selamat berjumpa semoga tidak marah-marah

Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka hanya menipu diri sendiri sedang mereka tidak sadar. (QS. 2:9)

In trying to deceive GOD and those who believe, they only deceive themselves without perceiving


Khamis, Mei 08, 2008

Persiapan ke Jogjakarta

Rabu, 16 April 2008.

Jam 00.30 hujan deras mengguyur bumi, untungnya sudah sampai dirumah dari perjalanan panjang Hotel Borobudur.
Jam 04.00 sudah bangun persiapan untuk menjumpai salah seorang jajaran Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor, Jam 07.00 pagi. tepat jam 05.00 setelah shalat shubuh dan sarapan pagi dengan cumi-cumi yang dimasak dengan istri, sarapan ini sangat mewah rasanya, saya tidak membayangkan pejabat yang paling top di negeri ini apakan ia bisa makan pagi dengan cumi-cumi besar, setelah itu bermotor bersama istri dan Fifi yang tak mau ketinggalan dalam pertemuan antara beberapa orang tua penderita Thalasemia Kab Bogor dengan jajaran Dinas Kesehatan Bogor.

Yasin yang sendirian ditinggal dirumah ia dibekali uang sebesar Rp 6 000,- sudah termasuk ojek Rp 2000,-

Perjalanan ke bogor pagi ini sangat asyik, dari cuaca yang masih gelap, ternyata istri kemaren siang sudah mempersiapkan makanan yang dibungkus serupa dengan arem- arem,yaitu nasi dengan isian dan lombok tentunya untuk mengganjal perut, sebab dibayangkan besok kalau ada orang tua penderita Thalasemia yang datang siapa yang akan memberi makan.

Perjalanan sangat macet beriringan dengan kendaraan truk semen yang akan masuk kepabrik, dan panjang kemacetan sampai 3 km. Perbaikan lapis atas aspal dijembatan Cibinong telah dilakukan rupanya lubangnya tidak separah awal bulan ini sewaktu ke dinas kesehatan pertama kalinya.

Jam 07.10 sudah tiba di Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor, suasana masih sepi, secepatnya kesudut kompleks dimana musholah dinas diletakan, untuk mengerjakan shalat Dlhuha, saat itu saya melihat sepatu saya yang berlumpur dan bernoda sebab jalanan sangat basah sebab semalam hujan, sepatu yang saya pakai adalah sepatu dalam ruangan, bukan sepatu perjalanan yang siap menerima basah hujan dan kering diwaktu panas, dan sepatu itu dipakai sejak kemaren sore sewaktu meninggalkan kantor menuju hotel Borobudur.

Sepagi itu ternyata ada seorang dinas kesehatan yang telah mengerjakan shalat, seiring waktu saya mengerjakan shalat sambil berbesih diri sebelum ketemu jajaran dinas kesehatan, Fifi dan ibunya terlihat berada ditempat shalat khusu wanita.

Jam 08.00 pertemuan dengan Pak Suryo salah seorang kepala bidang Dinas Kesahatan dengan ditemani 3 orang tua penderita Thalasemia yang rumahnya di Bogor, dan tidak beberapa lama datang lagi 3 orang ibu penderita yang datangnya terlambat.

Acara diisi penjelasan tayangan perjalan singkat penyakit Thalasemia, penjelasan ini dilampiri dengan heandout, Tayangan Film Thalasemia dan Tayangan Power Point menjelaskan Thalasemia Indonesia.

Kerena banyaknya informasi kesehatan yang harus dicerna oleh jajaran dinas kesehatan, dalam waktu singkat, akhirnya Dinas Kesehatan minta waktu untuk mempelajari semua permasalahan Thalasemia di Kabupaten Bogor.

Salah satu usulan saya dalam handout tersebut adalah membentuk motivator kesehatan bidang thalasemia yang diletakan di setiap desa yang dimana di desa itu ada penerbitan Surat Keterangan Tidak Mampu dalam merawat anak yang menderita Thalasemia.

Tugas Motivator kesehatan Bidang Thalasemia yang paling esensial adalah mengingatkan kepada calon pasangan pengaten sebelum menikah untuk memeriksakan darah Hb analisa, Pemeriksaan darah sebelum menikah, terutama diBogor ini banyak anak Thalasemia yang meninggal tanpa dirawat. sehingga sang motivator harusmembangkitkan semangat orang tuanya untukmau merawat ke Rumah Sakit Besar.

Jam 09.10 acara berakhir, dan banyak ibu-ibu yang masih bertanya perihal proses mengurus Jaminan Kesehatan Masyarakat, tetapi penjelasan kali ini terpaksanya dijelaskan diluar ruangan sebab POPTI Bogor belum terbentuk dan banyak permasalahan yang harus diselesaikan.

Acara pulang rencananya Istri dan Fifi saya anjurkan untuk naik bus dari Terminal Baranangsiang, tetapi Fifi ngakmau dipisahkan,ia terlihat agak menangis, walau tidak menangis, akhirnya ya saya gonceng lagi sampai Pasar Cibinong istri turun dengan Fifi untuk menyebrang jalan ke kanan mencari angkot tujuan Cileungsi, sementara itu saya berjalan lurus menuju Depok, UI, Pasar Minggu dan langsung Lebakbulus.

Setibanya di kantor, sempat ditanyakan,katanya keBogor,saya bilang sudah,lho kok cepat, pertemuannya sendiri jam 07.00 dan sudah selesai tadi pagi,lantas berangkat dari rumah ya jam 05.00.

Acara ke Jogjakarta rencananya besok, tetapi sampai jam 10.00 pagi ini belum jelas keuangannya, bendahara saya tanya kenapa ngak dikeluarkan uang tiketnya, bendahara berkata belum ada perintah, tunggu pak Botak pak Endar, sekarang ia sedang jadi saksi perkawinan tetangganya.

Saya sempat berfikir ringan, kalau ngak jadi juga ngak apa-apa. sekitar habis shalat Dlhuhur, pak Endar datang dan ia mengakui jikalau belum memberi perintah mengelurkan uang utnukpmberangkatan keJogjakarta, Iin yang diperintahkan utnuk menghubungi travel iamemesan tiket Mandala untuk tiga orang ke Jogja Besok pagi, yang berangkat adalah saya, pak Kuat dan pak Nardi.

Jam 14.00 saya diberi uang jalan sebanyak Rp 1 900 000.- sudah termasuk uang tiket, penginapan,boarding pas, taksi.

Jam 15.00 Tiket Mandala datang berupa selembar print out tulisan komputer yang menerangkan siapa yang berangkat, nomer tiket dan pesawat yang digunakan serta jam lapor dan tujuan.

Jam 16.00 saya tinggalkan kantor, dengan mengenggam buku pegangan penilaian kegiatan 2008 yang cukup tebal.

Dalam perjalanan pulang dihajar hujan didekat perumahan Duta, sekitar 5 km sebelum masuk rumah. lebatnya hujan ini membuat saya tidak bisa berbuat apa-apa, walau sudah mengenakan jas hujan segala tetapi sepatu ya masih basah juga.

Sesampainya dirumah hujan tidak turun selebat tadi, terasa hujan sepotong-potong, sesudah maghrib pinjam pesawat telepon dari tetangga rumah, untuk menghubungi pak Marsudi, sebab besok pagi akan menitipkan sepeda motor kerumahnya.
Tiba-tiba ingatan nomer teleponnya pak Marsudi hilang, sehingga saya harus menghubungi 108 utnukminta nomer.
Persiapan pemberangkatan ke Jogjakarta dilakukan secepatnya,m terutama dokumen-dokumen dan alat-alat elektrik sebab sering lupa kalau mendadak.

Tidur panjang sejak jam 20.00 malam.

Tiada ulasan: