selamat berjumpa semoga tidak marah-marah

Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka hanya menipu diri sendiri sedang mereka tidak sadar. (QS. 2:9)

In trying to deceive GOD and those who believe, they only deceive themselves without perceiving


Khamis, Februari 15, 2007

ke RSCM hari ke dua

Selasa, 28 November 2006


Pagi hari sudah di PMI Kramat untuk mengambil darah cucinya Yasin, saya anjurkan Yasin untuk memasukan kartu permintaan darah yang didapat kemaren siang dimana saya sedang sibuk memarkir motor, biar cepat begitu, tetapi Yasinnya tidak mau, malahan ia menunggu kedatangan saja di tangga teras depan.

Memasukan kartu pengambilan darah dan duduk menunggu, saya pergi ke peturasan di samping bangunan PMI, dan setelah itu berdiri mengantri di depan loket pengambilan darah sebab namanya Yasin sudah dipanggil
- panggil.



Berangkat lagi ke RSCM dan menyebrang jalan Salemba dengan motor didorong, dari pada mutar di Pramuka sangat padat merayap.

Memasuki parkiran motor, tetap motor saya dorong sedangkan Yasinnya bertengger diatas kendaraan sambil tertawa-tawa.

Yasinnya minta makan nasi uduk dan risoles, kemudian naik kelantai untuk mulai transfusi.

Kantong darah yang ditransfusikan hari ini sebanyak 265 cc, setelah darah dicabut kerena proses transfusi telah selesai, Yasin menujukan penebalan bibirnya, dan matanya menyempit, ini alergi darah lagi pikirku, cepat-cepat minta CTM dari suster dan diberikan dan Yasin di istirahat dudukan di samping duduknya Intan.
Sempat menjumpai pak Ruswandi POPTI yang sedang ada di ruangan, melaporkan perihal Yasin yang sedang alergi, tetapi penanganan dokter tidak ada, pak Ruswandi menyarankan untuk mencari dokter Lia atau dokter siapa saja yang ada di ruangan hemotolgi.

Yasin saya tinggalkan di ruangan tamunya sekretariat Thalasemia, dan saya menuju ke ruang dokter Hematologi, disana menjumpai dokter Endang, sebab dokter yang lain tidak ada.

Dokter Endang menulis surat buat PMI agar darah untuk Yasin pada transfusi berikutnya tidak bereaksi lagi.

Kemudian kembali lagi ke atas sekretariat POPTI dan ditanya dengan Pak Ruswandi, bagaimana, ” Ya hanya diberi surat ke PMI agar darah untuk Yasin besok yang akan di Transfusikan lagi tidak menyebabkan alergi”

Kemudian mengerjakan shalat Dhluhur di ruang shalat Thalasemia yang sangat kecil yang sebatas dua orang saja.
Setelah shalat pak Ruswandi sempat menanyakan pada Yasin, sudah makan, dijawan dengan Yasin belum, kemudian pak Ruswandi menyuruh Arief untuk membeli sate dua bungkus untuk Yasin dan Saya.

Pak Ruswandi banyak ceritra tentang POPTI yang sekarang telah mempunyai cabang 10 daerah ( Bandung, Purwokerto, Semarang, Jogjakarta Palembang, Medan dan ngak ingat lagi).

Setelah makanan datang saya dengan Yasin langsung memakan dan yasin bertanya kok lahap bener sih pak seperti orang kemasukan saja.

Makanan yang saya makan belum habis terdengar pak Ruswandi akan meninggalkan ruangan, saya mengiyakan saja.

Kemudian saya dan Yasin berjalan menuju ke Ruang kontrol resep-resep obat.

Disana lama menunggu, Yasin terlihat tidur-tiduran di bangku, ruangan ber AC sangat sejuk.

Para petugas siang itu sangat santainya sebab memang waktu buka poliklinik sebatas Dhluhur saja. Setelah itu hanya acc resep- resep atau permintaan rawat inap, toh tidak banyak.

Kemudian saya sempat membuka fail di map saya, maunya sih menulis sedikit, tetapi sewaktu melihat selembar foto copy an Al Quran surat Al Furqon, saya membacanya, dan setelah itu terlintas dalam benak untuk mengajak Yasin membeli Sepeda yang di idam- idamkan selama ini, dan urusan acc resep obat saya titip denga pak Engal.

Langsung pulang, lewat Jatinegara macet juga, tembus di Celilitan dan memasuki jalan skuadron dan shalat Ashar di masjid disitu.

Membeli sepeda seharga Rp 300 000 ,- sepeda yang dipilih sendiri oleh Yasin, dan sambil menunggu sepeda di stel,

Orang itu berceritra:” ternyata orang yang pernah memperbaiki sepeda dirumah, yang suka naik vespa butut sebagai reperasi sepeda keliling, orang yang kurus itu sudah meninggal, Innalillahi Wainalillahi Rojiun, saya sangat berkesan dengan ceritra orang yang sedang menyetel sepedanya Yasin itu sebab orang itu sempat mampir di sebagian hidup saya. Sewaktu ia keliling menjajakan jasanya siang itu, saya keluar, jualan apa pak, reperasi sepeda, kebetulan 2 sepeda saya tidak siap jalan, akhirnya sepeda itu diperbaiki dan saya beri uang Rp 20 000,- ( saat itu ).

Ternyata orang itu sudah meninggal ceritra orang yang sedang menyetel sepedanya Yasin.

Pulang dengan membawa sepeda, sesampainya di rumah ramai sebab Yasin sudah kepingin naik sepeda.

Tiada ulasan: