurang pandailah untuk mengambil sikap, sehingga cenderung ragu pada segala tingka lakunya termasuk dalam penentuan kapan bencana alam seperti tsunami di Aceh, sudah bisa dipastikan pemerintah tidak bisa menentukan, tetapi kenapa pemerinrttah negara lain kok bisa, bukan manusiakah mereka.

Kecerdasan berfikir itu biasa nya menutup kesemua aspek, orang cerdas tidak bisa sepotong-potong, sehingga islam dengan segala ketentuan pembatasannya dan ketetntuan penganjurannya, seharusnya diimbangi dengan sikap ketepatan waktu mennetukan pelaksanaannya dan mengikuti aturan sunah rosul, tidak menambah-nambah yang disebut bi'dah.

Tidak terasa bus telah sampai di bandara, sewaktu ada penumpang ada yang menanyakan dimana terminal penjemputan pesawat Celebes Air, supir bus menunjukan terminal 1 C, di terminal itulah saya turun bersama penumpang bapak dengan seorang cucunya menjemput anaknya dari Makasar, setibanya di teras bandara saya melihat kearah musholah orang mengerjakan shalat dlhuhur, akhirnya kuputuskan terlebih dahulu mengerjakan shalat dlhuhur, berjamaah dengan penumpang lainnya.

Lama menunggu, akhirnya timbul pikiran, apakah mungkin saya salah menunggu, saya mencoba menanyakan kebagian informasi betulkan di terminal ini saya menunggu kedatangan pesawat Celebes Air dari Makasar, ternyata jawaban bagian penerangan itu sangat mengejutkan, bapak seharusnya menunggu di terminal 1B, berarti saya harus berjalan kekiri sejauh 500 m lagi, kesana saya menuju, memang inilah bangsaku, informasinya tidak bisa dipegang.

Setibanya di terminal 1 B saya menanyakan ke bagian reservasi kedatangan di pintu masuk apakah betul pesawat Celebes Air dari Makasar nanti turun di terminal ini, betul katanya dan jamnya nanti 14.45. sekarang jam baru menunjukkan 13.00, berarti ada waktu untuk makan siang, saya ,mencari makan siang, saya tahu jikalau harga makanan di bandara adalah mahal, sayapun tahu jikalau banyak juga orang yang punya uang pas-pas an.

Saya melihat kearah parkir kendaraan jemputan dan taksi, saya pikir pasti banyak para supir yang mempunyai warung atau tempat makan, betul juga akhirnya saya menuju kesana, setibanya disana saya lihat warung itu banyak dikerubuti oang-orang yang hendak makan siang, model jualannya adalah satu paket nasi dengan sayur harga standard Rp 4 000,- sepiring, sayurnya ada pilihan, soup-soup an atau sayur asem, kemudian jikalau ,mau menambah ada banyak bungkusan plastik yang berisi cumi-cumi balado dihargai Rp 5 000 ,- sebungkus rendang sepotong daging harga Rp 4 000 ,- dan banyak lagi. saya memutuskan membeli makan siang nasi paket dengan soup-soupan, bagiku sudah cukup sedap, sebab didalam sayur soup itu sudah terdapat potongan daging sapi.

 Kembali lagi keterminal kedatangan dan menunggu, jam sudah menunjukan 14.00, akhirnya tapat jam 15.00 saya melihat istri bersama bayi Fifi yang digendong sambil membawa tas tentengan, saya cepat menghampiri, dan menggendong Fifi, ternyata fifi sedang buang air besar dan diganti celananya, sambil menunggu kedatangan bus yang akan membawa ke Terminal Kampung Rambutan, bus yang ditunggu itu datang, bus berangkat jam 15.30.

Selama perjalanan istri ceritra jikalau bapak mertua sakitnya, semua terkosentrasi di rumah sakit, tidak ada yang mikirin akan membawa oleh-oleh, tetapi sewaktu istri pamitan akan pulang ke Jakarta di rumah sakit, ayah mertua dalam keadaan sadar, sempat melambaikan tangannya ke Fifi.

Melewati kemacetan kota Jakarta disore hari dan tiba di terminal Kampung Rambutan jam 17.00, langsung mencari musholah untuk mengerjakan sholat Ashar, setelah itu makan bakso terlebih dahulu dihalaman musholah,

Setelah mendapatkan angkot 121 tujuan Cileungsi saya berpisah lagi dengan istri, ia naik angkpot itu pulang sedangkan saya naik metromini nomer 76 tujuan blok M untuk mengambil motor di kantor.
Jam 18.45 saya memasuki kantor, langsung mengerjakan shalat Maghrib, di awal malam itu saya berteman menteri Perumahan satu lift dengan saya denga dua orang pengawalnya, tidak terjadi komunikasi. sebab mendadak.

Meninggalkan kantor untuk pulang jam 19.00, selama perjalanan tidak terlalu macet, sempat isi bensin terlebih dahulu, kemudian meluncur pulang, disepanjang perjalanan mendengar Hp berbunyi tetapi saya biarkan saja takut kecelakaan ditengah keramaian lalu lintas, jalanan basah habis hujan seharian, setiap melewati musholah atau masjid selalu terdengar gemah takbir idul adha, akhirnya tiba di pangkalan penjualan sapi kurban yang saya beli telah membayar separuhnya, malam ini saya bayar lunas sisanya sebesar Rp 2 800 000 ,- saya melihat sendiri sapi dinaikan ke atas truk tetapi tidak sendirian, diatas truk itu sapi berteman dua ekor lainnya, berarti akan keliling mengantarnya entah saya dapat giliran yang kebebarapa.

Menggiring sapi di tengah malam.

Istri yang baru datang dari Makasar bersama anak-anak menunggu dimana sapinya, kapan diantarnya, hingga ngantuk pun datang menghampiri, akhirnya seisi rumah tertidur.
Ditengan malam pintu diketok seseorang, setelah dibuka, rupanya ia utusan dari masjid, memberitahukan jikalau sapi telah tiba, akhirnya saya memutuskan naik motor jemputan itu untuk pergi ke masjid untuk menengok sapi yang datangnya ditengah malam.
Dan sesampainya dihalaman masjid, sapi itu telah diikat dipagar masjid, saya hanya menyalami pengantar sapi dengan mobil bak terbukanya, sipengantar sapi ya si penjual sapi yang menentukan harga sapi itu juga.
setelah selesai bincang-bincang di iringi ngantuk yang amat sangat, halaman masjid saya tinggalkan untuk melanjutkan tidur malam.

Tiada ulasan: