selamat berjumpa semoga tidak marah-marah

Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka hanya menipu diri sendiri sedang mereka tidak sadar. (QS. 2:9)

In trying to deceive GOD and those who believe, they only deceive themselves without perceiving


Jumaat, Februari 12, 2010

Senen 2 November 2009 -Senen 30 November 2009

Senen, 2 November 2009.

Memberi kata kesimpulan pada lembar terakhir laporan Pengamatan Paskah Gempa.


PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gempa yang terjadi di Sumatera Barat pada tanggal 30 September 2009 berkekuatan 7,9 pada SR berpusat di laut Mentawai, 0,725⁰ LS dan 99,856 ⁰ BT , Kedalaman 81 Km, jarak 22 km arah barat daya dari Kota Pariaman . Atau Bencana tersebut membuat warga amat panik dan memporak porandakan Sumatera Barat. Masyarakat perkotaan dan masyarakat perdesaan yang berdomisili disekitar pantai dan dataran rendah sangat panik, karena diperkirakan akan ada bencana susulan gelombang pasang tsunami.




Peta Gempa Sumbar.1 (versi.esdm.go.id)





Sumatera Barat merupakan daerah ‘langganan’ gempa. Dalam kurun waktu tertentu, khususnya Sumbar mengalami beberapa kali gempa yang cukup besar, yaitu tahun 1926 gempa berkekuatan 7,8 SR, lalu pada tahun 2004 gempa berkekuatan 5,6 SR, pada tahun 2007 di awal bulan puasa gempa berkekuatan 7,2 SR dan pada tanggal 30 September 2009 serta menjelang magrib terjadi gempa berkekuatan 7,9 SR.
Walaupun secara topografis Indonesia (khususnya Sumatera Barat) berada di daerah jalur gempa, kenyataan ini belum menjadikan negeri ini sebuah negara yang berbasis pengurangan resiko dampak bencana.
Gempa telah membuat semua yang ada di permukaan rusak, banyaknya sarana dan prasaranan yang hancur menimbulkan berbagai permasalahan di segala sektor kehidupan masyarakat, terutama kebutuhan dasar air minum.
B. Maksud dan Tujuan
Kajian ini ber maksud untuk meng uraian secara singkat :
 Dampak gempa terhadap infrastruktur ke-PU-an di Sumatera Barat, secara khusus akan lebih mendalami wilayah Kota Padang dan Kabupaten Padang Pariaman.
 Dampak gempa terhadap kehidupan sosial, ekonomi dan budaya masyarakat di Sumatera Barat
 Potensi sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat terkait proses pembangunan Sumatera Barat di masa depan.
 Aspirasi masyarakat.
 Pola penanganan Bencana.
 Usulan penanganan dari aspek Sosek ke PU an.

Dan bertujuan untuk :
 Pemikiran untuk mengubah prilaku sosial masyarakat yang hidup diatas wilayah bencana, termasuk dukungan teknis instansi terkait dan usulan perbaikan management bencana.

C. Wilayah Pengamatan
Kajian singkat ini secara khusus akan memfokuskan pengamatan di Kota Padang dan Khusus untuk Kabupaten Padang Pariaman dilakukan pengamatan terinci ( sampling observasi ) sebagai perumusan pola penanganan bencana, kedua daerah ini dipilih karena merupakan daerah yang paling parah terdampak oleh gempa 30 September 2009. Terutama Kabupaten Padang Pariaman, kota Pariaman dan Kabupaten Padang kota Padang.
D. Metodologi
Pendekatan kajian ini adalah kualitatif dengan melakukan pengamatan dan observasi lapangan secara cepat, serta melakukan tanya jawab perihal keinginan apa yang diharapkan setelah terjadinya bencana gempa bumi. Selain itu juga dilakukan diskusi terbatas pada pemuka adat Minang terkait falsafah adat Minang dengan tokoh adat serta wawancara dengan anggota masyarakat. Data sekunder diperoleh dari kajian pustaka, jurnal ilmiah, koran/ sumber berita setempat, BPS dan Dinas-Dinas terkait lainnya. Pengumpulan data dalam studi ini ditekankan pada tiga kegiatan pokok yaitu :
 Pengamatan terhadap daerah terdampak gempa, khususnya di Padang kota dan Kabupaten Padang Pariaman, Kanagarian Tandikat.
 Pengamatan terhadap falsafah adat minang melalui wawancara dengan tokoh-tokoh adat, untuk meupayakan usaha rehabilitasi yang bersendikan budaya setempat.
 Kegiatan dan pelaksanaan wawancara pelaku instansi terkait dan studi literatur.

DAMPAK GEMPA TERHADAP SARANA DAN PRASARANA DI SUMATERA BARAT

A. Korban Jiwa dan Kerusakan Sarana Umum

1. Korban Jiwa Propinsi Sumatera Barat.
Gempa 30 September meluluhlantakan Sumatera Barat, tepatnya di 8 dari 19 Kabupaten/Kota yang ada di ranah Minang ini. Kabupaten/Kota yang paling parah terkena gempa adalah Kota Padang dan Kabupaten Padang Pariaman.
NO LOKASI KORBAN JIWA



Hilang Meninggal Luka Berat Luka Ringan Mengungsi

1 Kota Padang 1 313 431 771 -
2 Kota Pariaman - 32 148 278 -
3 Kota Bukittinggi - - - - -
4 Kota Solok - 3 - - -
5 Kota Padang Panjang - - 6 14 -
6 Kota Payakumbuh - - - - -
7 Kota Sawahlunto - - - - -
8 Kab. Tanah Datar - - - - -
9 Kab. Padang Pariaman - 675 527 528 -
10 Kab. Kep. Mentawai - - - - -
11 Kab. Agam - 80 90 47 -
12 Kab. 50 Kota - - - - -

13 Kab. Solok - - - 5 -
14 Kab. Dharmasraya - - - - -
15 Kab. Pasaman - - - - -
16 Kab. Pasaman Barat - 5 5 25 -
17 Kab. Sijunjung - - - - -
18 Kab. Solok Selatan - - - - -
19 Kab. Pesisir Selatan - 9 7 20 -

JUMLAH 1
1,117
1,214 1,688 -
Tabel 2.1. Jumlah korban jiwa per Kabupaten/Kota
(Data Satkorlak PB Propinsi Sumbar, status 16 Oktober 2009)

Total korban jiwa meninggal mencapai ribuan orang, sedangkan korban luka-luka lebih dari 2500 jiwa. Data dari Posko Satkorlak Penanggulangan Bencana Propinsi Sumatera Barat merilis jumlah korban jiwa meninggal sebanyak 1117 orang. Dari jumlah tersebut, sebesar 313 korban berada di Kota Padang dan 675 di Kabupaten Padang Pariaman.

2. Kerusakan Fisik Bangunan, rumah penduduk.

Selain korban jiwa, gempa juga menghancurkan rumah-rumah penduduk. Keseluruhan rumah yang rusak mencapai 279.316 dengan rincian 135.448 rusak berat, 65.264 rusak sedang, dan 78.604 rusak ringan.
NO. LOKASI RUSAK BERAT RUSAK SEDANG RUSAK RINGAN

1 Kota Padang 37,587 38,485 40,406
2 Kota Pariaman 8,619 1,633 13,376
3 Kota Bukittinggi - - 50
4 Kota Solok - - -
5 Kota Padang Panjang 17 164 413
6 Kota Payakumbuh - - -
7 Kota Sawahlunto - - -
8 Kab. Tanah Datar 29 105
9 Kab. Padang Pariaman 70,833 12,630 4,442
10 Kab. Kep. Mentawai - - -
11 Kab. Agam 12,634 3,653 4,285
12 Kab. 50 Kota - - -
13 Kab. Solok 145 243 357
14 Kab. Dharmasraya - - -
15 Kab. Pasaman 171 - 920
16 Kab. Pasaman Barat 3,240 3,046 2,862
17 Kab. Sijunjung - - -
18 Kab. Solok Selatan - - -
19 Kab. Pesisir Selatan 2,173 5,410 11,388

JUMLAH 135,448 65,264 78,604











Tabel 2.2. Jumlah kerusakan rumah penduduk per Kabupaten/Kota
(Data Satkorlak Propinsi Sumbar, status 16 Oktober 2009)


NO LOKASI SARANA PRASARANA
PENDIDIKAN KESEHATAN KANTOR FASILITAS UMUM
Rumah Ibadah Pasar
RB RS RR RB RS RR RB RS RR RB RS RR RB RS RR
1 Kota Padang 1,606 1,038 903 9 10 2 59 19 14 238 211 169 5 10 5
2 Kota Pariaman 92 101 22 9 12 16 45 9 9 - 72 39 - 1 -
3 Kota Bukittinggi - 6 8 - - - - - 3 - - - - - -
4 Kota Solok 3 - 2 4 - - - - - - - - - - -
5 Kota Padang Panjang 23 41 26 - 5 1 1 6 6 6 9 9 - 3 4
6 Kota Payakumbuh - - - - - - - - - - - - - - -
7 Kota Sawahlunto - - - - - - - - - - - - - - -
8 Kab. Tanah Datar 5 - 4 4 - - 1 - - 8 - 6 - - -
9 Kab. Padang Pariaman 257 87 31 - - - 104 32 9 418 748 225 15 - -
10 Kab. Kep. Mentawai 4 2 - 1 - - 13 - - - - - - - -
11 Kab. Agam 114 77 65 12 9 8 16 5 5 161 92 97 - 1 -
12 Kab. 50 Kota - - - - - - - - - - - - - - -
13 Kab. Solok 3 36 28 - - 5 7 2 24 6 15 8 1 - -
14 Kab. Dharmasraya - - - - - - - - - - - - - - -
15 Kab. Pasaman 1 - 13 - 1 2 - - 1 8 - 22 - - -
16 Kab. Pasaman Barat 27 16 1 1 6 4 1 - 1 53 2 38 - 1 -
17 Kab. Sijunjung - - - - - - - - - - - - - - -
18 Kab. Solok Selatan - - - - - - - - - - - - - - -
19 Kab. Pesisir Selatan 29 43 34 11 7 14 7 10 33 11 50 36 28 - 11
JUMLAH 2,164 1,447 1,137 51 50 52 254 83 105 909 1,199 649 49 16 20





Tabel 2.3. Kerusakan fasilitas umum dan pelayanan publik per Kabupaten/Kota,
(Data Satkorlak PB Propinsi Sumbar, status 16 Oktober 2009)







3. Kerusakan Sarana dan Prasarana ke PU an.

3.1 Sumber Daya Air.



No. Bidang SDA Estimasi kerugian (Rp) Total Kerugian
1 Irigasi Kerusakan Berat Kerusakan Sedang Kerusakan Ringan
147 Unit 144 unit 27 unit
2 Sungai dan konservasi 45.780.000.000
Rp. 29.518.250.000
3 Irigasi 83.738.250.000
Satkorlak PB Prov. Sumbar.

3.1.1 Rencana Tindakan.

No Bidang SDA Tahap Target area penanganan Keterangan
1. Sungai (sarana pengendalian banjir&pengendali sedimen) Tanggap darurat Tidak ada
Pemulihan 1 sungai Sepanjang 2 km
Rehabilitasi 10 sungai & 2 cekdam

2
Konservasi air Tanggap darurat Tidak ada
Pemulihan Tidak ada
Rehabilitasi 2 embung
3
Irigasi Tanggap darurat 6 daerah irigasi 2.716 ha
Rehabilitasi 53 daerah irigasi 14.205 ha
Rehabilitasi 186 daerah irigasi 45.217 ha



Kelengkapan Data Menyusul Faks hari Senen dari Dinas Pengairan Sumatera Barat




3.2 Bidang Bina Marga
Kerusakan di bidang Bina marga tersebar di infrastruktur jalan propinsi dan jalan kabupaten di Propinsi Sumatera Barat. Tercatat kerusakan yang terjadi melanda 7 Kabupaten/Kota. Total panjang jalan yang rusak mencapai 132.888 m, sedangkan jembatan mencapai 3330 m.
Skala kerusakan mulai dari Rusak Ringan hingga Rusak Berat. Jenis kerusakan jalan yang terjadi, yaitu: (i) jalan retak, (ii) jalan amblas, (iii) jalan terban, (iv) jalan bergelombang, (v) bahu jalan terban.

Gempa juga mengakibatkan kerusakan pada beberapa jembatan di beberapa ruas jalan Propinsi dan Kabupaten yang ada di Propinsi Sumatera Barat. Tingkat kerusakan relatif tidak berat dan aman untuk dilalui kendaraan.
Kerugian materil akibat rusaknya infrastruktur Bina marga total berkisar pada angka Rp. 232.562.647.520 . Kota yang paling banyak mengalami kerusakan jalan terdapat di Kota Padang dengan kerugian sebesar Rp. 92.930.000. Kerugian rusaknya infrastruktur Bina marga per Kabupaten Kota dapat dilihat pada tabel 3.3. di bawah ini.





No. Status/lokasi jalan Perkiraan kerusakan
1 Propinsi Rp. 33.579.247.520
2 Kab. Agam Rp. 24.914.000.000
3 Kab. Solok Rp. 8.305.000.000
4 Kab. Pessel Rp. 37.871.650.000
5 Kab. Padang Pariaman Rp. 19.750.000.000
6 Kab. Mentawai Rp. 10.000.000.000
7 Kota Padang Rp. 92.930.000.000
8 Kota Pariaman Rp. 5.212.750.000
Total Rp. 232.562.647.520



3.3 Bidang Cipta Karya

Dampak paling parah dari gempa bumi 30 September 2009 pada sektor Cipta karya terjadi pada bidang air bersih. Hingga tanggal 16 Oktober, PDAM (Perusahaan Daerah Air Minum) melaporkan kerugian di 5 Kabupaten/Kota pada posko air bersih PU Propinsi Sumbar.








Gambar 3.4. Kerusakan pipa jaringan PDAM
Total kerusakan PDAM tersebut menembus angka Rp. 73,335,683,000. Kerusakan terjadi pada bangunan produksi air bersih dan jaringan perpipaan (primer, sekunder, tersier).


No. PDAM Kab/Kota Estimasi kerugian (x Rp. 1000)
1 Kabupaten Agam 19.165.000
2 Kabupaten Padang Pariaman dan Kota Pariaman 3.513.000
3 Kota Padang 42.670.000
4 Kabupaten Pesisir Selatan 5.096.426
5 Kabupaten Pasaman Barat 2.891.550
Total 73.335.683.000


Kerusakan pipa yang terjadi, mengakibatkan suplai air bersih di Propinsi Sumatera Barat terkendala. Tak kurang 61.014 pelanggan dari 98.699 PDAM di 5 Kabupaten/Kota kesulitan air bersih pasca terjadinya gempa. Dari jumlah tersebut, menurut posko air bersih PU Propinsi Sumatera Barat sudah 46.560 pelanggan tertangani atau 78,51% .







No. Kab/Kota Jumlah pelanggan sebelum gempa (RT/KK) Jumlah pelanggan terkena bencana Jumlah tertangani Tertangani (%)
1 Kab. Agam 9989 3306 2405 72,75
2 Kab. Pdg Pariaman/Kota PAriaman 13000 7000 2450 35,00
3 Kota Padang 64400 45400 38590 85,00
4 Kab. Pesisir Selatan 6630 4158 3456 83,12
5 Kab. Pasaman Barat 4680 1150 1000 86,19
Jumlah 98699 61014 49901 78,51







Dari tabel 3.5. di atas, dapat dilihat bahwa Kota Padang menjadi kota yang jaringan airnya paling terdampak oleh bencana gempa bumi. Pelanggan PDAM yang pasokan air bersihnya terganggu mencapai 64.400 orang. Pertimbangan itulah yang mendasari PDAM untuk lebih memfokuskan penanganan tanggap darurat pasca bencana di Kota Padang.
Dari segi kerusakan, jaringan pipa PDAM di Kota Padang mengalami gangguan di 1730 titik. Sampai dengan tanggal 21 Oktober 2009, pihak PDAM mengklaim telah memperbaiki 1176 titik. Dengan jumlah sedemikian, seharusnya suplai air bersih dari PDAM ekuivalen dengan jumlah pelanggan tertangani yang mencapai 80%. Namun saat dikonfirmasi, pihak PDAM menyebutkan bahwa persentase tersebut bisa berubah-ubah (fluktuatif). Hal ini disebabkan pasokan air bersih pada masa tanggap darurat ini masih dibantu dengan keberadaan mobil tangki sumbangan berbagai pihak. Bila bantuan tersebut, ditarik/tidak dilanjutkan maka persentase pelanggan yang tertangani akan menurun .
Lebih lanjut, kerusakan jaringan perpipaan yang tersebar secara sporadis di banyak lokasi maupun jenis jaringan mengakibatkan masa pemulihan jaringan pipa diperkirakan memakan waktu cukup lama, jikalau dengan bantuan rutin biasa bisa mencapai lima tahunan juga belum pulih seperti sedia kala. Untuk perbaikan jaringan induk air bersih, waktu yang dibutuhkan sekitar satu bulan. Waktu cukup lama kurang lebih 1 tahun diperlukan untuk memperbaiki jaringan perpipaan kota seperti sediakala sebelum gempa .
Dari pihak luar negeri, perwakilan badan dunia (PBB) serta NGO asing juga berperan cukup penting dalam penanganan masalah air bersih. Australia misalnya, negeri kanguru tersebut mengirimkan peralatan instalasi penyulingan air laut ke air tawar (reverse osmosis) berkapasitas 100 m3/hari ke Padang. Peralatan militer tersebut beroperasi hingga 23 Oktober 2009.
Pihak PDAM bersama Direktorat Jendral Cipta Karya dibantu oleh LSM serta relawan luar negeri mencoba mengatasi permasalahan air bersih dengan bersama-sama mengoperasikan alat-alat yang mampu menyuplai kebutuhan masyarakat. Bantuan alat tersebut antara lain hydrant umum (HU), water bladder, instalasi pengolah air mobile, mobil tangki air, pompa alkon, jerigen air dll. Kesemuanya disebar ke berbagai tempat dan dapat dipergunakan masyarakat tanpa kecuali.

3.4 Perkiraan Kerugian Materil

Hingga updating data tanggal 16 Oktober, Satkorlak Penanggulangan Bencana Propinsi Sumbar belum mengeluarkan data perkiraan total kerugian materil akibat gempa. Data perkiraan kerugian materiil versi Satkorlak PB Propinsi baru merilis kerugian materil di 7 Kabupaten/Kota (minus Kota Padang dan Kabupaten Padang Pariaman yang terdampak paling parah akibat gempa) yakni sekitar Rp. 2,1 triliun.
Namun, tim mendapatkan perkembangan informasi terakhir yang dirilis Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) saat mengikuti diskusi publik pada tanggal 27 Oktober 2009. Bappenas dengan menggunakan perhitungan DaLa (Damage and Lost Assesment) memperkirakan bahwa kerugian total gempa Sumbar mencapai sekitar Rp. 20 triliun .




PERMASALAHAN SOSIAL-EKONOMI PASCA GEMPA 30 SEPTEMBER2009
A. Titik Kemacetan Penyaluran Bantuan.

Bantuan yang diterima oleh Satkorlak PB Propinsi didistribusikan ke Satlak Kabupaten/Kota. Kemudian Satlak Kabupaten/Kota meneruskan bantuan ke Kecamatan lalu ke Wali nagari (setingkat kelurahan), dan posko terbawah dalam rantai distribusi yaitu posko desa/korong.



















Gambar 4.2. Bagan alir distribusi penyaluran bantuan tanggap darurat

Dalam praktek penyaluran bantuan, tim menemukan adanya permasalahan pendistribusian pada tataran posko korong/jorong. Di satu daerah Kabupaten Padang Pariaman misalnya, terdapat sekelompok masyarakat yang kesulitan mendapatkan bantuan dari posko korong/jorong. Untuk memenuhi kebutuhan dasarnya, sekelompok masyarakat yang sulit mendapatkan bantuan tersebut meminta-minta di pinggir jalan. Ironisnya, hasil mengemis tersebut malah diminta oleh posko korong dengan dalih sebagai bayaran untuk mendapatkan bantuan.
Selain permintaan “biaya” untuk mengambil bantuan, juga terdapat intensitas penyaluran bantuan yang sangat minim. Di daerah Air Jauh di Kabupaten Padang Pariaman misalnya, beberapa anggota masyarakat mengaku mendapatkan bantuan logistik setiap 5 hari sekali .






B. POTENSI PENGANGGURAN
Hancurnya sarana perekonomian di Propinsi Sumatera Barat seperti pasar, pusat perbelanjaan, dan hotel menimbulkan ancaman pemutusan hubungan kerja (PHK) secara massal.
No Instansi Angka estimasi pengangguran
1 Dinas Koperindag 42.000
2 Dinas Tenaga Kerja 4.400
Jumlah 46.400





Tabel 5.1. Estimasi penambahan jumlah pengangguran pasca bencana gempa



Data dari Dinas Koperasi, Perindustrian, dan Perdagangan Propinsi Sumatera Barat memperkirakan lebih dari 21.000 bangunan usaha, los semi permanen, dan lapak hancur karena gempa. Kepala Dinas Koperindag Propinsi Sumatera Barat menyebutkan jika dalam satu bangunan usaha terdapat dua karyawan maka diperkirakan akan terdapat 42.000 orang menganggur .


Selain perkiraan dari Dinas Koperindag, Dinas Tenaga Kerja Propinsi Sumbar juga memperkirakan estimasi penambahan jumlah pengangguran sekitar 4400 orang . Bila prediksi kedua Dinas ini digabungkan maka akan terdapat sekitar 46.400 orang tambahan pengangguran.
Bila perkiraan tersebut di atas menjadi kenyataan, maka jumlah pengangguran di Propinsi Sumbar akan menjadi 263.305 orang . Sebuah angka yang cukup besar dan bisa menjadi suatu potensi permasalahan di kemudian hari.










Pengamatan Rinci ( sampling Observasi ).


IV.1. Bencana alam Gempa bumi Padang Pariaman
Umum
SEBAGIAN besar korban bencana alam gempa bumi di Padang Pariaman adalah kelompok penduduk yang bermata pencaharian petani, Kebun dan buruh pertanian, tukang. Dari total penduduk di Padang Parimana yang berjumlah
antara 411 001 jiwa, menurut, sebanyak 68 persen adalah petani. Oleh karena pertanian nyaris identik dengan perdesaan, maka sama saja
artinya sebagian besar penduduk korban bencana alam gempa bumi —yang kini pasti telah lebih banyak lagi—adalah penduduk perdesaan, yakni mereka yang ‘hidup’ dari sektor pertanian yang sampai saat ini
masih merupakan sektor utama penyerap tenaga kerja Padang Pariaman kendati
andilnya dalam struktur produksi nasional semakin mengecil, dengan sifatnya yang
informal. Sampai akhir tahun 2007 Kabupaten Padang Pariaman memiliki 17 Kecamatan, 46 nagari dan 364 korong. Kecamatan yang paling banyak memiliki nagari adalah Kecamatan Nan Sabaris dan Kecamatan Enam Lingkung yang mempunyai 5 (lima) nagari, sedangkan kecamatan yang paling sedikit memiliki nagari adalah Kecamatan Lubuk Alung dan Kecamatan IV Koto Aur Malintang yang hanya mempunyai 1 (satu) nagari.

Sampai akhir tahun 2007, Kecamatan VII Koto Sungai Sarik masih merupakan kecamatan yang memiliki korong terbanyak, yakni 41 korong, dan yang paling sedikit adalah kecamatan IV Koto Aur Malintang, yakni 5 korong.Sedangkan seluruh pemerintahan desa semenjak dikeluarkannya Perda No. 13 tahun 2001 telah dilikuidasi seiring pembentukan struktur pemerintahan nagari.























Peta Kabupaten Propinsi Sumatera Barat


Data statistic Keadaan Kabupaten Padang Pariaman Setelah Bencana Gempa.


Tahun 2006 Tahun 2007 Tahun 2008
1 Jumlah Penduduk Laki- laki 182 570 186 221 195 532
2 Jumlah Penduduk Perempuan 199 233 209 194 215 469
3 Jumlah penduduk 381 803 395 415 411 001
4 Luas Wilayah Km2 1329Km2 1329Km2 1329Km2
5 Kepadatan / km2 287 297 309
6 Batas Wilayah Timur Barat Utara Selatan
Kab Solok dan Kab Tanah Datar Selat mentawai Kabupaten Agam Kota Padang


7 PDRB 2005 2006
Rp Juta % Rp Juta %
a. Pertanian 585 867 601 858
b. Pertambangan 87 545 86 784
c. Industri Pengolahan 267 280 386 283 291
d. Listrik dan Air Bersih 28 155 31 446
f. Bangunan 107 269 114 155
g. Perdagangan,hotel
dan restoran 277 493 288 307
h. Angkutan/komunikasi 189186 495 358
i. Bank/Keuangan
perusahan umum 48 789 51 396
j. Jasa 379 998 393 769

Total 268 984 688 2 346 366
Laju Pertumbuhan
Sumber: Pemda Kab Padang Pariaman Sumbar,


8 Perumahan Rusak Berat Rusak Sedang Rusak Ringan
239 806 54 305 114 513 70 988
Sumber: Satkorlak Sumbar
9 Sarana Rumah Ibadah ( unit ) Rusak Berat Rusak Sedang Rusak Ringan
Kec Batang Gasan 2
Kec Sungai Limau 133 16
Kec Lima Koto Kampung Dalam 74
Kec Empat Koto Aur Melintang 76
Kec Sungai Geringging 10 5 4
Kec Lima Koto Timur 70
Kec Patamuan
Kec Tuju Koto Sungai Tarik 39 56
Kec Dua Kali Sebelas Enam Lingkung 98 13 1
Kec Dua Kali Sebelas Kayu Tanam 35 43 1
Kec Sintuk Tobo Gadang 40 17 8
Kec Lubuk Alung 18 50 2
Kec Batang Anai 14 7
Kec Nan Sabaris 24
Kec Ulakan Tapakis 71 7
Kec Padang Sago 41 6
Kec Enam Lingkung 3 5
Kec Empat Koto Aur Melintang 1 1
Sumber: Pemda Kab Padang Pariaman Sumbar,
10 Sarana Perkantoran Pemerintah/Swasta ( unit ) Rusak Berat Rusak Sedang Rusak Ringan
Kec Batang Gasan 3 2
Kec Sungai Limau 8 2 2
Kec Lima Koto Kampung Dalam 9
Kec Empat Koto Aur Melintang 4
Kec Sungai Geringging 3 3
Kec Lima Koto Timur 3
Kec Patamuan 1
Kec Tuju Koto Sungai Tarik 22 14
Kec Dua Kali Sebelas Enam Lingkung 8 2
Kec Dua Kali Sebelas Kayu Tanam 1
Kec Sintuk Tobo Gadang - 2
Kec Lubuk Alung 11 5
Kec Batang Anai - -
Kec Nan Sabaris 6
Kec Ulakan Tapakis 16
Kec Padang Sago 8 2
Kec Enam Lingkung 1
Kec Empat Koto Aur Melintang 1

Sumber: Pemda Kab Padang Pariaman Sumbar,
11 Sarana Pendidikan Rusak Berat Rusak Sedang Rusak Ringan
SLTP dan SLTA 72 Sekolah - -
SD Total 375 sekolah 300 Sekolah 51 sekolah 24 sekolah
Sumber: Pemda Kab Padang Pariaman Sumbar,
12 Korban Jiwa ( 359 jiwa ) Jiwa meninggal
Kec Batang Gasan 5
Kec Sungai Limau 32
Kec Lima Koto Kampung Dalam 27
Kec Empat Koto Aur Melintang 14
Kec Sungai Geringging 10
Kec Lima Koto Timur 116
Kec Patamuan 73
Kec Tuju Koto Sungai Tarik 27
Kec Dua Kali Sebelas Enam Lingkung 21
Kec Dua Kali Sebelas Kayu Tanam 3
Kec Sintuk Tobo Gadang 5
Kec Lubuk Alung 13
Kec Batang Anai 2
Kec Nan Sabaris 14
Kec Ulakan Tapakis 14
Kec Padang Sago 20
Kec Enam Lingkung 12
Sumber: Pemda Kab Padang Pariaman Sumbar,
13 Korban tertimbun tanah
Kec Patamuan
Korong Pulau Air 43 Jenazah ketemu 20
Korong Cumanak 69 Jenazah ketemu 19
Korong Lubuk Laweh 130 Jenazah ketemu 22
Laporan Terakhir: Sekretaris Satuan Koordinasi PelaksanaPenanggulangan BencanaSumatera Barat
Tgl 28 Okt 2009
Korban Jiwa yang meninggal 666 Jiwa Kab Padang Pariaman, Kota Pariaman 48 jiwa.
Tidak di rinci menurut kecamatan.
Sumber: Pemda Kab Padang Pariaman Sumbar,
14 Sarana Kesehatan Rusak Berat Rusak Serdang Rusak Ringan
Kec Batang Gasan 5 Puskesmas bantu
Kec Sungai Limau 9 Puskesmas bantu
Kec Lima Koto Kampung Dalam 6 Puskesmas bantu
Kec Empat Koto Aur Melintang 5 Puskesmas bantu
Kec Sungai Geringging 5 Puskesmas bantu
Kec Lima Koto Timur 4 Puskesmas bantu
Kec Patamuan 5 Puskesmas bantu
Kec Tuju Koto Sungai Tarik 6 Puskesmas bantu
Kec Dua Kali Sebelas Enam Lingkung 2 Puskesmas
Kec Dua Kali Sebelas Kayu Tanam 2Puskesmas
2 Puskesmas bantu
Kec Sintuk Tobo Gadang 5 Puskesmas bantu
Kec Lubuk Alung 2 Puskesmas
4 Puskesmas bantu
Kec Batang Anai 2 Puskesmas
5 Puskesmas bantu
Kec Nan Sabaris 1 Puskesmas
5 Puskesmas bantu
Kec Ulakan Tapakis 1 Puskesmas
2 Puskesmas bantu
Kec Padang Sago 1 Puskesmas
2 Puskesmas bantu
Kec Enam Lingkung 1 Puskesmas
5 Puskesmas bantu



Sumber: Dinas PU Kab Padang Pariaman Sumbar,
15 Sarana Irigasi Jenis Kerusakan
Daerah Irigasi : Sibarasok Gadang Saluran Irigasi tertimbun longsor 300 m
Daerah Irigasi : Sibarasok Ketek Saluran rusak konstruksi 30 m
Talang Air putus 20 m
Daerah Irigasi : Bandar Polongan Saluran rusak konstruksi 150 m

Daerah Irigasi : Bandar Ganting Bendung Hancur
Daerah Irigasi : Bandar Usang Saluran rusak konstruksi 450 m
Daerah Irigasi : Bandar Koto Saluran rusak konstruksi 75 m
Daerah Irigasi : Bandar Tanjung Rumah PPA hancur
Daerah Irigasi : Bandar Gadang Kalawi Saluran Longsor 65 m
Saluran Tertimbun 120 m
Talang air putus
Daerah Irigasi : Kato Muaro Bendung rusak
Daerah Irigasi : Kp Manggis Barng Bendung Rusak
Saluran Longsor 61 m

Daerah Irigasi : Batang Gasan Pasangan Tanggul kiri hancur 30 joint
Pasangan Tanggul kanan hancur 6 joint
Daerah Irigasi : Duku I SP I Bendung Rusak
Saluran rusak berat 70 m
Daerah Irigasi : Duku II SP I Saluran rusak berat 61 m
Daerah Irigasi : Kalawi Bendung Rusak
Saluran rusak berat 48 m
Daerah Irigasi : Batang Galam Bendung Rusak
Saluran rusak berat 53 m
Daerah Irigasi : Kp Tangah Skcur Bendung Rusak
Saluran rusak berat 120 m
Daerah Irigasi : Alahan Tabek Bendung Rusak
Saluran rusak berat 40 m

Daerah Irigasi : Bandar Bungo Tanjung Saluran rusak berat 70 m
Daerah Irigasi : Pulo Air Cek Dam Hancur
Daerah Irigasi : Kp Sagik Saluran rusak berat 65 m
Daerah Irigasi : Bandar Kalu Saluran rusak berat 72 m
Daerah Irigasi : Kudu Ganting Bendung Rusak Berat
Saluran rusak berat 80 m
Daerah Irigasi : Piliang Kudu Bendung Rusak Berat
Saluran rusak berat 100 m
Daerah Irigasi : Sei Kamuniang Bendung Rusak Berat
Saluran rusak berat 64 m
Daerah Irigasi : Rimbo Piatu Bendung Rusak Berat
Saluran rusak berat 73 m
Daerah Irigasi : Lubuk Gajah Gung Bendung Rusak Berat
Saluran rusak berat 40 m
Daerah Irigasi : Lubuk Batung Bendung Rusak Berat
Saluran rusak berat 120 m
Daerah Irigasi : Bandar Lb Gj Gung Bendung Rusak Berat
Saluran rusak berat 81 m
Daerah Irigasi : Sawa Aru Bendung Rusak Berat
Saluran rusak berat 96m
Daerah Irigasi : Bandar Sianik Bendung Rusak Berat
Saluran rusak berat 76 m
Kantor UPTD Wil II Rusak Berat
Daerah Irigasi : Padang Laweh Saluran rusak berat 15 m
Daerah Irigasi : Kp Koto Saluran rusak berat 53 m
Daerah Irigasi : Ampang Sipinang Saluran rusak berat 100 m
Bendung Rusak sayap kons
Daerah Irigasi : Sicauang Saluran rusak berat 100 m
Daerah Irigasi : Bandar Baru I Saluran rusak berat 170 m
Bendung Jebol
Daerah Irigasi : Bandar Baru II Bendung Rusak Berat
Daerah Irigasi : Bdr Napa nan Rangka Saluran rusak berat 248 m

Daerah Irigasi : Tandikek Asli Saluran rusak berat 153 m
Bendung Rusak Berat
Daerah Irigasi : Ujung Gunung Saluran rusak berat 137 m
Saluran putus 42 m
Daerah Irigasi : Sungai Abu Saluran rusak berat 86 m
Bendung Rusak Berat
Sumber: PDAM Kab Padang Pariaman Sumbar,
13 Sarana Air Bersih ( normal )
Wilayah Pelayanan Batang Anai
Salisikan- Sikuliek 120 l/dt Melayani : Kecamatan Batang Anai, Bandar Udara Internasional Minangkabau, Kawasan Industri Batang Anai.
Lubuk Bonta Kec 2x11 enam lingkung Kec. Enam Lingkung, Kec. Lubuk Alung, Kec. Nan Sabaris, Kec. VII Koto Sarik, Kota Pariaman.
Sei Geringging Kec Sei Geringging, Kec Sei Limau
Kayu Tanam Kec 2 x 11 Kayu Tanam
14 Kebutuhan Hydran Umum Setelah Gempa
Kecamatan Kebutuhan Hydran Umum
Enam Lingkung 8 Unit
Sungai Geringging 4 Unit
Empat Koto Aur Melintang 1 Unit
Sungai Limau 3 Unit
Lima Koto Kampung Dalam 2 Unit
Lima Koto Timur 5 Unit
Batang Gasan 2 Unit
Tuju koto Sei Sarik 4 Unit
Padang Sago 5 Unit
Patamuan 4 Unit
Dua Kali Sebelas Enam Lingkung 2 Unit
Dua Kali Sebelas Kayu Tanam 6 Unit
Lubuk Alung 2 Unit
Batang Anai 4 Unit
Nan Sabaris 5 Unit
Ulakan Tapakis 2 Unit
Sintuk Tobo Gadang 3 Unit



Sumber: Dinas PU Kab Padang Pariaman Sumbar,
14 Kerusakan Prasarana Jalan dan Jembatan
Ruas Vol Km Kerusakan
Kayu Tanam – Lb Simantung 0,5 Longsor 600 m
Retak Badan Jalan
Sicincin – Ladang Laweh 1,200 Longsor 100 m
Retak Badan Jalan
Gasan Gadang – Aur Malintang 1,000 Badan Jalan Longsor 50 m
Badan Jalan Amblas 100 m
Bergelombang
Jembatan plat 6 m berubah posisi
Pondasi jembatan 3.20m rusak
Batu Basa – Sei Pingai 1,500 Badan Jalan Longsor 40 m
Badan Jalan Amblas 500 m
Bergelombang
2 unit Jembatan plat 6 m rusak
4 pondasi jembatan 3.00m rusak
Batu Basa – Padang Laring 0,500 Longsor 100 m
Retak Badan Jalan
Sei Sira – Tanjung Alai 0,450 Longsor 100 m dalam 3 m
Longsor 100 m dalam 7 m
Retak Badan Jalan
Padang Kerambil - Kelawi 1,000 Longsor 100 m dalam 3 m 2 titik
Longsor 100 m dalam 7 m 3 titik
Retak Badan Jalan
Padang Alai – Palak Tabu 1,000 Longsor 240 m dalam 3 m 7 titik
Longsor 30 m dalam 7 m
Retak Badan Jalan 5 titik 250 m
Sialangan – Bukit Bio bio 1,000 Retak Badan Jalan 200 m
Pasar Balai – Padang Alai 0,500 Longsor 10 m dalam 7 m 7 titik
Putus Badan Jalan
Retak Badan Jalan 2 titik 50 m
Kayu Mudo – Kampung Pili 0,500 Longsor 2 m dalam 4 m 3 titik
Putus Badan Jalan
Retak Badan Jalan 1 titik 150 m
Simpang Laban – Sialangan Tingi 0,500 Longsor 22 m dalam 4 m 4 titik

Padang Siminyak – Kp Pauh 0,500 Longsor 100 m
Retak Badan Jalan
Ki ambang – Padang Pedok 0,500 Longsor 50 m
Retak Badan Jalan
Talao Gondan – Limau Hantu 0,500 Retak Badan Jalan 200 m
Pagan Kasik – Simpang Apar Pakandangan 0,500 Retak Badan Jalan 100 m
Jambak – Lubuk Simantung 0.500 Longsor 100 m
Retak Badan Jalan
Simpang PLTA – Pasir Laweh 1,100 Longsor 10 m dalam 7 m 7 titik
Putus Badan Jalan 30 m
Retak Badan Jalan 2 titik 150 m
Bari – Pincuran Tujuh 0,500 Longsor 20 m
Retak Badan Jalan
Ampalu Tinggi – Gunung Tiga 1,000 Longsor 300 m dalam 5 m 5 titik
Retak Badan Jalan












IV.2. Management Penanganan Bencana

Dalam konteks apapun, penanganan paska gempa bumi, berperan penting pada pencegahan munculnya efek berganda dari gempa,

Putusnya komunikasi antara korban bencana dengan sumber pertolongan, acap kali terjadi pada terpaan mendadak seperti bencana gempa bumi yang meliput luasan wilayah yang besar, antara korban dan sumber pertolongan sama- sama menderita, yang membedakan adalah tingkat kerusakannya, pada saat satuan- satuan sumber daya manusia bisa memulihkan secara cepat kondisi terpaan gempa, kemudian akan di lakukan persiapan untuk konsolidasi bantuan sejarak dekat, kemudian di ikuti dengan jarak menengah, sambil mengetahui dimana pusat- pusat perawatan korban bencana.
Untuk pemanfaatan sistim pemerintahan yang lain, harus dilakukan fungsi bantuan dari pemerintahan propinsi atau kabupaten serta kecamatan yang terdekat dari sumber terpaan bencana, kegiatan ini meliputi dilakukannya evakuasi pertolongan korban gempa, melakukan penaksiran kerugian global, serta mobilisasi alat- alat berat esvacator, yang keberadaannya di letakan pada unit- unit pelaksana teknis propinsi terdekat.


Tahap berikutnya adalah perlu memberikan bantuan kebutuhan dasar kehidupan
terutama terhadap putusnya aliran air bersih PDAM Padang Pariaman sebagai salah satu contoh, di sisi lain kebutuhan akan air bersih akan berpengaruh positip terhadap penyebaran penyakit disentri, muntaber dan campak.
Dan tempat bernaung darurat seperti tenda misalnya.
Untuk wilayah Padang Pariaman, untuk ini dilakukan dua strategi, yaitu strategi pertama : Tanggap Darurat Tahap I ( Pelayanan Mendesak )


No Lokasi Kebutuhan Prasarana Cipta Karya
IPA MTA Res HU Jerigen MK Tenda
1 Kota Pariaman 2
2 Kab Padang Pariaman 6 2 25 1000 50 350

Kedua : Tanggap Darurat Tahap II ( Perbaikan Mendesak 6 hari )

IPA Batang Anai
1. Pekerjaan Identifikasi kebocoran dari IPA ke Bandara Internasional Minangkabau.
2. Perbaikan Pipa 200 m.
3. Perbaikan jembatan pipa 2 lokasi sungai
Sumber: POSKO Dept PU Sumbar,
Distribusi Bantuan Darurat berjenjang.


Semua permasalahan distribusi berjenjang berpusat dari struktur terbawah dari sistim pemerintahan Indonesia, yaitu Ke wali Nagaria an, atau Kecamatan. Sebab untuk turun hingga ke Korong- korong, sudah terbatas tenaga yang berpartisipasi, belum lagi disusul dengan sulitnya jarak pencapaian dan jauh nya jarak tempuh.

Dari sini diketahui jikalau kekurangan tenaga bantuan, sehingga di harapkan bantuan LSM bisa masuk.




Sosial Ekonomi ke Gempaan di kanagarian Tandikek.

Kecamatan Patamuan, Kanagarian Tandikek dengan korong Cumanak, Lubuk Laweh dan Pulo Air, merupakan wilayah yang paling parah di Kabupaten Padang Parimana ini.
Tercatat 274 orang menuingggal dan diketemukan jenazahnya sebanyak 96 sosok. Tiga desa yang terendam guguran bukit di gunung tigo adalah Desa lubuk Laweh, desa Cumanak, dusun Kapalo Kato Korong Pulau Air.
Bentukan lumpur dan permukaan baru akibat guguran bukit tersebut seluas 2 25 Ha.
Kerugian sarana dan prasarana yang hilang adalah di desa Cumanak, 500 Ha, Irigasi Teknis yang hilangn di korong Lubuk Laweh Bandar Baru I 250 Ha Irigasi Cumanak Korong Lareh Nan Panjang 750 Ha akibat guguran longsor ini pula menutup pintu air sehingga menutup pula pasokan air di wilayah hilirnya.

Pergerakan tanah yang terban di pegunungan Tigo tidak lantas menghasilkan suatu saluran air yang teratur, tetapi meninggalkan urat- urat longsor dengan membentuk danau di bawahnyya sebanyak 30 tempat garis.
Cekungan ini sangat membahayakan, saat hujan turun deras, cekungan yang membentuk penampungan air akibat longsor ini mampu membendung dan akan turun saat bendungan ini tidak kuat lagi menahan beban, wilayah yang terancam longsor adalah di sepanjang desa – Desa Kanagarian Tandikek.

Longsor yang terjadi pada saat hujan deras tanggal 17 Oktober 2009 jam 16.00 – 19.00 telah menghayutkan bebatuan sebesar meja kearah kanagarian Tandikek dan ancaman yang paling nyata adalah putus jalan Tandikek Amabar Lui dan Terbannya Jembatan Tandikek.


Masyarakat sekitar Korong Lubuk Laweh, Desa Cumanak, dan Desa Kapalo Koto masih memiliki kekarabatan yang tinggal di luar desa longsoran, kemudian padaan saat terjadinya longsoran tanah, terbentuk pula dataran baru seluas 225 Ha, hal ini sudah banyak diperhatikan oleh masyarakat sekitar untuk bagaimana mengusahakannya. Suatu konsep hidup masyarakat sekitar desa bencana adalah, apabila hendak hidup, pergilah ke ladang, dan usahakan tanah itu.



Beberapa Pemikiran atas Masalah tersebut :


• Perlu dilakukan studi analisa kelayakan lahan menurut Geologisnya, sebab informasi yang di dapat dari Dinas PU Kabupaten Padang Pariaman peta patahan tanah itu sudah ada, hanya saja, sisitim penguasaan tanah dengan sistim ulayat kaum dimana peran Nini Mamak dalam adat Minangkabau sangat menentukan, maka untuk melarang masyrakat untuk tidak tinggal di wilayah bencana adalah sangat sulit, sehingga mengambil hikma dari bencana ini, maka perlu dilakukan keputusan yang tepat berdasarkan analisa geologi, apakah wilayah Tandikek masih layak di huni atau tidak.
• Menurut informasi yang menyatakan bahwa dugaan bahwa wilayah Bencana di Tandikek adalah berada di atas garis patahan bumi, maka saat gempa bumi tahun 2007, masjid Lubuk Laweh sudah turun 50 cm ( H Djaendar Dt Tangindo.drs ) dan sebelumnya gempa tahun 2002 masjid turun 20 cm.
• Pada saat Pemerintah Daerah Kabupaten Padang Pariaman, atas persetujuan pemerintahan di atasnya, menentukan Kuburan Massal, sebagai stigma bahwa didalamnya telah terkubur hidup- hidup sebanyak 242 jiwa, diketemukan jenazahnya sebanyak 61 sosok.
• Maka diperlukan kegiatan nyata lainnya yaitu, menentukan batas- batas terukur kuburan masaal tersebut, dengan berpatokan kepada perkiraan dimana letak resultan geostationer desa Cumanak, Desa lubuk Laweh dan Korong Kepolo Koto Desa Pulo Air.
• Disebabkan sistim kekerabatan yang hidup di wilayah bencana sangat lekat dengan kehidupan harian, tak bisa dipungkiri wilayah desa terbenam akan dijadikana sarana tempat kunjungan rutin mingguan atau bulanan, sehingga dengan memanfaatkan antusiasme masyarakat sedemikian ini perlu di pikirkan apakah kuburan masal itu hanya cukup sebuah tugu peringatan Yoni, berdiri tegak di batas tiga desa yang tenggelam, dengan tanah lapang terbuka di sisi panjang seluas setengah lapangan bola, yang digunakan untuk melatih semangat kompentensi masyarakat dengan pertandingan tingkat desa.
• Adanya tempat usaha alternatip selain mengharapkan lapangan usaha pertanian dan perladangan membuat pertumbuhan ekonomi masyarakat terpapar bencana akan cepat me recovery dirinya.

• Sudah tentu pada saat pemerintah daerah Padang Pariaman menentukan batas wilayah kuburan massal tersebut, keputusan itu dilakukan pada pertemuan besar kaum nini mamak untuk menentukan batas wilayah kuburan masaal tersebut, serta juga mennetukan sikap, apakah wilayah baru longsoran seluas 225 Ha itu akan di usahakan peruntukan tanahnyya dengan mengikuti keputusan analisa geologi terlebih dahulu, dan apabila analisis geologi mengatakan bahwa tanah bentukan longsoran tersebut tidak bisa di tinggali, maka kaum adat ulayat kaum harus sepakat untuk tidak mengusahakan tanaha tersebut pada teraf kehidupan permanen, jikalau mengusahakan untuk bercocok tanam dengan syarat tidak di tinggali, alangkah baiknya.



• Didalam menentukan siapa saja yang berhak mengusahakan tanah yang terbentuk longsoran tersebut, diperhitungkan pertama adalah sawah- sawah yang tertutup sebagian dari petak sawa itu oleh longsoran, terutama terletak di ujung lidah longsoran Kepalo Koto, dan korong lainnya, ia berhak mengambil walayah tanah yang tertutup longsoran seluas tutupan tadi.
• Peruntukan ke dua adalah dipersilahkan siapa si pewaris tanah pusako terhitung dalam kekerabat nini mamak terutama di buktikan dengan saksi yang jelas.
• Dibicarakan pula disini di hidupkannnya kembali hukum ka nagarian untuk menyisihkan 10 % dari hasil akhir usaha bercocok tanam di lahan timbunan longsoran, dimana dana yang terkumpul di simpan di ka nagarian dan digunakan untuk kemaslahatan kanagarian dengan persetujuan nini mamak kaum.
• Penataan Irigasi Baru.
• Disebab kan pula longsoran ini menutup pintu – pintu air yang mengairi 1 500 m2 sawah pengairan teknis di hilirnya, yaitu dengan dilakukan penataan irigasi baru, dengan membangun tanggul lidah- lidah longsoran agar longsoran tidak terbawa air hujan yang datang setiap saat.membangun tali air dan memperbaiki pintu air baru dan membuka saluran air baru yang topografinya mengikuti topografi tanah bentukan longsoran.



IV.3. Rehabilitasi Konstruksi

Pada saat pemerintah daerah yang dibantu LSM dan Perguruan Tinggi me ifentarisasi kerusakan bangunan rumah tinggal penduduk , terdifinisikan sebagai a) hancur total, b) rusak berat, c) rusak sedang, d) rusak ringan.
Untuk yang klasifikasi a dan b mendapat bantuan harian berupa uang lauk pauk, sebesar Rp 5 000,- per hari selama sepuluh hari setelah gempa. sedangkan yang ber klasifikasi lainnya tidak.
Apabila pendataan visual ini akan di bawa sampai pada penentuan besarnya bantuan rehabilitasi konstruksi, maka di perlukan pendifinisian kerusakan yang secara teknis bisa di pertanggung jawabkan, yaitu :
a) Difinisi rumah hancur adalah hancur sebagai kehancuran suatu bangunan.
b) Difinisi Rusak Berat adalah terjadinya patahan pondasi, terbelahnya lantai, gugurnya fungsi struktur bangunan dan di iringi robohnya dinding bangunan dan atap.

c) Difinisi Rusak Sedang apabila struktur utama masih kokoh berdiri dan tidak di iringi jatuhnya atap dan dinding
d) Rusak Ringan apabila terlihat ada retakan yang tidak menyangkut struktur


1. Pola pemberian bantuan rehabilitasi.


1.1. Pola Pertama.
a. Pemerintah daerah Kabupaten mempersiapkan suatu simulasi pembangunan rumah tahan gempa skala 7 sr, dimana bangunan itu dibangun menurut type luasan yang telah di setujui ( dari kalangan masyarakat menghendaki luasan minimal adalah 36 m2 ), konstruksi dan bentuk penulangan besinya serta kait dan ikatan begelnya dijelaskan pula persyaratan bahan pasir semen dan kerikilnya, untuk membentuk ketahanan konstruksi 7 sr.
b. Peserta simulasi adalah dua orang setiap kanagarian atau masing- masing nagari mengikut sertakan seorang wakil dari korong sebanyak dua korong.
c. Diharapkan nilai harga bangunan yang di jadikan simulasi sama harganya dengan besarnya uang yang akan diterimakan secara langsung kepada penduduk sesuai dengan derajat tingkat kerusakan rumahnya. Jangan sampai terjadi rumah simulasi lebih mahal dari pada uang yang di serahkan ke penduduk korban bencana, sehingga akan menimbulkan anggapan ke tidak seriusan dari pihak pemerintah.


5.1.2. Pola Kedua.
a. Pemerintah Daerah telah memiliki kesepakatan design rumah yang meliputi di dalamnya type luas lantai.
b. Design sudah di sertifikasi ketahanan gempa 7 SR
c. Satu rumah korban bencana di beri satu tukang, yang berperan ganda sebagai mandor, dengan membawa material yang akan di bangun, hingga rumah siap di tempati.
d. Satu orang tukang memang kurang, tetapi alangka baiknya jikalau si pemilik rumah mau membantu menjadi tukang dan berfungsi sebagai penerima bantuan, dimana partisipasi sipemilik rumah akan di hargai sebagai tukang pada layaknya, ia menerima bayaran yang besarannya telah di tetapkan.
e. Apabila rumah yang di bantu tidak meninggalkan seorang lelaki dewasa, maka yang berhak menjadi tukang di rumah tersebut adalah para tetangga terdekat, lingkungan Korong dan Kanagariannya.







1.3. Permasalahan Rehabilitasi.

a. Penduduk yang rumahnya rusak dan tanahnya masih ada, dilakukan proses bantuan pembangunan rumah hingga layak huni
b. Penduduk yang rumahnya rusak dan tanahnya tertimbun longsor, dilakukan bantuan pembersihan, apabila timbunan diatas 15 meter kedalamannya maka dilakukan relokasi.
c. Penduduk yang rumahnya rusak dan tanahnya hilang akibat tertelan bumi dan juga tidak memiliki waris, dilakukan tutup buku riwayat kaum ulayat.
d. Penduduk yang rumahnya rusak dan status huniannya adalah sebagai penyewa bangunan, dilakukan bantuan sebagaimana biasanya hingga terbangun rumah bantuan layak huni.
e. Penduduk yang rumahnya rusak tetapi rumahnya tidak ditempati sebab si pemilik rumah berada di rantau, akan di lakukan proses penggantian rumah hingga layak huni dalam batas waktu kurang dari 3 bulan, apabila hingga 3 bulan si pemilik rumah tidak mengurusnya maka bantuan akan di alihkan ke lokasi lain dan pemerintah setempat dibantu dengan LSM akan membersihkan puing.




IV.4 Permasalahan Sosial Rehabilitasi Konstruksi

a. Pengaruh Kekerabatan Suku Minangkabau di dalam Membangun Rumah Bencana.

Pengaruh kekerabatan suku Minang yang sangat kuat bisa dijadikan sebagai modal kapital pembangunan sosial bangunan paskah gempa.
Masuknya aliran dana malahan secara perhitungan nilai uang yang beredar sudah banyak menimbulkan pengaruh inflasi perdagangan setempat, dari sini bisa di simpulkan jikalau permasalahan ini tidaklah kecil.

Bentuk bantuan lainnya yang menimbulkan efek ganda pergerakan uang lokal Sumatera Barat adalah kedatangan para saudara seibu maupun se ayah yang datang menengok saudara yang tertimpah bencana, si pendatang memerlukan konsumsi selama di kampungnya, sementara masyarakat setempat memenuhi kebutuhan ini dengan pengadaan barang- barang konsumsi yang juga di datangkan dari Pulau Jawa dan kota- kota di Sumatera lainnya.

Kemampuan membeli ini yang menyebabkan daya saing pertumbuhan perkapita penduduk pasca bencana gempa di Padang sangat berbuah baik nilainya.

Dengan bersemangatkan Adat bersendikan agama, sehingga acap kali pelaksanaan agama tidak menjadi sisi lain dari kehidupan masyarakat Minangkabau.

Sehingga sekarang ini terlihat semangat beberapa orang untuk segera membangun, walau mengetahui secara sedikit apa itu bangunan tahan gempa 7 SR, yang menjadi tantangan adalah kesigapan masyarakat tidak di imbangi dengan kemampuan aparat pemerintah daerah untuk menyediakan rumah contoh atau kursus kilat bagaimana membangun rumah anti gempa.


b. Tumbuhnya peminta bantuan sepanjang jalan

Sebagai efek adanya kemampuan sekelompok orang untuk mengumpulkan dana melalui kekerabatan nini mamaknya, bagaimana dengan yang tidak punya, terlihat sepanjang kecamatan Patamuan banyaknya anak – anak yang dikerahkan untuk turun di jalan.




Seorang anak di Jalan Lintas Padang-Padang Pariaman, tepatnya di Desa Tandikek, Kecamatan Patamuan, Padang Pariaman, ketika ditanya mengakui bernama Aldi (10)
Dia bilang, meminta-minta karena diminta orangtuanya untuk membantu keluarganya mencari nafkah.
Aldi merupakan anak pertama dari tiga bersaudara. Orangtuanya, Nazaruddin merupakan kuli bangunan, sedangkan ibunya, Milna tidak bekerja. Hingga kini, keluarganya tak memiliki rumah, hanya sebuah rumah kontrakan di Desa Tandikek yang kini rusak parah.

Siswa Sekolah Dasar (SD) di desa itu menyebutkan, dia meminta-minta di jalanan hanya untuk membantu keluarganya, dan ini berawal dari perintah orangtua. Dalam sehari, dia bisa mengumpulkan uang sebesar Rp50 ribu sampai dengan Rp100 ribu. Uang ini diserahkan kepada orang tuanya. “Ambo serahkan ke orangtua, karena diminta,” bilangnya dalam logat Minang.
Secara periodik hal ini kan berpengaruh luas, yaitu fenomena ini memunculkan pertanyaan:
a) tidak terpenuhinya kebutuhan hidup minimal ,
b) adakah ketersedian barang, disebabkan sulitnya uang yang ada pada mereka sehingga mereka tidak bisa membelinya,
c) proyeksi untuk masa tanggap darurat 60 hari, apakah bisa mengatasi permasalahan,
d) identifikasi prilaku personal dalam penggunaan financial setelah terjadinya bencana gempa bumi, apakah lebih cenderung untuk memperbaiki rumah atau memenuhi kebutuhan pangan mereka,
e) merumuskan kebijakan yang berkaitan dengan mempertebal rasa malu untuk meminta- minta sepanjang jalan, dengan melibatkan struktur sosial masyarakat dalam hal ini kaum nini mamaknya dan dinas agama setempat,
f) dari pendataan didapat pejelasan jikalau bantuan hanya datang tiga hari sekali sebanyak 5 kg beras dan tiga bungkus mie instan 180 gram, g) besarnya bantuan yang terkumpul di kanagarian tidak mampu menutup kebutuhan sehari korban bencana,
h) permasalahan yang perlu di antisipasi adalah kehidupan yang sedemikian ini dalam angka lima tahun mendatang belum tentu bisa memperbaiki rumah tinggalnya, disebabkan gempa bumi yang epicentrumnya berada di sepanjang pantai dala sebelah barat pulau Sumatra adalah bersifat tetap, maka kehadiran bencana gempa akan hadir dalam waktu tak diperkirakan, sehingga sering etrjadi, korban bencana gempa 2007 belum bisa memperbaiki rumahnya dan sekarang terkena gempa tahun 2009, atau sebaliknya bisa memperbaiki rumahnya dan rumahnya roboh lagi diterjang gempa 2009.


c. Ulayat Kaum

Adalah suatu bentuk pengambilan keputusan yang dilakukan oleh sekelompok masyarakat yang di ikat oleh hubungan kekerabatan se nini mamak. Hak ulayat adalah hak penguasaan dan hak milik atas bidang
tanah beserta kekayaan alam yang ada diatas dan didalamnya dikuasai
secara kolektif oleh masyarakat hukum adat di Propinsi Sumatra barat.

Tanah ulayat adalah bidang tanah pusaka beserta sumber daya
alam yang ada di atasnya dan didalamnya diperoleh secara turun menurun
merupakan hak masyarakat hukum adat di propinsi Sumatra barat.

Tanah ulayat nagari adalah tanah ulayat beserta sumber daya
alam yang ada diatas dan didalamnya merupakan hak penguasaan oleh
ninik mamak kerapatan adat nagari (KAN) dan dimanfaatkan
sebesar-besarnya untuk kepentingan masyarakat nagari, sedangkan
pemerintahan nagari bertindak sebagai pihak yang mengatur untuk
pemanfaatannya.

Penguasaan tanah ulayat nagari oleh KAN tidak perlu dijelaskan bentuk
pemanfaatannya, atau kalau mau ditambahkan : “… dan dapat dimanfaatkan
berdasarkan musyawarah mufakat”.
Pemerintahan nagari tidak mempunyai urusan untuk ikut campur dalam
pengaturan pemanfaatan tanah ulayat nagari, kecuali yang menyangkut
penyelenggaraan kesejahteraan umum.

Tanah ulayat kaum adalah hak milik atas sebidang tanah beserta
sumber daya alam yang ada diatas dan didalamnya merupakan hak milik
semua anggota kaum yang terdiri dari jurai/paruik yang penguasaan dan
pemanfaatannya diatur oleh mamak jurai/mamak kepala waris.

Tanah ulayat rajo adalah hak milik atas sebidang tanah beserta
sumber daya alam yang ada diatas dan didalamnya yang penguasaan dan
pemanfaatannya diatur oleh laki-laki tertua dari garis keturunan ibu
yang saat ini masih hidup disebagian Nagari di Propinsi Sumatra Barat.

Pengertian mamak kepala waris adalah jabatan fungsional dari seorang
penghulu andiko yang memiliki wewenang dalam mengatur pemanfaatan
harta pusaka kaum. Wewenang ini dapat dilimpahkan atau didelegasikan
kepada mamak-mamak nan tuo dalam kaum. Namun pengelola harta pusaka
adalah terletak pada kaum bundo kanduang.

Hukum adat adalah aturan normatif yang dituangkan dalam bentuk
kalimat atau kata-kata yang menganalogikan tata kehidupan masyarakat
dengan kaedah alam, dipahami oleh masyarakat sebagai suatu atauran
yang mengikat secara moral dengan sanksi-sanksi yang jelas, baik tidak
tertulis maupun tertulis.

Penyerahan hak ulayat seharusnya ditafsirkan sebagai penunjukan pemanfaatan tanah ulayat kaum kepada seorang wanita di dalam kaum yang telah menikah sebagai ganggam bauntuak iduik bapangadok, melalui upacara tertentu, dan selanjutnya dapat didaftarkan oleh KAN.

Kita harus realistis menilai bila PPAT tidak mampu melakukan kadaster
untuk seluruh tanah ulayat berdasarkan pengalaman puluhan tahun. Jadi
kita mencoba mengaktifkan peran KAN sebagai lembaga kadaster berdasarkan mekanisme Hukum Adat. Padahal ketentuan pasal-pasal awal dalam UUPA, menyiratkan menggutamakan potensi yang ada di masyarakat.

Perlu dilakukan kajian sosial terhadap peran sebuah forum kekerabatan seperti nini mamak untuk menangani masalah-masalah lingkungan kritis, peruntukan lahan, penataan ruang kawasan adat, dan keprihatinan masyarakat adat minang terhadap keberadaannya yang hidup di kawasan gempa bumi.

d. Peran Sosial Budaya Masyarakat Minang.

1. Pola adat Minang dalam pengambilan keputusan

BALAIRUNG SARI TABEK Bagi orang Minangkabau balai merupakan kata yang mempunyai arti lebih dari satu. Balai dengan arti pasar yaitu sebagai tempat terjadinya transaksi antara sipenjual dengan si pembeli. Jadi disini pergi ke balai artinya pergi ke pasar. ( Wawancara dengan Drs. H. Jahendar (Datuk Tan Gindo), tokoh masyarakat di Tandikat yang tiga korong-nya tertimbun longsor Bukit Tigo. Tgl: 19/10/09 )

Namun yang kita bicarakan disini adalah balai adat yaitu suatu tempat yang digunakan oleh para penghulu(pemimpin suku) untuk menyelesaikan/menyidangkan suatu perkara dan lain-lain.

M. Rasyid Manggis Dt. Rajo Panghulu membedakan balai adat ini atas dua bagian, yaitu medan nan bapaneh dan medan nan balinduang. Dalam medan nan bapaneh arti nya disini adalah suatu padang/tempat yang lapang yang dipelihara dengan baik, tanpa atap/atau suatu bangunan.

Disekelilingnya diberi/atau disusun batu sedemikian rupa sehingga memenuhi syarat atau kebutuhan untuk bersidangnya para penghulu. Pada masa lalu adakalanya disekitar medan nan bapaneh ini ditanam pohon beringin sehingga tempat tersebut menjadi sejuk. Sedangkan medan nan balinduang adalah suatu tempat atau sebuah bangunan khusus mempunyai atap tanpa dinding ataupun jendela, sehingga apapun keputusan yang diambil dapat diketahui orang banyak. Medan nan balinduang atau yag lebih dikenal dengan balai adat di Minangkabu dikenal dua tipe yaitu tipe Koto Piliang dan tipe Bodi Caniago sesuai dengan kelarasan yang dianut oleh masyarakat.


Balai adat koto piliang mempunyai anjung kiri-kanan, hal tersebut menunjukkan bahwa dalam persidangan kedudukan penghulu tidak sama, penghulu duduk sesuia dengan kedudukannya dalam adat. Balai adat koto Piliang lantai bagian tengahnya putus yang disebut balabuah gajah (berlebuh gajah).


2. Struktur kemasyarakatan.

Menurut sistem Koto Piliang, penguasa tertinggi dalam nagari dipegang oleh penghulu pucuk. Masyarakat tinggal menerima dan menaati segala aturan yang telah ditetapkan/diputuskan tersebut sesuai dengan falsafat Koto Piliang titah datang dari ateh, sambah datang dari bawah dan inilah yang disebut dengan kebijaksanaan titiek dari atas. Dalam penyelesaian suatu masalah atau perkara sistem yang berlaku yaitu bajanjang naiek, naik dari jenjang yang paling bawah terus ke atas sampai pada jenjang paling atas.

Artinya dari kemenakan kepada mamak, dari mamak ke Penghulu Andiko, dari Penghulu Andiko kepada Penghulu Pucuk. Penghulu pucuk mengeluarkan keputusan dan setiap keputusan yang sama diambil tidak dapat dibantah, jadi sifatnya mutlah.

Demikian juga dengan keputusan atas perintah dari atas harus memenuhi ketentuan batanggo turun, artinya dari penguasa yang paling atas seperti raja/Penghulu Pucuk sampai kepada memenakan atau rakyat.

Balai adat tipe Bodicaniago lantainya datar saja dari ujung ke ujung, dengan pengertian semua penghulu dalam persidangan duduk sama rendah, tegak sama tinggi tidak yang duduk lebih tinggi dari pada yang lain. Jika kita perhatikan balai adat ini terdapat ditiap nagari di Minangkabau bentuknya sesuai dengan kelarasan yang dianut oleh masyarakatnya.

Biasanya balai adat ini dibangun berdampingan dengan mesjid dan terletak ditengah-tengan nagari. Ini merupakan salah satu syarat saling mengisi sebagaimana ungkapan adat basandi syarak, syarak basandi kitabullah dan hal ini terlihat dalam talibun adat sebagai berikut : Si muncak mati tambau Ka ladang mambao ladiang Luko pao kaduonyo Adat jo syarak di Minangkabau Sarupo aue jo tabiang Sanda manyanda kaduonyo Jadi balai adat atau medan nan balinduang tersebut hanya ada satu ditiap nagari di Minangkabau, dan merupakan lambang persatuan dan kesatuan serta musyawarah mufakat, sebagaimana dikatakan bulek aie dek pambuluah, bulek kato dek mufakek (bulat air ke pembuluh, bulat kata karena mufakat).



3. Tujuan ber masyarakat adat.

Dengan mufakat tidak ada kusut yang tidak selesai, keruh yang tidak jernih semuanya dapat diselesaikan dengan baik. Antara kedua kelarsan tersebut sama-sama mempunyai kelebihan dan kekeurangan.

Balairung Sari Tabek merupakan salah satu dari balai adat yang bercirikan Koto Piliang hal ini terlihat dari lantainya yang putus ditengah dan lantai dari ujung ke ujung datar saja.



4. Sejarah berdirinya.

Menganai sejarah berdirinya tidak terlepas dari kisah asal-usul orang Minangkabau menurut tambo. Karena tambo merupakan salah satu warisan kebudayaan Minangkabau yang penting.

Pada mulanya tambo merupakan kisah yang disampaikan secara lisan oleh tukang kaba, semenjak dikenalnya tulisan maka kaba ini mulai ditulis. Kesulitan dalam memahami tambo ini adalah tidak adanya konsep waktu dan pada umumnya tambo dimulai dari keberangkatan Maharaja Diraja ke Minangkabau .


5. Tambo sebagai Guguritan masyarakat Minang.

Dalam tambo dikisakan bahwa asal usul orang Minangkabau dari keturunan Raja Iskandar Zulkarnain yaitu Macedonia tahun 336-324 SM. Raja ini mempunyai tiga orang putera yaitu Maharaja Alif yang menjadi Raja di Benua Ruhum (Romawi), Maharaja Dipang yang menjadi Raja di Benua China dan yang kecil Maharaja Diaraja yang menjadi raja di pulau Emas, dan terus mereka dekati dan akhirnya mereka menemukan gunung Merapi.

Dalam pantun disebutkan : Dari mano titiak palito Dibaliek telong nan batali Dari mano asal niniek kito Dari puncak gunuang marapi. Mereka menjadikan gunung sebagai pedoman arah yang dituju. Jadi nenek moyang kita turun dari gunung merapi sesesar telur itik. Maksudnya mereka melihat gunung merapi dari jauh seakan-akan sebesar telur itik. Di gunung merapi ini menetap di suatu tempat yang bernama Lagundi nan Basago.

Dalam rombongan Maharaja diraja ini juga ikut istrinya Indo Jalito dan empat orang panglima yang masing-masingnya mempunyai keahlian seperti : 1. Pengawal kerajaan diberi julukan Anjiang Mualim yang dari Parsi (Iraq sekarang) 2. Barisan perusak dijuluki Kambiang Hutan bersal dari Kamboja 3. Barisan pemburu dijuluki Harimau campo, berasal dari Campa (Siam, Muangthai) 4. Barisan penyelamat dijuluki Kuciang Siam, berasal dari Siam Nama itu diberikan sesuai dengan tingkah laku mereka masing-masing.

Anggota rombongan yang lain adalah Cati Bilang Pandai. Dari atas gunung Merapi mulai turun dan membangun nagari di suatu daerah lereng gunung Merapi yang bernama Pariangan. Pariangan merupakan daerah tertua di Minangkabau, bernama Pariangan karena penduduk yang membangun daerah ini penih dengan keriangan/suka cita,

sebagaimana dalam tambo disebutkan : Dibukit nan indak barangin Di lurah nan indak barajo Disinan mulo rantiang dipatah Disinan mulo sumua digali Disinan sawah satampang banieh Maksudnya di nagari Pariangan inilah mulai di buat tempat tinggal, sawah dan sumur sebagai sumber air.

Dan juga mulai disusun aturan kehidupan Minagkabau. Karena penduduk bertambah juga, maka dibuka daerah baru yang bernama padang panjang, disebut demikian karena menggunakan pedang yang sangat panjang untuk membabat semak belukar pada waktu membuka nagari tersebut. Nagari Pariangan merupakan nagari yang pertama dan Padang Panjang nagari kedua di Minangkabau.


6. Pola perpindahan masyarakat adat Minang.

Karena penduduk semakin bertambah juga maka terjadilah perpindahan penduduk ke daerah yang baru seperti ke Luhak Tanah Datar, Luhak Agam, dan 50 koto. Jadi perpindahan pertama adalah menurun ke Parianagn kemudian Padang Panjang, Dusun Tuo (Limo Kaum). Dari atas gunung Merapi mereka dipimpin oelh Maharaja Diraja. Disini belum lagi ada aturan yang mengikat.


Mereka bersama, masing-masing kelompok membuat aturan sendiri-sendiri. Di Pariangan inilah mula-mula berdiri kerajaan pertama yang bernama Kerajaan Koto Batu. Rajanya adalah Maharaja Diaraja. Sepeninggal Maharaja Diraja, penggantinya tidak, sejak itu pemerintahn dilaksanakan oleh seorang penghulu yaitu Datuak Suri Dirajo. Beliau adalah pemantu utama Maharaja Diraja dalam pelaksanaan pemerinatahan.


7. Pembentukan struktur baru.

Maharaja Diraja memiliki 3 orang istri yaitu Indo Jalito, Puti Cinto Dunie, dan Puti Sedayu. Perkawinan dengan Indo Jalito melahirkan seorang anak laki-laki bernama Sutan Paduko Basa yang kemudian begelar Datuk Katumanggungan. Setelah Maharaja Diraja wafat, Datuk Suri Dirajo tidak mampu melaksanakan pemerintahan, oleh sebab itu diangkatlah dua orang penghulu yaitu Dt. Bandaro Kayo dan Dt. Maharajo Basa (anak Puti Sidayu) di Padang Panjang. Mereka bertiga (Dt. Suri Dirajo, Dt. Bandaro Kayo, Dt. Maharajo Basa) yang memimpin rakyat.

Semenjak inilah dimulainya kepemimpinan penghulu terhadap rakyat banyak dan mulainya kekuasaan peghulu di Minangkabau. Jadi penghulu yang pertama adalah Dt. Suri Dirajo, ke dua Dt. Bandaro Kayo, dan ketiga Dt. Maharajo Basa. Dt. Bandaro Kayo dan Maharaja Basa adalah anak Maharajo Dirajo, sebapak berlainan ibu. Sepeninggal Maharajo Dirajo, istrinya (Indo Jalito ibu Dt. Bandaro Kayo) kemudian kawin dengan Cati Bilang Pandai , seorang ahli pikir, pembantu Maharaja Diraja.

Dengan Cati Bilang Pandai ini lahirlah anaknya antara lain : Jatang Sutan Malin, Halap Dunie, Puti Jamilan, Reno Suda, dan Mambang Sutan. Cati Bilang Pandai membicarakan dengan Dt. Bandaro Kayo, Dt. Maharajo Basa dan Dt. Suri untuk mengangkat anaknya yang laki-laki menjadi penghulu,





8. Pembentukan struktur hukum dalam ucapan dan ceritra.

Setelah bermufakat maka ke tiganya diberi gelar yaitu :  Sutan Paduko basa bergelar Dt. Ketumanggungan  Jatang Sutan Malin bergelar Dt. Perpatian nan Sabatang  Kalap Dunie bergelar Dt. Maharajo Nan Benego-nego. Keputusan ini diambil di Dusun Tuo dan dilaksanakan di Dusun Tuo yaitu di Batu nan tigo (terletak dekat Batu Batikan). Di batu nan tigo inilah mereka dilantik dan disumpah oleh Dt. Suri Dirajo yang bunyinya :

“Bakato Bana, babudi baik, manghukum adie” Dan meminum air keris siganjo era. Bila sumpah itu dilanggar maka akibatnya : Ka ateh indak bapucuak Ka bawah indak baurek Ditangan dilarek kumbang Dan habis punah semua keturunannya Sekarang telah ada 6 penghulu, 3 penghulu di Pariangan dan 3 penghulu di Dusun Tuo. Kerajaan pertama di Koto Batu Pariangan telah runtuh, dan kerajaan ke dua di Dusun Tuo dipimpin oleh Dt. Katumanggungan dan Dt. Parpatiah nan Sapabatang. Pada waktu kerajaan di Dusun tuo ini belum juga ada aturan yang dapat mengikat rakyat dan kerajaan.

9. Peraturan Hukum Adat.

Oleh sebab itu dibuatlah aturan yang menjadi pegangan rakyat dan kerajaan. Pembicaraan pembuatan aturan ini dimulai di Batu Pantar dan disudahi di Batu Kasua Bonta di Dusun tuo. Dalam pembicaraan rancangan aturan adat yang mereka buat tersebut senantiasa mengikat sumpah yang diucapkannya.

Maka kemudian terbentuklah 23 macam aturan yang menjadi aturan adat di Minangkabau dikenal dengan Adat Nan Ampek :

1. Adat Sabana Adat
2. Adat nan Diadatkan
3. Adat nan taradat
4. Adat Istiadat Nagari nan
Terdiri dari :
1. Taratak
2. Dusun
3. Koto
4. Nagari Undang Nan
4 : 1. Kato Pusako
2. Kato Dahulu Batapati
3. Undang-undang dalam Nagari
4. Undang-undang duo puluah Nama hukum Nan
4 : 1. Hukum lamo
2. Hukum Manggamo
3. Hukum Basamo
4. Hukum Bakarano Cupak nan Duo :
1. Cupak Usali
2. Cupak Buatan Setelah selesai membuat aturan induk adat Minangkabau, maka dibuatlah suku, diangkatlah penghulu yang akan memimpin suku tersebut.


10. Perluasan hukum adat.

Mereka kemudian mulai menyebar ke luhak nan tigo dan daerah rantau Minangkabau. Luhak Tanah Datar meliputi daerah sekitar kaki gunung Merapi bagian selatan dan timur.

Nagari tersebut terdiri dari :

 Limo Kaum duo baleh koto, 9 koto di dalam dan 12 koto dilua
 Sungai Tarab salapan koto dan nagari sekitarnya
 Ujuang Labuah dengan Sungayang, 7 Koto
 Batipuah X koto dan Pariangan Padang Panjang
 Sumalan Koto di bawah, 7 koto di ateh
 Talawi tigo tumpuak, Kubuang Tigo Baleh, Alam Surambi Sungai Pagu dan nagarai sekitarnya.

Setelah pembuatan nagari Limo Kaum duo baleh koto, Sambilan Koto di dalam dan Duo Baleh di Luar maka dibuatlah Balai-balai adat di Nagari Tabek untuk bermusyawarah memecahkan segala persoalan yang tidak dapat diselesaikan dalam nagari masing-masing. Balai-balai tersebut terdiri dari 17 ruang, delapan ruang disebelah kanan dan delapan ruang sebelah kiri, satu ruang ditengahnya terputus atau tidak mempunyai lantai. Kono gunanya adalah untuk tempat berhentinya gajah kendaraan Dt. Parpatiah nan Sabatang.

Oleh sebab itu ruang tersebut juga Labuah Gajah, jadi apabila Dt. Parpatiah Nan Sabatang datang untuk melaksanakan suatu musyawarah atau upacara maka kendaraanya berupa seekor gajah akan berhenti disi dan beliau langsung turun ke Balai adat tersebut.

Balai adat ini dibangun oleh seorang arsitek lokal yang terkenal saat itu bernama Tan Tejo Gerhano, ia juga dikenal sebagai orang pertama yang membuat Rumah Gadang di Minangkabau.

Pada waktu mendirikan balai adat ini ada gurindam dari dt. Parpatiah nan Sabatang sebagai berikut :

Ado talukih dalam tambo Aluang bunian nagari tabek Penghulu duduk jo naraco Mampamanih adat nan ampek Aluang bunian nagari Tabek Babalai balairung Panjang Panghulu duduak di nan rapek Hukum maukua samo panjang Babalai balirung panjang Bantonggak tareh jilatang Hukum maukua samo panjang Hukum tak kilu manjadi pantang Batonggak tareh jilatang Bakasau manulang ikan Apo sajo karajo nan datang Panghulu nan indak manruah bosan Bakasau manulang ikan Baparan ma aka lunsang Apo pedoman jo ingatan Ingeklah adat jo undang-undang Lamak manih bak raso santan Atap bataran jo sago jantan

Kalau mahukum jo undang-undang Lamak manih bak raso santan Elok jo buruak indak tabuang Baruang 17 ruang Nan bagandang saliguri Elok jo buruak indak tabuang Tantu manyanang ka nagari Nan bagandang Sali guri Nan batabuah puluik-puluik Tantu manyanang ka nagari Kato nan tuo lai baturuik Batabuah puluik-puluik Balapieh ilalang salai Kato nan tuo lai baturuik Disinan kusuik mako salasai Nan balapiek ilalang salai Nan buli-buli batu Itu curian turun naiak Nan kok hukum nan putuih Samo manyanang timbal baliek Pembuatan nagari Tabek bersamaan dengan nagari Sawah Tangah sehingga kedua disebut juga dengan Aluang Bodi Caniago, yang dilakukan setelah pembuatan Tanjung nan 7 dan Lubuak nan 3. Tanjuang Nan 7 yaitu :

1. tanjuang Sungayang (di Kabupaten tanah datar)

2. Tanjunang Barulak (di Kabupaten tanah datar)

3. Tanjuang Alam (di Kabupaten tanah datar)

4. Tanjuang Bonai (di Kabupaten tanah datar)

5. Tanjuang Bingkai (di Kabuapten Solok)

6. Tanjuang Alai (di Kabupaten Solok)

7. Tanjuang Gadang (Kabpaten Sawahlunto/Sijunjuang) Lubuak Nan 3 :

1. Lubuak Sikarah (di Kabupaten Solok) 2. Lubuak Sipunai (si Sijunjuang) 3. Lubuak Simauang (di Talawi) Sebagaimana bunyi gurindam adat :

Manubo urang di Talawi Matilah punai di Sijunjuang Dipangek urang di Sikarah Dimakan di Tabek Sawah Tangah Maksudnya bila timbul suatu permasalahn mula-mula disaring di Talawi kemudian dibicarakan di Sipunai dan diputuskan di Sikarah, diumumkan di Tabek Sawah Tangah itulah yang dipakai oleh Bodi Caniago.


11. Bentuk penyesuaian hukum adat Minang.

Walaupun Balairung Sari Tabek ini bangunannya bercirikan sistem Bodi Caniago namun masyarakatnya tidak menganut sistem kelarasan tersebut, dan menurut penuturan salah seorang ninik mamak setempat yaitu Bapak Parlis Dt. Bandaro Panjang masyarakat Nagari Tabek menganut sistem lareh nan Bunta jadi mereka tidak menganut sistem kalarasan Bodi Caniago maupun Koto Piliang sesuai dengan mamangan berikut ini :

Pisang sikalek-kalek hutan Pisang tamtu nan bagatah Boodi Caniago inyo bukan Koto piliang inyo antah Dengan dibangunya Balai-balai ini Nagari Tabek merupakan Nagari tertua di Minangkabau sedangakan Pariangan merupakan nagari asal orang Minangkabau, hal ini dijelaskan dalam tambo alam Minangkabau.


Balairung Sari Tabek ini dibangun oleh seorang arsitek terkenal pada masa itu yaiti Tan Tejo Gerhano, dan beliau juga dikenal sebagai seorang pendiri Rumah Gadang di Minangkabau. Setelah wafat beliau berkubur di kuburan panjang Pariangan.

Menurut informasi yang diperoleh dari pengurus KAN Nagari Tabek bahwa kuburan Tan Tejo Gerhano tersbut sebetulnya berada di Nagari Tabek yang mana ukurannya lebih panjang dari kuburan yang ada di Pariangan. Balairung Sari Tabek ini sudah merupakan salah satu situs cagar budaya di bawah pengawasan Suaka Purbakala yang berkedudukan di Batusangkar yang telah dilindungi oleh undang-undang cagar budaya dan diawasi oleh seorang juru pelihara. Arsitektur dan Konstruksi Bangunan


12. Karya Seni Arsitektur Budaya masyarakat Minang

Arsitektur Arsitektur dalam pengertian luas adalah pemenuhan akan kebutuhan manusia terhadap yang yang dapat memerikan rasa tentram dan bahagia bagi manusia yang dilingkupinya. Pengertian rasa tentram dan bahagia bagi manusia memberikan implikasi akan perlunya perencanaan yang memadai. Dengan demikian arsitektur tradisional adalah akibat interakasi dari berbagai faktor yang melatarbelakanginya. Oleh karena itu bentuk arsitektur tradisonal merupakan hasil rekaman akumulasi pengamatan yang mempunyai ciri kelestarian dari suatu kelompok etnis di daerah tertentu.

Di dalam lingkungan manusia hidup berbudaya, korelasi antara kondisi alam, materi, faktor-faktor sosial, kebutuhan ruang dan berbagai faktor-faktor lainnya bagi nenek moyang bangsa maka telah berhasil dicitrakan dalam penampilan karya-karya arsitekturnya. Arsitektur Minangkabau telah melalui berbagai zaman dalam masa yang lama. Sedikit banyaknya setiap zaman memberikan andil pengaruh bagi penyempurnaan arsitektur Minangkabau untuk mencapai bentuk yang mapan.

13. Fungsi Arsitektur Masyarakat Minang.

Dilihat dari segi arsitekturnya, Balairung Sari Tabek merupakan suatu hasil karya budaya tradisional dan sekaligus sebagai manifestasi masyarakat Minangkabau. Berbicara tentang arsitektur Balairung Sari tidak terlepas dari gambaran dan ciri khas budaya Minangkabau. Arsitekturnya menurut Francis D. K Ching dalam bukunya yang berjudul Arsitektur adalah bentuk ruang dan susunannya, arsitektur pada umumnya dipikirkan (dirancang) dan diwujudkan (dibangun) sebagai tanggapan terhadap sekumpulan kondisi yang ada. Kondisi kadang-kadang hanya bersifat fungsional semata-mata atau mungkin juga refleksi dari berbagai derajat sosial ekonomi, politik bahkan kelakuan atau tujuan simbolik. Jadi arsitektur merupakan proses pemecahan atau perancangan bangunan.


Arsitektur sebuah balairung pada umumnya hampir menyerupai bentuk rumah gadang, yaitu dibangun di atas tiang dengan atap yang bergonjong-gonjong, memeliki kolong, tetapi kolongnya lebih rendah dari kolong rumah gadang. Akan tetapi tidak berdaun pintu dan berdaun jendela. Adakalanya balairung itu tidak berdinding sama sekali, sehingga penghulu yang mengadakan rapat dapat diikuti oleh masyarakat umum seluas-luasnya.



Seperti dalam hal rumah gadang, maka kedua kelarasan yang berbeda alairan itu mempunyai perbedaan pula dalam bentuk balairung masing-masing. Balairung kelarasan Koto Piliang mempunyai anjuang pada kedua ujungnya dengan lantai yang lebih tinggi. Lantai yang lebih tinggi digunakan sebagai tempat penghulu pucuk. Anjungnya ditempai raja dan wakil. Lantainya terputus di bagian tengah yang disebut dengan labuah gajah, yang berfungsi sebagai tempat lewatnya kendaraan raja-raja. Sedangkan balairung dengan kelarasan Bodi Caniago tidak mempunyai anjung dan lantainya rata dari ujung ke ujung.


14. Struktur Ruang Dalam Arsitektur Masyarakat Minang.

Sementara Balairung yang terdapat di Nagari Tabek, Pariangan yang dianggap sebagai Baliarung tertua yang bernama Balairung Sari, merupakan tipe lain. Bentuknya tidak mengikuti kelaran yang dua tadi. Balairung ini memiliki gonjong sebanyak enam buah yang menyerupai tanduk kerbau. Di bawah lantai terdapat kolong. Tangga untuk naik ke atas Balairung terbuat dari kayu dengan jumlah biasanya ganjil 5 atau 7. Tiang berjumlah 36 buah. Di atas Balairung terdapat ruangan yang panjang membujur dari utara ke selatan, yang berjumlah 17 buah. Saru buah labuah gajah, yakni ruang yang terputus satu ruang, yang bertujuan tempat perhentian kedaraan raja-raja yang datang untuk mengadakan musyawarah atau kunjungan. Di bagian belakang Balairung terdapat sebuah kolam yang besar, yang dulunya hanya berukuran kecil yang dimanfaatkan sebagai tempat mencuci kaki. Sekarang di atas kolam ini sudah dibangun pentas terapung yang tujuannya sebagai tempat permainan anak nagari. Konon kabarnya ada cerita lain tentang ruang yang terputus karena discuri oleh Belanda dan dibawa ke Pariangan, yang sekarang bernama labuah saruang. Karena Balairung ini tidak mengikuti aliran Koto Piliang dan Bodi Caniago, maka ia tidak memiliki anjung, bangunannya rendah tanpa dinding sama sekali, sehingga setipa orang dapat melihat permufakatan yang diadakan di atasnya. Di halaman depan terdapat pulalapangan yang agak ditinggikan dari tanah yang ditanami dengan rumput-rumputan dan bunga-bunga. Pada lapangan ini juga terdapat batu tapakan tempat duduk. Lapangan tempat beristirahat atau berangin-angin peserta musyawarah setelah melakukan musyawarah. Batu tapakan merupakan tempa duduk mereka sambil menyaksikan atraksi-atraksi kesenian yang disajikan seperti randai, tari-tarian, selawat dulang, rabab dan sebagainya. Lapangan ini disebut juga dengan medan nan bapaneh. Dengan beristirahat sejenak disana akan mendinginkan kepala agar dapat melanjutkan musyawarah kembali. Balairung hanya boleh didirikan di perkampungan yang berstatus nagari. Kerana nagari Tabek sudah memenuhi kriteria sebagai sebuah nagari maka dibangun Balairung Sari si daerah ini. 2. Konstruksi Pengertian konstruk adalah susunan / bagian-bagian dari bangunan yang membentuk sebuah bangunan.



15. Bentuk dan Fungsi

Pada bangunan balairung sari konstruk bangunannya terdiri dari :

a. Bentuk Bangunan Balairung sari bangunan tradisional minangkabau yang membujur dari uatar ke selatan, dengan panjang bangunan 48, 24 meter, lebar 3,4 meter dan tinggi bangunan dari pembautan kosong yang dipasang disekeliling 5,30 meter sampai ke puncak atap atau nok yaitu sebatang kayu yang berfungsi sebagai temapt kedudukan atau sebagai ukuran gonjong.

b. Kalau kita perhatikan pemasangan batu kosong pada bagian bawah ini, sedikit terdapat keunikan dimana pemasangan batunya tidak menggunakan bahan perekat semen sebagaimana layaknya bangunan candi di daerha Jawa, namun bangunan ini dapat bertahan sampai sekarang, lebih kurang usianya sudah 300 tahun. Pada beberapa bagian bangunan sudah mengalalami kerusakan dan keropos dan sudah mengalami penggantian dan perbaikan seperti lantai dan atap.

c. Namun tiang yang ada sekarang masih merupakan tiang yang aslinya. Bentuk bangunan Balairung Sari bila dilihat secara keseluruhan tanpak menyerupai perahu. Menurut cerita dari versi masyarakat setempat sebelum dibangunnya Balairung Sari ini diawali dengan pemufakatan dari perangkat nagari tentang bagaimana bentuk balai adat yang akan dibangun. Sesuai dengan pemufakatan bersama maka dipilihlah bentuk bangunan ini seperti sebuah perahu dengan dilatarbelakangi sejarah nenek moyak Minangkabau adalah seorang pelaut.

d. Selain itu bentuk perahu melambangkan keseimbangan / keadailan dan kesatuan dimana dalam mengurangi lautan menggunakan perahun harus bisa menjaga keseimbangan dan kerjasama para awak kapalnya/perahunya. Karena bila tidak bisa menjaga keseimbangan dan menjaga kerjasama akan mendapat kesulitan ditengah laut. Ini diibaratkan sebuah Balairung harus bisa memberikan keputusan yang adil dan seimbang dalam mengarungi kehidupan ditengah masyarakat.

e. Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam pendirian Balairung Sari dapat terlihat dari mamangan adat : Balai-balai balerong panjang Batonggak tareh jilatang Baparan baaka lundang Bakasau manulang ikan Batabuak puluik-puluik Bagandang saliguri Balapiak salai hilalang, ini semua nanti akan terlihat dari setiap konstruksi bangunan yang ada.

f. Tonggak / Tiang Tonggak tiang merupakan bagaian bangunan yang sangat penting dalam berdirinya sebuah bangunan. Tiang ini diambil dari kayu tareh jilatang, merupakan jenis pohon yang tidak terlalu tinggi yang kualitasnya sangat bagus untuk dijadikan sebagai tonggak. Buktinya sampai saat ini belum pernah tonggak tersebut diganti, artinya masih tonggak yang asli yang sudah berusia ratusan tahun. Tiang/tonggak ini berjumlah 36 buah.

g. Paran Paran adalah balok blandar penahan beban dari rangka atap atap agar atap tidak langsung menekan pada tiang. Jumlah dua buah dengan panjang 47 x 8 x 12 m. Dibuat dari akar lundang, yang diambil dari jenis tumbuhan besar. d. Kasau Kasau adalah kayu kerangka yang dipasang untuk menghubungkan para dan kuda-kuda. Kasau bangunan ini berjumlah 102 buah dengan ukuran panjang 6 x 12 x 6 cm yang susunannya atau bentuknya tidak sama unjung pangkalnya.

h. Gonjong Gonjong adalah bentuk hiasan yang terdapat pada atap balairung. Gonjong terbuat dari loyang atau bisa juga dari timah putih yang beerbentuk kerucut.

i. Atap Salah satu yang menjadi ciri khas dari banguan tradisional Minangkabau adalah atapanya yang memiliki gonjong runcing menyerupai tanduk kerbau. Jumlah gonjong atapnya adalah 6 buah. Menurut masyarakat disini jumlah yang enam ini melambangkan rukun imam yakni menyimbolkan syariat Islam yang dianut masyarakat Minangkabau. Atap ini terbuat dari ijuk dan di kiri kanannya dipasang papan penahan air hujan supaya pada waktu hujan air tidak masuk pada ruangan bangunan. g. Ruangan Ruangan Balairung Sari berjumlah 17 ruangan yang membujur dari utara ke selatan. Jumlah ini melambangkan jumlah rakaat sholat lima waktu yang kita kerjakan sehari semalam. h. Lantai Lantai bangunan Balairung Sari rata tanpa anjung. Hal ini sesuai dengan kelarasan yang mereka anut yakni lareh nan Bunta tidak memakai kelarasan Bodi atau Koto Piliang. i. Tangga Tangga adalah satu bagian dari bangunan Balairung Sari yang pertama dan terakhir dilewati, bila menaiki atau menuruni Balairung. Tangga ini ditempatkan di bagian depan bangunan. Tangga ini berjumlah du buah dibagian kiri dan kanan bangunan Balairung Sari dengan jumlah anak tangganya masing-masing 4 buah.
j. Tangga ini terbuat dari bantu dan semen. Sebelum memasuki lokasi Balairung Sari kita terlebih dahulu akan melewati sebuah gapura atau pintu gerbang. Gapura ini juga diberi atap bergonjong seperti halnya Balairung Sari.

k. Arti Simbol, Ornamen dan Fungsi Persyaratan adanya sebuah nagari antara lain adalah memeliki balai adat. Dengan demikian pendirian sebuah balai adat telah mentakan bahwa telah terbentuk sebuah nagari. Jadi balai adat dapat berupa simbol dari terbentuknya sebuah nagari. Balai adat/Balairung Sari yang berada di daerah Tabek Kecamatan Pariangan Kabupaten Tanah Datar ini, meskipun bentuk bangunannya seperti rumah gadang, yakni memiliki tiang dan atap yang bergonjong, namum ia tidak memiliki dinding, pintu maupun daun jendela. Hal tersebut memperlihatkan sistem demokratis yang dianut oleh orang Minangkabau sejak lama, sehingga setiap musyawarah yang dilakukan dapat disaksikan oleh masyarakat banyak.

l. Langik-langik (tirai kolam) Merupakan beludru bewarna hitam kemudian diberi jambul kain persegi lima runcing ujungnyaberwarna hitam dan merah yang dipasang berselang seling. Permukaan kain dihiasi dengan sulaman benang emas, kemudian diberi kaca bulat sebagai lambang kekuatan penolak bala dan taburan papi-api warna merahdan kuning menambah semarak tirai langik-langik tersebut. dengan adanya pemasangan tirai langik-langik melambangkan kebesaran dan kebangsawanan orang yang duduk di bawahnya.

m. Tabie Tabie (tabir) terbuat dari kain berwarna warni yang sambung-sambung merupakan lambang persatuan dan kesatuan masyarakatnya. Namun ada tiga warna pokok yaitu merah kuning dan hitam, masing-masing warna mempunyai makna tertentu pula.
n. Jumlah banta gadang Jumlah banta gadang juga dapat menunjukkan besar kecilnya tingkat upacara yang dilakukan biasanya ditandai dengan pemotongan hewan ternak seperti kerbau, sapi, kambing dan sebagainya.

o. Ornamen lainya Ornamen lainnya adalah pemasangan marawa yang berjejer disekitar lokasi Balairung Sari ini. Dengan semikian akan kelihatan sekali perbedaannya dengan hari-hari biasanya. Pemasangan marawa ini juga dapat sebagai salah satu informasi kepada masyarakat bahwa ditempat ini sedang dilaksanakan suatu upacara.


p. Fungsi Balairung Sari Sebagaimana telah disebutkan terdahulu bahwa Balairung Sari Tabek ini fungsinya tidak jauh berbeda dengan balai adat yang ada disetiap nagari di Minangkabau ini, yaitu sebagai tempat bermusyawarah, menyelesaikan segala sengketa yang terjadi di dalam kaum dan sebagainya. Balairung ini tidak hanya kaum yang ada di nagari Tabek saja yang memanfaatkannya sebagai tempat bermusyawarah. Biasanya sesuatu yang telah diambil keputusan ditempat lain akan dilewakan atau diundang ditempat ini. Atau belum ada keputusan ditempat lain maka akan diambil /dicarikan jalan keluarnya melalui musyawarah mufakat. Jadi bila timbul masalah dalam kaum, suku ataupun dalam nagari, maka dilakukan dulu musyawarah dalam kaum, atau dalam suku yaitu antara ninik mamak dalam nagari, sehingga sesuai mamangan berikut :

q. Duduak surang basampik-sampik Duduak basamo balapang-lapang Maksudnya memecahkan suatu masalah jika dilakukan sendiri akan terasa sulit untuk mencarikan jalan keluarnya, tetapi jika difikirkan bersama-sama akan mendapatkan jalan keluar dari maslah tersebut karena masing-masing punya pendapat sendiri-sendiri sehingga banyak pendapat yang bisa ditelaah untuk mencarikan solusi dari maslah tersebut. Karena dikaji baik buruknya dengan akal budi yang sehat.


r. Maka pendapat yang banyak medukung itulah yang paling tinggi nilainya. Adapun ukuran-ukuran yang dapat dipakai untuk mandapatkan hasil musyawarah ayng baik itu adalah manuruik cupak dengan gantang, manuruik barih jo balabeh, artinya cupak dengan gantang ukuran menurut undang-undang sedangkan varis dan beblebas itu adalah sesuai dengan alur dan patut. Kemudian keputusan yang diambil setelah melalui pertimbangan-pertimbangan dengan suara bulat tanpa ada kebimbangan barulah dilahirkan suatu keputusan.







e. Pembentukan Pola Fikir baru ( hidup damai dengan Bencana ).



1. Kondisi ke gempaan 30 September 2009.





















Peta Gempa Sumbar.2 (versi.esdm.go.id)
















Pola Patahan Aktif dan Non aktif daratan Sumatera Barat(versi.esdm.go.id)




2. Pola Ke gempaan di Sumatera Barat


Tanggal Lokasi Kekuatan Kedalaman Terletak
31-Oct-09
Jam 11:44:24 WIB 3.89 LS - 101.74 BT 5.1 SR
25 Km
52 km BaratDaya LAIS-BENGKULU

25-Oct-09
08:50:04 WIB 1.58 LS - 99.43 BT 5.0 SR 13 Km 69 km Tenggara SIBERUTMENTAWAI-SUMBAR
19-Oct-09
23:35:07 WIB 1.87 LS - 100.20 BT 5.3 SR 20 Km 70 km BaratDaya PAINAN-SUMBAR
05-Oct-09
19:51:02 WIB 0.9 LS - 99.63 BT 5.1 SR 58 Km 62 km BaratDaya PARIAMAN-SUMBAR
02-Oct-09
17:24:21 WIB 2.69 LS - 101.52 BT 5.1 SR 49 Km 46 km Tenggara MUKOMUKO-BENGKULU
01-Oct-09
10:34:53 WIB 1.47 LS - 99.73 BT 5.1 SR 10 Km 82 km TimurLaut SIPURAMENTAWAI-SUMBAR
01-Oct-09
09:20:34 WIB 2.28 LS - 101.54 BT 5.5 SR 10 Km 28 km Tenggara SUNGAIPENUH-JAMBI
01-Oct-09
08:52:29 WIB 2.44 LS - 101.59 BT 7.0 SR 10 Km 46 km Tenggara SUNGAIPENUH-JAMBI
30-Sep-09
17:38:52 WIB 0.72 LS - 99.94 BT 6.2 SR 110 Km 22 km BaratDaya PARIAMAN-SUMBAR
30-Sep-09
17:16:09 WIB 0.84 LS - 99.65 BT 7.6 SR 71 Km 57 km BaratDaya PARIAMAN-SUMBAR

Data ke Gempaan yang ada di sekitar Sumatera Barat dalam bulan September dan Oktober 2009
( sumber data : BMG Oktober 2009 ).





3. Keputusan Relokasi


Propinsi Sumatera Barat merupakan wilayah yang paling sering terpapar gempa bumi. Sehingga keputusan secepatnya melalui studi geologis yang mendalam dapat kiranya dijadikan acuan hukum relokasi.
Gempa rupanya juga membawa dampak dalam tataran kebijakan di level Propinsi Sumatera Barat. Setelah usulan beberapa pihak mengenai perlunya pengetatan dalam pemberian ijin mendirikan bangunan (IMB) bersambut dengan keinginan yang sama dari Gubernur Sumbar Gamawan Fauzi , pihak Pemda Sumbar juga diberitakan sedang merencanakan rencana perubahan tata ruang.
Rencana ini terkait dengan langkah untuk meminimalisasi dampak bencana bila terjadi lagi di kemudian hari. Salah satu pilihan dalam rencana risk disaster management tersebut adalah pemindahan (relokasi) penduduk yang berada di daerah bahaya/rawan bencana.

Dari peta di atas terlihat bahwa terdapat beberapa daerah yang rawan bencana, akibat adanya patahan tanah aktif dan pasif. Terkait bencana gempa yang baru saja terjadi, nampaknya prioritas pemindahan penduduk akan terfokus pada daerah yang rawan longsor, hanya saja kemana akan di pindahkan sebab hampir semua jajaran wilayah Sumatera Barat mirip adanya.
Rencana relokasi memang dilandasi oleh niat baik Pemerintah Daerah untuk melindungi warganya. Tetapi pada tataran masyarakat hal tersebut pada beberapa kondisi cukup sulit untuk dilakukan. Dalam masyarakat Minangkabau tanah, khususnya warisan turun temurun (tanah pusako tinggi) merupakan suatu kepemilikan yang tidak bisa dipindah-tangankan dengan mudah. Bila ingin menjual tanah pusako tinggi, si pemegang hak waris harus meminta persetujuan pihak yang memberi warisan seperti kepada ibu, nenek, nenek buyut, dsb. Suatu syarat yang tidak mungkin dipenuhi mengingat pihak yang mewariskan pastilah beberapa diantaranya sudah ada yang meninggal.
Salah satu pemikir asal Minangkabau, Buya Hamka mengemukakan bahwa tanah pusako tinggi adalah “Tiang Agung Minangkabau” yang dijua indak dimakan bali, digadai indak dimakan sando . Jarang pusako tinggi menjadi pusako rendah, entah kalau adat tidak berdiri lagi pada suku itu. Maksudnya adalah harta pusaka itu ibarat tiang utama bangunan rumah. Apabila tiang rumah itu patah maka rubuh pulalah rumah itu. Demikian pula halnya tanah sebagai pusaka tinggi. Apabila tanah itu sudah dikuasai orang luar, orang Minangkabau tidak menguasai tanah airnya lagi, orang Minangkabau akan tersingkir dari negrinya sendiri.
Namun demikian, masyarakat Minang juga memiliki nilai lain yang berhubungan dengan tanah pusako tinggi, yaitu suatu kondisi yang ‘memperbolehkan’ menjual/meninggalkan tanah pusako tinggi bila terjadi 3 hal yakni bila :
 Rumah gadang ketirisan (rumah bocor/rusak)
 Gadih gadang tak balaki (rumah gadang ditempati gadis yang belum menikah)
 Mayih tabujur di ruang tengah (ada mayat terbujur di ruang tengah rumah)
Dalam poin rumah gadang ketirisan dapat dilihat bahwa ada kemungkinan orang Minang untuk meninggalkan tanah pusako tinggi bila rumahnya rusak. Dalam konteks gempa Sumbar, hal ini merupakan satu hal yang bisa disosialisasikan ke masyarakat.
Celah tersebut juga diiyakan oleh Datuk Tan Gindo, menurutnya perihal relokasi yang pada dasarnya untuk kebaikan masyarakat pastilah akan diterima. Namun hendaknya dibicarakan terlebih dahulu melalui suatu forum bersama antara pemerintah, tokoh adat, serta masyarakat. Hingga tulisan ini dibuat, terdapat beberapa daerah yang telah bersedia direlokasi yaitu di Kabupaten Agam dan Bukit Gado-gado .








V. Kesimpulan.

Untuk keluar dari mata rantai bencana gempa bumi di Sumatera Barat dimana ke gempaan tersebut memperlihatkan tingkat kerusakan regional yang jauh berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi dan naiknya jumalh tenaga pengangguran, hal ini akan semakin lebih lambat daripada perkiraan konsep rehabilitasi paska bencana yang diajukan oleh sistim anggaran APBN dan APBD. Ini berarti bahwa ada pemikiran yang terus menjadi sebuah kebutuhan jangka panjang untuk memperbaiki kondisi ke gempaan 30 september 2009, untuk alternatif pemikiran re lokasi guna mengangkat pertumbuhan daerah dan dinamika yang mendasarinya, landasan hukumnya yang belum terwujud sebelum dilakukan analisa geologi yang mendalam terutama di wilayah Tandikek, Padang Pariaman. Pengamatan dari berbagai penanganan bencana di Tanah Air, menunjukan pertumbuhan yang mengikuti irama penganggaran tahun fiscal berjalan menawarkan beberapa keberhasilan suatu usaha rehabilitasi yang panjang, sebagai bukti-bukti menunjukkan bahwa faktor budaya masyarakat dengan segala kebanggaannya terhadap hasil ke agungan bisa diterima secara menyeluruh tanpa menimbulkan gejolak anggaran, kunci diterimanya oleh seluruh lapisan masyarakat adalah meningkatnya tingkat penerimaan dan pembiayaan, secara lokal maupun regional. Teori pertumbuhan ekonomi yang berbasiskan wilayah bencana menyiratkan adanya ketergantungan antara kebijakan pemerintah, potensi wilayah ke gempaan dan budaya masyarakat yang hidup. Pola ini yang secara tidak sengaja terekam dalam keseharian masyarakat Sumatera Barat yang tidak begitu larut dalam kesedihan ke gempaan, seperti beberapa pengamatan di wilayah ke gempaan selama ini, teori pertumbuhan wilayah ke gempaan yang dicirikan oleh serangkaian kunci keterbatasan, terbatas lahan, terbatas modal financial, terbatas sumber daya air dan terbatas kemampuan fisik manusianya, banyak di antaranya berbekal pada kepercayaan adat istiadat Minang yang dijadikan model formal yang bias menggagalkan konsep survival lainnya, untuk menangkap pentingnya sosio- inti adat- kelembagaan dalam konteks pembangunan paskah gempa. Masalah ini sangat akut di tingkat masyarakat. jika masa depan bias dicapai murni bekerja akan menjadi terobsesi dengan keaneka ragaman formal jenis penyerapan tenaga kerja yang memicu pertumbuhan ekonomi. Kemungkinan besar akan menjadi perdebatan yang panjang bagaimana meletakan semua ini dalam rehabilitasi ke gempaan pada waktu yang akan dating. Sehingga pertumbuhan tidak terperangkap dalam mengukur statistik kerugian dan kehilangan akibat gempa, di sisi lain, jika kemungkinan dan pertanyaan yang diajukan oleh model rehabilitasi yang berbasiskan adat istiadat minang bias sedikit di banggakan hasilnya akan menjadi pengajaran yang lebih informal. Sebaliknya, teori pertumbuhan rehabilitasi paska gempa berbasiskan adat istiadat Minang agar perlu benar "spatialized," tidak hanya dalam arti mengakui bahwa mekanisme adat berpengaruh terhadap pertumbuhan, tetapi juga dalam arti mengakui bahwa mereka sendiri adalah mekanisme spasial sebagai geografis hamparan bencana gempa.



Terima kasih, pasti ada kurangnya, mohon maaf.




Selasa, 3 November 2009.

Pikiran dipenuhi dengan ide bagaimana mengatasi masalah gempah di Sumatera Barat.



Rabu, 4 November 2009.

Istirahat di rumah sambil membakar ikan, untuk sesaat, di lupakan dahulu ketegangan beberapa hari ini.



Kamis, 5 November 2009.

Makan sahur dengan rendang yang di encerkan dengan banyak kuahnya.

Dari kantor, berangkat ke pameran komputer di Senayan, lewat pondok indah, kebayoran lama, dokter gigi beragama mustopo, Senayan TVRI, putar masuk pintu 7 dan mencari tempat parkir, ternyata yang parkir mortor banyak sekali, membayar masuk motor Rp 1 000,- kemudian nanti sepulangnya pasti dikenakan parkir motor.

Memasuki wilayah pameran melewati sederatn pedagang yang dahulu pernah makan disini dengan pak Abdullah sebelum meninggalnya dahulu, Memasuki ruang pameran di kenakan biaya Rp 5 000,-, kemudian memasuki kawasan pameran di sisipkan koran neraca, informasi komputer yang di pamerkan, melewati gerai intel, pentium kerena terlalu banyak informasi yang masuk dalam waktu singkat ahkhirnya terjadi kejenuhan tidak bisa membedakan secara spesifik, yang dicatat Cuma harganya tidak ada yang murah.

Mendekati waktu dzuhur sewaktu masuk ke suatu ruangan di jual komputer di bawah harga satu juta, PC nya saja, beli dua, sebelum transaksi shalat dahulu di musholah di lantai bawah, mencari ruangannya sangat susah. Kerena bangunan ini bundar maka sewaktu mencari ruangan malahan ketemu ruangan awal bertanya tadi.

Minggu, 8 November 2009.

Meninggal dunia, tetangga, menantunya pak Jana, gagal ginjal, sempat menengok jenazah saat setelah shalat Shubuh, kemudian ke pasar, sepulang dari pasar mengejar jenazah untuk dimandikan ternyata jenazah sudah di berangkatkan.

Senen. 9 November 2009.

Istri masih sakit perdarahan, tidak kekantor, menemani di rumah, sementara itu Fifinya ngamuk lagi minta diantar ibunya tetapi lewat depan, berhenti ngamuknya setelah diberi uang tambahan Rp 1000,-, akhirnya ibunya juga yang mengantar lewat belakang, diantar jalan kaki.

Warta berita RRI jikalau ada seorang jemaah haji dari Makkasar ada masalah, setelah di cek di komputer esok harinya kedudukan masalah sebenarnya adalah, si jemaah haji itu dari makkasar, muda dan wanita, sewaktu mengunjungi salah satu toko di Meka, ada penjaga toko yang tertarik kepadanya, kemudian ia meminjam Hp si wanita itu dengan diam- diam dari hp wanita itu mengirim sms ke hp miliknya dengan sendirinya di hp pemuda Yaman itu ada nomer Hp wanita itu, dan semenjak itu pemuda yaman itu terus menerus meneror hp wanita makasar , sehingga permasalahn ini di laporkan dan pemuda Yaman itu di hukum dengan melakukan pe fitnahan.


Rabu, 11 November 2009.

Tengah malam, 00.15 saat lagi tidur nyenyaknya, meraba istri yang tidur di samping, ternyata ada yang basah, saya curiga, sadar dan mengambil lampu senter yang selalu diletakan di samping tidur, ternyata di bawah terangnya lampu senter malam itu, istri saya berdarah, apakah sakit ia, secepatnya saya bangunin dan saya sadarkan jikalau badanya lagi berdarah.

Istri saya bangun perlahan dan menuruni tangga dan langsung memasuki kamar mandi dan membersihnkan diri, mengapa darahnya ngak berhenti.

Tengah malam setelah shalat tahajud berkali- kali putus, sebab sambil shalat mengerjakan sambungan pipa air kalau sudah penuh di ember yang satu di pindahkan ke ember yang lain, kemudian shalat lagi.

Saat begini doa adalah kekuatan, doa adalah padat, doa adalah kenyataan, bisa juga doa adalah berubah menjadi sosok mahkluk halus yang melindungi.

Sewaktu saya tawari istri untuk di rawat di Rumah Sakit Cipto Mangun Kusumo, istri menolak, meinta di Rumah Sakit Fatmawati.

Disebut nama itu sudah terbayang lorong- lorong panjang RS Fatmawati, dan untungnya selalu ber doa, selalu pula ada jalan keluar.

Setelah selesai shalat, langsung membuat nasi goreng daging cincang, bawang putih, di iris halus, dan telor di aduk rata pecah, orek, masukan nasinya, Astari yang terbangun ikut membantu, akhirnya istri saya makan nasi goreng itu terasa hambar sebab saya hindari makan garam banyak.

Tertidur pulas hingga mendekati saat shubuh.

Setelah itu kantuk masih menyerang, tertidur lagi.

Terbangun saat Fifi berteriak minta di antarkan kesekolah, diantar tetap diantar tetapi shalat Dlhuha dahulu, sambil menghilangkan sedikit ke pusingan yang ada di kepala akibat terganggunya tidur.

Setelah mengantar Fifi sekolah kembali lagi kerumah dan mulai mencari semua bahan membuat jus sayur agar badan tidak terlalu parah lelahnya.

Setelah makan dan persiapan berangkat ke Poliklinik Betty.

Syukurlah setelah di poliklinik dokter manyimpulkan tidak apa- apa, pulang dengan perasaan gembira, tetapi ngantuknya luar biasa.

Memasuki jalanan kecil yang biasa di lewati Fifi, sebab jam sedemikian ini Fifi sudah waktunya pulang dan tadi sewaktu ibunya lewat sekolahannya sempat menanyakan ke gurunya dan Fifi sudah pulang.

Jam 11.00 siang lampu PLN padam.

Jam 14.00 datang dua orang ingin meminta buah mengkudu buat bapaknya yang sakit sinusitas.

Jam 17.00 lampu PLN hidup lagi, secepatnya isi air dan istirahat.


Kamis, 12 November 2009.

Mati lampu pagi ini hanya lima menit setelah pulang dari mengantarkan Komputer rumah yang akan di reperasi, Tempat reperasinya di jalan belakang kantor, di sekitar kompleks pendidikan polisi wanita.

Lampu PLN mulai hidup saat jam 13.55


Pulang setelah makan buka puasa sesudah Maghrib.


Jumat, 13 November 2009.

Macet yang cukup panjang, ekor kemacetan di depan mata, selepas lampu merah di Penjualan Alat berat trakindo, akibat dari lampu merah perempatan Fatmawati.

Belok kiri dan menyusuri jalan yang cukup lebarnya, tetapi hati- hati di ujung akhir terdapat pintu palang besi, inilah yang menyebabkan tidak ada mobil yang lewat sini.

Belok kanan dengan melewati perumahan angkatan laut kemudian belok kanan lagi ketemu jalan berlian dan intan akhirnya jumpa lagi dengan jalan Simatupang, hanya saja sewaktu perjalanan perlahan- lahan tadi kerena jalan pintas itu banyak polisi tidurnya, pikiran ini di penuhi seandainya jadi pindah ke Bandung, harus mempunyai rumah di tengah- tengah jarang Cileungsi Bandung yaitu di Ciranjang.

Kemaren lihat peta ternyata Ciranjang cukup luas datarannya, dan rumah itu supaya berfungsi ganda harus berfungsi sebagai warung makan nasi murah, yang masak siapa, ya sebisanya. Kalau sibuk di kantor kerena Bandung masih berjarak 70 Km lagi dari Ciranjang. Ya Ngak jualan.

Makanan yang dijual pastinya nasi, kemudian sayur tumis, kemudian sayur ber santan, kemudian tempe dan tahu yang di olah pedas, kemudian ada ikan ada daging ada telor dan ada ayam semuanya di bumbu kuning.

Ini sih baru ide saja kalau jadi pindah ke Bandung.

Konsepnya tidak ada sesuatu yang jadi sempurna, semuanya pasti melewati tahapan.

Rapat pembahasan penulisan dan methodenya di mulai jam 10.00.

Saat rapat di mulai saya sudah curiga sebab dari kriteria yang di berikan bisa jadi saya ngak masuk kriteria, untuk menghindari sakit hati begitu jam 11.00 siang langsung meninggalkan ruang rapat sebab shalat jumat hari ini dimulai jam 11.37.

Pulang Malam Hari sebab kantor di rendam air hujan yang turun dengan deras setingi lutut orang dewasa.




Sabtu, 14 November 2009.

Pertemuan Alumni IHS Belanda

Sejak pagi anak- anak minta kepastian apakah jadi pak makan malamnya nanti malam di hotel Mulia. Jadi dong.

Akhirnya sekitar jam 14.45, saya minta siapa- siapa yang akan ikut ke hotel mulia sore ini harus siap- siap, ternyata ibunya tidak ikut sebab merasa tidak sehat perasaannya, okeylah setelah merasa aman, saya minta ijin untuk berangkat dengan anak- anak, anak lima yang ikut hari ini adalah Fif dan Yasin.
Ashar shalat pun di kerjakan, setelah itu bersepatu dan selanjutnya kesibukannya Fifi dengan air minumnya, sebab ia paling tidak tahan haus.

Jam 15.20 Motor di hidupkan dan saya sudah ada di atas motor.

Jam 15.25 Berangkat bersama Fifi dan Yasin menuju Dinner di Hotel Mulia.

Motor di tujukan ke Cileungsi dan diparkir di depan toko cemerlang yang giat di fotografi untuk membeli batu batery, agar nanti kalau shoot kamera pinjaman kantor tidak kehabisan energi.

Motor di tinggal setelah di kunci roda depannya, dan helm dan jiket almarhum ayahnda yang selalu saya kenakan kalau bermotor saya tinggalkan di motor.

Berjalan bertiga mencari angkot 56 tujuan Cileungsi Cawang Uki, dapat langsung naik dengan mengambil dua tempat duduk, untuk Yasin dan saya yang memangku Fifi.

Angin menyeruak dari celah angkot yang semakin lama semakin banyak saja yang naik sampai tidak ada bangku yang tersisa, angkot melaju cepat melintas jalan tool menuju Cawang, dan setibanya di sana turun untuk naik bus P 6 tujuan Grogol, hanya saja bus ini tidak melewati Hotel Mulia sehingga harus turun di depan Pintu Tol Taman Ria Senayan.


Berjalan bertiga menyebrangi jalan besar di samping Jakarta Convention Center, dan berjalan memutar menuju jalan Asia Afrika lurus sampai habis jalan itu.

Siapa yang belum tahu hotel Mulia, saya menunjuk ke arah kejauhan dimana hotel mulia itu berdiri tegak di langit sore yang akan hilang diganti rembangnya maghrib.


Sewaktu melintas pintu tujuh Senayan, Fifi ingat jikalau beberapa hari yang lalu Fifi pernah bertanding menggambar di sini, dan sekarang pintu tujuh itu sepi dari kegiatan.

Jalan sewaktu- waktu Fifinya naik di atas trotoar dan sesekali turun di trotoar, sepanjang trotoar penuh dengan tanaman bunga hias, bermacam- macam warnanya, dan kebanyakan daun hijau, kecendrungan masyarakat jakarta untuk membeli tanaman evergreen adalah salah satu alasan mengapa trotoar ini di penuhi tanaman hias berdaun.

Berjalan terus hingga ujung jalan itu habis dan menyebrang jalan, setelah itu mengambil posisi berjalan ke kanan menuju arah dimana semua mobil yang memasuki hotel melewati jalan itu, ternyata sampai di sana di tolak agar masuk dari depan loby hotel di arah pintu keluar.


Hari semakin senja, saat melewati pemeriksaan pejalan kaki, sebab memasuki hotel bersamaan dengan masuknya karyawan hotel yang jaga malam, ketatnya penjagaan ini berhitung dari pengalaman hotel mariot di mana para pekerjanya sendiri yang memasukan bahan peledak kedalam hotel.



Saat senjah malam di ujungnya, terlihat langit mulai meredup, udara yang bergerak terasa basah, dan lampu loby hotel sudah di nyalahkan, saat itulah kaki baru melewati pemeriksaan penjagaan di depan , halaman terluar, yang di lihat bawaan, padahal yang di bawa adalah baju dan tustel. Membawa apa ini pak, saya jelaskan ini tustel dan baju ganti, sebab saya datang kesini untuk memenuhi undangan.


Saat berniat akan mengerjakan shalat maghrib, saat bertanya pula di mana shalat di kerjakan, naik kelantai M atau lantai 6, dan disana ternyata di gelar pameran pendidikan belanda.

Kemudian memasuki lorong sempit yang menuju ruang parkir lantai enam dan naik tangga ke ruang parkir di lantai tuju dan terlihat ada musholah.

Ruang wudhu ada di dalam, saat memasuki musholah di iringi dengan jatuhnya waktu maghrib saat itu dengan adzan yang berkumandang dari sekitar hotel. Diding halaman parkir lantai tuju yang tidak di tutup masif itu terbuka lebar, terlihat langit berwarna jingga ke biruan yang hampir habis sinarnya.

Sesaat sebelum mengerjakan shalat setelah wudhu, mengenakan pakaian batik yang di sarankan untuk di kenakan dalam pertemuan dinener malam ini.

Setelah shalat maghrib kembali ke pameran pendidikan belanda, ternyata di sana banyak sekali perguruan tinggi Belanda yang mengikuti pameran, bukan hanya IHS NL saja. Tetapi paling aneh adalah meja IHS NL kosong sehingga sewaktu saya tiba di meja itu, banyak di bantu dengan penjaga gerai dari perguruan tinggi lainnya di Belanda, dan setiap melihat anak kecil dalam hal ini Fifi selalu si orang Belanda ini akan memberikan Fifi gula- gula sebagai bentuk penerimaannya.

Setelah mendapat bantuan dari penjaga gerai yang lain kemudian di beritahu jikalau pertemuannya di lantai 5 di ruang garbera, dan setibanya di hall lift ternyata ada seorang wanita yang ternyata ia adalah Mellyanan Frederika yang masuk ke e mil memberi tahu persiapan dinner malam ini, dan setelah memasuki ruang yang disulap menjadi ruang kuliah dan ruang dinner ketemu dengan sarah.

Acara belum di mulai sehingga Fifi sudah terlihat gelisah, dan saya berkali kali membuatkan minuman kopi susu hangat buat Fifi, tetapi sesampainya di meja Yasijn juga ikut meminumnya.

Saat acara di mulai kira- kira pengunjung yang datang dari sesama alumni berbagai angkatan tahun pendidikan, ruang baru terisi sekitar 20 orang, sampai acara terakhir ruangan terisi 28 orang.

Acara alumni ini termasuk dingin, kurang hidup, sedikit hidup, sebab masih terlihat pasif antara sesama alumni apalagi jikalau di urut denga waktu pendidikan yang panjang seperti saya dari angkatan tahun 1987.

Setelah acara berlangsung satu jam kemudian di lanjutkan dengan acara makan malam, saat perubahan acara makan malam tidak ada suatu tanda yang hidup semuanya dingin dan senyap.

Yasin ikut di belakang saat saya mulai mengambil soup kua panas dengan isi udang di bungkus.

Setelah itu Yasin ikut juga meminta, sedangkan Fifi belum datang keinginan makan malamnya.

Kemudian Fifi minta di ambilkan sayuran dan potongan ikan dari berbagai jenis, terutama biji jagung yang di sukai Fifi.
Setelah itu makan nasi dengan lauk lengkap.
Akan memasuki acara berikutnya Fifi minta diantarkan ke ruang kecil, ruangannya sendiri jauh dari ruangan dimana acara di gelar, harus melewati lobby lift kemudian maju kearah kolam renang dan mengikuti jalan kekiri, ada beberapa pintu ruangan entah ruangan ini di pakai untuk apa, kemudian setibanya di ujung ada kamar kesil untuk gentlement dan ladies, Fifi masuk ke ladies, tetapi kerena sistim kamar mandinya sangat canggih maka ia tidak bisa mengoperasikannya.

Fifi keluar lagi, dan saya tawarkan untuk masuk keruang bapak- bapak, dan betul juga di sana alatnya serba kering, sehingga saya berkali- kali mengirimkan rool tisue setelah di siram air untuk di gunakan fifi me lap belakangnya.

Kembali keruangan.

setelah itu dilakukan acara penutupan

untungnya ada peserta dinner yang mengijinkan untuk ikut dengan mobilnya hingga ke halte bus malam itu, sebab Fifi sudah mulai ngantuk, jam 21.00 masih di halte Bus kemudian jam 21,45 sudah di Kampung Rambutan dan jam 22.30 sudah di Cileungsi.

Minggu, 15 November 2009.

Ke pasar, kerena ibunya kurang sehat maka Yasin sebagai penggantinya menemani ke pasar, sejak jam 05.00 pagi sudah siap akan berangkat, di pasar yang di beli adalah sayuran standard untuk jus sayur, kemudian tambahannya kerena ada Yasin yaitu daging ayam, dimana pedagangnya sudah mulai akan pulang di korting Rp 3000,-



Senen. 16 November 2009.

Sudah seminggu ini setelah sapi turun di kandang tempat penjualan, saya belum membeli juga, sehingga di persiapkan hari ini harus ada tanda sapi mana yang terpilih dan di beri uang muka utnuk di beli dan di jadikan kurban idul Qurban tanggal 27 besok.

Sewaktu memasuki Penjualan sapi kurban itu, pak Haji si penjual sapi itu sudah kenal saya sebab minggu lalu memang saya pernah bertanya adakah sapi untuk saya.

Sewaktu ia menawarkan harga Rp 6 750 000,- dan di lihat sapinya, hati kecil mengatakan kok sapi kecil begini, akhirnya di sepakati harga yang Rp 7 000 000,- agar besaran.

Dibayarkan uang dari berbagai sumber pandanaan yang terkumpul di tas itu sebanyak Rp 3 000 000,- di bayarkan beserta bungkus- bungkus uang yang berisi perincian pengeluaran uang itu setiap amplopnya.


Hujan masih turun tipis tetapi basah juga, baju plastik anti hujan sudah di pasang tetapi tembus juga, sewaktu memasuki SPBU minta di isi bahan bakar motor, ternyata yang di isi petramax sehingga di isi Rp 16 000 motor ngak penuh- penuh, saya pikir haus banget ini motor, ternyata harganya lebih mahal petramaknya.

Motor berjalan kencang.

Sesampainya di rumah menghabarkan jikalau di rumah harus ada rasa bahagia sebab sapi sudah di beli.



Selasa, 17 November 2009.

Sore hari sepulang dari kantor sempat mampir ke penjualan sapi untuk membayar uang sisa pembayaran, sudah di bayar Rp 3 000 000,- sisa Rp 4 000 000,- dan tadi pagi istri menitipkan uang arisan dua kali dan tambahan dari sektor lain sebanyak Rp 1 000 000,- minta di bayarkan untuk sapi.

Sore hari ini transaksi pembayaran lanjutan sebanyak Rp 1 000 000,- telah berlangsung lancar, sehingga uang sapi yang belum terbayar sebanyak Rp 3 000 000,-




Rabu, 18 November 2009.


Sekarang setiap mengisi bahan bakar selalu di campur dengan petramak, petramaksnya Rp 3000,- sedangkan premiumnya Rp 10 000.

Siang hari jam 14.00 rapat pembangunan Interior BUMN di jalan Medan Merdeka Selatan.

Informasi dari MK, pak Mansud, awal pekerjaan sudah terlambat, padahal stratnya tanggal 2 November 2009, tetapi sewaktu saya konvrontasikan ke Pemborong pihak PP, tidak terlambat. Selama tidak ada surat di anggap wajar.

Saat pergantian Kabinet menteri yang diganti termasuk menteri BUMN, dan menteri yang baru minta ruangannya di rehabilitasi terlebih dahulu, maka termasuk pekerjaan tambah kurang sebab pekerjaan di lantai 4 untuk pak Menteri sekarang ini tidak ada di BQ.

Dari PP site managernya pak Najip.

Ruang menteri di lantai 4 yang pekerjaanya tidak ada di BQ meliputi pekerjaan penggatian plafond , lantai di bawa karpet dan penggantian karper, partisi ruangan dan perkiraan biaya Rp 300 000 000 hingga 4 ratus juta.

Pengurangan pekerjaan di ambil dari pembatalan pekerjaan Pintu.

Laporan kemaren 5,330 % sedangkan jadwal seharusnya 6,8929 % terlambat 0.95%.

Ada pemborong lain di lantai 18 yaitu pemborong dari Lingkungan Hidup.

Gambar belum semua bisa di sajikan.

Lift kerja hanya satu padahal di tawarkan dua sehingga harus di kurangi uangnya.

Masalah baru lanti VIII lantai IX dan X belum bisa bekerja padahal jadwal minggu ini sudah harus di kerjakan sebab ruangan masih di pakai oleh staf BUMN.

Di lantai 17 ada duct tua yang tidak masuk dalam BQ
Evaluasi perencana dimana gambar kurang cermat.

Minta udara segar di lantai XVI, XVII dan XIX. Resikonya membongkar dinding fillstress, bahaya.


Pulang dihadang kemacetan di jalan Sudirmman.

Beli Jeruk 1,5 kg untuk ibunya di Cawang

Shalat Magrib di masjid kompleks perumahan Angkatan Darat Kodam Jaya di Cibubur.

Masuk rumah sebelum isya.

Sabtu, 21 November 2009.


Membuat hari bahagia, untuk menghibur istri yang berhari- hari sakit, kebahagian yang paling tepat berkaitan dengan urusan Allah, Tuhan Yang Maha Esa, urusan apa itu, urusan Sapi kurban yang sudah di bayar Rp 4 000 000.

Setelah Fifi pulang dari sekolah langsung naik motor dengan istri menuju penjualan sapi kurban, dimana sapi yang sudah terbeli itu masih di titipkan di tempat penjualan sapi kurban, letaknya dekat sekolah SMA Negeri Cileungsi.

Setibanya disana Fifi dan ibunya memberi makan sapi yang sudah di beli, kemudian foto- foto dengan sapi tersebut.

Sama- sama makhluk Tuhan hanya saja ia akan di kurbankan untuk memenuhi perintah Allah SWT agar berkurban, untuk mengikuti nabi Ibrahim dan Ismail.
Pembayaran berikutnya sebanyak Rp 2 000 000,- di serahkan istri kepada pak Haji penjual dan dibuatkan kwitansi kecil tambahan.

Sisa pembayaran Rp 2 000 000 ,- akan di bayar setelah sapi tiba di rumah hari Kamis sore.





Minggu, 22 November 2009.


Saat akan berangkat ke pasar pagi ini, ibunya ikut juga sebab selama hampir dua minggu ibunya istoirahat terus di rumah kerena sakitnya dan sekatang terasa pulih sedikit, ia ikut ke pasar.

Saat akan berangkat nenek dari belakang rumah memberitahukan jikalau Aki bongkok jangkung di belakang rumah sudah beberapa hari sakit kejatuhan nagka dan sempat mati suri.

Acara ke pasar tetap di jalankan, setelah urusan belanja yang saya butuhkan sekitar kebutuhan sayuran untuk jus sayur setiap pagi, ada sedikit rasa khawatir kerena menunggu istri keluar dari pasar kok lama bener.

Hanya saja mengetahui jikalau istri ini baru saja sembuh dariu sakit, ada rasa khawatir jikalau terjadi sesuatu di pasar sehingga saya mencoba menyusul di mana harapannya jumpa dengan istri, tetapi lama di tunggu tidak muncul juga.

Ternyata Istri sudah lama menunggu di parkir motor, berarti ada selisih jalan, entah dimana berselisihannya.

Setibanya di rumah ternyata Tyas yang rencana nya pulang tanggal 24 ternyata hari ini sudah di rumah, hal ini diketahui sebab di depan kok ada nasi bungkus di berikan kepada kucing, hal ini tidak pernah di lakukan, ternyata Fifinya bilang jikalau ityu nasi dari Surabaya, dan siapa yang datang dari sana, ya siapa lagi kalau bukan Tyas.

Ia datang tanpa membawa oleh- oleh.

Menengok aki belakang rumah yang kejatuhan buah nangka.

Kakek itu dalam keadaan sehat sedang duduk di depan rumahnya, ia memang patut di anggap tua sebab ia yang paling tua di desa ini.

Sore hari badan terasa ngak enak, biasanya tidak begini kok ada rasa dingin saya sudah curiga dengan jantung.


Senen. 23 November 2009.

Sakit badan terasa lemas, sedikit pusing, tetapi badan tak bertenaga, Tyas berangkat sendiri ke RSCM.
Sore hari saat maghrib di datangi pak Muin yang menjaga tanahnya pak Budi, sebab pak Muin di tanya dengan orang yang akan membeli tanahnya pak Budi, dan pak Muin ingin mendapat jawaban secepatnya, ia kerumah, kerena ia tahu jikalau saya satu kantor dengan pak Budi.



Selasa, 24 November 2009.

Masih istirahat sakit di rumah, setelah minum pahit-pahitan dari sabiloto, badan terasa panas lagi.




Rabu, 25 November 2009.

Dari semalam hujan terus, pagi ini juga masih hujan terus, akan kekantor sambil hujan- hujanan, istri melarang, saat hujan berhenti sekitar jam 09.00 baru berangkat kekantor.

Di jalan terbukti kesehatan belum pulih sehingga refleks kurang, yaitu menobrok dari belakang mobil orang, untungnya kena ban nya, mobil itu berhenti mendadak.

Sampai kantor jam 10.15



Senen. 30 November 2009.

Acara apel Bendera di Departemen Pekerjaan Umum Pusat di Jalan Pattimura, Jakarta Selatan.

Tyas ikut berangkat dari rumah tetapi di terminal Cileungsi turun untuk pisah naik angkot ke Uki dan RSCM.

Sedangkan saya melaju terus dengan kendaraan motor yang berjalan tiudak sempurna, sebab masih ada gangguan di kanvas kopling.

Tiba di lapangan parkir Perumahan Rakyat, suasana persiapan apel sudah di mulai, untuk menghadapi segala hal yang akan terjadi sebaik minum dahulu air yang di bawa dari rumah, rupanya istri mengisinya Cuma separuh isi botol.

Berlari menyebrang jalanan di depan kantor yang mulai sedikit ramai pagi itu, dan memasuki gang sempit di Sumer Daya Air dan bunag air kecil dahulu,

Saat perintah barisan mengatakan hormat komandan upacara, saya memasuki lapangan upacara sambil berlari kecil dan tangan kanan ber hormat kearah pimpinan upacara dan langsung menyesuaikan barisan.

Ada pak Hendar di depan saya, terlihat dari botaknya.

Acara Bendera dalam rangka Memperingati Hari Korpri yang tidak berkesan sama sekali itu pun berakhir, dan memasuki ruangan untuk mengisi formulir donor darah, sebab izin donor selanjutnya setelah bulan puasa kemare adalah tanggal 29 November kemaren, berarti hari ini telah di ijinkan donor.

Sebelum donor sempat ketemu seseorang yang saya anggap mempunyai dosa yang besar terhadap hilangnya nyawa lebih dari 100 orang akibat pecahnya situ Situgintung.

Ia adalah Dirjen SDA, ia terlihat ikut menyumbangkan darahnya, saya pikir di dunia anda terhindar dari masalah hukum tetapi di akhirat anda tidak akan terlepas.

Wajah sang dirjen terlihat agak pucat dan gugup.

Terkadang saya berfikir mengapa perihal kasus situgintung kok tidak bisa di angkat menjadi kasus hukum.
Terlalu abu- abu kah penegakan tuntutan hukum akibat lemahnya kecerdasan bangsa ini.

Wanita yang mengambil darah sebagai petugas PMI Kramat itu seorang wanita berasal dari Maumere, Flores, sebab saya tahu banyak tentang kepincangan pembangunan di Flores, dalam kesempatan ini saya bertanya langsung kepada petugas PMI itu apakah betul dugaan saya.

Jawabannya ia sangat terkejut, sebab ia baru saja pulah dari Maumere dan ternyata di sana sangat sekali tertinggal, tidak ada gerak pembangunan, sepertinya Flores adalah suatu pulau yang terpisah dari hiruk pikuknya pembangunan di Indonesia.

Kaki ini melangka ke lantai tiga akan melihat pak Hendar di ruangan, ternyata pak Hendarnya ada di luar ruangan ikut menyaksikan pertandingan volly ball. Kemudian naik ke lantai empat ternyata pak Bambang belum datang, kemudian naik ke lantai delapan ternyata pak Jaja juga belum datang.

Kerena ruangan pak Jaja sudah terbuka dan di dalamnya ada tiga orang peserta rapat yang akan membahas partisipasi masyarakat dalam pembangunan jalan.

Saya langsung ikut gabung tetapi hanya duduk di mejanya pak Jaja, sambil mencoba menghubungi pak Bambang apakah sudah masuk ke ruangannya, ternyata dari jawaban SMS pak Bambang sudah ada di ruangan.

Dilantai empat, dan Pak Bambang bersedia menerima.

Jam 11.15 ke Al Ashar untuk memenuhi kewajiban sebagai donatur infaq.

Memasuki ruangan pak Harjono, kosong sedang menghadiri rapat semua stafnya, kemudian ke ruangan pak Nurhadi, pak Nurhadinya ke Ibadah Haji.

Jam 11.45 Saat akan memasuki waktu shalat dzuhur Tyas sudah datang memasuki ruangan Cipta Karya lama, untungnya ngak sempat masuk. Sebab saya sudah melihat di belakang.

Berangkat ke Kemanggisan untuk memenuhi undangan pernikahannya Rahmawati, seorang pasien Thalasemia di RSCM, yang melepas lajangnya dengan di nikahi oleh seseorang.

Alamat pernikahan ada di Kemanggisan Rt 9 Rw 12.

Lancar bermotor dengan Tyas, dan mulai macet setelah melewati simpang susun Senayan pengaruh kemacetan di Slipi, saya anggap ini pengaruh macet panjang, sebab kalau kemacetan sudah sedemikian ini berarti perlu di lihat ulang sistim transportasi di Jakarta.

Setibanya di perempatan Slipi, belok kiri, setelah menembus perlahan- lahan kemacetan yang panjang, Tyas cepat tanggap ini kan jalan menuju rumahnya pak Iskandar Kamil, saya membetulkan.

Sewaktu mencoba berjalan perlahan di keramain pasar Palmerah ada tulisan masuk kekanan adalah Kemanggisan, saya pun langsung jalan itu sebab baru kali ini memasuki wilayah Kemanggisan, ada masjid kecil dan disana tujuan untuk bertanya dan sekalian shalat Dhzuhur.

Setelah shalat dzuhur, setelah bertanya terus di setiap pertemuan jalan, kemudian ada janur tipis berjuntai lembut kerena keterbatasan biaya, sebab si penganten adalah pasien thalasemia.

Masuk gang dan berjumpa dengan lokasi, dari arah gang, keluar banyak tamu dari RSCM rekan Thalasemia yang telah melihat pernikahannya Rahmawati.

Ditempat ini berjumpa juga dengan pak Andre Hasaan. Ia datang bersama Istrinya.

Setelah berfoto bersama dengan sang penganten, langsung pamitan pulang bermotor menuju kantor, sewaktu melewati jalan Iskandar Muda, melewati juga kantor penjualan tiket khusus Lion air, dan Tyas saya suruh turun untuk mencari tiket pulang ke Denpasar, tanggal biarkan saja Tyas yang menentukan tetapi harga harus di bawah empat ratus ribu rupiah, Tyas ngak percaya sewaktu saya suruh turun mengurus tiket pemberangkatannya ke Denpasar, setelah menunggu lama di depan, di terpa panasnya matahari akhirnya Tyas keluar dengan sebuah tiket keberangkatan ke Denpasar seharga Rp 350 000,- untuk tanggal 3 Desember jam 18.00.

Bermotor lagi ke kantor dan kantor yang masih diwarnai orang kantor yang baru datang dari Departemen, masih ada yang menulis absen.

Tiada ulasan: