selamat berjumpa semoga tidak marah-marah

Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka hanya menipu diri sendiri sedang mereka tidak sadar. (QS. 2:9)

In trying to deceive GOD and those who believe, they only deceive themselves without perceiving


Selasa, Jun 28, 2011

Ibu Nini Meninggal



Senen, 30 Mei 2011


Ngelayat Ibu Nini Meninggal

Hp jam 03.00 berdering, bangun untuk sahur, shalat tahajud, jam 03.45 selesai shalat langsung menangani jus sayur diblender peras dan minum, jam 04.10 mulai makan sahur, asyiknya makan sebab dibuatkan patin bakar pagi- pagi ngak tahunya adzan shubuh datang saat berhenti makan, tapi ngak sempat minum.

dari Hp memberitahukan jikalau Tyasnya sudah enak.

jam 11.39 diatas kopaja 20 untuk menuju kerumah duka ibu Nini Kusumaatmaja di bilangan Kuningan Rasuna Sahid, tadi kopaja udah jalan agak jauh kerena saya udah angkat tangan memberi tanda jikalau saya mau ikut, kopaja itu mau berhenti menunggu, saya berlari mencapainya.

Pemberitahuan meninggalnya ibu Nini sewaktu saya membuka e-mail ternyata di miling list referensi ada berita duka cita, setelah saya buka ternyata ibu Nini yang meninggal, saya putuskan untuk kesana sendiri sebab teman kantor kurang semangat diajak pergi.

Kopaja 20 Berjalan cukup cepat

Sewaktu adzan dzhuhur berkumandang bus kopaja yang saya naiki ada di Buncit.

jam 12.11 baru sampai di perempatan Tendean

jam 12.13 baru masuk ujung jalan Rasuna Sahid, saat mana banyak karyawan kantor keluar untuk mencari sekedar dimakan siang ini, sepanjang jalan banyak di serbu karyawan kantor- kantor pencari untung besar dengan menekan serendah- rendahnya gajih pegawai. pegawai pun gizi nya tergantung pedagang siomay pinggir jalan, yang penting dengan Rp 10 000,- ia merasa kenyang, se hari dua hari dan bertahun- tahun akhirnya isinya penyakit melulu.

jam 12.16 turun dari kopaja dan mulai jalan, jalan sepotong yang terhimpit gedung kedutaan asing itu menghubungkan ke jalan Denpasar kompleks menteri, tapi jalan yang sedikit itu siang ini ramai dengan karyawan mencari makan siang, makanan yang disantapnya jauh dari kehidupan sehat, berjalan terus belok kanan didepan gedung RCTI, dan kesunyian melanda kompleks menteri ini, tidak ada yang jalan kaki, berapa kali salah jalan untuk memasuki gang besar kompleks menteri, sebab terasa bener jauhnya kalau jalan kaki, sebagai pedoman saya punya kiat sendiri untuk menuju ke sini, yaitu betul disini nanti akan ketemu lapangan tennis, akh bukan pak jalan yang satu lagi, akhirnya lapangan tennis itu saya jumpai, tapi saya tidak mengira kok jauh sampai saya bertanya berulang, mentok jalan ini betul pak rumah bu nini yang meninggal, dari jauh rumah itu dalam keadaan sepi.

Betul juga rumah duka tempat jenazah bu Nini di baringkan bukan disini tapi di Predatam. Keterangan ini saya dapat dari satpam yang menjaga di perempatan jalan depan rumah bu Nini lama.

Saya di beri tahu jalan potong untuk mempercepat jarak oleh satpam itu di sarankan untuk menyebrang jalan Soeryo, berarti tidak melewati jalan dari arah datangnya tadi di Rasuna Sahid Kuningan, saya ikutin saran itu dari pada balik mencari jalan datang tadi terasa jauh, jalan ini ternyata jalan Casablangka, sebab diatas angkot 44 saya melihat Parkline Hotel yang pernah saya datangi untuk ikut seminar CDM tujuh tahun yang lalu.

Dibawah jalan layang casablangka ini mencari metromini Perdatam Pasar minggu,

didepan gedung ASKES lama turun untuk berjalan masuk, beberapa kali melewati taman akhirnya tanda-tanda duka cita dengan bertebaran banyak bunga ucapan duka terlihat dari jauh.


Rumah yang sedikit tersembunyi dari taman yang terdekat, hanya tenda besar yang berdiri kokoh dan deretan kursi kosong dengan sedikit yang di duduki, akhirnya saya torehkan pena di buku tamu duka dengan alamat segala, saya diantar masuk dengan melewati kolam renang kecil terpalihara baik, jenazah bu Nini di ba

ringkan ditengah ruangan.

Sunyi sangat mewarnai ruangan itu, hanya beberapa tamu pak Sarwonokusumaatmaja saja yang ada


Saya mendekati peti jenazah dimana almarhuma ibu Nini dibaringkan didalamnya.

Saya berusaha mencari wajah yang saya kenal yang didepan saya ngak kenal, yang tengah ruangan saya juga ngak kenal, disamping peti ada empat orang duduk, dua wanita dan dua laki, satu dari laki- laki itu saya kenal yaitu suami almarhuma ibu Nini, ia lagi tertidur sambil duduk, kerena lelahnya, dan saya pegang lengannya, dan ia terkejut menyambut saya yang tiba muncul dihadapannya, jarak sedekat itu saya bisa memperhatikan wajah jenazah yang beda dengan wajah cerianya kalau bertemu dengan saya.

Kematian dan kesakitan adalah sepengetahuan Allah semata, dan itu KehendakNya, tidak ada wajah duka yang terlihat, dan tidak terlihat wajah gembira, wajah yang menanti saat, saat waktu berubah, saat hujan turun, saat keadaan alam ciptaan Allah menunjukan kemampuannya, wajah yang tidak pernah saya lihat berdiri dimana- mana disudut ruang, akhirnya saya mohon diri.

Dijalanan dideret karangan bunga yang berbaris rapi, saya bertanya kepada seorang anak muda dimana letaknya masjid kompleks sebab hampir jam 13.30 saya belum shalat dzhuhur.

Berjalan terus keluar dari kompleks, ditaman itu terlihat polisi yang bertugas sedang makan ketoprak yang berjualan disamping taman, di tengah taman yang di tata sederhana ada lelaki yang berlari- lari siang itu yang saya yakin ada masalah kesehatan di tubuhnya, di depan bangunan yang pernah di sewah PT Askes, ada masjid besar, masjid Al Munawar, kesana langkah dituju untuk melaksanakan shalat dzhuhur yang tertunda.

Naik metromini 640 turun di perempatan Rasunasahid, naik Kopaja 20 tujuan Lebak Bulus, beberapa saat lagi adzan ashar berkumandang sudah di kantor lagi.


Selasa, 31 Mei 2011

Sadar saat Hp bernyanyi waktu menunjukan 03.00

segenggam kacang hijau dan segenggam kedelai di presto dengan panas kompor gas di biarkan, sementara shalat tahajud dan sesudah itu kacang hijau tadi diblender dan disruput hangat untuk menaikan stamina, jam sudah menunjukan 04.12, dimana tak lama lagi waktu shubuh akan datang.

Jam 07.41 sudah siap berangkat tetapi Fifinya yang akan ikut sampai sekolahannya sedang mengenakan kaos kaki

Tetapi setelah sampai sekolahannya Fifi minta pulang sebab ia baru ingat kalau masuk siang, ya nganter lagi dehhhhh.

tepat 09.00 sudah di kantor.

Jam 11.30 ada Hp dari pak Jaja untuk bersamaan makan siang, sewaktu didatangi p Jaja sendirian di ruangan, makan diwarung masih kompleks PU Pasar Jumat.

Jam 18.30 berteduh di Kranggan di sebuah kedai yang kalau siang buka, Hujan menyerang, tadi shalat Maghribnya di masjid sekolahan Al-Azhar perkemahan Cibubur, belum hujan, kok tumben- tumbennya plastik hujan ngak di bawa.

Dalam cuaca gelap awal malam, lampu penerangan toko sepanjang jalan, panorama pertokoan bisa tampil lebih baik jikalau ditata lagi, secuil wajah Tokyo bisa di hadirkan disini, berarti masih ada peluang untuk mempercantik wajah Indonesia.




Rabu, 1 Juni 2011

Terbangun sebab Hp berdering sekitar jam 04.00, sadar jikalau hari ini akan ke Panas Bumi Kamojang untuk pengamatan lapangan lokasi dimana bangunan instalasi panas bumi mau dibangun.

Bangun dan membangunkan anak-anak yang mau ikut, semalam sudah di ingatkan yang mau ikut harus siap mental bangun pagi dan bertemu udara shubuh yang redup- redup menjelang pagi.

Berebutan kekamar mandi, jam 04.10 mengerjakan shalat tahajud, jam 04.30 masuk waktu shubuh, jam 04.44 sudah makan dan siap jalan, 05.00 keluar dari rumah berlima jalan kaki beriringan.

Sempat berhenti sebentar untuk menunggu barangkali ada angkot yang dari pangkalannya akan berangkat ke Cileungsi keluar, ternyata ditunggu juga angkot ngak datang, berjalan lagi keperempatan desa Gandoang.

Terlihat langit pagi mulai meremang, tiba diperempatan langsung naik angkot berempat tempat duduk, di perempatan Cileungsi pindah angkot ke Kampung Rambutan.

Kemacetan sejak akan masuk Cibubur Junction hingga beberapa kilometer setelah masuk tol, kemacetan yang cukup lama, sebab saya melihat jam sudah 07.12, setelah itu lancar, hanya beberapa menit saja sudah tiba di Kampung Rambutan 07.20, menyebrang jembatan penyebrangan yang cukup tinggi, setiap menyebrang jembatan penyebrangan yang tinggi ini selalu ibunya marah-marah setibanya diseberang menunggu sebentar dan mobil jemputan BPPT sudah datang.

Didalam mobil sudah ada pak Samdi, pak Agus dan sopir, anak- anak duduk dibelakang masuk tol.

Saat akan memasuki Kerawang tiba- tiba saja Fifi nya muntah, muntahnya Fifi sempat membuat saya kebingungan, sebab saya tidak membawa plastik untuk muntahan Fifi.

Akhirnya tempat istirahat di kawasan jalan tol dicapai juga ( 08.01), mobil diarahkan mendekati toilet, berdampingan dengan musholah, baju yang sudah dilepas oleh Fifi dan diganti dengan ibunya baju Fifi warna merah, baju tadi saya bawa ketoilet, toilet yang berdampingan dengan musholah itu sedang diperbaiki, ada ember dikamar kecil baju itu saya rendam dan dibilas hingga 3 kali, setelah itu saya berlari ke mobil untuk minta dibukakan, kebetulan si pengemudi itu termasuk orang yang taat shalat, ia baru saja menyelesaikan shalat dluha di musholah, lantai mobil berkarpet kream didudukan belakang saya pel agar tidak menimbulkan efek bau didalam ruang mobil yang kecil itu.

Sudah bersih semua setelah itu kerjakan shalat dluha( 08.09 ) dan mobil berjalan lagi menuju Bandung.

Fifi duduk disamping saya, dan ibunya duduk dibelakang, pemandangan alam perbukitan memasuki kawasan Padalarang tidak jadi perhatian, sebab Fifinya tertidur dipangkuan saya.

Jam 09.20 keluar dari Tol dan masuk Bandung wilayah Buah Batu, mobil menuju selatan, jalanan sempit, ramai, berkembang kawasan urban, jajaran perbukitan batu ada di sisi kanan jalan dengan hamparan perumahan di bawahnya, desa Jelekong masuk kawasan Baleendah, Ciparay 09.57 kota kecamatan selatan Buahbatu, ramai, puskesmasnya besar dan kuno sederhana, puskesmas ini masih menyimpan sejarah kalau dilihat dari tuanya bangunan, bisa jadi akan dibangun kalau ngak salah, tapi terstruktur.

Jam 10.06 masuk kec Majalaya. kawasan industri, tembok tebal tinggi, kota Majalaya 10.12, belok ke selatan, 10.20 keluar Majalaya memasuki mendaki, masuk kec Ibun 10.22 tanah yang sempit, jalanan mendaki susah ada truk, jalanan sempit mendaki terus. Kawasan tanjakan Monteng dengan tanda medaki dan berbelok tajam dan Fifinya muntah lagi, kerena duduk di pinggir langsung berhenti mobil dan turun, setelah selesai muntah Fifi naik lagi, dan mobil melaju mendaki dan sekarang memasuki keterjalan luar biasa perkiraan saya keterjalan diatas 45 derajat dan menikung tajam masih mendaki lagi ( masih kawasan tanjakan Monteng ) sepertinya dua kali peristiwa pendakian tajam ini, kemudian datar dan memasuki kawasan Kamojang dengan hamparan pipa geothermal sepanjang jalan dan unit - unit instalasi dengan berbagai kapasitas pembangkit yang telah dibangun, ada yang dioperasikan oleh Chevron, dan ada pula oleh Pertamina.


Jam 10.42 mobil memasuki halaman administrasi Pertamina, semua turun dari mobil demikian pula Fifi, Yasin, Astari dan ibunya.



Anak-anak terus berlarian ke warung menjual berbagai makanan berbungkus, dan saya, pak Samdi, Pak Agus mulai bertanya mana nama yang telah dihubungi oleh pihak BPPT berkaitan dengan kedatangan team dari Jakarta.

Jam 11.00 lapor PERTAMINA EKSPLOITASI PANAS BUMI untuk mengenakan identitas kartu digantung di dada tertulis sebagai tamu.

Urusan administrasi, memasuki gedung yang membujur ke barat setibanya di dalam ternyata nama seseorang yang akan dicari sedang cuti hamil, masih mudah pikirku, dan berpindah lagi kebangunan dekat mobil di parkir, saat itu terlihat Yasin Fifi Astari dan ibunya bermain disekitar masjid.

Disini ada seseorang yang menjelaskan jikalau sejak pagi tadi semua unsur pimpinan dipanggil oleh manajer site, sebab ia baru pulang dari Chinna,

Pak Agus mengusulkan untuk mencari warung makan dahulu, berjalan berdelapan, saya, istri, Fifi, Yasin, Astari, Pak Agus, Pak Samdi, Pengemudi.

Udara dingin dan cerah, memasuki warung makan sederhana, bapak tua sipemilik warung sedang duduk memunggungi memasukan gorengan kentang yang sebesar lidi dan kering sewaktu dirasa enak sekali.

Makanan yang dijual sangat sederhana, lauk yang dihidangkan di lemari kaca sederhana itu ada ayam goreng tinggal tiga potong, saya mengambil porsi nasi untuk Fifi, hanya nasi sedikit dan sepotong paha ayam, dan ditambahi suwiran kentang goreng. Yasin dan Astari terlihat sudah mengambil nasi dengan telor yang digoreng seperti sarang, demikian pula ibunya, saya hanya mengambil nasi dengan lauk tempe dan tahu goreng.

Ibu sipemilik warung berwajah bundar sunda asli, ramah, banyak suara, keluar membawa dua kali cobekan dan satu tempat berisi daun pepaya dan daun singkong yang telah dikukus, panas panas dengan uap masih mengepul disajikan diatas meja.

Saat makan selesai dan saling berceritra sipemilik warung mempunyai ceritra tentang Bandung Coret, semua penduduk disini masih penduduk Bandung tetapi di perbatasan dengan Garut.

Dari pembicaraan yang terjalin bapak sipemilik warung ini adalah pengindap Jantung Koroner, saya melihat ada saledri ditanam subur itu pun sudah cukup untuk obat jantung koroner dan ada pula pegagkan dibelakang rumahnya ini juga bisa untuk koroner jantungnya.

Adzan Dzuhur terdengar, semua orang menuju ke masjid untuk melaksanakan shalat, masjid terawat bersih dan cukup besar untuk Jumatan para karyawan Pertamina yang bekerja, setelah shalat istirahat duduk dihalaman luar masjid, kemudian terdengar sirene jam 12.30 yang menyatakan waktu aktif bekerja dimulai lagi


Rapat dahulu sebelum kelapangan.

Jam 12.56 ganti sepatu, sebagai safety personal diwilayah kerja pertambangan,



jam 13.15 berangkat kelapangan untuk meninjau lokasi dimana bangunan instalasi pembangkit listrik yang digerakan oleh panas bumi di bangun, bergerak dengan dua mobil, lokasi itu sangat dekat lokasi sumur geothermal yang sudah terintalsi, sehingga nantinya koneksinya dekat dengan sumur, dilokasi saya memperhatikan jurang yang sangat curam yang berbatasan lahan dimana lokasi instalasi dibangun, sebab sewaktu rapat di BPPT keberadaan jurang ini menjadi perhatian terhadap faktor kelongsoran tanah.

Jurang itu sangat curam dan dalam, puncak pohon masih jauh di bawah.

Berjalan kearah sisi lain tanah yang stabil, kesimpulannya lokasi layak bangun, tinggal evaluasi terakhir terhadap design yang akan dibangun sebagai kontrol terhadap design setelah melihat site.

Jam 14.00 pulang setelah pamitan dengan orang pertamina yang bertugas keselamatan di wilayah kerja panas bumi. Keluar dari kompleks lansung diterima dengan jalanan yang menurum curam, Fifi sampai takut dibuatnya, 14.17 memasuki pinggir kec ibun jalanan turun, curam, 14.29 masuk kota kecamatan Ibun, cukup ramai siang itu, ternyata kecamatan Ibun penghasil tomat yang dikirim ber truk- truk ke pasar Bandung.

Jam 14.41 memasuki Majalaya kota, 14.46 masuk kota Ciperay, 15.06 kawasan Buah Batu, dan disini terdengar adzan untuk shalat Ashar, mobil berhenti dan anak2 turun untuk ramai2 berjamaah shalat Ashar.

( 15.17 ).

Jam 15.20 mesjid Buah Batu itupun ditinggalkan dan sekitar jam 15.29 melintasi jembatan Buah Batu yang berair banyak, sungai inilah yang menggenangi kecamatan Buah Batu kalau musim hujan berkepanjang.

15.47 memasuki pintu tol Buah Batu berarti dengan ini kota Bandung ditinggalkan.

Bandung diwaktu sore hanya kesibukan dan pintu tol saja yang terpantau, Dengan adanya pintu tol ini Bandung sudah tak bisa di jamak lagi. 16.22 rest area.

foto2 habis makan, 17.35 meninggalkan rest area.

Memasuki lagi jalan tol sekitar 17.38 kemacetan terjadi sejak di Kerawang hingga Bekasi,

Jam 21.01 turun di jalan Baru Kampung Rambutan, melanjutkan naik angkot biru 121 tujuan Cileungsi. Untungnya ada tempat duduk untuk empat orang, saya istri, yasin dan astari sedangkan Fifi di pangku, perjalanan lancar, dan di Cileungsi ganti angkot lagi, kemudian melanjutkan naik ojek ke rumah.

Masuk rumah jam 22.00.

Langsung shalat maghrib yang tertunda dan dilanjutkan shalat Isya.

Semua tertidur nyenyak.




Kamis, 2 Juni 2011

Tidak berpuasa hari ini sebab bertepatan dengan peringatan hari sucinya agama lain, banyak istirahat, mencuci baju yang dikenakan kemaren ke Kamojang.

Sulit kering sebab matahari terletak di kanan bangunan rumah sendiri, bayangannya menutup ke pakaian.




Jumat, 3 Juni 2011

Terbangun saat Hp berdering 03.15

Shalat jumat di masjid kompleks perumahan.




Sabtu, 4 Juni 2011

Terbangun jam 03.22

Shalat dang membaca Al-Quran di ulang-

ulang untuk hafalan.

Jam 05.00 menurunkan sepeda, memompa dan keluar dinaiki bersama istri, istri duduk di besi penghubung roda depan dan roda belakang, ini sepeda tidak terlalu besar hanya 26" sehingga sewaktu istri duduk terasa pas, istri duduk miring, tetapi sepanjang jalan marah melulu sebab tergoncang lewat jalanan berbatu, didepan perumahan menunggu sebentar angkot yang kepasar lewat, istri naik angkot dan saya bersepeda ke arah desa Mampir.

Jam 05.30 silaturahmi kerumahnya saudaranya pak Dahlan, sekarang ia jualan bensin, padahal beberapa tahun yang lalu sewaktu bapak itu berkeinginan setelah memasuki masa pensiun dari pekerjaannya membawa truk barang bermuatan alat musik Yamaha, ia ingin berjualan bensin, dan sekarang telah berjualan bensin, saya tidak mempunyai alasan untuk melarang jangan berjualan bensin, tetapi data terbanyak hanya kecelakaan saja isinya orang berjualan bensin.

Jam 06.10 kerumah peristirahatan Pak Budi Doel, berdekatan dengan desa Kahuripan.

Rumah itu sudah direnovasi baik walau penampilannya belum final, yang menjaga rumah itu adalah pak Yanto, ia terlihat sedang mencuci piring, terkihat di kajauhan.

Saya sebentar saja disana, kemudian bersepeda lagi menembus jalan Bojong

Jam 06.30 sudah didepan kantor kepala desa Bojong, ternyata pak Eman telah berpindah rumah dan menikah kembali.

Saat bersepeda menuju ke pertemuan jalan Bojong dengan jalan Cileungsi Cibinong, cukup jauh rupanya, dan saat di depan terlihat jalanan menurun, sepeda di tuntun sebab remnya kurang pakem.

jam 07.05 lewat perumahan luas grand Kahuripan, dari orientasi langit diperkirakan batas tanah terakhir Grand Kahuripan di dekat desa Mampir, ingin sih masuk berpetualangan mencari jalan potong, tapi di urungkan mengikuti jalan biasa saja, 07.35 melewati pertigaan Kelapa Nunggal, ketemu jalan Cileungsi Cibinong, jikalau kekiri menuju Cibinong dan ke kanan ke Cileungsi.

Bersepeda di jalur ini jalanan sangat berdebu, jalur truk kerja pabrik, jalanan cukup baik, saat melewati tempat pengambilan air tanah dipinggir jalan Cileungsi arah Kelapa Nunggal, dimana air itu yang saya minum dari hari kehari, dibelakang dan dinding tanki air bersih itu tertulis air pegunungan , air pegunungan apa pikirku, sehingga tingkat keamanan konsumsi air minum tergantung kehandalan alat saring di tempat penjualan air isi ulang.

Dari pinggir jalan terlihat bangunan kepemilikan ibu Tutut putri bapak Suharto, yang semakin hari semakin parah kondisinya.

jam 07.50 memasuki jalan tembus yang melewati pabrik alat musik Samic, dari jalan raya jalanan sudah dibeton dan selanjutnya jalanan batu status rusak, tidak ada lapis atasnya, semakin kedalam semakin parah dengan kumbangan lumpur di dekat- dekat Puri Cileungsi, belok kanan jalanan gang dan menyusuri rumah dari belakang dan

Jam 08.20 masuk rumah, saat mana istri akan berangkat ke undangan perpisahannya sekolahnya Yasin.

Jam 10.00 berjalan menuju sekolahnya Yasin untuk mengikuti acara perpisahan dimana para orang tua diundang, 1017 pembacaan ayat suci Al Quran, surah Al-Imran 192

10.36 acara kesenian di isi anak murid kelas tiga dengan tarian jaipongan.

11.23 sedang berlangsung acara pelepasan untuk anak kelas tiga

11.40 melangkah pulang saat akan memasuki waktu dzhuhur, ditengah jalan berpapasan dengan tetangga Batak pengojek pak Simatupang yang ingin melihat kelulusan anaknya.

Sesampainya dirumah langsung terdengar adzan dan shalat.

12.00 ibunya datang membawa amplop berita kelulusan, saya buka Yasin Lulus UN SLTP nya.

12.30 mengunjungi undangan khitanan anak seorang guru nya Aswan, Tyas, Astari, Yasin dan Fifi.


Minggu, 5 Juni 2011

Terbangun saat jam menunjukan 03.10

setelah menjerang presto kacang ijo dicampur kedalai, tinggal untuk kerjakan shalat, menunggu datangnya waktu shubuh sambil menyeruput satu mangkok hangat blenderan kacang hijau campur kedelai

yang halus yang langsung diserap darah.

Saat memanasi motor, tetangga yang baru memiliki bayi perempuan, terlihat sedang menggendong bayinya dengan pakaian bayi berwarna putih, datang menyampaikan undangan, nanti malam habis Isya akan me akikah kan bayi putrinya ini.

Kepasar bermotor bersama istri, anak-anak dirumah kecuali Yasin yang sudah ramai dengan anak tetangga membicarakan akan pergi kemana pagi ini.

Pasar keadaan biasa termasuk agak sepi, harga tomat cukup tinggi, kita bisa lihat penyebab harga tomat tinggi, ujungnya adalah panen tomat yang berkurang, bisa juga musim tanam tomat, sehingga panen nya nunggu tua pohon, mampir ke lapaknya Maman sudah beberapa kali hari minggu setiap kepasar mampir kelapaknya selalu orangnya ngak ada.

Listrik PLN padam, baru tahu saat pulang pasar akan menghidupkan air, dan semua menahan diri untuk tidak berlebihan memakai air yang tersisa.

Makan siang tapi cuaca belum siang amat, tapi perut terasa lapar, sementara tahu dan tempe sedang digoreng, mempersiapkan lombok besar kepingin membuat sambal sewaktu makan di warung sederhana desa Kamojang Rabu kemaren, dari rasa saya masih ingat apa saja yang harus ada, lombok merah besar, beberapa lombok rawit, garam dan terasi, diuleg halus dan terakhir dikasi tomat diuleg terakhir sampai tercampur tomatnya, akhirnya Yasin Fifi dan ibunya juga ikut makan.

Setelah shalat Isya hujan turun tak hentinya sehingga sewaktu berjalan kerumah tetangga yang baru mempunyai anak perempuan, dan malam ini hendak di selenggara kan acara akikahan, hujan turun terus terpaksanya harus menggunakan payung.

Fifinya tetap ikut walau hujan rintik membasahi.

Setelah acara selesai dengan pembacaan doa yang panjang dan pengguntingan rambut bayi, pulang berjalan kaki sampai di rumah jam 21.15.



Tiada ulasan: