selamat berjumpa semoga tidak marah-marah

Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka hanya menipu diri sendiri sedang mereka tidak sadar. (QS. 2:9)

In trying to deceive GOD and those who believe, they only deceive themselves without perceiving


Khamis, Februari 15, 2007

Berangkat ke Ciloto

Rabu, 15 November 2006

Berangkat Ke Ciloto.

Pagi hari, sebelum adzan Shubuh terdengar sudah siap-siap akan mengikuti out bound di lembah hijau Cilotoh Puncak Cianjur.
Yasin ikut, kegiatan diawali dengan shalat tahajud kemudian sarapan setelah itu shalat shubuh.
Setelah selesai melakukan shalat shubuh berjamaah, mulai memasukan pakaian- pakaian yang akan dibawa ke puncak, baju lengan panjang, kaos baju, celana panjang, sarung, kaos kaki, sajadah pak Bambang Wied.

Jam 05.10 berangkat dari rumah, Yasin duduk didepan, dipertigaan Gandoang belok kanan menuju Jonggol, jalanan masih remang-remang, berjumpa dengan rombongan orang-orang yang bermotor dan bermobil yang hendak berangkat ke Jakarta, jumlahnya banyak sampai- sampai mepet ke kiri.
Motor dikendarai dengan tidak terlalu cepat.
Keluar kota Jonggol, melewati jembatan yang sebelah kanannua ada restoran Jatinunggal.

Motor berjalan tanpa mengenal kemacetan, jalan mendaki dan menurun, melewati kampung yang sedang bangun dari tidur, mulai terlihat bola merah besar matahari terbit dibalik pepohonan disepanjang jalan.

Memasuki kecamatan Cariu, jalan mulai mendaki. Mata mulai mengamati kiri kanan, tapi tidak berjumpah danau di sebelah kiri.

Pada saat kota Cianjur 22 Km lagi, ada tulisan arah kanan ke Cipanas, sebelum saya putuskan untuk belok ke kanan, sempat bertanya pada tiga orang yang duduk duduk dipinggir jalan menanti kendaraan umum, ia menjelaskan jikalau jalanannya cukup baik, dengan keyakinan itu sayapun berani memasuki jalur jalan pintas ke Cipanas tersebut.

Melewati perkampungan yang menyempit jalannya, dan tiba di jalan bercabang saya ragu dan berhenti, ada seorang tua yang berjalan menghampiri saya kemudian saya bertanya mana jalan ke Cipanas, ia menujukan jalan yang jelek itu mengarah ke Cipanas.

Antar yakin dan tidak saya memasuki jalan tersebut, jalan itu kerusakannya sangat parah, terlihat bekas aliran air sewaktu musim hujan membelah badan jalan, lintasan motor yang masih ada meyakinkan saya jikalau jalan ini masih sering dilewati oleh pengendara motor, hanya motor saja yang bisa melewati jalan ini sebab kerusakannya.

Tidak terasa saya ada ditengah hutan Cikalong Wetan, daerah tempat membuang mayat kasus pembunuhan, tetapi keadaan hutan sudah tidak segelap ceritra dahulu, yang kutahu daerah ini sangat miskin sehingga manusia yang harus hidup harus berani bekerja keras merubah tanah tandusnya menjadi tanah subur.

Hutan itu sudah bersih, membutuhkan waktu lama sekitar 15 tahun secara intensif untuk membuka lahan hutan itu menjadi tanah pemanfataan lain,
Saat ini saya belum melihat ada orang disekitar jalanan.

Setiap bertemu orang saya memberi salam sampai-sampai Yasin bertanya apakah bapak sudah kenal, Tidak begitu Sin kataku, kalau kita di desa dan bersuasana hutan yang sunyi begini, hubungan antara manusia sangat erat, sangat terbuka, perjalanan terus mendaki dengan kondisi jalan jelek.

Setelah agak lama melintas dijalan yang rusak parah ini sempat ketemu dengan sepeda motor dari arah depan, ia berkendaraan bertiga, saya memberi syarat lampu untuk berhenti, ia pun berhenti, dan saya bertanya berapa jauhkah Cipanas?

Orang itu mengatakan terus saja melaju jaraknya sekitar 12 km lagi.

Motor berangkat lagi, tidak beberapa lama terdapat papan pemberitahuan jilkalau ada pekerjaan peningkatan jalan, suatu kelaziman dikalangan bina marga jikalau sedang mengerjakan proyek jalan selalu mengumumkan dalam bentuk papan pengumumman proyek agar penduduk tahu.

Setelah itu saya melihat hal yang baru yaitu di sisi kanan dari arah kedatangan saya ada pekerjaan pengerasan beton tumbuk di semen kasar untuk melintas motor selebar 110 cm, saya pun melintas diatasnya.

Jalan selebar itu sangat pas untuk bermotor, kalau menurut pandangan saya, jalan itu adalah jalan kerja untuk mengirimkan material proyek berupa kerikil, batu jalanan dan drum aspal, ke titik pengerjaan. Mengingat di sisi kanan jalan terdapat tebig yang tinggi dan curam dan di sisi kirinya terdapat jurang yang dalam.

Jalan yang dikerjakan juga harus bisa berfungsi sebagai jalan pengiriman matrial, sebab jalanan alternatif tidak ada. Sedangkan truk pengangkut batu yang melintas yang lewat diatas beton tumbuk yang diperkeras itu hanya ban di sisi kiri.

Papasan dengan kendaraan motor dari depan, saya turun keluar dari lintasan dan naik lagi setelah ia lewat.
Setelah melintas cukup jauh, akhirnya dijumpai bentuk akhir pekerjaan jalan ini yang sudah jadi, jalanan sudah diaspal sederhana seluruh nya sedangkan jalanan yang 110 cm lebarnya itu tertimbun dan terlapis tipis hamparan aspal diatasnya, sehingga masih dilihat batas-batasnya dari pandangan mata awam.

Setelah mejumpai jalan yang bagus ini laju kecepatan motor ditambah, terhampar lembah yang hijau disepanjang mata memandang, dikiri kanan jalana sudah mulai terlihat usaha- usaha pengelolaan tanah secara modern, baik skala besar maupun kecil.

Saya berhenti pada rombongan orang kota yang memperkerjakan masyarakat desa untuk mengelolah tanahnya , saya menanyakan berapa jauh Cipanas, ia menjawab sekitar 12 km lagi.

Saya mulai menuruni lembah, kemudian mendaki lagi kemudian dijumpai terminal kecil transportasi menghubungkan wilayah perdesaan ini dengan kota kecamatan Cipanas, desa ini desa Simarwati. Kemudian jalanan bagus tetapi sempit dan sering berpapasan dengan angkot kuning .

Setelah melihat sedemikian banyak kehidupan yang dilewati, saya berniat akan mengerjakan shalat Dlhuha di masjid depan, motor melaju dan dilihat dari kejauhan disuatu kampung terdapat menara masjid, kendaraan melaju terus, masjid sudah dekat didepan mata, tetapi jalanan belok kekiri, sebab ada jurang yang cukup dalam memisahkan jalanan ini dengan halaman masjid, setelah belok kiri dijumapi pintu masuk masjid, masjid ini bernama masjid Siti Hajar, sangat mewah bagi ukuran desa. Masjid ini terletak sekitar 6 km sebelu memasuki kota Cipanas.

Motor istirahat didepan Masjid, saya dan Yasin melepas semua perlengkapan berkendaraan, helm, jiket, dan lain-lainnya.

Yasin terlihat memutar-mutarkan tubuhnya bergerak badan sedikit. Kemudian Yasin meraih air minum yang dibawa dari rumah dan meminumnya, setalh saya juga minum, saya mulai mencari dimana tempat wudhu.

Jalan anak tangga menurun menuju bawah masjid, dibagian bawahnya digunakan temapt berwudhu dan buang hajat, sebelum saya memasuki ruang kecil untuk berturas, Yasin berteriak untuk mengetahui posisi saya saya menjawab dan menyarankan ia untuk mengerjakan shalat dlhuha juga.

Yasin tidak menjawab, berjalan melewati banyak ruang kecil- kecil untuk orinoar.

Setelah mengerjakan shalat dlhuha motor dipacu lagi menuju kota kecamatan Cipanas, jalanan masih sempit, udara segar dan dingin sudah terasa, kehidupan perkotaan sudah mulai terlihat.

Tiba-tiba memasuki lebar jalan yang cukup lebar, ternyata ini wilayah Kota Bunga, setelah itu tiba di kota Cibadak, terdapat perempatan jalan saya memilih lurus menuju Cipanas.
Motor mendaki terus dan perumahan semakin rapat, banyak pemuda pencari kerja berjalan-jalan berarti kota sudah dekat.

Di pertigaan jalan saya bertanya mana arah Ciloto, ia menganjurkan saya untuk kekanan dan betul juga setibanya diujung jalan tersebut dijumpai pasar Cipanas Kota, yang dahulu pernah saya dan Yasin sore-sore membeli martabak disana.

Memasuki ruas jalan Bandung Jakarta, diwarnai dengan transportasi tinggi, busnya besar dan banyak kendaraan yang harus dilewati, tiba dipertigaan Cibodas, disini banyak angkot-angkot yang berjalan seenaknya, jalan mulai menurun sedikit menikung kekanan samapi terbaca tulisan 1000 meter lagi lembah hijau.

Motor maju lagi sehingga dijumpai pertigaan dan jalan yang kekiri turun tajam, itulah lembah hijau, jalanan sempit, dijalanan ini banyak dijumpai vila- vila yang lembah juga namanya, ada rumah hijau, ada istana hijau.

Memasuki halaman luas dan bertanya pada Satpam apakah ini Hotel Lembah Hijau, ia jawabnya, saya bermotor terus menuju kantor depan untuk melapor.

Hotel ini diolah secara terpisah atap, antara bangunan restoran, bangunan kantor, dan bangunan pertemuan dan bangunan penginapan.

Saya memasuki kantor dan melihat jam menunjukan 08.00 pagi. Dan melapor kedatangan.

Petugas Front Office mencoba menelpon ke panitia penyelenggara, ternyata panitia masih dalam perjalanan ke Lembah Hijau.

Saya mulai istirahat dan mengirimkan SMS ke ibunya di Rumah, untuk mengabarkan jikalau sudah sampai di Hotel Lembah Hijau.

Tiba-tiba Hp menunjukan Low Bettery, saya mencari lobang colokan listrik dan letaknya pas ada dibelakang saya.

Balasan SMS dari istri dirumah mengatakan jikalau Fifi sudah berangkat ke sekolah.

Tiba- tiba kesibukan berubah, ternyata ada dua orang peserta dari Bandung yang datang melapor.

Tidak beberapa lama kemudian pak Zainal yang sekantor dengan saya datang dan terlihat menyalami semua yang hadir.

Jam 09.00 orang front office memberitahukan jikalau semua yang sudah datang dipersilahkan untuk berkumpul di ruang sidang Dieng.

Saya dan Yasin menuju ke motor yang saya parkir didepan front affice, kemudian memasng kembali perlekapan bermotor dan motor dihidupkan untuk menuju ke ruang sidang Dieng.

Ruang Pertemuan Dieng.


Motor saya parkir agak jauh dari ruang pertemuan, sebab jarak terdekat sudah terisi mobil-mobil peserta, memasuki ruang sidang Dieng dari arah lambung ruangan, begitu masuk sudah berhadapan dengan deretan meja kursi yang dibentuk melingkar sejajar dinding.

Ditengah ruang kosong untuk tempat sipembicara.

Sambil menunggu mengambil posisi duduk dipojokan agar Yasin dapat tempat juga duduknya, tiba-tiba dipersilahkan untuk mengambil snack dan kopi panas susu, snack terdiri dari kue bacang dan bakpia ambon, tepat jam 10.00 acara dimulai.

Setelah formal acara dibuka oleh KTU SESBALITBANG PU, acara dilanjutkan paparan tunggal pak Khairudin Yang menjebak W Kusuma kasus korupsi KPU di suatu hotel, juga penerima award integritas tingkat dunia.

Ia banyak berceritra tentang pangkatnya yang tidak pernah naik- naik di BPKP dan dia berniat untuk membuat modul pemeriksaan BPKP sehingga ia harus bekerja ekstra keras.

Ia sekarang telah keluar dari BPKP dan bekerja swasta.



Jam 12.00 mengambil kunci-kunci kamar, dapat nomer kamar 11106, memasuki ruang hotel, ruang sangat lebar, ada TV, tempat tidur besar dauble bed, dan disampingnya terdapat ranjang tambahan, langsung mandi air hangat untuk menikmati fasilitas hotel.

Shalat dhzuhur didalam ruangan hotel, dilangit-langit terdapat arah panah menujukan arah shalat. Setelah itu langsung menuju ke restorant untuk makan siang.

Lauk makan siang , nasi sayur asem manis, empal daging, bakwan jagung, karedok, kerupuk dan lalapan, buahnya pisang, Yasin sangat semangat makannya.


Acara siang didalam ruangan,

Tiada ulasan: