selamat berjumpa semoga tidak marah-marah

Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka hanya menipu diri sendiri sedang mereka tidak sadar. (QS. 2:9)

In trying to deceive GOD and those who believe, they only deceive themselves without perceiving


Rabu, Mei 30, 2007

Kebun Binatang Surabaya

Minggu, 13 Mei 2007.

Kereta api Kertajaya memasuki Semarang sekitar jam 00.30 tengah malam, sehingga bisa diperhitungkan lancar memasuki Surabaya.

Shalat shubuh setelah kereta berhenti di stasiun Cepu.

Sewaktu kereta berhenti distasiun Bojonegoro, enam penumpang disisi bangku saya turun, mereka penumpang satu keluarga sejak dari stasiun Senen Jakarta, ada dua orang nenek usia diatas 65 tahun, ada putri berumur 34 tahun, ada dua anak berumur 12 – 13 tahun, ada seorang bapak sekitar 40 tahun,
Setelah mereka turun saya bisa rebahan badan yang ngantuk sejak semalaman.

Memasuki Pasar Turi Surabaya sekitar jam 06.30 pagi hari.

Yang menjemput adalah mas Asmono, kakaknya mas Ajar Sanjoyo, ia pensiunan Dinas Kesehatan di Mataram Lombok NTB.

Langsung menyusuri kota Surabaya dan mampir terlebih dahulu dipenginapan yang disediakan panitia untuk keluarga saya adalah di wisma Bulog, jalan Ahmad Yani Surabaya.

Setelah cek in pagi itu, saya dapat kamar diluar sisi kanan bangunan, cukup kecil ruangannya tetapi terdapat kasur besar untuk dua orang, setelah meletakan barang- barang yang ngak dibawa, langsung kembali kemobil.

Dengan mas Asmono diajak mampir kerumahnya, tidak jauh dari situ, didaerah Ketintang, menyebrang sungai Mas, dan memasuki komplek perumahan apa gitu lupa.

Masuk kerumahnya langsung salaman dengan istri dan anaknya, istri dan anaknya ini juga yang menjemput saya tahun lalu sewaktu saya melakukan perjalanan dinas ke Lombok NTB.

Shalat Dlhuha, sebagai rasa syukur semua berjalan lancar, sebab kita sangat tidak tahu apa yang telah terjadi dibelakang dan didepan kita.

Shalat Dhluha nya di kamar depan, bangunan itu sangat besar, terhitung dua kamar tidur dibawah dan dua kamar tidur diatas.

Fifinya sangat senang, berbagai minuman pembuka haus sudah banyak dihabiskan.

Kini giliran makan pagi, semuanya makan dan giliran Fifif yang sangat tidak nyaman makannya, harus disugesti in dahulu baru mau makan, kalau ngak makan tidak diajak ke kebun binatang Surabaya.

Setalah acara makan kemudian berkendaraan lagi ke Mbah Ni di Sidotopo Surabaya Timur, saat ini yang naik kendaraan saya, Yasin, Fifi, Istri, Mas Asamono dan Istrinya.

Kendaraan diarahkan mencapai stasiun Gubeng Surabaya, dari sana menyusuri jalan Gubeng lurus ke utara menuju Sidotopo Lor Sekolahan.

Sewaktu mobil masih disisi kiri dari dua jalur yang ada didepan rumahnya mbah Ni, sudah terlihat mbah Yah duduk didepan pintu tokonya, sekarang mencari tempat untuk memutar dan menghampiri rumah itu, dan turun semuanya.

Mbah Yah terlihat sangat terkejut kok di datangi pagi- pagi dengan orang yang tak diduga.

Setelah memberikan uang sebagai rasa sambung persaudaraan, meningkatkan kekerabatan dan tali silaturahmi pada empat sasaran yaitu : Mbah Ni yang usianya 110 tahun, mbah Yah anaknya yang usianya 78 tahun, Wahyu buyut lelaki yang tinggal disitu bersama bayi dan istrinya yang juga menjaga mbah Ni dan mbah Yah, dan Mbah Jum disamping yang selalu setia menjamu kedatangan saya dengan keluarga, bagaimana gak sangat gem,biranya istri sebab anaknya Aswan dirawat dirumah ini sewaktu sakit, sewaktu susuahnya hidup di Surabaya sebagai mahasiswa ITS jurus Kelautan.

Mbah Ya datang memberikan sebuah buku biologi SMA dan setelah dibuka oleh istri saya didalamnya terdapat celana dalam nya Aswan yang telah dicuci bersih, yang tertinggal sewaktu bulan agustus tahun kemaren datang kesini dalam rangka mengurus ATM BNI nya yang ditelan mesin ATM di Makasar.
Dan terdapat juga KTP Gandoang yang katanya hilang, sehingga ia harus mengurus KTP baru di Pangkep Sulawesi Selatan.
Dan Terdapat pula Foto Postcard nya seukuran 12 cm dengan bajunya yang berwarna kuning.

Oleh ibunya semua ini akan dibawa ke Jakarta, sebab ia tahu anaknya itu rata- rata suka kelupaan dengan barang- barangnya.

Setelah bercengkrama dan dirasa memasuki waktu jedah, langsung mohon diri, sebab Fifi sudah merengek minta ke kebon Binatang.

Kendaraan kembali menyusuri jalan menuju stasiun Gubeng dan memasuki Ngagel untuk menuju ke pemakaman Ibunda dan Ayahnda mas Asmono, mas Ajar, di perkuburan Ngagel.

Dua orang almarhum itu sangat memperhatikan saya sewaktu saya masih mahasiswa dahulu kalau ke Surabaya ya nginapnya dirumah mereka, bertidur dilantai dengan mas Asmono yang juga mahasiswa kedokteran dan mas Ajar Sanjoyo yang masih kuliah di peternakan.

Kini baru sempat bertandang ke Pesareannya, saya Istri, Fifi dan Yasin, dengan anak kandungnya mas Asmono dan istrinya yang orang bali itu.

Setelah ke pemakaman kendaraan langsung menuju ke Kebon Binatang, suasana kebon binatang pagoi itu sangat ramainya, sebab hari ini adalah hari minggu, terlihat banyak pengunjung dari jauh- jauh sekitar Jawa Timur sudah datang dengan membawa tikar dan makanan juga dalam wadah yang besar- besar.

Mencari tempat parkir kendaraan sangat susah.

Memasuki Kebon Binatang Surabaya, Fifinya sangat banyak tertawanya, banyak binatang yang dilihat.

Naik Gajah, yang naik adalah istri, Fifi dan Yasin, waktu menunggu giliran naik gajah yang lama.

Siang hari menjelang, Fifi sudah terlihat ngantuk, pulang dengan mengelilingi satwa Harimau dan Singa dan kura-kura.

Mendapatkan pintu keluar sangat senangnya anak- anak sebab sudah terbayang akan tidur katanya Yasin.

Seaktu kendaraan keluar dari Kebon Binatang Yasin dan Fifi sudah tidur, kendaraan melaju, sekarang sunyi, komentarnya mas Asmono, setiap kali melewati kebon binatang dipojokan kota Surabaya itu, ia ingin masuk, tetapi alasan apa untuk masuk kesana, kok ngak ada, baru sekarang ini alasan itu sangat kuat, ada Fifi yang masih 3 tahun 8 bulan, ada Yasin yang perawatan sakit Thalasemianya, sehingga semangat sekali mas Asmono untuk berkunjung ke Kebon Binatang.
Sampai istrinya berkomentar, sudah lama mas nya ingin masuk kesanan tetapi belum ada alasan untuk masuk kesana, baru sekarang itu alasannya bisa terbentuk.

Memasuki rumah, anak-anak sudah bangun, sampai mas Asmono heran kok bisa tidur cepat dan bangun cepat, saat makan siang di hidangkan rujak cingur khas Surabaya, jangan ditanya enak dan pedasnya.

Shalat Dhuhur dan langsung tidur siang, tetapi Fifinya ngak bisa tidur siang, ia bolak balik naik turun tangga lantai satu dan lantai dua.

Yasin asyik bermain game di komputer mbaknya yang memuat game, bagaimana menjadi pembantu sebuah restoran, dan game tembak=- tembakan.

Ashar pun tiba, shalat ashar dan kemudian membaca semua koran yang ada sambil dihidangkan minuman hangat.

Mahghrib pun tiba, setelah shalat maghrib, berbincang banyak masalah perjalanan yang telah dilewati, Fifinya sangat antusias.

Tiba adzan Isya, kemudian melakukan shalat isya terlebih dahulu, kemudian makan malam.

Setelah makan malam, semuanya naik kekendaraan untuk mengantar ke wisma Bulog.

Di Wisma Bulog langsung berpisahan, barangkali besok sudah ngak ketemu lagi, kemudian terlihat mas Asmono dan Istrinya mohon diri.
Jalan sekitar Bulog untuk mencari sikat gigi sebab ibunya lupa membawa sikat gigi dan mencari wartel yang masih buka untuk menelpon Tyas.

Dari jakarta Tyas berbicara jikalau ia sudah berusaha menelpon ke Wonorejo ke Eyang Tri nya tetapi ngak nyambung juga, demikian juga saya berkali- kali menelpon ke eyang trinya anak- anak juga ngak nyambung- nyambung juga.

Hampir jam 23 malam, pintu diketok ternyata pak Budi datang bersama rombongan, kemudian melakukan pertemuan di loby wisma Bulog untuk membahas acara esok harinya.

Tiada ulasan: