selamat berjumpa semoga tidak marah-marah

Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka hanya menipu diri sendiri sedang mereka tidak sadar. (QS. 2:9)

In trying to deceive GOD and those who believe, they only deceive themselves without perceiving


Isnin, Julai 28, 2008

di Rumahnya mbah Ni, Sidotopo Surabaya

Rabu, 2 Juli 2008.


Jam 03.00 pagi sudah menelpon ke Hp nya Tyas dan ternyata Tyas sudah sampai di pelabuhan Makassar, dan sekarang sedang antri masuk kekapal.

Jam 05.00 di telepon lagi ternyata kapal akan bersiap berangkat semoga semua selamat.

jam 08.00 keluar dari rumah Ibu untuk berangkat ke Surabaya, dari pagi ibu mempersiapkan makanan pelasan ikan tongkol yang bumbunya sangat enak.

Kemudian dipersiapkan juga nasi. setelah makan secukupnya semua pamitan sambil salaman dan ciuman buat seorang ibu di usia senjahnya.

Berjalan ke pinggir jalan untuk menjemput bus menuju Klakah, Klakah adalah stasiun terdekat dari Lumajang untuk menuju Surabaya.

Setibanya di stasiun Klakah suasana masih pagi, pemandangan 40 tahun yang lalu masih tetap. tempat duduk dimana sewaktu saya kecil diajak eyang Tri untuk mengantar uang bulanannya Lik Slamet masih utuh.

dan ada suatu yang berkesan adalah panorama pegunungan yang membelokan jalan kereta api sehingg dari kejauhan terlihat kepala kereta yang akan datang, pemandangan itu dari kecil saya ingat dan sekarang saya lihat lagi bersama Yasin dan Fifi.


Kereta Api Sri Tanjung yang akan saya naiki ternyata berangkat jam 10.20 berarti saya duduk disini sekitar satu setengah jam lebih.

Saya sempat jalan- jalan ke pasar bersama Fifi dan Yasin, melihat binatang- binatang yang diperjual belikan, ada monyet kecil, ada kukang sejenis beruang kecil, dan kelinci dan kucing hutan, malahan sewaktu saya mendekati tempat itu sipenjualnya datang dengan kecurigaan sebab menurutnya saya adalah petugas kehutanan yang akan melihat binatang yang dikurung.

Fifi sampai jatuh bermain di rel kereta dua kali, sementara Yasin sampai bermain di banyak tempat.

Kereta Api ekonomi Sri Tanjung pun datang dan keadaan penumpangnya penuh

Saya memilih gerbong nomer satu dibelakang lokomotif, bisa naik anak- anak memang tidak dapat tempat duduk tetapi semua terangkut, sementara dibawa masih ada penumpang yang berusaha mencari pintu masuk gerbang.

Ibu dan suaminy dan saudara dan anak-anaknya yang tadi terlihat duduk dan bermain di stasiun KA Klakah, terlihat berusaha memasuki kereta di gerbong satu, dan ternyata ia satu kumpulan juga dengan saya dengan anak- anak.

Naik kereta api kalau dari Klakah ke Surabaya untungnya adalah tidak repot ganti kendaraan di Problolinggo dan bus Kota menuju Gubeng di Bungurasih, sebab kereta ini langsung akan memasuki stasiun Gubeng.

Dalam perjalan yang seharusnya nyaman itu tidak bisa di nikmati sebab gerbong penuh sesak, dan ada dua penumpang turun di stasiun KA Pasuruan dan kesempatan duduk saya bersama istri dan anak- anak.

Setibanya di Stasiun Gubeng jam 02.30, langsung keluar dari stasiun menuju pemberhentian angkot line F tujuan Sidotopo, untuk menuju rumahnya mbah Ni.

Sesampai di Sidotopo siang itu, udara sangat panas, dan kerena pintu toko depan ditutup, terpaksa masuk dari pintu belakang, kemudian saat di belakang malahan bertemu dengan istrinya mbah Glundung, kemudian diajak keruangan ternyata Mbah Yah sedang tidur, dan Mbah Ni sedang sakit.

Sewaktu saya menengok ke mbah Ni, ternyata mbah Ni sudah lupa kedatangan saya, yang di ingat saya adalah tukang pijat.


Setelah basa basi, saya langsung menuju masjid pasar di depan rumah Sidotopo untuk mengerjakan shalat Dlhuhur, masjid semakin baik, sebab ini masjid terbuka di tengah pasar, sementara itu pasarnya sendiri sudah sepi sebab ini adalah pasar pagi.

Setelah shalat balik lagi ke rumah dan terlihat Fifi bermain asyik dengan putrinya si Heru yang berumur 2 tahun. Makan siang itu adalah makanan yang dibawa dari Wonorejo tadi pagi termasuk nasinya dan lauk ikan pepes tongkolnya.

Ashar pun datang, setelah Yasin saya beri peringatan kerena tidak mau ke Masjid saat Dlhuhur tadi sekarang ia mau pergi ke Masjid, saat shalat Ashar banyak juga datang.

Magrib pun datang semuanya dikerjakan di Masjid, saat shalat Isya dikerjakan dirumah sebab setelah dari shalat magrib tadi Yasinnya kepingin makan soto Surabaya, dan dapat juga. Itupun setelah saya ajak jalan mengelilingi rumahnya mbah Ni untuk mencari Soto.

Silaturahmi dengan mbah Glundung, sebab saya sekeluarga saja yang sering datang berusaha mendekatkan antara dua keluarga yang terpisah jauh, dan nanti anak- anak kita yang akan melanjutkannya.

Acara tidur malam setelah shalat Isya di rumahnya Mbah Ni, diberi tempat tidur satu di isi orang empat, jadi satu bed untuk tidurnya saya, istri Fifi dan Yasin, oleh sebab untuk menghemat tempat tidur harus melintang bed, kakinya ditunjang rangsel bawaan.

Tiada ulasan: