selamat berjumpa semoga tidak marah-marah

Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka hanya menipu diri sendiri sedang mereka tidak sadar. (QS. 2:9)

In trying to deceive GOD and those who believe, they only deceive themselves without perceiving


Selasa, Disember 28, 2010

Ke rumah Ibu Nini yang masih sakit




Minggu, 19 Desember 2010.

Rumah yang sunyi, kerupuk dan air putih.

Siang hari ini sengaja bermotor dengan istri untuk menjenguk sakitnya Ibu Nini Kusumaatmaja, yang sakit sejak beberapa tahun yang lalu, menurut perkiraan sekarang kondisinya yang sedang bertahan itu pastinya sangat lelah melawan sakitnya.

Sebelumnya sejak pagi tadi sudah bersiap ke pasar, sarapan makan nasi goreng dahulu sebelum berangkat ke pasar, saat makan sarapan itu terdengar nenek yang rumahnya di belakang datang minta buah mengkudu, saya cepat menghentikan makan dan melihat siapa gerangan, ternyata nenek belakang rumah, ia mengeluh sakit ulu hatinya, saya taksir ia terkena hepatitis, saya sarankan sambil mengambilkan daun meniran yang banyak tumbuh depan rumah dan setelah itu nenek itu pulang setelah memngenggam daun meniran cukup banyak, di cuci dan di masak dan airnya di minum ya nek, kataku.
Shalat dlhuha setelah itu berani mengambil posisi berangkat ke pasar, di tengah jalan mampir dahulu untuk mengisi bensin motor senilai Rp 10 000,- ternyata ujung permukaan bensin ngak terlihat ini berarti bensinnya kosong dalam sekali, setibanya di pasar, keadaan pasar cukup sepi, bukan berarti kerena ini hari libur, tetapi lebih banyak di sebabkan naiknya semua barang yang di jual, membelinya bagi sipedagang sudah mahal dan menjualnya si pembeli ngak kuat lagi membeli barang mahal, resiko rusaknya barang kerena ngak laku harus jadi pertimbangan pedagang, sehingga pedagang pagi ini terlihat sepi.

Tomat terbeli dengan harga Rp 11 000 se banyak 3 kg, kemudian terbeli juga wortel, hanya terong ungu yang ngak terbeli, untuk lauknya ada ikan bandeng di cuek dan dan ikan mas yang akan di pepes, dan ada pula tempe serta tahu.

Sepulangnya dari pasar sempat mengisi bensin motor lagi sebab di kantong masih menyisahkan uang belanja Rp 5000,-

Masuk rumah yang di kerjakan dahulu adalah mencuci ikan mas yang darahnya banyak juga, kemudian mempersiapkan bumbunya sementara istri mencari daun, kemudian di presto setelah di tempatkan dalam satu bungkusan daun pisang setiap potong ikan yang ada.

Di susun dalam panci presto dan di atasnya turut di masak untuk mematikan bakteri pasar adalah ikan cuek bandeng.


Tinggalkan sebentar untuk mulai persiapan berangkat ke rumahnya ibu Nini.

Tidak beberapa lama kemudian tekanan uap yang keluar dari panci presto berdesis dengan suara khasnya, tinggal menunggu 10 menit lamanya setelah itu kompor dimatikan, setelah itu sarapan lagi sambil merasakan pepes tahu dengan menggunakan sisa bumbu pepes ikan yang juga cukup enak.

Jam 10.30 berangkat menuju rumahnya ibu Nini, Fifinya menangis merajuk dan menggigit tangan ibunya kerena hendak ikut, setelah di redahkan cukup lama ia akhirnya diam sambil di beri uang sedikit sekali dari ibunya.

Ditengah jalan mengisi bensin untuk motor lagi senilai Rp 7000,- dan tanki penuh, berangkat dengan perlahan saja sebab hari ini untuk Jalan Rasuna Sahid sedang diberlakukan bebas kendaraan bermotor sampai jam 13.00.

Mampir ke Hypermart untuk membeli buah bawaan ke ibu Nini, masuk Hypermart berdua dengan istri, demikian juga memilih buahnya, hanya saja setelah buah di dapat tetapi tempat buah itu yang ngak terbeli sebab wadah untuk tempat buah semuanya mahal juga.

Saat keluar dari Hypermart, saya melihat dua orang laki- laki keluar dari balik kain spanduk yang menyisahkan ruang sempit di belakangnya dan di iringi polisi, saya terkejut sebab saya akan menegur orang itu, saya berfikir pasti habis membayar polisi itu, hal ini cukup baik bagi saya sebab saya setelah itu membalikan motor danmendorong melawan arus berjalan dengan istri untuk mencari jalur jalan yang benar.

Sekilas melihat bus MGI yang di naiki ke Bandung beberapa hari yang lalu bersama istri dan Fifi, saya ngak memperhatikan lama sebab setelah dapat di jalur yang benar saya hidupkan motor dan berkendaraan untuk melawan kemacetan yang cukup panjang.

Masuk ke kompleks Taman Bunga dan Pramuka untuk shalat dzhuhur, setelah itu berangkat lagi menuju Jakarta.

Perjalanan lancar lewat jalan Ciracas Bogor lama, kemudian masuk Celilitan, Cawang dan Mampang, sampai di Rasuna Sahid yang telah di buka larangan berkendaraannya.

Saat itu jalan Rasuna Sahid masih sepi, kemudain memasuki kompleks perumahan menteri di jalan Denpasar, lama ngak kesini pastinya lupa, dan betul juga lupa masuk jalan rumahnya ibu Nini, lapangan tennis yang jadi patokan ngak di jumpa.

Akhirnya setelah keluar lagi dan di ujung jalan itu bertanya betul di sini nanti ada lapangan tenis, polisi yang berpakaian preman itu mengiakan, saya masuk dan berhenti di depan pintu masuknya ibu Nini.

Sementara itu istri mencari duduk di warung yang masih tutup pagi itu di depan rumahnya ibu Nini untuk menyusun buah yang tadi dibeli agar terlihat cantik, wadah yang di gunakan adalah wadah yang dibeli tadi setelah shalat Dzhuhur dan mampir di pasar Cibubur lama seharga Rp 1000,-

Pembantu dan merangkap perawat ibu Nini membuka kan pintu setelah bertanya panjang lebar dan mekonfirmasikan ke dalam untuk meminta persetujuannya di ijinkan masuk atau ngak.

Saat melihat tangga yang terjurai ber susun susun, istri sedikti malas untuk menaiki rumah itu, tetapi saat pintu dibuka oleh perawat ibu Nini mau ngak mau ya ikutan naik dan masuk kerumah.

Diterima di ruang tengah cukup sepi dan terlihat banyak barang yang tak ter urus, koran yang menumpuk bebas. Ya siapa rumah tangga yang sanggup memelihara salah seorang anggotanya yang sakit berkepanjangan.

Terdengar langkah kaki menuruni tangga di belakang saya duduk, saya berbisik ke istri untuk tidak melihat, ternyata pak Sarwono yang muncul dan langsung akrab dan banyak berbicara, sewaktu saya menanyakan nomer Hp ibu Nini yang sudah lama ngak di hubungi itu pak Sarwono mengatakan bahwa Hp itu nomernya masih aktif, say mencoba menghubungi ternyata di jawab oleh ibu Nini yang berada di dalam ruangannya.

Istri saya di ijinkan memasuki ruangan di atas di mana ibu Nini di rawat.sambil di antar oleh sang perawat sakit istrinya menaiki tangga.

Sementara itu di ruang duduk saya berbicara banyak dengan pak Sarwono perihal penyakit jantungnya, perihal rokok dan makanan yang di larang, perihal Golkar sebab ia bekas Sekretaris Jendralnya, perihal Kementerian Kelautan dan Perikanan sebab ia pernah Menterinya dan Kementerian Lingkungan Hidup sebab juga ia pernah menterinya.

Pulang.

Saat istri saya menuruni tangga dan gabung lagi tetapi istri minta pulang saja, dan kahirnya rumah sang bekas menteri itu saya tinggalkan dengan motor saya.

Jalanan cukup sepi, tetapi kendaraan yang melintas cukup kencang, mencari putaran balik, dapat di dekat hotel Four Sesion yang pernah di datangi malam- malam dengan istri saat pertemuan alumni belanda.

Menyusuri jalan Rasuna Sahid kearah Blok M, cukup sepi dan belok kiri saat melintas Cassablangca, masuk kawasan kampung Melayu dan Jatinegara stasiun kereta api, Cawang, Celilitan belok kiri , Halim Perdana Kusuma, Pinang ranti, dan Ciracas, shalat ashar di masjid jin di Kelapa Dua Wetan.

Saat keluar dari Masjid membeli es cincau yang pedagangnya hendak shalat ashar, sewaktu perjalanan pulang masuk Giant Super Market di Kranggan untuk membeli, Jeruk, ikan bandeng, ikan patin, kangkung cabut akar, daging ayam giling, hati ampela ayam, ayam satu bunder bagi dua, gorengan tahu siap makan, roti kortingan 50 % dan biskuit astor kortingan 50 %.

Masuk rumah jam 17.00 basah kuyup sebab terkena hujan, langsung persiapan masak tumis kangkung cabut akar yang di senangi anak- anak, di masak dengan gorengan daging ayam giling dimasak di goreng di atas api panas setelah masak ayamnya, di masukan bumbunya dan terakhir kangkungnya, habis maghrib langsung makan besar kerena enaknya.


Senen, 20 Desember 2010.


Di Kantor dapat dengar jikalau ayahnya pak Parmin meninggal dunia, saya sendiri belum tahu persis. Setelah hampi shalat dzuhur, pak Parmin saya jumpai ia berceritra, jikalau hari Jumat sewaktu pulang sama- sama dari Jogjakarta itu masuk rumah jam 21.00, kemudian esok harinya hari Sabtu dapat berita jikalau ayahnya meninggal, langsung pak Parmin ke Jogjakarta, pemakaman hingga minggu, minggu sore sudah di Jakarta, dan senen hari ini sudah ngator lagi.
Disebabkan tadi pagi di bawain lauk oleh istri sehingga sampai menjelang Adzan Maghrib sempat masak nasi di kantor dan setelah shalat maghrib langsung makan buka puasa, enak sekali.

Jam 20 00 pulang dari kantor.


Selasa, 21 Desember 2010.



Rabu, 22 Desember 2010.



Pagi hari sekitar jam 10.00 sudah ada di Ciputat Sospol UIN yang sedang di bangun oleh PP, tetapi kerena pagi ini pihak PP tidak siap rapat, ia minta rapat besok, padahal saya besok itu ada janji akan datang ke Departemen.

Jam 10.30 sudah di ruang kerja Rehab ruang Pascah Sarjana padahal janjinya kemaren akan kemari jam 16.00 sore, oleh sebab itu saya bilang ngak usah merasa bersalah sebab ada pembatalan rapat dari PP di Sosial Politik UIN.

Saat adzan Dzuhur terdengar kemudian menuju ke Saida Inn di belakang gedung Pascah Sarjana ini sebab di dalam penginapan itu terdapat musholah yang cukup lebarnya untuk menampung 20 orang.

Jalan berdua dengan pengawas lapangan pak Muin ( kalau ngak salah ) ternyata ia adalag orang Bandung yang tidak lagi berumah di Bandung sebab rumahnya di Bogor.

Saat memasuki Saidah Inn, para Satpam di sana sudah mengenal saya dan pak Muin sebab ke tempat ini hanya untuk shalat, dan ternyata di dalam sedang ada pertemuan tahunan yang di selenggarakan partai Politik Bulan Bintang, dan sewaktu akan shalat di musholah di penuhi dengan wajah- wajah orang dari seberang, saat ia akan menghidupkan kipas angin tegak yang berdiri di samping tempat iman berada, saya cegah sebab saya agak masuk angin, ia mau menerima, dan shalat pun berlangsung. Sebab di tempat itu dari sekian banyak orang yang shalat dzuhur hanya saya dan pak Muin yang berbeda baju dan penampilannya, mereka semua orang partai Bulan Bintang.

Kembali lagi ke proyek tetapi saya lanjut ke Laboratorium Psikologi, di sana sudah di siapkan makan siang sebelum rapat di mulai.

Rapat sendiri berjalan lancar dan di setujui pihak pengawas pekerjaan akan melakukan penelitian 100 % pekerjaan nanti tanggal 27 dan akan di rapatkan tanggal 29.

Saya mencoba keluar ruang rapat untuk melihat sesuatu yang saya banggakan di unit pekerjaan ini yaitu membebaskan bangunan dari air genangan hujan, sebab di halaman Laboratorium Psikologi ini tidak ada got nya, sehingga sejak lama saya mendesak untuk di kerjakan pekerjaan menyalurkan genangan air ini ke got seberang jalan, lagi pula jalan di depan ini di sisi yang rapat dengan laboratorium Psikolog tidak ada gotnya padahal gotnya ada di seberang sehingga dari kegiatan ini di siapkan saluran melintas jalan di depannya sebanyak dua unit di sisi kira dan kanan halaman bangunan laboratorium psikologi, semuanya sudah di kerjakan 100 %.

Jam 15.00 rapat berakhir

Pindah rapat ke Rehab Ruang Paskah Sarjana UIN, dan disana sedang menunggu peserta yang akan ikut rapat, ternyata dari pihak UIN sendiri ada mengutus dua orang stafnya yang mengikuti keputusan penting saat rapat hari ini, Sebelum rapat di mulai saat bersamaan utusan dari UIN masuk, terdengar adzan Ashar, saya minta rapat jangan di langsungkan dahulu, kita shalat saja, tetapi saat keluar dari bagunan ternyata di luar sudah ada pak Wakil Rektor bidang ngak tahu saya, yang meminta saya untuk melihat beberapa kerusakan bangunan di Paskah Sarjana di lantai empatnya, padahal saya keluiar dari ruang rapat ini akan shalat ashar, okeylah saya setuju tetapi setelah shalat ashar, dan setelah shalat di lantai empat terlihat suatu penyelesaian pekerjaan yang tidak sempurna. Sehingga melahirkan beban seperti sekarang ini yaitu, retak kontruksi, plapond runtuh, kayu di makan rapap, bocor.

Hari ini keputusan yang cukup strategis itu adalahan:

1. Pekerjaan penambahan daya yang terlihat salah dari pihak Konsultan Perencana ( cacat Perencanaan ) dan dari pihak PLN sudah meninjau bahwa pekerjaan dengan spek gambar dari konsultan perencana tidak bisa di gunakan, kalau di gunakan akan membahayakan pemakai, wujudnya adalah kebakaran, ini bahaya besar bagi perencana, hukumannya konsultan perecana harus dimasukan daftar hitam perencana yang tidak mumpuni.

2. Pekerjaan dalam waktu yang mepet ada indikasi kontraktor utama pemegang kontrak tidak memberikan uang belanja pembeli perlengkapan untuk pekerjaan rehabilitasi sehingga terklihat sedikit tersendat pekerjaan hari ini, untuk itu saya putuskan pihak UIN untuk memanggil pihak kontraktor Utama dan sub Kontrak dan pihak UIN harus di salahkan mengapa memberikan ketulusan soal tagihan uang 100 % padahal pekerjaan belum 100 %. Harus di perkuat dengan jaminan sisa pekerjaan, jaminan penyelesaian pekerjaan dan jaminan perawatan pekerjaan.

3. Terlihat Utusan UIN dalam rapat tidak memberikan pendapat




Kamis, 23 Desember 2010.

Jam 11.00 siang sudah di Tata Bangunan Kementerian Pekerjaan Umum untuk memenuhi permintaan pak Gunawan sejak kemaren untuk menandatangani berkas, dan setibanya di sana, ternyata pak Gunawan belum datang, di tunggu dahulu sebentar.

Jam 11.45 keluar dari Tata Bangunan setelah urusan selesai, dan pindah ke Penataan Ruang dan Pak Harjono sudah menunggu di ruangan.






Jumat, 24 Desember 2010.




Libur bersama persiapan hari Natal. Di rumah. dan sore setelah shalat Ashar hari berlari, terus berlari, hingga nafas tersenggal, berjalan dan nafas netral lagi berlari lagi melepas energi yang terhimpun. Hari mendung dan akan hujan.



Sabtu, 25 Desember 2010.

Sepenuhnya istirahat di rumah.

Berangkat ke Jogjakarta




Minggu, 12 Desember 2010.

Senen, 13 Desember 2010.

Semenjak kemaren sudah di ingatkan jikalau berkas tagihan pengelolah teknis yang sekarang sedang di perbaiki oleh ibu beby di Cipta Karya Tata Bangunan harus di setorkan kembali ke Kementerian Kelautan dan Perikanan hari ini paling lambat jam 13.00, sehingga untuk itu saya harus kekantor hari ini, berangkat tidak ada hujan, suasana puasa hari Senen, lancar saja, Fifinya ikut sampai sekolahan, sedikit ada tidak enak adalah saat berangkat tadi pagi mengapa kok jatuh pada baju telor asin yang sudah sangat kumal tetapi masih pantas untk kekantor, Cuma warnanya yang redup apalagi mengenakan celana panjang warna coklat pemerintah daerah, dan atasannya baju telor asin pudar jadilah serba kurang.

Setibanya di jalan Kebun Binatang, ujungnya jalan Buncit, macetnya luar biasa, sehingga putuskan untuk mencari jalan menyimpang kekiri saat di sekitar lampu merah kedua dari arah Ranggunan, belok kiri yang sama sekali saya tidak tahu, tetapi kecepatan motor bisa naik, dan setelah bertanya berberapa kali akhirnya tiba juga di kawasan Blok M Kebayoran Baru, dan langsung kelapangan parkir Menteri Perumahan Rakyat.

Berjalan di pinggiran jalan dan tiba di Masjid Al Azhar untuk menyampaikan sodaqoh, saat itu di dalam ruang kecil Al Azhar Peduli itu sedang diadakan pembacaan doa masuk kantor, rupanya masih pagi suasananya, setelah proses doa mengiringi sodaqoh selesai langsung masuk halaman departemen pekerjaan umum dan naik ke lantai 5 untuk menjumpai sdr beby untuk meminta berkas yang akan di kirim ke Kementerian Kelautan dan Perikanan.

Bermotor terus dan jam 10.00 sudah tiba di Kementerian Kelautan dan Perikanan, hanya lima menit di sana setelah menandatangani semua berkas saya tinggalkan kantor itu, di saat pintu keluar saya memilih kekanan ke stasiun Gambir, pada hal setibanya di sana jalan belok kiri memasuk Lapangan Monas di tutup, macetnya luar biasa, saya hanya bisa jengkel sendiri.

Cukup lama saya harus mengitari jalan ini dari Kelautan ke Gambir belok kanan Masjid Is Tiqal dan Belok Kanan lagi Kementerian Dalam Negeri belok kiri lagi Kementerian kelautan, saya banyak – banyak ucapkan astagfirulloh sebab ini yang namanya membuang waktu dan premium, benar salah ambil jalan.

Tugu Tani, jalan Rasuna Sahid dan belok kiri ke jalan Cassablanka, ParkLine hotel, Kampung Melayu dan terowongan jalan belok kanan langsung menuju lingkaran balik dan belok kiri menuju Cawang, saya putuskan pulang saja.


Jam 11.30 sudah memasuki kemacetan di Cibubur, adzan Dzhuhur terdengar dan masuk masjid depan Lagenda Wisata, shalat disana sambil mengaji sebab kemacetan terlihat di bawah masih mengalir tersendat, setelah itu turun dari masjid dan hidupka motor berangkat lagi menempuh kemacetan yang panjang, apa yang terjadi diujung kemacetan, ada mobil sedan dan ada anaknya di didalam mobil dan macet di tengah jalan, berhenti total, mungkin orang tuanya mencari pertolongan, berhentinya mobil di jembatan ini yang menyebabkan kemacetan sepanjang 7 Km lebih. Luar biasa.

Maghrib, buka puasa dengan kacang ijo.


Selasa, 14 Desember 2010.

Ke Bengkel pagi ini sebab sejak berangkat dari rumah dengan Fifi motor berjalan tersendat- sendat, setibanya di bengkel yang baru buka pagi itu sekira 100 meter sebelum perempatan Cikeas.

Di bengkel yang keren itu yang diterima oleh anak muda sepantar usianya Aswan, yang senang motor juga dan yang senang menjalankan bisnis bengkel keluarga yang mewah, tidak seperti bengkel lainnya yang kotor, motor saya di coba di naiki dengan masinisnya dan ia tahu penyakitnya hanya ganti busi motor sudah baik lagi, langsung berangkat kekantor, hujan turun di Cibubur dan berhenti di Cibubur kantor Tentara Zeni.

Jam 12.30 dapat perintah ke Jogjakarta yang berangkat dari kantor 21 orang.




Rabu, 15 Desember 2010.

Berangkat ke Jogjakarta tanpa tiket, tiket di setujui akan di beriakn di terminal garuda airport Cengkareng. Berangkat dari rumah jam 06.00 berjalan kaki menuju ke depan sekitar 700 meter, udara cerah dan kesibukan pagi dan genangan sisa air hujan semalaman membuat jalan kaki sedikit terganggu.
Setibanya di Cileungsi sempat mencari tempat untuk buang air kecil dahulu. Jam 06.50 naik angkot 121 tujuan Kp Rambutan, perjalanan pagi ini cukup ramai dan sedikit tersendat jam 07.10 saat angkot masih di kawasan Kranggan saya di serang ngantuk yang amat sangat, naik angkot kok bawaannya ngantuk melulu.
saat memasuki jalan Tol, sedikit macet.
Jam 07.41 mulai menaiki bus Damri, setelah meletakan tas turun dahulu untuk buang air kecil dahulu.
Naik Bus Bandara dari terminal Kampung Rambutan berangkat dari kp rambutan jam 07.35.

Undangan dari SMS Manajer Konstruksi UIN Ciputat baru masuk terpaksa di batalkan.

Jam 08.14 bus Damri terhalang macet di pintu keluar Cawang. Saya sampai menegakan sandaran kursi yang rusak untuk melihat sampai dimana posisi bus sekarang.

09.24 turun di Bandara di depan gerai Garuda, suasana cukup ramai, dan harum aroma kopi semerbak memenuhi udara bandara internasional ini, berapa banyak orang yang telah di terbangkan dan berapa banyak orang yang telkag di turunkan, lama juga jasa terminal ini, yang saya tahu pertama kali saya kesini saat tahun 1983 sewaktu ada pendidikan pelatihan kepemimpinan nasional dan P4 tingkat Manggala yang di selenggarakan oleh KNPI.

09.27 mencari dimana musholah berada, dan langsung shalat Dlhuha, banyak juga muslim yang shalat dlhuha, baik yang bekerja disini dan yang sebagai musafir.

09.30 Duduk di depan gerai kopi dan mulai makan donat yang dibawa dari rumah, saat ini pak Helmi baru masuk ruangan dan menitipkan tas nya sementara ia menuju ke pengurusan tiket.

09.38 Tiket sudah di serahkan Kasirin di tangan setelah saya berteriak dari kejauhan, sebab saya lihat dari sejarak itu Kasirin masuk saja ke Bandara tanpa memperhatikan jikalau ia membawa tiket saya, mendengar suara saya Kasirin keluar lagi dari antrian dan menyerahkan tiket.

09.39 saya kembali ke tempat duduk menunggu tadi sebab tas nya pak Helmy dan tas saya masih berada di situ.


09.45 saya putuskan masuk bersama pak Helmy, di dalam ruangan bording pas mengular antriannya, saya di tanya membawa begasi pak, tidak kataku kalau begitu bisa di sana pak, orang itu memberi jalan sambil di berjalan terlebih dahulu menunjuk arah, penerbangan luar biasa pagi ini, kalau begini ke adaannya maka sudah sewajarnya jikalau di rencanakan bandara baru.

di pojok itu terlihat orang yang sedikit mengantri hanya satu orang di depan saya tetapi orang itu mencari pengembalian uang Rp 5000,- dari airport tiket yang dibayarkannya malahan susah amat, ia terlihat berjalan berlima dengan dua anak gadis remajanya, bapaknya ada se usia saya, tetapi lebih ke arah etnis chinna pikirku.

Tiba giliran saya dan semua beres, saya minta duduk di mana saja yang penting di jendela di sisi kanan, sebab ingin melihat daratan pulau Jawa pagi ini.

Saya melihat rombongan yang dari kantor terhambat boarding pasnya sebab di antrian yang banyak orang yang punya barang begasi.

Masuk perlahan lahan setibanya di undakan terbawah untuk mulai naik tangga, banyak sekali antrian, setelah selesai pemeriksaan ke dua, berjalan lurus menuju pinti G 4.


mencari duduk baik untuk mulai makan nasi udug yang di beli oleh istri tadi pagi, baru makan beberapa suap kok dada sebelah kiri sakit, berarti makanan ini sudah sewajarnya di buang.

Dari arah pintu masuk saya melihat rombongan dari kantor mulai masuk ruangan, berbanyak orang, dan mengambil tempat duduk di sisi kiri dan 90 derajat membentu sudut tempat duduk dimana saya berada.

tiba- tiba di samping saya masuk dua orang bapak dengan tiga orang ibu usia diatas 50 tahunan mengambil duduk di sebelah saya, kalau dari semua pembicaraan yang saya dengar mereka adalah orang jawa yang menjabat di Kalimantan, entah Kalimantan mana, saya ngak menyimak lebih jauh.

jam 10.20 berita keberangkatan sudah di umumkan, berjalan menuju ke pesawat, dan duduk di no 22 C. sisi Jendela.

kalau dari deretan tempat duduk berarti sisi kanan.

Pesawat mulai bergerak, dan menuju ke landasan pacu, saya memeperhatikan banyaknya pesawat berbadan besar yang sudah ngak ada lagi mesinnya.

Diatas Jakarta mulai mendung, Jakarta hilang dari pandangan mata sebab terhalang oleh mendung yang menggantung.

ternyata dimana- mana awan putih menutup permukaan sehingga tujuan duduk disebelah jendela tidak berhasil sebab pemandangan kebawah tak nampak sama sekali.

Perjalanan sudah agak lama, tiba tiba di sebelah kanan saya kok ada laut, ngak mungkin laut kan di jendela sebelah kiri pikirku, mungkin saja kalau pesawat ada di pesisir pantai selatan kota Jogjakarta, oh ya bener juga sewaktu melihat dari kejauhan kota Bantul, dan persimpangan jalan kenuju Bantul, bisa jadi rute ini di lakukan untuk menghindari terpaan debu g8nung merapi yang masih aktip.

Akhirnya pesawat mendarat juga dengan suasana mendung masih menyelimuti.

Sedikit terkejut kok ada kereta api di sisi airport, sebab saat itu otak saya masih melihat kondisi airport Jogja ini kok situasi dengan letak jalan kereta apinya kok seperti mendarat di Bandara Ahmad Yani Semarang, yang juga di sisi luarya ada jalan kereta apinya, sehingga tidak sengaja saya bertanya, lho kapan membuat stasiun kereta api di samping bandara udara ini.
Sopir taksi yang saya naik itu berkata kan sejak dahulu pak, lho saya minta maaf sebab saya pikir di Semarang.









Kamis, 16 Desember 2010.

Masih di Jogjakarta hari ke dua

Jam 04.00 saat adzan shubuh merebak, saya masih shalat sunah, sebab bangun sejak jam 03.30, sehingga sedikit sekali waktu mengerjakan shalat tahajud. Pak Parmin sudah berdiri di depan pintu mengajak untuk shalat Shubuh berjamaah, di musholah di samping.

Setelah shalat kemudian di lanjutkan dengan berjalan kaki tanpa alas kaki bersama pak Permin, tujuannya ke arah kanan dari halaman penginapan Cipta karya di jalan solo itu.

Memasuki pasar Gejayan, belok kanan dan terus memotong jalan kecil, jalan yang sama yang pernah di lewati sewaktu berjalan dengan pak Pardino beberapa tahun yang lalu, suasana pasar pagi itu masih sangat sepi belum terlalu ramai pembelinya.

Setibanya di depan kantor tidak langsung balik tetapi tetap jalan lurus melewati sungai gajah wong dan berjalan terus sampai di pusat bisnis.




Jumat, 17 Desember 2010.


Masih Di Jogjakarta hari ke tiga.


Pagi masih menyisahkan dingin, Jokjakarta masih nyenyak dalam tidurnya, saya sudah terbangun jam 03.00 pagi ini dan keluar berjalan menuju ke kamarnya pak Parmin untuk membangunkan untuk bersegera shalat tahajud.
Setelah shalat sepagi itu saya mencoba memakan kue yang selalu saya sisihkan setelah acara malam dengan minum teh hangat yang di letakan semalam dalam termos.

Adzan shubuh terdengar, keluar dari kamar dan pak Parmin sudah keluar juga, di Musholah penginapan Cipta Karya itu saya mengambil posisi untuk adzan shubuh dengan suara yang tidak pernah lagi berteriak. Jadi suara adzannya hampir datar saja, sebab batuk masih membayang, akan menyerang sewaktu- waktu.

Shalat sudah di kerjakan dan sekarang berjalan berdua dengan pak Parmin menyusuri jalan Solo depan IAIN dan menuju ke arah Kota Jokjakarta dengan patung tugunya.

Jalan cukup jauh, dan terlihat gerombolan anak muda sambil bernyanyi dan menulis dan membaca dan ada yang membuka komputer, dan jumlahnya banyak di bagi dalam tiga gerombolan perkumpulan, apakah ini ekstra kurikuler, entahlah.

Timbul pertanyaan, apakah mereka tidak shalat shubuh, sebab shubuh belumlah beranjak jauh.

Berjalan terus dan dibawa palang papan nama besar sebuah toko emas terlihat seorang pelacur cantik di seberang jalan yang masih menjajakan dirinya untuk diambil langganannya, hingga sepagi ini ia masih belum laku, ini kam berarti hari Jumat dan tadi malam kan berarti malam Jumat, apakah ada hubungannya.

Memasuki beberapa hotel pagi ini untuk mnegetahui kepadatan hotel menjelang tanggal 25 Desember, Hotel Novotel masih kosong sebab harganya juga mahal, sedang hotel sebelumnya yang di lihat, hotel melati yang semalam harganya Rp 300 000,- sudah padat dengan pesanan hingga tanggal 2 Januari.

Kaki ini penat sekali, sangat sakit telapak kakinya setelah berjalan cukup jauh dari penginapan Cipta Karya di jalan solo menuju pasar Lempuyangan, sejarak 3,60 km bolak balik berarti 7,20 km saya tidak melihat angkutan umum yang cukup intesn di sini, tidak seperti di Jakarta, harus charter dengan harga yangdi tawar, membuat saya ngak berminat untuk berkendaraan.
Betapa kecewanya sesampainya di pasar lempuyangan, makanan bakpia yang dicari dikemas secara kasar dan harganya 1 butirnya Rp 500, dengan penampilan jelek, demikian juga makanan kesukaan yaitu belut yang di goreng kering, saat saya tanya harganya Rp 13.000 ,- tetapi sangat mengecewakan tampak luarnya, sudah di beli malahan liat/keras dan akhirnya ngak di beli juga, untuk tahun mendatang kalau ada acar ke Jogja saya harus membuang mencari oleh- oleh di pasar Lempunyangan ini.

Balik dari pasar lempuyangan dengan perasaan sedikit kecewa, sebab terbayang sudah jalan lurus yang panjang dan belok sedikit menuju penginapan sejarak empat kilometer kurang.

Saat itu itu dari emplasemen stasiun Lempuyangan yang bisa di lihat dari luar masuk kereta api Lodaya, dari Bandung tujuan Solo, kereta itu panjang juga sementara saya berjalan cepat di sisi luar stasiun, melintasi banyak taksi yang menawarkan tumpangannya, saya berjalan terus, sambil melihat arah jalan dimana di sudut mata terjauh terlihat panjangnya jalan yang mengecil di ujungnya, saya taksir tiga kali membaca surah Al- Fatiha sudah sampai di ujung terjauh penggal jalan itu.

Berkali – kali peristiwa ini saya lakukan untuk memotong kejemuan saat melintas ini.
Setelah tiba di halaman penginapan langsung masuk ruang pertemuan di lantai atas dengan kondisi telapak kaki yang sedikit kesakitan.

Jam 11.00 acara di tutup dan di lanjutkan dengan shalat Jumat di Masjid UIN Sunan Kalijaga Jogjakarta.

Masjid baru yang baru di gunakan cukup bagus dengan menampung banyak mahasiswa dan penduduk luar yang ikut shalat di dalamnya.

Selesai shalat Jumat langsung di lanjutkan shalat Ashar, sebab pulang jam 16.00 sangat sulit mengatur waktunya.

Setibanya di penginapan langsung makan siang dengan nasi boks. Setelah itu masuk kamar lagi untuk mulai melipat pakaian dan memisahkan mana yang di bawa dan mana yang tidak di bawa.

Jam 14.00 pak Budi doel mengumumkan siapa yang akan ikut berangkat ke Bandara dengan kendaraan kantor, akhrinya yang berangkat dalam mobil itu, saya, pak budi dan anak buahnya yaitu ibu wied serta sopir kantor menuju ke Lapangan Terbang, tetapi mampir dahulu membeli oleh- oleh di ujung jalan masuk lapangan terbang.

Saya dapat bagian oleh – oleh bakpia patok dua bungkus dan satu bungkus gudeg dan temannya seperti krecek dan kacang tolo santan.

Masuk Bandara sekitar jam 14.30 dan langsung mengikuti proses pelaporan, boarding dan pencatatan, dapat duduk di nomer 23A pinggir jendela.


Setelah memasuki ruangan tunggu, ternyata di dalamnya telah berkumpul banyak sekali manusia yang akan terbang dengan beragam penampilannya.
Sebanyak ini manusia Jogjakarta yang bepergian dengan pesawat, ada yang ke utara dan ada yang ke timur dan ada yang ke barat, ke utara bisa ke kalimantan, ke timur bisa ke Makasar, Kupang denpasar, dan ke barat bisa ke Jakarta dan sumatera.

Cuma luar biasa sekali jumlah penumpang yang akan naik, seakan mendadak kaya semua orang Indonesia ini.
Jam 15.30 mulai memasuki antrian naik pesawat dengan pemeriksaan boarding pass terlebih dahulu.

Berjalan tegap menuju pesawat mendahulu rombongan yang lain yang sibuk dengan beban oleh- olehnya.

Duduk berdampingan dengan pak Budidoel

Awan menutup sepanjang perjalanan sehingga duduk di samping jendela tidak memberikan keuntungan.

Hujan turun sedikit diatas bandara cengkareng

Bertiga naik taksi dengan pak budidoel dan stafnya, turun di kantor, dan ganti mobil dengan mobilnya pak budi yang di jemput dengan sopirnya.

Turun di jalan baru langsung naik 121 tujuan Cileungsi.

Masuk rumah jam 21.00


Sabtu, 18 Desember 2010.