selamat berjumpa semoga tidak marah-marah

Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka hanya menipu diri sendiri sedang mereka tidak sadar. (QS. 2:9)

In trying to deceive GOD and those who believe, they only deceive themselves without perceiving


Isnin, Julai 28, 2008

Perjalanan ke Surabaya 2008

Minggu 29 Juni 2008.



Jam 03.00 sudah bangun persiapan berangkat mulai dilakukan setelah shalat tahajud, pakaian yang dibawa memang sedikit sebab bukan bepergian resmi, hanya saja tidak membiarkan Tyas dan Astari turun dari pelabuhan di Surabaya dalam kesendiriannya, ditengah balatara kriminal di Surabaya.

Jam 07.30 Shalat Dlhuha dan membaca doa perjalanan, jam 07.45 sewaktu memanaskan mesin motor, tetangga bertanya mengapa sepagi ini kok sudah rapi, akhirnya saya jelaskan sambil menitipkan rumah untuk dilihat-lihat. Jam 08.00 berangkat ke Cileungsi, untuk mengurangi biaya ojek, saya hidupkan motor dan saya kirim terlebih dahulu Fifi dengan Yasin beserta beberapa tas bawaan mereka ke depan Pasar Gandoang.

Selanjutnya saya pulang kembali dan berangkat berjalan kaki bersama istri.
Dalam perjalanan ke depan itu istri minta belok arah kekiri melewati kompleks perumahan Griya Cileungsi,dan sayajuga baru pertamakali itu lewat ya setuju saja.
Setibanya dijalan terlihat Yasin dan Fifi duduk diatas tas yang menumpuk.
Saya masih bertahan untuk menunggu bus dari Jonggol Kampung Rambutan, ternyata lama di tunggu terpaksa angkot pun di naiki.

Kemudian ganti kendaraan menuju Cawang-UKI dan dengan mengambil tempat duduk tiga orang, kemudian di Cawang pindah ke Bus P2 jurusan Kota, suasana dalam bus cukup panas sehingga Fifi minta air minum dan berhenti di Senen.

Menyebrang jembatan penyebrangan disampung Atrium Senen yang menuju pasar Rakyat istilahnya pasar Inpres tingginya bukan main, sehingga sambil membawa Fifi sering berhenti, mana membawa tas pakaian, air minum 6 liter dan tas makanan, Yasin membawa tas sendiri dan Ibunya membawa ransel sendiri juga.

Sewaktu menuruni tangga di ujung penyebrangan yang memasuki pasar Inpres Yasin sempat bertanya dimana ini pa… Yasin sering bertanya sebab ia termasuk yang lemah kerena kondisi badan nya, harapannya sih ngak usah terlalu jauh dan payah.

Untungnya Allah selalu menolong, dipilihkannya jalan yang lapang dan setelah keluar dari pasar Inpres terlihat Stasiun Senen, dan Yasin langsung gembira, sebab stasiun Senen ada didepan hidung.

Tetapi dari pintu itu menuju ke loby stasiun cukup jauh dan disini Yasin tidak mengeluh sebab suasana stasiun membuat ia semangat.

Setelah bertanya dimana jalur untuk KA Gaya Baru Malam Selatan yang berangkat sebentar siang, saya sempat melihat Jam masih menunjukan jam 09.30. kemudian menuruni terowongan dan naik lagi sudah memasuki jalur tiga tempat pemberangkatan KA Gaya Baru Malam Selatan, disana sudah terlihat kelompok keluarga yang hendak berangkat dengan menebarkan alas duduk dan saling bercengkrama, akhirnya saya gabung dengan mereka dengan menebarkan plastik bungkus Televisi 32 inc, kantor yang beli televisinya dan plastik bungkusnya saya yang ambil.



Sekarang plastic itu sudah ditebarkan dan tas bawaan dijadikan dinding pemisah kelompok keluarga, Istri saya duduk disisi sana dan ditengan-tengah Fifi dan Yasin dan disisi sininya saya yang duduk.

Ternyata mereka satu keluarga yang duduk didepan saya adalah satu keluarga yang baru pulang dari Banten, ia ber tiket KA 12 orang dengan anak dan bayinya, sejumlah itu banyaknya dating dari Mojokerto, pergi ke Banten sebab salah seorang keluarganya menyunatkan anaknya, pemikiran saya kalau ada peristiwa perkawinan logikanya sebaik- baiknya hubungan keluarga pasti segitu banyak keluarga yang di bawa, tetapi ini acara khitanan, kesimpulan saya sedemikian hebatnya hubungan keluarga itu.

Posisi gelar alas duduk di stasiun KA ini saya berceritra pada Yasin pada suasana yang sama sewaktu turun di King Abdul Azis Medinah( 1992 ) setelah berangkat dari embarkasi Makassar, saat melaksanakan Ibadah Haji, digelarkan karpet, setiap rombongan dipersilahkan duduk diatas karpet sambil istirahat, malahan kerena saya memegang uang jemaah saya sempat membelikan buah-buahan yang dijual diterminal kedatangan dan saya letakan ditengah karpet dan dipersilahkan siapa saja yang menghendaki untuk dimakannya, tepai pemandangan ini ada sekelompok orang mau beribadah dan ditengahnya ada buah, sampai sekarang masih ingat.

Pergantian jam itu dari detik dan detiknya selalu menjadi perhatian anak-anak selamam menunggu di stasiun, sementara itu kereta api yang dating dan pergi terkadang sedikit mencuri perhatiannya dan selebihnya Yasin dan Fifi selalu bertanya kapan berangkat.

Jam sudah menunjukan jam 12.00 siang terdengar adzan Sholat, tetapi rasa khawatir ketinggalan KA dan sekarang membawa anak- anak membuat saya sedikit menunda waktu shalat, dan setelah terdengar pengumuman bahwa KA Gaya Baru Malam Selatan tertunda, secepatnya saya mengambil shalat Dlhuhur dan digabung dengan Ashar.

Saat saya sedang melaksanakan rakaat terakhir di shalat Ashar terdengar pengumuman kalau KA akan datang, setelah salam saya bergegas meninggalkan tempat shalat, meloncati rel kereta dan berkumpul dengan anak- anak.

Dalam posisi siap ternyata KA juga masih belum datang, tetapi para penumpang sudah berdiri mennati kedatangan KA, dan akhirnya KA datang juga.

Sewaktu pintu hendak dibuka ternyata didalam sudah banyak penumpang yang tidak memiliki tiket KA dan menduduki tempat duduk, terpaksa di usirnya dengan istri dan tempat duduk kembali.

Akhirnya KA Gaya Baru Malam Selatan ekonomi berangkat dan anak- anak senang tetapi setibanya di stasiun Bekasi saat ada penumpang naik, ternyata nomer duduk keretanya sama persis dengan nomer duduk kereta yang saya duduki, dimana dia membawa anak- anak juga, dan menangis.

Saya juga dengan istri dan anak- anak tidak mau melepaskan tempat duduk itu, dan setelah memperhatikan uraian tertulis pada tiket terdapat perbedaan tanggal, sekarang kan tanggal 29 Juni sementara di tiket orang tadi tertanggal 30 Juni, sehingga ia seharusnya berangkat besok bukan sekarang, dan dia sangat terkejut menyadari hal sedemikian.

Pada pemberhentian di stasiun Cikarang saya melihat ia turun dari kereta dan perasaan saya lega sebab terhindar dari permasalahan kemanusiaan, sebab kereta ini berangkat dengan posisi penuh, sampai lorong pun dipakai duduk oleh para penumpang.


Kereta ini cukup cepat jalannya, dan kereta ini seperti pelari yang tak henti-hentinya, ia berlari dari siang hingga tengan malam ini di stasiun Jogjakarta, penumpangnya juga banyak dan berdesakan.

Tiada ulasan: