selamat berjumpa semoga tidak marah-marah

Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka hanya menipu diri sendiri sedang mereka tidak sadar. (QS. 2:9)

In trying to deceive GOD and those who believe, they only deceive themselves without perceiving


Jumaat, November 13, 2009

ke Makam di Tengah Malam

Kamis, 20 Agustus 2009.

Pagi sekitar jam 03.00
Saat jam pembangun tidur di Hp berbunyi, saat mana sebaiknya menghadap kepada Tuhan Yang Maha Esa, Allah SWT. Menyadari bahwa gerak gerik ini senantiasa ter awasi oleh Nya, sehingga bada ini tidak terlalu liar, sempat meng Hp istri di Jakarta untuk bangun mengerjakan shalat juga.

Sementara pak Tjik Nanang sedang tidur dan mulai terbangun juga.

Shalat Shubuh pun telah di kerjakan sekarang menunggu sarapan, kerena terlalu pagi minta sarapan saat mana tamu yang lain belum bangun, dan juga memang semalam masuk kota Surabaya sama sekali tidak makan lagi, cukup makan siang di Kantor sebelum berangkat kemaren siang.

Saat menjumpai pak Budi yang sedang duduk di Loby hotel Amy ikut juga mengambil sedikit sarapan berupa air jus buah jeruk dan jambu, dan roti tawar.

Acara Pembahasan Jembatan Surabaya Madura yang sudah dibuat di laksanakan di Balai Besar V Binamarga Suarabaya, lokasinya berdekatan dengan terminal bus Bungurasih.

Beberapa tanggapan disampaikan oleh Kepala Balai V, PuslitbangSebranmas, Pusjatan, Analisi LL.

Saat adzan dzhuhur terdengar, keluar sebentar untuk mencari tempat shalat.

Musholahnya kecil dan bersih.

Acara berikutnya adalah diskusi dari paparan yang telah di sajikan, Saya mengusulkan 1, Memberi analisa kualitatip pengaruh jembatan Surabaya- Madura terhadap konsistensi Tata Ruang Wilayah Jawa Timur.

Yang harus di persiapkan adalah bagaimana keberadaan Jembatan ini bisa memacu pertumbuhan ekonomi riil masyarakat Jawa Timur khususnya dan masyarakat Indonesia pada umumnya.

Madura masih harus dikembangkan, tetapi perkembangan yang memicu pertumbuhan wilayah Jawa Timur lainnya sehingga keberadaan Jembatan di rasa manfaatnya oleh seluruh lapis masyarakat.

Jam 14.00 acara berakhir.

Jam 14.30 saat saya turun dari mobilnya Hakim Anwar baru sadar jikalau kamera yang di pinjam dari kantor belum ada baterynya.

Menyusuri jalan raya besar itu untuk mulai bertanya mana toko penjual batery, keadaan pertokoan sangat kumuh, bisa jadi tidak dapat ijin renovasi sebab wilayah ini termasuk wilayah kota Surabaya yang akan dikembangkan.

Memasuki terminal dari pintu dimana keluarnya bus- bus antar propinsi dari terminal, tujuan utama adalah mencari masjid dekat terminal untuk mengerjakan shalat Ashar, keadaan siang itu sangat terik, panas menyengat pancaran matahari terasa di kulit kering, setelah bertanya remaja di pertengahan jalan dimana letak masjid, ia menunjukan untuk menyebrang jalan dan memasuki gang yang terlihat ramai dengan sepeda motor ojeg, ternyata di masjid ada dua orang makmum shalat yang sedang menunggu datangnya waktu shalat Ashar dan kini tidur- tiduran di emper masjid, udara panas membuat semua harus beristirahat.

Ia berceritra jikalau tempat tinggal istrinya ada di Kemanggisan Slipi Jakarta Barat, istrinya orang betawi asli, ia banyak bercerita sewaktu akan menikahi istrinya yang orang betawi itu, yang serba lengkap dan semua bisa di penuhi, pembicaraan selanjutnya berkisar perbedaan hidup di Surabaya dan hidup di Jakarta.

Saat adzan Ashar dikumandangkan bersiap- siap melakukan shalat Ashar dan saya berposisi menjadi imam shalat, kerena masjid sedang di perbaiki maka shalatnya cukup di emper belakang.

Shalat selesai kemudian berkemas hendak berangkat lagi, berjalan keterminal, menunggu cukup lama, dapat teman bicara seorang pegawai PU Pusat yang di kerjakan di Surabaya, akhirnya bus tujuan Probolinggo Jember Banyuwangi datang, naik saat bus itu berhenti, dan penumpang sudah cukup banyak di dalam, saat bus mulai bergerak saat mana ngantukpun datang dan teridur nyenyak di dalam udara surabaya yang panas.

Agak mulai sadar saat bus memasuki jalan putar untuk mencari jalan alternatip ke Tanggulangin, ini berarti terjadi kemacetan luar biasa sehingga bus mencari jalan tikus.

Kerena ngantuknya akhirnya tertidur lagi, dan mulai sadar sewaktu bus memasuki kemacetan di kota gempol setelah Lumpur Sidoharjo, memang dari semua arah kendaraan sangat banyak.

Sore hari semakin merangkak senja, tidak beberapa lama lagi maghrib pun tiba, bus masih berjalan perlahan sebab kemacetan panjang masih terjadi.

Keadaan sore di Bangil sangat ramai, wajah- wajah remaja yang mencari ke ilmu santri tertebar di kota ini.

11 Km sebelum memasuki kota Probolinggo, jam sekitar 19.00, Bus yang berangkat dari Surabaya Ashar tadi, sekarang berhenti total, kehabisan Bensin.

Jam 23.00, memasuki kota Wonorejo, dimana semua bus berhenti, sebab titik ini adalah titik persimpangan bagi semua pejalan yang akan membelokan arah langkahnya.

Mencari tempat shalat di musholah di depan terminal, setelah berjalan jauh, ternyata pintu besar di kunci, di anjurkan untuk memasuki musholah dari pintu samping tempat parkir kendaraan bermotor.

Akhirnya bisa mengerjakan shalat Maghrib dan Isya.

Perut terasa lapar membeli ketupat tahu dengan rujak petis dan potongan tempe tahu seharga Rp 5 000,-

Mulai berjalan kaki menuju ke Lumajang , tetapi sewaktu berbicara dengan polisi yang menjaga pertigaan Wonorejo, tiba- tiba lewat angkot yang akan pulang, ia berhenti saya naik, di dalamnya sudah ada penumpang tiga orang, semuanya merokok.angkot berjalan perlahan- lahan dan sesampainya di depan makam pahlawan saya turun.

Makam pahlawan itu di kunci.

Saya membaca doa buat Ayahnda almarhum di tengah malam dari luar makam.

Melangkah balik menuju ke terminal bus Wonorejo lagi.

Berharap ada angkot yang lewat malam – malam ini, tetapi pemandangan di depan taman di seberang jalan adalah lapangan olah raga kebanggan kota Lumajang, jikalau malam banyak sekali pedagang yang jualan.

Saya berjalan menuju Terminal, harapan itupun datang, dari arah belakang datang angkot yang hendak menuju ke terminal, angkot itu sangat tua, saya naik, sambil berbicara sekedarnya.

Tiba di Terminal turun di arah memasuki komplek perumahannya Ibunda, hanya saja ibu malam ini sedang ada di kota Malang, jadi siapa yang akan di temui jikalau masuk kesana.

Bus tujuan Probolinggo datang, saya langsung naik dan mencari posisi duduk, ternyata banyak tentara yang naik bus ini dan sedang tiduran, saya mendapat tempat duduk isi tiga dan di duduki sendirian, dan langsung tidur.

Bangun- bangunnya sudah memasuki kota Probolinggo, tetapi baru melewati jalan kereta api yang sering memakan korban.

Tiba di terminal ganti bus ke Malang, bus ini sangat penuh dan sepanjang jalan masih mencari penumpang.
Dapat duduk tetapi tidak dapat baring, tidur sambil duduk.



Jumat, 21 Agustus 2009.



Masuk kota malang


Kota Malang pagi ini saya masukin sekitar jam 02.00 pagi hari, dingin menyergap badan, saat si tukang ojeg menawari tujuan pengantaran, saya sebut jalan Sukarno Hatta, Griya Santa, seharga Rp 10 000,- si tukang ojeg itu mengiyakan.

Kota Malang pagi ini sangat sepi, semua sedang tidur nyenyak, perjalanan cukup singkat, melewati rel kereta api Belimbing.

Saat turun di depan rumahnya adik yang bersuamikan orang Malang ini, terlihat di kejauhan ada ke asyikan sendiri, ada kesibukan, entah apa, tetapi setelah di ketok kemudian menunggu agak lama mungkiin mencari kunci, akhirnya pintu di buka.

Ternyata kesibukan terlihat dari luar itu adalah persiapan si Kecil yang telah di terima di Perguruan Tinggi Brawijaya dan sekarang masa orientasi sekolah.
Terlihat ibunda terbangun dari tidur, ibunda yang berumah di Wonorejo, tadi sewaktu Wonorejo saya kunjungi saya tidak mampir di sana sebab ibu ada di sini.

Setelah memberi salam langsung shalat tahajud, kemudian jatuh tertidur kerena kelelahan.

Shubuh jam 04.20 pun datang, mengerjakan shalat shubuh dan persiapan kembali berangkat ke Surabaya, emmebayangka kemacetan kemaren sore selepasnya keluar dari kota Suarabay yang di hadang kemacetan di Porong Sidoharjo, berfikir pagi ini untuk naik kereta api saja.

Jam 06.10 Suaminya adik datang setelah mengantar putri terakhirnya ke kampus untuk mengikuti acara posma mahasiswa baru, ia bersedia mengantar saya ke stasiun Malang, tetapi di tengah jalan terpaksa balik lagi ke rumah sebab Hp yang sedang di charger lupa membawanya.

Stasiun KA Malang itu masih sepi, ternyata kereta api berangkat pagi ini jam 07.15.

Perjalanan cukup ramai, yang naik kerata api banyak juga, terlihat para mahasiswa dari berbagai daerah muncul di sini, Malang memang kota pendidikan.

Tanpa kemacetan dan memasuki kota Surabaya jam 09.00, turun di Wonokromo.

Kerena dari pagi belum makan, saat di stasiun ada tertulis nasi pecel biasa Rp 3 000,- saya langsung masuk dan memesan satu porsi.

Kemudian menyebrang jembatan penyebrangan yang tinggi itu untuk memasuki pasar Wonokromo, untuk membeli oleh oleh berupa kerupuk empat macam seharga Rp 60 000,-

Menuju Masjid tua di sisi jalan Wonokromo untuk persiapan mengerjakan shalat Jumat, ternyata jam 10.15 saat ini masjid masih terkunci.

Dibelakang Masjid terdapat Kantor Penggadaian, kesana saya masuk, ruangan ber AC sementara di luar sangat panas, dan disini pula saya mengambil satu meja untuk mulai menulis catatan blog perjalanan agar tidak terlupa, sebab terlalu banyak karuniah Allah jikalau di abaikan maka kita tidak bisa bersyukur, tidak bisa mengingat dosa- dosa.
Para pegadai barang rata- rata para wanita, dan barang yang di gadaikan adalah perhiasan.

Tiba- tiba terdengar ada suara Al Quran datang dari masjid, berarti masjid sudah dibuka, dan betul juga sewaktu saya ke sana masjid sudah dibuka, saya ber lepas sepatu dan mulai menuju ke belakang untuk mengerjakan taharah, bersuci dari hadast.

Kemudian dibalik pintu depan saya berganti pakaian shalat, sehingga sekarang mengenakan sarung dan koko baju atasannya.

Setelah itu mengambil Al Quran kecil yang selalu saya bawa dan mengambil posisi terdepan dan mulai membaca Al Quran, sambil tertidur sekali- kali.

Saat shalat Jumat selesai dilaksanakan langsung menuju pasar untuk belanja makanan ketupat rujak cingur dengan sambal petis hitam warnanya, Rp 10 000,- tetapi setelah di makan rasanya tidak se enak seperti rujak cingur yang pernah di makan di rumahnya mas Asmono, Surabaya, kakaknya mas Ajar Sanjoyo. Dan Makan rujak cingur saat ada rapat di Surabaya, pembeliannya ibu Tatik saat itu ia masih sebagai kepala balai Surabaya, sekarang sudah pensiun.

Sempat membeli aneka gorengan Surabaya yang berukuran besar yaitu tahu isi dimana satu nya seharga Rp 2 000,-

Berjalan menuju tempat Bus Damri Bungurasih menunggu, terletak di bawah jembatan flay over Wonokromo dan disana ada bus yang sudah menunggu, naik bus dengan udara yang sangat panas, luar biasa panasnya kota Surabaya.

Setibanya di Terminal Bus Bungurasih langsung ganti bus bandara udara seharga Rp 15 000,-

Setibanya di Bandara langsung mulai memasuki ruangan sambil mencari kereta dorong yang belum di gunakan seseorang.

Saat berjalan mencari desk Sriwijaya disini terlihat sepi sekali, hanya penerbangan Citylink yang ramai, untuk penerbangan ke Makassar.

Tiba- tiba pak Tjik Nanang muncul di belakang saya, mencari siapa pak katanya, saya tertawa sebab ia mirip pak Tjik Nanang, teman sekantor yang ikut berangkat ke Surabaya.

Langsung mencari tempat untuk shalat Ashar di lantai atas, untuk itu perlu bantuan lift, sebab membawa dos kerupuk.

Setelah shalat duduk- duduk sebentar dan kemudian turun lagi ke bawah menuju desk Sriwijaya.

Jam 16.00 desk sriwijaya di buka dapat nomer boarding 6 A.

Saat mahgrib tiba, sudah memasuki gate nomer 6, keluar lagi untuk mengerjakan shalat. Kemudian masuk lagi, jam 18,45 penumpang Sriwijaya di persilahkan memasuki pesawat.
Terlihat hamparan kora Surabaya dengan cahayanya dan kemudian di tutup dengan hamparan ke gelapan, bisa jadi itu adalah lautan, dan sepanjang jalan gelap.

Jam 21.00 sudah berada di luar bandara Sukarno Hatta, menunggu bus Damri yang ke Kampung Rambutan, ternyata dapat Bus Damri yang menuju Lebak Bulus.

Memasuki ruang kantor jam 22.00.

Shalat Isya dahulu kemudian membuat minuman teh hangat, kemudian mulai menghidupkan motor dan langsung pulang, memasuki rumah jam 00.30.

Tiada ulasan: