selamat berjumpa semoga tidak marah-marah

Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka hanya menipu diri sendiri sedang mereka tidak sadar. (QS. 2:9)

In trying to deceive GOD and those who believe, they only deceive themselves without perceiving


Isnin, September 24, 2007

Pembatalan dari Panjul Motornya ngak boleh dijual oleh ibunya

Sabtu, 1 September 2007.




Badan ini terasa lelah juga akhirnya, sehingga mengetahui jikalau Yasin hari ini akan libur, membuat badan sedikit tenang, sedari tadi pagi saya mengingatkan anak- anak untuk segera bangun sebab akan kekantor, akan mengambil motornya mbak Tyas, yang kemaren bapak sudah bayar uang. ternyata si Panjul yang memiliki motor ini semalam ada mengirimkan SMS yang baru sempat saya baca pagi ini, beritannya motornya ngak boleh dijual oleh ibu kandungnya, sehingga harapan anak- anak akan keluar ke Carefure dan kekantor mengambil motor gagal.
Untuk menghiburnya saya janjikan nanti sehabis maghrib keluar ke Giant Cimanggis.dan makan Bakso tennes di Pasar Cibubur lama.

Sebelum maghrib sempat mengantar istri ke dokter terdekat di Kantor Desa untuk memeriksakan luka ditangan kanannya, ternyata sesampainya disana sang dokter sedang jaga di Puskesmas Cileungsi.

Sehabis mahgrib bermotor berempat dengan berbekal nasi yang cukup dimakan berempat, tujuan pertama adalah Puskesmas Cileungsimenjumpai doketr jaga untuk memeriksakan tangan kanan istri, dan disana saya menunggu diluar, duduk diatas motor bersama Yasin dan Fifi, malam sudah gelap, lampu jalanan terlihat dimana-mana, banyak kendaraan yang berjalan perlahan kerena padatnya lalu lintas yang meramaikan perempatan Cileungsi, angkot yang menaikan penumpang juga merupakan kegiatan yang tak henti-hentinya.
Saya merasa sudah agak lama tidak menikmati pemandangan ini, sebab setelah mengendari motor sejak enam tahun yang lalu, hal ini tak lagi menjadi pengamatan ber lama- lama sambil menunggu bus yang akan pulang ke Jonggol, saat itu tarif bus perempatan Cileungsi hingga Gandoang sekitar Rp 500 ,-
ada hal yang tak berobah adalah luas halaman Puskesmas Cileungsi ini masih menyisahkan halaman terbuka yang cukup longgar, bangunan PUskesmas yang tidak berlantai tingkat itu dibagi menurut ruangan, dan ruang emergency yang malam ini istri saya ada didalamnya untuk memeriksakan tangannya, ada di sayap kanan di sisi jalan menuju Bekasi.

Bus yang berdatangan dari sisi kiri dimana saya berada, bersama Yasin dan Fifi, sudah ada tiga bus tigaperempat, semuanya satu dari Pulo Gadung Jakarta Timur dan dua dari Bekasi, untuk jalur ini terlihat bus masih bertahan, dibandingkan jalur ke Kampung Rambutan yang kalah dengan angkot.

Lama menunggu Yasinnya turun dari motor dan memasuki ruangan puskesmas untuk pertolongan emergency, dan bebrapa saat kemudian istri keluar langsung menghampiri motor, persiapan berkendara kembali dipasang, motor melaju perlahan meninggalkan Puskesmas Cileungsi, di perempatan yang sangat menghawatirkan itu terlihat lenggang, banyak kendaraan yang hanya berhenti saja, mirip terminal jadinya.

Mendekati Fly Over diatas tool Jakarta Bogor di Cibubur, kemacetan sangat panjang, jalan perlahan dan berhenti, dan sesudahnya fly over tersebut, ternyata jalan yang menuju pertigaan ke Depok dan ke Jakarta menjadi titik kemacetan, untuk menuju titik itu sangat membutuhkan banyak waktu tempuh.
Perjalanan melewati pasar Cibubur yang jalannya menurun sangat cepat disebabkan keramaian pasar sewaktu pagi kalau akan ke kantor tak lagi dijumpai.
Memasuki warung makan bakso yang menurut saya enak seleranya cocok di pertigaan CIbubur, istri saya berseru, he sampai juga, ternyata Fifinya sudah tertidur, kemudian semua masuk sementara saya memarkir motor.
Saya satu mangkok bakso besar dan Yasin juga satu mangkok, sementara ibunya berbagi dengan Fifi. Fifinya cukup seperempat bagian bakso yang besar itu, sedangkan nasi yang dibawa dari rumah dibuka untuk menjadi tambahan makan malam.
Yasin terlihat agak malas memakannya, sambil agak bersungut-sungut ia protes kalau tidak suka bakso yang besar, ia ingin yang kecil-kecil.
Sewaktu akan pulang ternyata benar juga baksonya Yasin tidak dihabiskan. Untuk itu saya minta di bungkus barangkali kalau dirumah ia mulai tertarik lagi.

Motor berangkat lagi belok kiri dari pertigaan jalan Cibubur dan Jakarta Bogor, dan kemacetan berikutnya menghadang, suatu wajah pinggiran kota Jakarta menjelang malam minggu sepeti saat ini, dimana banyaknya anak muda yang turun ke jalan raya.

Beberapa kali melewati kemacetan dan antrian mobil yang akan berbalik arah dan belok kekanan, akhirnya terlihat menara Masjid yang dahulu juga sering saya datangi, saya masuk tanpa ragu dan melepas semua alat- alat kendara, Yasin dengan cepat turun dan berlarian dihalaman Masjid yang sangat luas.

Ternyata sewaktu saya mengerjakan shalat Isya berjamaah dengan anak-anak dan istri, di emper Masjid yang telah ditutup malam ini, saya merasakan seperti sedang mengerjakan shalat di suatu titik di Jawa Timur, persisnya di kota Banyuwangi, hal yang membuat kesamaan disana adalah luasnya halaman dan jauhnya jarak jalan raya dengan masjid.

Setelah itu kembali berkendara motor dan melaju ditengah malam yang jalanan mulai sepi, tiba- tiba banyangan sinar kuning sebagai pertanda Super Market Giant menerangi hamparan mata, berarti cukup dekat dengan masjid super market ini, memasuki super market ternyata pengunjung super markert begitu banyaknya, membludak rasanya, hampir seperti mirip menjelang lebaran.

Didalam super market, jalannya sangat sempit sebab dipenuhi banyak rak- rak barang yang tidak ditata seperti super market di pusat kota. kesimpulan kilat saya adalah super market ini tidak aman dari bahaya kebakaran, ancaman kebakaran terhadap pengunjung malahan sangat aman sebab bangunan supermarket ini tidak di design bertingkat.

Saya datang kesini menempuh jalan panjang dan dingin malam sebab mengejar kortingan harga tepat jam 21.00, dan barang yang saya incar adalah ayam broiler dan minyak goreng, walau harga potongan itu tidak banyak sekitar 20% dari harga jual sorenya, tapi cukuplah merupakan suatu strategi tersendiri, k dijual banyak, contohnya ayam broiler, saat itu tersisa sepuluh ekor, berarti hanya untuk tiga orang sebab masing-masing orang hanya diperkenankan membeli tiga, dan pengunjung saat itu lebih dari 600 orang dan yang berdatangan saat saya keluar menuju tempat parkir ternyata masih banyak, dan dari ucapannya ia juga berburu minyak goreng yang di korting, kasihan melihat suasana ini, saya berbicara keras kepada mereka bahwa staknya sangat sedikit pak, sehingga siap- siap untuk kecewa kalau tidak dapat apa yang di inginkan.

Perjalanan pulang saya melintas Cimanggis dan langsung berjumpa Cibubur dan masuk kemacetan di Cibubur menuju Cileungsi, bisa dilintasi dengan cepat sebab kemacetannya sudah habis, artinya sudah tidk banyak lagi kendaraan yang turun kejalan, atau malam saat itu jam 22.00 sudah membuat lelah orang untuk bertahan dijalan.

Masuk rumah jam 22.30

Tiada ulasan: