selamat berjumpa semoga tidak marah-marah

Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka hanya menipu diri sendiri sedang mereka tidak sadar. (QS. 2:9)

In trying to deceive GOD and those who believe, they only deceive themselves without perceiving


Jumaat, September 01, 2006

Bengkulu hari ke dua

Sabtu,26 Agustus 2006

Jalan - jalan di Bengkulu

Shalat tahajud jam 04.30, kalau di Jakarta sih sudah Shubuh tetapi disini waktu shalat semua mundur 20 menit, kerena terletak disebelah barat Jakarta.
Jam 04.50 saya keluar dari hotel, bersarung dengan bersepatu, sebab tidak membawa sandal, dan hotel tidak menyediakan sandal.

Penjaga Kantor Hotel itu tidur dibalik meja hotel, dan dia terbangun sewaktu saya datang mendekat untuk menanyakan dimana Masjid terdekat, ia memberitahukan arah-arahnya dan saya keluar halaman hotel.

Hotel itu berpagar dua lapis dengan pintu-pintunya, saya mendorong pintu besi itu, agak terasa berat sedikit, jalan an masih gelap, tidak ada manusia bergerak di ujung kanan dan di ujung kiri, saya memasuki jalan kecil untuk menuju masjid, dan masjid itu sunyi masih gelap.

Sewaktu saya berjalan melintas perumahan yang sedang dibangun, berarti wilayah ini adalah daerah perumahan baru, baru ramainya, dan baru dibangunnya, terdengar gongongan anjing menimpali.

Masjid itu masih gelap, saya letakan sepatu di balik tiang dan saya berjalan menyamping, di ujung tembok saya lihat kertanda yang sengaja diletakan disana, saya tidak perduli, yang penting saya langsung masuk aja.

Saat itu penjaga masjid si anak muda sudah bangun, rupanya dia tidur dengan pelapis tipis didepan mimbar, kemudian ia terlihat menghidupkan lampu, masjid terasa terangnya.

Sunyi dan angin terasa memasuki ruangan masjid. Angin ini mengingatkan saya di Jayapura dan Makasar, mungkin kota-kota pantai selalu ada angin di pagi hari.

Selasai shalat berjalan lagi balik ke hotel, menunggu sarapan dengan olah raga naik turun bangku di dalam kamar hotel, sampai nafas tersenggal- senggal.

Jam 06.30 sarapan standard di hotel dimulai, tidak ada penghuni hotel yang sarapan, kecuali saya terlebih dahulu, saya mengambil kopi, sebab di Bengkulu ini terkenal kopi bengkulunya, dan kopi terasa keras dan pahit, saya kurang senang, tetapi kurang senang aja habis dua cangkir, kemudian makan nasi goreng dengan mie dengan telor goreng dengan gorengan ayam. Sedap.

Iastirahat lagi di kamar hotel.

Setelah shalat Dzhuhur, saya berkendaraan bebas, angkot maksudnya, ke kota Bengkulu, untuk mencari oleh-oleh.

Dari hotel naik angkot ke Jalan Lingkar Barat, dan dari sana naik angkot kuning ke pusat kota, Jalan Suprapto, sebab semua angkot melewati jalan itu. Dan kalau pun akan pindah angkot harus ke jalan itu. Kota Bengkulu secara jelas dilihat, memang sepi, kota ini terasa banyak sekali formalitasnya, gedung DPR nya, Masjid Agungnya, dan kantor-kantor berbaris berderet, terasa sekali kota ini formalitas.

Saya melihat setiap gedung kantor pemerintah ada anggarannya, dan jarak antara gedung sangatlah dekat, sehingga bau uang dari setiap kantor kalau ada penghidu yang tajam bisa membahuinya.

Bagi saya kota ini kurang indah, sebetulnya bisa direncanakan indah kerena lahan masih ada, tetapi saya baru ingat jikalau masyarakat Bengkulu ini suka Bi ^dah yaitu menambahi – nambahi ajaran agama walau tidak ada penuntutnya. Entah konsepnya siapa, kalau ditanya sih ikut konsep pendahulunya.

Turun dari angkot kuning di ujung jalan Suprapto, berlawanan arah dari Masjid Sukarno, dan mulai berjalan, bangunan Ruku di kiri kanan jalan sangat besar dan kokoh, penyebrang jalan diatur, dan parkir kendaraan di sisi jalan di depan ruko.

Saya mencari pulsa Hp terlebih dahulu, kemudian berjalan ke Walikota, semua kantor hari sabtu libur, saya coba- coba aja ke Walikota, dan ternyata pak Walikota ke Jakarta dan Wakil wali kota di rumah, saya ke rumahnya Wakil Walikota Bengkulu, naik angkot hijau turun dibelakang kampus Bengkulu, dan disana asisten pribadinya mengatakan bapak wakil tidak boleh diganggu, ia istirahat, kalau tidak boleh di ganggu ya saya mengurungkan niat aja.

Balik ke kota dan mencari oleh-oleh, dapat oleh oleh : Selendang panjang warnah putih dengan tenunan bercorak indah warnah putih, untuk kudung istri kalau pengajian, kain kayu dua lembar dari suku asli Bengkulu untuk bahan dasar lukisan, kerupuk ikan dua bungkus, dodol durian 1 kg.

Balik lagi ke hotel, naik angkot hanya sampai di jalan lingkar barat dan dilanjutkan dengan jalan kaki ke hotel.

Sehabis shalat Ashar mencari makan di warung makan dekat hotel, seharga tuju ribu nasi ikan dengan sayuran tiga jenis masakan padang kurang enak.

Malam Hari dua tamu datang, yang satu tamu dari travel dan satu pak Elandha bersama istri.

Tiada ulasan: