selamat berjumpa semoga tidak marah-marah

Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka hanya menipu diri sendiri sedang mereka tidak sadar. (QS. 2:9)

In trying to deceive GOD and those who believe, they only deceive themselves without perceiving


Rabu, November 26, 2008

Stasiun Gubeng


Kamis, 3 Juli 2008

Jam 03.00 sudah bangun untuk mulai mengerjakan shalat Tahajud, sedemikian cepat waktu berlalu, belum shubuh, ada SMS dari Tyas jikalau 30 menit lagi kapal Labubar akan merapat di dermaga Tanjung Perak.
Apalagi semalam mbah Glundung sempat menawari untuk naik sedan tuanya kalau besok pagi mau ke Pelabuhan.

Shubuh belum datang, pagi ini sudah bermobil dengan sedan tua berangkat menuju Pelabuhan dari Sidotopo, yang ikut juga Fifi dan Yasin sebab ingin tahu kakak2nya.

Ditengah jalan mengisi bensin BBM sebanyak 3 liter, kemudian melaju lagi dan memasuki pelabuhan, ternyata kapalnya sudah merapat, tinggal meletakan tangga saja.

Betul juga tidak lama kemudian penumpang pertama yang keluar sudah muncul dibalik pintu keluar, saya berdiri melihat adakah bayangan anak saya diantara mereka, ternyata penat juga melihat wajah- wajah sedemikian banyaknya, akhirnya saya merapat kepinggir pintu dan akhirnya juga boleh masuk kedalam.

Sementara itu Yasin, Fifi dan Mbah Glundung ada dimobil menunggu kedatangan, dimana mobil diparkir disamping jalan keluar, kerena ini masih pagi maka disiplin parkir ngak terlalu bermasalah, malahan kerena berani parkir disitu dianggap sebagai mobil petugas.

Saya menunggu hingga lama di bawa tangga pertama kapal, kapal itu memang terlihat besar berlantai delapan dengan dek anjungan, sebab saya sudah lama sekali ngak naik kapal.

Shubuh sudah datang tetapi gelap malam masih menyelimuti dan saya masih berdiri dibawa tangga kapal untuk mencari tiga anak saya, tiba- tiba ada SMS bunyi dari Tyas mengabarkan jikalau Tyas dan kakak dan adiknya ada dilur menunggu saya, lho ternyata ia sudah ada diluar pelabuhan.

Sesampainya diluar saya cubitin mereka kerena gembira, dan saat berjalan keluar terdengar di gelapnya pagi itu jeritan Fifi dan Yasin, mabk Tyas mbak Astari, kemudian mereka semua bergegas keluar pelabuhan menuju mobilnya mbah glundung.

Semua terangkut dan secepatnya menuju pulang di jalan Sidotopo, sesampainya disana ibunya ngak ada dirumah, saya ngak memperdulikan langsung shalat shubuh yang masih ada waktu, sementara anak- anak shalat shubuhnya di kapal.

Saya berjalan dengan Tyas mencari ibunya di pasar dan ketemu, untuk mengajak pulang.

Waktu berjalan terus, sarapan pagi ini adalah nasi pecel yang dibeli oleh istri dipasar pagi, akhirnya saat shalat dlhuha datang setelah shalat Aswan, Tyas,dan Fifi saya ajak ke stasiun Gubeng untuk mencari tiket KA Gaya Baru Malam Selatan untuk menuju pulang ke Jakarta. dan sesampainya di Gubeng tidak terlalu banyak yang antre tiket mungkin kerena masih pagi, dan membeli tiket 7 tiket, kemudian masuk stasiun, dan mencari bangku yang kosong untuk mulai meletakan barang dan istirahat disana.

Jam 10.00 pagi saya tingalkan stasiun Gubeng untuk menjemput ibunya dan Astari dan Yasin di Sidotopo, sementara itu Aswan dan Tyas saya tinggalkan di Stasiun Gubeng.

Ternyata Aswan melakukan puasa hari Kamis.

Saat itu Fifi ngantuknya bukan main, dan saya gendong sambil menaiki angkot line F menuju Sidotopo.

Setibanya di Sidotopo langsung anak- anak yang menunggu saya berteriak, itu bapak datang, tetapi saya ingatkan berangkat dari rumahnya mbah di Sidotopo setelah shalat Dlhuhur.

Perjalanan ke Stasiun Gubeng dari rumahnya mbah Ni siang itu pun berjalan sesuai rencana, habis shalat Dhluhur dan Ashar berangkat naik angkot, di iringi isak tangis sesegukan dari mbah Yah.

Jam 14.00 KA Gaya baru Malam Jakarta sudah datang dan sekarang mulai mencari tempat duduk 10 a,b,c,d,e,f,g.

Berangkat sudah dalam posisi penuh tempat duduknya, sebab ternyata KA Jayabaya sudah lama di hapus.

Hanya saja setiap stasiun berhenti dan melihat berduyun- duyun manusia naik ke kereta api saat itu hawatir juga kehilangan tempat duduk.

Tiada ulasan: