selamat berjumpa semoga tidak marah-marah

Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka hanya menipu diri sendiri sedang mereka tidak sadar. (QS. 2:9)

In trying to deceive GOD and those who believe, they only deceive themselves without perceiving


Rabu, Disember 08, 2004

Vonish

Sirene dipagi hari
Rabu, 8 Desember 2004. sekitar jam 07.30 Saat saya dan anak-anak, Yasin, Astari dan Tyas hendak berangkat sekolah, baru keluar dari jalan lingkungan perumahan, memasuki jalan desa Gandoang, beriringan mabil hijau tentara dikawal dengan jip pembuka jalan, mengawal truk pengangkut personal melintas berlawanan arah dengan saya. anak-anak bertanya, mau kemana mobil ini pa, ke Bojong jawabku sekenanya, sebab dikawasan ini mana sih yang perlu dipermasalahkan kecuali peristiwah Pembuangan Sampah Akhir di Bojong yang tidak disetujui oleh penduduk, tetapi pemerintah dengan kekuatan bersenjatanya, baik dari tangan polisinya dan pagi ini terlihat tangan militernya yang hendak menekan masyarakat, ditekan bagaimanapun masyarakat akan tetap bergolak, orang miskin tidak takut mati, tetapi timbul pertanyaan, apakah pantas dinegara yang tidak ada penjajahannya pemerintahannya menekan rakyat, ataukah memang pemerintah Indonesia dalam rangka menangani rakyatnya menggunakan pola-pola Penjajahan, Biaya pembelian alat-alat tempur digunakan untuk menghadapi rakyat yang tidak bersenjata, Wahai masyarakat Bojong, Cileungsi dan Gandoang, sejak dahulu engkau adalah warga pandekar, hadapilah dengan keperkasaanmu semua aral melintang yang memberatkan mata. sementara kendaraan roda duaku melaju kekantor dengan kecepatan rendah yang penting jangan sampai melewati 50 - 60 km/jam.


Ya Allah Saya Tidak Bisa memuja kebesarannmu seperti sifat kebesaranMu sendiri Ya Allah

Selasa, 7 Desember 2004.

Vonish Paling Mencekam,
" Pak, Motor bapak rusak berat, ganti ring seger, ganti klep, ganti seher dan ring, ganti to set, ganti pen seher, ganti sill klep, ganti olie ganti busi, kotter cylinder blok." saya terdiam sesaat, saya mengiyakan dan terdiam, begitu mencekam pengalaman itu.sudah terbayang berapa duit yang harus dikeluarkan untuk baikknya kendaraan ini, " bagaimana pak dikerjakan nggak?" ya kerjakan saja" akhirnya kendaraan itu dibongkar mesinnya, awalnya sih sepulangnya dari Cianjur selatan, kecamatan Tanggeung, 80 km dari kota Cianjur, hari minggu itu, motor bunyinya kok tidak enak, kemudian pagi ini ke bengkel niatnya mau ganti olie saja, tetapi sewaktu tutup olie motor di bujka ternyata tidak ada olie yang mengucur keluar, keluarnya kental bertetes dan terkumpul seperempat gelas, dari penampilan ini teknisi motor dibengkel menyimpulkan jikalau motor dalam kerusakan keras. Akhirnya motor diurai habis mesinnya dan saya menunggu menemani motor yang lagi direperasi, Banyak pertanyaan yang dilemparkan teknisi motor ke saya, " kok bisa begini pak motornya ", " Habis dipakai ke Cianjur Selatan pada hari minggu kemaren, menghadiri undangan pernikahan seorang guru SD yang mengontrak rumah di komplek RT Puri Cileungsi, Banyak nasehat yang diuraikan, lain kali sebelum pergi lihat oleinya dulu pak pesannya, tapi saya taksir, memang sebelum pergi saya sempat ganti ban terlebih dahulu, kerena akan membawa istri, tetapi masin, saya pikir kan belum sebulan dari jadwal kontrol olie mesin sejak tanggal 9 november bulan kemaren, taksiranku, mesin panas akibat lama pemakaian dan panjang jalan yang ditempuh, panasnya mesin menguapkan olie, sehingga olienya sat-tandas.
Bakso lebih besar bola Tennes
Selama menunggu motor diperbaiki, saya melihat penjual Bakso sebesar lebih besar bola tennes yang nongkrong didepan bengkel, sangat laris didatangi pelanggannya, ibu-ibu yang menemani bapaknya memperbaiki motor dibengkel yang paling banyak membeli, tetapi tak kalah pula ibu-ibu yang datang khusus berteman tiga dan dua orang datang berkendaraan dan parkir dan nongkrong mengudap bakso besar-besar itu, dipilih bentuk sebesar itu menurutku adalah hasil pemikiran pedagang bakso yang melihat pasar jenuh akibat bakso yang kecil-kecil yang tidak memberi arti, besarnya bakso juga merupakan tayangan pemikat pelanggan untuk mencoba mencicipi, inilah kekhasan bangsa indonesia dengan inovasinya.
motor ini pernah mogok pak, kata teknisi kepada saya, pernah sewaktu akan memasuki kecamatan Sukanegara, kemudian teknisi itu mengambil kepala mesin yang diganti yang disebut segernya, sambil diperlihatkan kepada saya ia berkata, inipak yang menyebabkan mogok, ada baret-baret tebal dan banyak dan terasa ditangan , sedangkan diblok mesin terdapat baret juga, seseuai dengan gesekan seger, mesin ini sempat panas membara akibat tidak ada olie , untung masih bisa kemari tidak didorong.
Hari Minggu 5 Desember 2004, persiapan berangkat ke Cianjur Selatan, pagi sesudah shalat shubuh, kepasar, sebab semalam Yasin minta dibeliin kacang kulit untuk direbus, makan kacang rebus dihari minggu sangat lejat katanya, sekitar jam 08.30 saya berdua bersama istri berangkat ke Cianjur, dari rumah berbelok kearah kanan, arah yang paling jarang saya tempu, kalau berbelok kekiri dari pertigaan Gandoang ya setiap hari kalau kekantor, tapi berbelok kanan ke arah Jonggol sangat jarang, belum tentu satu kali dalam setahun, Kali ini berbelok kenan, yang kuingin tahu adalah perkembangannya sampai dimana selama ini, jalan yang menjadi sengketa ke desa Bojong tempat pembuangan sampah akhrir di perempatan cipicung pun sudah kulewati, akhirnya memasuki kota Jonggol, sempat menerangkan keistri masjid yang dipakai itikaf ramadan sewaktu Aswan klas SD sekitar tahun 1996. Jonggol sudah dilewati jalan mendaki kecepatan sekitar 50 Km per jam, masuk Kecamatan  Cariu kemudian memasuki wilayah pekuburan cina Xianxi "oh ini kuburannya, soalnya sering mendengar sirene mobil duka membawa jenazah cina", kemudian memasuki kawasan bukit gundul yang sering dihubung-hubungkan kalau pedagang mau cepat pelarisan ya datang kesini, bagiku begitu aja kok bisa kasih kaya seseorang, memangnya Tuhan semesta alam dikemanakan ?. perjalanan semakin mendaki memasuki kawasan yang sering longsor. ini wilayah puncaknya ma, jelasku pada istri, kemudian menurun memasuki wilayah Cianjur, di pertigaan ada tertulis arah Cianjur kota, saya mempisahkan diri dengan jalan utama ke Bandung, memasuki arah Cianjur kota melewati Cikalong kulon, jalan lebih jelek, berlobang, kiri kanan banyak hutan karet, jalan itu panjang memasuki arah kota, sekita mendekati kota, jalan menjadi baik, keramaian semakin meningkat, akhirnya memasuki kota Cianjur, tetapi kemana batas patahnya jalan ini, diijung jalan terlihat lampu lalu lintas, ini akhir penggal jalan memasuki kota Cianjur, belok kiri, dan berhenti didepan polisi menanyakan arah kemana tujuan, istri saya meraih tas mencari peta dan disodorkan ke pak Polisi, oh Tanggeung, 3 jam dari sini, kira-kira 80 km jaraknya, arahnya ini lurus kearah sukabumi, setelah 3 km dari sini akan menjumpai kuburan cina dan berbelok kekiri lurus sampai habisnya jalan, Penjelasan polisi itu tidak merubah niatku untuk tetap bertahan menuju sasaran, Tukang ojek yang saya tanya pada keheranan, soalnya kalau orang sini mau kesana ya naik mobil angkutan umum, lho kok ini naiki motor, pasti bukan orang sini ya katanya, ketidak tahuan itu yang melajukan motorku menuju Tanggeung, lama kemudian memasuki kecamatan Cibeber, kota kecamatan ramai diapit perbukitan, jalan terus keluar dari kota kecamatan dijumpai longsoran bukit yang habis dibersihkan menutup jalan, tetapi kendaraan bisa melintas, kemudian melewati pendakian menuju perkebunan wilayah VIII dan hamparan teh kiri kanan, jalan sepi dan tak banyak menjumpai kendaraan berpapasan, setelah jalan mendaki sekarang menurun, juga begit disaat jalan menurun tidak berani cepat, disaat mendaki pun tidak berani cepat, sebab jalan sering berbelok keras dan menuurunnya juga begitu, jurang kiri kanan sangat terjal, akhirnya memasuki kecamatan Cempaka, maju terus, pikiranku seperti memasuki lobang sumur yang tak habis-habisnya, waktu mendakipun seperti mencari gunung yang dimana puncaknya, pakoknya santai aja sambil bergurau, terkadang cuaca panas dan terkadang sejuk, memasuki kecamatan Sukanegara, paling spesifik di kecamatan ini ada Pengisian Bahan Bakar besar, dekat Masjid dan dekat Puskesmas, kota kecamatannya antrem, saat itu terdengar adzan Dzuhur berkumandang, diputuskan untuk mampir shalat Dhzuhur di masjid depan, motor tetap melaju dan disisi kanan terlihat masjid dan masuk, istirahat, kaki rasanya kemeng sekujurnya, istri saya pun sempat menggeliatkan tangannya menghilangkan kecapaeannya, pinjam sandal, tempat wudhunya didepan bawah, naik trap masjid dua anak tangga memasuki masjid yang sepi, shalat dua rakaat, shalat tahalul masjid sebagai ucapan selamat datang masih bisa memuja Allah yang Maha Besar, kemudian berjamaah shalat dzhuhur berdua dengan istri, dirakaat terakhir terdengar seseorang datang bergegas langsung mengumandangkan adzan dzhuhur yang tertinggal, setelah selesai shalat saya bergegas menghidupkan kendaraan untuk mencapai tujuan secepatnya, kendaraan keluar kota kecamatan sukanegara, kondisi kecamatan makmur, terdapat dealer motor yang berarti ekonomi penduduk membeli motor kecukupan, jarang terlihat rumah jelek, jalan mendaki lagi dan mencapai kebun teh dan menurun berbelak belok dan memasuki kecamatan Pagelaran, tinggal satu kecamatan lagi mas, kata istriku menjelaskan, kendaraan dilajukan kembali, jalan menjadi rusak akhirnya pasar Tanggeung pun didapat, tanya dimana ada perkawinan, saya yakin kalau didesa ada perkawinan pasti gemahnya banyak penduduk yang dengar dan tahu, hal itupun tepat dugaanku, penduduk menunjukan arah lurus aja dipinggir jalan kok, motor melaju lagi dan setelah melintasi jalan jelek berlobang, mendaki dan menurun, akhirnya diujung belokan patah mendaki terdapat tenda perkawinan, motor saya arahkan ke tetangga sampingnya untuk meminta kesempatan istri saya salin baju yang dikenakan, sampai tuitik ini sudah 150 km jarak yang kutempuh dari rumah, suasanah gembira, salam salaman sang pengantin gembira, orang tuanya gembira didatangi tamu jauh-jauh setelah makan dan minum cepat-cepat minta diri takut kemalaman dijalan, 

Mogok ditengan jalan.
Perjalanan pulang, sekeluarnya dari kecamatan Tanggeung, hujan deras mengguyur, berhenti sebentar pasang mantel hujan, kendaraan berjalan lagi diketinggian saat mendaki terasa kendaraan tidak bertenaga, mogok, dan mencoba diengkol dengan kaki, engkol tidak berfungsi, coba-coba dihidupkan dengan starter motor, mau hidup, dan berangkat lagi. hujan masih mengguyur, melewati kebon teh di Pagelaran, banyak motor yang searah pulang berjalan bersamaan, kendaraan angkutan perdesaan dengan sarat muatan didalamnya.

Kapan bisa ketemu lagi 
ucapan ini terungkap saat bersalaman dengan seorang tua di masjid di kecamatan Sukanegara, setelah mengisi bensin premium Rp 10 000 ,- penuh tangki motor, saat sedang mencari Masjid untuk mengerjakan shalat ashar kendaraan melaju kecepatan sedang. tiba- tiba dari bali pepohonan menyembul menara Masjid dan kesana kendaraan diarahkan, hanya seratus meter berbelok kiri dari jalan raya, sebelum jembatan, disisi kanan jalan terbujur bukit tinggi-tinggi, batu putih, gampang longsor, Lokasi sejuk dingin dan sangat baik untuk membuat sekolah pikirku, saat shalat berjamaah dengan istri ikut seorang tua lelaki dibelakangku shalat berjamaah ashar, dan sesudah shalat , saat bersilaturahmi dengannya sempat menanyakan siapa gerangan yang memiliki rumah dikanan masjid, istrinya orang sini dan suaminya orang arab katanya, oh sering hal itu terjadi, awalnya saya mendengar itu dari pak Marzuki Usman bahwa ada gejala baru, para pemuda arab mencari istri sampai dipedalaman Cianjur, Sukabumi, naik pesawat dan melamar dan menikah, hal ini disebabkan pernikahan di Arab sangat mahal maharnya, setelah itu saya bersalaman dengannya mohon diri sambil mengucapkan kapan bisa ketemu lagi, hati kecilku menaksir bahwa ia akan meninggal. pesannya cepat pulang wilayah ini sering longsor apalagi hujan-hujan begini, jam sembilan dan sepuluh baru masuk rumah katanya menduga, setelah tahu jauhnya jalan yang hendak kutempuh, pulang.

Puncak 
Terasa sekali sewaktu melewati kecamatan terakhir wilayah Cianjur selatan yaitu kecamatan Cibeber, kendaraan memadat, mau nyalip tidak bisa, ikut melambat, jalan kecil, kendaraan arah depan juga banyak, akhirnya pertigaan itu didapat, kekiri arah Sukabumi dan Bogor, kekanan ke Bandung, saya ambil kiri, kendaraan bisa berlari cepat, kemudian kota Cianjur dilewati dariri sisi baratnya, ketemu jalan kekiri bogor lewat puncak kalau lurus ke Jakarta lewat Jonggol, kerena hari menjelang maghrib saya tidak mau ambil resiko lewat kesunyian Jonggol, dari Cianjur ke Puncak jalanan dipenuhi bus pariwisata, jalan mendaki, kendaraan tidak bermasalah, sampai melewati puncak, kemudian jalan menurun, shalat maghrib di Cisarua, beli jagung 40 biji Rp 15 000 .- makan di Bogor, soto kambing minyak samin, di bogor Cibinong macet luar biasa, kemudian memasuki wilayah Angdam , tembus Cibinong, belok kiri memasuki jalan potong ke gunung putri, citerup cileungsi rumah. masuk rumah jam 21.30 malam, Tyasnya masih belum ngantuk bersama fifi, fifinya setelah disusuin dengan ibunya langsung nyenyak tidur.


Tiada ulasan: