selamat berjumpa semoga tidak marah-marah

Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka hanya menipu diri sendiri sedang mereka tidak sadar. (QS. 2:9)

In trying to deceive GOD and those who believe, they only deceive themselves without perceiving


Selasa, Jun 28, 2011

Kecelakaan Lalu lintas





Senen, 13 Juni 2011

Saat melintas di depan Giant super store jam 09.00 ada pemuda mengalami kecelakaan lalu lintas, ia digeletakan dibawah naungan pohon flamboyan dengan kedua kaki ngak bisa digerakan, langsung kekantor dan minta bantuan pak Ahyat agar mobil dinasnya bisa dipakai meevakuasi korban lalu lintas ke rumah sakit terdekat.

Pak Ahyat mengijinkan mobilnya dipakai memindahkan kurban, saat menuju lokasi kurban digeletakan disisi jalan, sopir dan pak Nardi berpendapat kurban kecelakaan lalu lintas pasti sudah ditolong orang lain

saya yakin belum, e e betul juga kurban masih terduduk dibawah pohon flamboyant, berempat mengangkat kurban dimasukan ke mobil dan dibawa ke emergency seskopol

Sementara motor dibawa pak Nardi kekantor untuk mengamankan saja.

jam 10.30 sudah rutin dikantor.


Selasa, 14 Juni 2011

Menyelesaikan konsep Laboratorium Alam Balitbang Kementerian Pekerjaan Umum.

Jam 10.45 sudah dikirim ke pak Budidoel melalui e-mail



Laboratorium Alam

BALITBANG KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM

DALAM RANGKA PENGEMBANGAN WILAYAH BERBASIS RENCANA TATA RUANG WILAYAH

Ir H Siswoyo Seputro/Jab Fungsional Penataan Ruang Madya.

I. Latar Belakang

Laboratorium Alam BALITBANG Kementerian Pekerjaan Umum, adalah merupakan suatu menifestasi pemikiran bagaimana mengembangkan suatu wilayah yang berstatus serba kekurangan, dengan kemampuan penelitian dan hasil kajian yang selama ini telah dilakukan oleh BALITBANG Kementerian Pekerjaan Umum, bisa diterapkan disuatu wilayah dengan lingkupan minimal di dua wilayah kecamatan.

Dilain pihak kesenjangan antara kawasan perkotaan dan perdesaan serta kemiskinan di perdesaan telah mendorong upaya-upaya pembangungan di kawasan perdesaan. Meskipun demikian, pendekatan pengembangan kawasan perdesaan seringkali dipisahkan dari kawasan perkotaan. Hal ini telah mengakibatkan terjadinya proses urban bias yaitu pengembangan kawasan perdesaan yang pada awalnya ditujukan untuk meningkatkan kawasan kesejahteraan masyarakat perdesaan malah berakibat sebaliknya yaitu tersedotnya potensi perdesaan ke perkotaan baik dari sisi sumber daya manusia, alam, bahkan modal (Douglas, 1986).

Kementerian Pekerjaan Umum dengan divisi Balitbang nya yang telah banyak menghasilkan produk penelitiannya memerlukan suatu Laboratorium alam untuk mewujudkan hasil penelitiannya, wilayah kecamatan yang di lingkupinya bisa mencapai dua wilayah atau lebih.

Tidak efisiensinya penyelenggaraan pembangunan berbasiskan lahan di wilayah perdesaan telah merubah wilayah perdesaan menjadi sub urban yang berfikir pragmatis terhadap adat istiadat kesehariannya.

Kondisi ini mengakibatkan Indonesia harus mengimpor produk-produk pertanian untuk memenuhi kebutuhan dalam negerinya. Tercatat, Indonesia harus mengimpor kedelai sebanyak 1.277.685 ton pada tahun 2000 dengan nilai nominal sebesar US$ 275 juta. Pada tahun yang sama, Indonesia mengimpor sayur-sayuran senilai US$ 62 juta dan buah-buahan senilai US$ 65 juta (Siswono Yudohusodo, 2002).

Pengembangan kawasan kecamatan berbasiskan hasil penelitian Balitbang Kementerian Pekerjaan Umum, tidak lebih dari bagian dari pengembangan wilayah nasional tidak bisa terlepas dari Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) yang merupakan matra spasial yang menjadi kesepakatan bersama. RTRWN penting untuk dijadikan alat untuk mengarahkan pengembangan kawasan kecamatan berbasis penelitian Balitbang Kem PU sehingga pengembangan ruang nasional yang terpadu dan sistematis dapat dilaksanakan. Sosialisasi kepada pihak-pihak yang terkait dengan pengembangan kawasan kecamatan tentang hal ini mutlak diperlukan, sehingga muncul pemahaman bersama tentang pentingnya proses ini untuk mewujudkan pembangunan yang serasi, seimbang, dan terintegrasi.

II. Issue dan Permasalahan Pengembangan Kawasan Kecamatan

berbasiskan hasil penelitian Balitbang Kem PU.

1. Menurut UU No. 24/ 1992 tentang Penataan Ruang disebutkan bahwa “Penataan ruang berdasarkan fungsi kawasan dan aspek kegiatan meliputi kawasan perdesaan, kawasan perkotaan, dan kawasan tertentu”. Berdasarkan hal tersebut, diperlukan adanya penegasan terhadap “kedudukan” kawasan perdesaan yang berarti penegasan terhadap fungsi dan peran kawasan perdesaan. Selanjutnya, fungsi dan peran kawasan perdesaan ini seharusnya dijabarkan dalam rencana tata ruang wilayah yang akan menjadi acuan pengembangan kawasan perdesaan.

2. Selama ini ukuran keberhasilan pembangunan hanya dilihat dari terciptanya laju pertumbuhan perekonomian yang tinggi dimana alat yang dipergunakannya adalah dengan mendorong industrialisasi di kawasan-kawasan perkotaan. Kondisi ini bila ditinjau dari pemerataan pembangunan telah memunculkan kesenjangan antara kawasan perdesaan dan perkotaan karena sektor strategis yang didoroing dalam proses industrialisasi hanya dimiliki oleh sebagian masyarakat (Sonarno, 2003).

3. Seiring dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk di Indonesia yang diperkirakan pada tahun 2035 akan bertambah menjadi dua kali lipat dari jumlah saat ini atau menjadi 400 juta jiwa, telah memunculkan kerisauan akan terjadinya keadaan “rawan pangan” di masa yang akan datang. Selain itu, dengan semakin meningkatnya tingkat pendidikan dan kesejahteraan masyarakat terjadi pula peningkatan konsumsi perkapita untuk berbagai jenis pangan, akibatnya dalam waktu 35 tahun yang akan datang Indonesia membutuhkan tambahan ketersediaan pangan yang lebih dari 2 kali lipat jumlah kebutuhan saat ini (Siswono Yudohusodo, 2002).

4. Pada tingkat Mikro masih rendahnya produktifitas dan pemasaran, pertanian, kelembagaan yang tidak kondusif, dan lingkungan permukiman yang masih rendah merupakan permasalahan-permasalahan yang seringkali menjadi hambatan dalam pengembangan perdesaan.

5. Balitbang telah memiliki banyak hasil penelitian yang di dukung 4 Pusat Penelitiannya untuk di kembangkan di tiga wilayah pengembangan yang umumnya ber lokasi : 1) Sukabumi berbasiskan Pariwisata Perdesaan, Jalan Kampung yang teridentifikasi penelitiannya, dan Perwujudan Permukiman yang berbasis lingkungan, dimana di tahun 2009 Balitbang telah memwujudkan jembatan Kabel Stayed yang menghubungkan dua kecamatan, kecamatan Cimandiri dan Kecamatan Jampang Tengah. 2) Pangkep Sulawesi Selatan, kebutuhan pariwisata Sulawesi Selatan untuk mencapai wilayah tradisional sekitar kota Makassar, maka perlu di kembangkan suatu kawasan pariwisata di desa Bowong Cindea, suatu kawasan yang tertutup dengan adat istiadat ketat, dimana inovasi Balitbang yang di kembangkan disana adalah Rumah Protype Bugis untuk pariwisata rakyat, hasil penelitian saniter dari Balitbang, dan jalan kecil ramah lingkungan dari studi Balitbang. 3) Sentani, Kawasan Kecamatan Sentani, suatu wilayah yang berkembang di utara Jayapura, dengan dukungan danau Sentani seluas 9 360 Hektar dan terbentuknya festifal tahunan Sentani dan adanya hasil penelitian Balitbang untuk sektor permukiman, kemudian di kembangkan pula hasil penelitian kabalitbangan lainnya.

6. Hasil – hasil Penelitian ke Balitbangan Kem Pekerjaan Umum dari 3 Pusatnya di sajikan dalam lampiran.

III. Konsep Laboratorium Alam berbasiskan Hasil Penelitian Balitbang Kem PU.

3.1 Lokasi Sukabumi.

Memanfaatkan Hasil penelitian Balitbang Jalan dan Jembatan ( penelitian 2006 – 2009 / skala 1: 1 ) Kabel Stayed, yang menghubungkan dua kecamatan, Kecamatan Jampang Tenga dan Kecamatan Cimandiri.

Masyarakat yang tengah terbuka kesadarannya terhadap potensi kelembagaan desa yang dibangun swadaya ( Laporan Akhir Penelitian Sosial Ekonomi Pembangunan Jembatan Kable Stayed Sukabumi 2009 ), sementara sangat lambatnya dukungan infrastrukture di kawasan tersebut ( Harian Pikiran Rakyat 2 November 2010 ).

Arah pertumbuhan kecamatan Jampang Tengah dan Kecamatan Cimandiri ber orientasi ke kota Sukabumi dan kota Bogor ( untuk memasarkan hasil ladang, sayur mayur dan binatang ternaknya ).

Sangat sedikit yang borientasi ke pantai Pelabuhan Ratu, bukan berarti tidak bisa, tetapi jikalau jalan pencapaian dari Pelabuhan Ratu di perbaiki atau di bangun, dan di kecamatan Cimandiri dan kecamatan Jampang Tengah di siapkan kegiatan pariwisata agropertanian ( sebagai jawaban terhadap pengurangan minat penduduk untuk berpindah ke kota ).

Mengembangkan potensi pariwisata lokal dengan memanfaatkan areal bersuhu dingin dan hutan lindung yang ada serta hasil pertanian yang penduduk kota sangat berminat untuk ikut serta ( beternak sapi perah ) .

Sementara potensi ke Balitbangan kementerian Pekerjaan Umum dari Pusat Pengembangan Jalan dan Jembatan adalah : 1) Pembangunan jalan Perdesaan tonase 2 Ton dengan pemanfaatan Aspal Buton sekala penuh, 2) Uji coba alat teknologi software alat pengukur kekuatan struktur jalan kerikil, ( Lihat di Lampiran )

Dari Pusat Pengembangan Permukiman : 1) Uji Coba Instalasi Pengelolah Limbah Rumah Tangga Tangki Septic Bermedia Kontak ( BioritY ), apakah hasil penelitian memang betul efektip atau tidak, indikatornya jikalau penduduk perdesaan tidak memakainya, dari sini bisa dijadikan masukan untuk perbaikan design instalasi pengolah limbah tersebut, sehingga di dapat kesesuaian demand dan cost dan efek lingkungan yang di kembangkan sehingga masyarakat luas bisa menggunakan secara terbuka. 2) Menganalisa sekala penuh permukiman dengan memanfaatkan isue lingkungan gas rumah kaca, mencari solusi yang bisa di terima oleh masyarakat luas, melakukan sayembara perencanaan lingkungan dengan wilayah tertentu untuk mendesign suatu kawasan berwawasan lingkungan meredam pemanasan global.

Dari Pusat Pengembangan Sumber Daya Air, 1) Penerapan Pintu Klep Otomatis untuk pengaturan jaringan irigrasi tingat petani sekala kecil sehingga pembagian air terasa merata, 2) Teknologi pengendalian hanyutan tanah subur di lereng pertanian.

Dari Pusat Kajian Sosial Ekonomi dan Lingkungan bisa menerapkan dan me eksplorasi kajian berkaitan dengan : tinjauan sosial dan ekonomi terhadap ekologigal design masyarakat perdesaan, tinjauan sosial dan ekonomi terhadap perencanaan lingkungan permukiman wilayah perdesaan, tinjauan sosial dan ekonomi terhadap arah kecendrungan anomali lingkungan perdesaan, tinjauan sosial dan ekonomi tanggap lingkungan buatan terhadap perubahan sosial kemasyarakatan perdesaan, tinjauan sosial dan ekonomi terhadap hasil produk perdesaan yang berwawasan lingkungan, tanggung jawab sosial masyarakat perdesaan, tinjauan sosial dan ekonomi terhadap pembangunan fisik lingkungan berwawasan masa depan, tinjauan sosial dan ekonomi terhadap pola siklus kehidupan perdesaan, tinjauan sosial dan ekonomi terhadap pemanfaatan bahan sumber daya alam untuk fisik bangunan, tinjauan sosial dan ekonomi terhadap perencanaan hijau, tinjauan sosial dan ekonomi terhadap ekoefisiensi

3.2 Lokasi Pangkep Sulawesi Selatan.

Tambak wilayah pesisir pantai untuk Kabupaten Pangkep merupakan aset pembangunan nasional sangat penting dan bermanfaat bagi kehidupan dan penghidupan manusia. Oleh karena itu, pertambakan harus dikelola, dikembangkan dan dimanfaatkan secara baik dan lestari demi kesejahteraan masyarakat. Kawasan pertambakan kabupaten Pangkep mempunyai luas pertambakan 12 199, 30 Ha yang mempunyai tingkat sangat sesuai S1 seluas 21.69 Ha, sedang S2 kesesuaian cukup 6 675,35 Ha dan S3 kesesuain kurang 5 502, 61 Ha

Tujuan Penyelenggaraan Laboratorium Alam Balitbang Kementerian Pekerjaan Umum di wilayah ini adalah: (1) menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi modal sosial masyarakat sekitar kawasan pertambakan dan potensi tourisme, (2) menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi proses pemberdayaan masyarakat sekitar kawasan pertambakan dan mempertahankan pola hidup tradisi masyarakatnya untuk konsumsi pariwisata, (3) menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi keberdayaan masyarakat sekitar kawasan pertambakan dan pemasyarakatan pariwisata berbasiskan swadaya, dan (4) merumuskan model partisipasi masyarakat yang efektif di sekitar pertambakan sesuai dengan kondisi lokal.

Masyarakat Pangkep adalah masyarakat yang tengah terbuka kesadarannya terhadap potensi kelembagaan desa yang dibangun swadaya yang menyadari permasalahan pemasaran hasil budi daya pertaniannya akan berpengaruh terhadap arah pertumbuhan kecamatan Bungoro dan Kecamatan La Bakang yang ber orientasi ke kota Makassar dan kota Pare- pare.

Adanya wilayah permukiman penduduk yang berpotensi di kembangkan sebagai asset pariwisata adat tradisional masyarakat Bugis di Desa Bowongcindea kecamatan Bungoro, dimana tata letak permukimannya bercirikan linier dan berumah panggung, letak ke swadayaan nya adalah setiap rumah panggung tersebut di miliki oleh seseorang, maka lantai atasnya di usahakan sebagai home stay bagi taourist asing yang ingin mengenal lebih jauh budaya masyarakat bugis.

Sementara pemilik akan melayani sepenuhnya kebutuhan pangan dan sanitari tourist secara swadaya dan tinggal di lantai dasar.

Sehingga potensi ini patut sekiranya di kembangkan oleh Balitbang Kementerian PU untuk meningkatkan rasa percaya diri masyarakat perdesaan bahwa ia mampu berswadaya mandiri terhadap pertumbuhan ekonomi wilayahnya.

Sementara potensi ke Balitbangan kementerian Pekerjaan Umum dari Pusat Pengembangan Jalan dan Jembatan adalah : 1) Pembangunan jalan Tambak dengan pemanfaatan lumpur semen dengan fasilitas utilitas penerangan jalan lengkap untuk menghidari pencurian hasil tambak yang ada, 2) Uji coba alat teknologi software alat pengukur kekuatan struktur jalan kerikil, ( Lihat di Lampiran )

Dari Pusat Pengembangan Sumber Daya Air, 1) Penerapan Pintu Klep Otomatis untuk pengaturan jaringan irigrasi tingat petani sekala kecil sehingga pembagian air terasa merata, 2) Teknologi pengendalian hanyutan tanah subur di saluran tambak.

Dari Pusat Kajian Sosial Ekonomi dan Lingkungan bisa menerapkan dan me eksplorasi kajian berkaitan dengan : tinjauan sosial dan ekonomi terhadap ekologigal design masyarakat perdesaan berbasiskan pertambakan, tinjauan sosial dan ekonomi terhadap perencanaan lingkungan permukiman wilayah perdesaan berbasiskan pertambakan, tinjauan sosial dan ekonomi terhadap arah kecendrungan anomali lingkungan perdesaan berbasiskan pertambakan, tinjauan sosial dan ekonomi tanggap lingkungan buatan terhadap perubahan sosial kemasyarakatan perdesaan berbasiskan pertambakan, tinjauan sosial dan ekonomi terhadap hasil produk perdesaan yang berwawasan lingkungan berbasiskan pertambakan, tanggung jawab sosial masyarakat perdesaan berbasiskan pertambakan, tinjauan sosial dan ekonomi terhadap pembangunan fisik lingkungan berwawasan masa depan berbasiskan pertambakan, tinjauan sosial dan ekonomi terhadap pola siklus kehidupan perdesaan berbasiskan pertambakan, tinjauan sosial dan ekonomi terhadap pemanfaatan bahan sumber daya alam untuk fisik bangunan berbasiskan pertambakan, tinjauan sosial dan ekonomi terhadap perencanaan hijau berbasiskan pertambakan, tinjauan sosial dan ekonomi terhadap ekoefisiensi berbasiskan pertambakan.

3.3 Lokasi Sentani Jayapura Papua.

Memanfaatkan keberadaan luas danau Sentani seluas 9 360 Ha, dengan ketinggian 75 m dpl, danau ini merupakan cagar budaya pegunungan Cycloops yang memiliki luas 245 000 Ha

Masyarakat Sentani yang tengah terbuka kesadarannya terhadap potensi desa yang dibangun swadaya dan telah hidup festifal setiap tahunnya, dan kemungkinan dibuatkannya permukiman penduduk ber cirikan adat untuk menarik pengunjung pariswisata domestik dan internasional

Sementara potensi ke Balitbangan kementerian Pekerjaan Umum dari Pusat Pengembangan Jalan dan Jembatan adalah : 1) Pembangunan jalan Perdesaan tonase 2 Ton dengan pemanfaatan Aspal Buton sekala penuh, 2) Uji coba alat teknologi software alat pengukur kekuatan struktur jalan kerikil, ( Lihat di Lampiran )

Dari Pusat Pengembangan Permukiman : 1) Uji Coba Instalasi Pengelolah Limbah Rumah Tangga Tangki Septic Bermedia Kontak ( BioritY ), apakah hasil penelitian memang betul efektip atau tidak, indikatornya jikalau penduduk perdesaan tidak memakainya, dari sini bisa dijadikan masukan untuk perbaikan design instalasi pengolah limbah tersebut, sehingga di dapat kesesuaian demand dan cost dan efek lingkungan yang di kembangkan sehingga masyarakat luas bisa menggunakan secara terbuka. 2) Menganalisa sekala penuh permukiman dengan memanfaatkan isue lingkungan gas rumah kaca, mencari solusi yang bisa di terima oleh masyarakat luas, melakukan sayembara perencanaan lingkungan dengan wilayah tertentu untuk mendesign suatu kawasan berwawasan lingkungan meredam pemanasan global, 3 Perwujudan rumah Honei Sehat hasil penelitian Balitbang.

Dari Pusat Pengembangan Sumber Daya Air, 1) Teknologi pengendalian hanyutan tanah subur di lereng pertanian, 2) Perkerasan dinding danau berbasiskan hijau pepohonan.

Dari Pusat Kajian Sosial Ekonomi dan Lingkungan bisa menerapkan dan me eksplorasi kajian berkaitan dengan : 1) tinjauan sosial dan ekonomi terhadap ekologigal design masyarakat perdesaan bercirikan perbukitan tandus, danau dan kebisingan lintasan pesawat terbang , 2) tinjauan sosial dan ekonomi terhadap perencanaan lingkungan permukiman wilayah perdesaan yang mulai bisa menerima suku – suku pendatang di Sentani Jayapura,Papua, 3) tinjauan sosial dan ekonomi terhadap arah kecendrungan anomali lingkungan perdesaan akibat penguapan air danau dan naiknya BOD air danau sehingga matinya ikan, 4) tinjauan sosial dan ekonomi tanggap lingkungan buatan terhadap perubahan sosial kemasyarakatan perdesaan akibat rawannya gangguan keamanan akibat mudahnya masyarakat berpindah haluan., 5) tinjauan sosial dan ekonomi terhadap hasil produk perdesaan yang berwawasan lingkungan terhadap pembangunan infrastruktur swadaya, 6) tanggung jawab sosial masyarakat perdesaan terhadap peningkatan arus lalu lintas jalan utama, 7) tinjauan sosial dan ekonomi terhadap pembangunan fisik perumahan dan lingkungan berwawasan masa depan, 8) tinjauan sosial dan ekonomi terhadap pola siklus kehidupan perdesaan dan pemanfaatan bahan bangunan alam setempat, 9) tinjauan sosial dan ekonomi terhadap pemanfaatan bahan sumber daya alam untuk fisik bangunan, 10 ) tinjauan sosial dan ekonomi terhadap perencanaan hijau wilayah pesisir danau, 11) tinjauan sosial dan ekonomi terhadap ekoefisiensi berwawasan pembangunan berkelanjutan bercirikan masyarakat pinggir pantai

IV. Dukungan Data yang dibutuhkan

Iklim dan Topografi Sukabumi, Pangkep dan Sentani

Jenis Tanah dan Hidrologi Sukabumi, Pangkep dan Sentani

Jumlah dan Kepadatan Penduduk Sukabumi, Pangkep dan Sentani

Angkatan Kerja Sukabumi, Pangkep dan Sentani

Pengembangan Pendidikan Sukabumi, Pangkep dan Sentani

Keadaan Umum Desa Sampel Sukabumi, Pangkep dan Sentani

Letak Administrasi dan Luas Wilayah Sukabumi, Pangkep dan Sentani

Jumlah dan Kepadatan Penduduk Sukabumi, Pangkep dan Sentani

Tingkat Pendidikan Sukabumi, Pangkep dan Sentani

Mata Pencaharian Sukabumi, Pangkep dan Sentani

Angkatan Kerja Sukabumi, Pangkep dan Sentani

Tata Guna Lahan Sukabumi, Pangkep dan Sentani

Pola Usaha Tani Sukabumi, Pangkep dan Sentani

Sarana dan Prasarana Perekonomian Sukabumi, Pangkep dan Sentani

Karakteristik Responden Sukabumi, Pangkep dan Sentani

Umur Sukabumi, Pangkep dan Sentani

Tingkat Pendidikan Sukabumi, Pangkep dan Sentani

Luas Lahan Garapan Sukabumi, Pangkep dan dan Garapan Danau Sentani

Status Kepemilikan Lahan Sukabumi, Pangkep dan Sentani

Kondisi Modal Fisik Sekitar Kawasan Hutan Lindung Sukabumi, Pangkep dan Sentani

Kondisi Modal manusia Sekitar Kawasan Sukabumi, Pangkep dan Sentani

Kondisi Modal Sosial Sekitar Kawasan Sukabumi, Pangkep dan Sentani

Persepsi Responden terhadap Laboratorium alam Balitbang Kem PU

Persepsi Responden terhadap Proses partisipasi Masyarakat Sukabumi, Pangkep dan Sentani

Tingkat Potensi Masyarakat Sukabumi, Pangkep dan Sentani

Sejarah Pembangunan Fisik Sukabumi, Pangkep dan Sentani

Masa Pemerintahan Kolonial Belanda (1901-1942) Sukabumi, Pangkep dan Sentani

Masa Pemerintahan Jepang (1942-1945) Sukabumi, Pangkep dan Sentani

Masa Kemerdekaan (1945-1999) Sukabumi, Pangkep dan Sentani

Masa Otonomi Daerah (2001-sekarang) Sukabumi, Pangkep dan Sentani

Interaksi Masyarakat terhadap Konsep Pengembangan Wilayah berbasiskan Penelitian Balitbang Kem PU di Sukabumi, Pangkep dan Sentani

Pola Pengembangan Wilayah berbasiskan Penelitian Balitbang Kem PU di Sukabumi, Pangkep dan Sentani

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Modal sosial Sukabumi, Pangkep dan Sentani

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Proses Pelibatan masyarakat di Sukabumi, Pangkep dan Sentani

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Masyarakat Sukabumi, Pangkep dan Sentani

Model dan Bentuk Pelibatan Masyarakat Sukabumi, Pangkep dan Sentani

Model Efektif Pelibatan Masyarakat pada hasil ke litbangan Balitbang kem PU di Sukabumi, Pangkep dan Sentani

V. SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Pemikiran melibatkan suatu Kawasan untuk dijadikan model aktualisasi dan evaluasi hasil- hasil kelitbangan Balitbang Kem PU disuatu wilayah tertentu, berpenduduk dan berbudaya, berupa Laboratorium Alam Balitbang kem PU akan menjadi dorongan dalam pengembangan wilayah kecamatan dan desa yang sulit berkembang, dilain pihak Balitbang Kem PU dengan 4 Pusat penelitiannya akan selalu mencari jalan keluar bagaimana memanfaatkan hasil kelitbangan Balitbang kem PU dan upaya sinkronisasi dalam program pengembangan wilayah.

Saran

Mengingat hasil kelitbangan Balitbang Kem PU memerlukan upaya aktualisasi untuk samapi nantinya produk itu di terima masyarakat secara luas, maka diperlukan upaya penyediaan Laboratosium Alam fisik terutama sarana dan prasarana penunjangan perwujudan hasil kelitbangan Balitbang kem PU dengan pengembangan wilayah agar kualitas potensi manusia dan potensi sosial masyarakatnya meningkat.


Rabu, 15 Juni 2011

Rapat Panas Bumi Kamojang di BPPT


Jam 03.10 terbangun, persiapan akan rapat penting di BPPT Thamrin, masalah panas bumi kamojang jawa barat.

untuk itu membuat blenderan halus kacang hijau panas yang sudah dipresto beberapa menit, dimakan setelah shalat tahajud, 2 mangkok cukup besarnya masing2 istri satu mangkok dan saya, sebagai feeding otak di usia seperti ini

Jam 07.30 berangkat

jam 08.40 di bank Muamalat Cijantung untuk anak Yatim di NTT.

jam 09.14 di kantor pasar Jumat, beberapa saat disana langsung berangkat ke Thamrin, lewat jalan Kebayoran Lama.

Jakarta di waktu pagi.

Jam 10.00 keluar dari lift di lantai 20 gedung 2 BPPT di Thamrin Jakarta Pusat.

Sewaktu di lift tadi terbayang terjadinya kebakaran di gedung tinggi, dan pegawai BPPT yang cemerlang banyak yang meninggal hangus.

Dari ruang kaca terlihat para peserta rapat sudah berdatangan.

Saat saya mulai bicara yang saya tanyakan adalah masalah kebakaran di dalam gedung, ada latihannya dan ada sipenangung jawab evakuasi, yang jadi masalah semua jabatan itu tidak akan berfungsi apabila kebakaran itu terjadi.

jam 10.24 acara belum juga dimulai, saya ngak bertanya ada kemungkinan rapat di ruang lain.

Betul juga agaknya rapatnya di ruang resmi ruang rapat, jam 10.30 resmi acara rapat dimulai. Saya melempar pertanyaan mengapa water chiller air pendingin untuk generator pembangkit letaknya di tepi jurang, sebab letak jurang tersebut sangat curam.

Rapat berlangsung ketat diskusi sebab projek membutuhkan presisi tinggi.

Generator akan di set-up terpasang atau terurai di lokasi proyek, ini juga diskusinya cukup lama.

Zhuhur datang secepatnya turun ke lantai dua, suasana shalat yang khusuk, masjid Iqro, BPPT.

jam 12.30 sudah di ruang rapat lantai 20 melanjutkan pembahasan pembangunan Pembangkit Energi Geothermal Kamojang.

jam 15.00 rapat selesai.

jam 15.20 shalat Ashar di masjid Badan Pertanahan blok M, ke Al-Azhar peduli umat, langsung naik lantai dua menjumpai pak Budidoel Kasubdit Program Balitbang

Dari pembahasan hasil penulisan Lab Alam Balitbang Kem PU, yang diterima usulan lokasi di Sukabumi.

Jam 17.25 Pak Kuat terlihat sakit di ruang kerjanya.

Jam 17.33 sudah di jalanan Antasari untuk pulang lewat Kemang, masuk masjid di Kemang untuk shalat maghrib, turun kejalanan macet sudah menghadang hingga selewatnya Buncit Republika, disebelah kiri jalan penuh dengan mobil dan motor sementara di jalur busway kosong, langsung masuk jalur busway yang terlarang motor masuk, saya melakukan kesalahan hukum, menembus larangan melintas segala jenis kendaraan bermotor di jalur busway, ngak enak juga melanggar, ada rasa bersalah sebab di sisi kiri banyaknya kendaraan yang terjebak macet akibat peraturan yang memisahkan jalur busway dengan jalur kendaraan umum, di lampu perempatan Pasarminggu, masuk jalur biasa, macet ngak putus-putusnya, di jalan ujung akhir Simatupang juga macet terus sampai ujung jalan kesehatan, shalat Isya di masjid kecil Al- Muttaqin Ciracas Susukan, motor titip di bengkel didepannya, mata sipemilik bengkel itu memperhatikan motor yang saya parkir depan hidungnya.

setelah shalat bermotor lagi, keramaian sudah tidak menghalangi jalanan, mengisi premium motor, mengarungi gelap, masuk rumah jam 20.00

Kamis, 16 Juni 2011

Menyusun bahan ajar pengajian Al-Afif yang di pimpin istri, mengambil thema Dimana doa kita suatu bahasan mendudukan doa sebagai bentuk hubungan tak terlihat antara mahluk dengan Tuhannya, dan khusus Islam, Allah memberikan methoda bagaimana islam berdoa yang di ridloi.

Jumat, 17 Juni 2011



Terbangun jam 03.28 lampu PLN mati, gelap luar dalam, shalat tahajud di gelap gelapan.

Minggu, 19 Juni 2011

Jam 09.45 baru pulang dari pasar bersama istri, harga tomat sangat mahalnya, musim berubah menyebabkan banyak buah tomat belum panen, sewaktu pulang tadi jalanan jelek, sehingga waktu tempuhnya lama.


Tiada ulasan: