selamat berjumpa semoga tidak marah-marah

Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka hanya menipu diri sendiri sedang mereka tidak sadar. (QS. 2:9)

In trying to deceive GOD and those who believe, they only deceive themselves without perceiving


Rabu, Mei 30, 2007

Kirim uang buat ibunda

Selasa, 1 Mei 2007.

Jam 04.10 terbangun, sebab akan shalat tahajud, minum terlebih dahulu kemudian bergegas kebelakang, untuk berwudhu.

Setelah itu terdengar adzan shalat Shubuh.

Makan pagi jam 05.00 dengan hidangan nasi dan ikan yang dimasak tadi malam, enak.

Jam 06.00 menurunkan sepeda motor.

Jam 06.30 memblender tauge dengan tomat, rasanya enak, perut rasanya dingin, keasaman perut akibat kurang tidur tidak terasa.

Jam 07.00 mandi, shalat Dhluha dan dilanjutkan ngaji surah An-Nisah mengenai suruhan untuk membela orang-orang yang tertindas.

Masuk lagi kepekerjaan.

Jam 08.30 turun keluar kantor berniat ke kantor pos akan mengirim uang buat ibunda tercinta di Wonorejo.
Berjalan melewati jalan utama yang menuju kantor, bus karyawan Departemen Pekerjaan Umum yang melayani wilayah Batargebang Bekasi sudah datang, terlihat sopir dan para penumpang sangat mengenali saya yang sedang berjalan menyongsong datangnya bus, sebab diujung jalan itu lalu lintas dibuat lambat dengan memasang portal, sehingga jalan menyempit, mana pejalan kaki dan bus menjadi satu.

Nyebrang jalan didepan terminal, banyak wajah – wajah gadis muda yang sedang menunggu angkutan kota menuju tempat kerja, kemudian berjalan meniti pinggiran jalan yang hampir tidak menyiapkan jalan untuk pejalan kaki, fasilitas umum yang satu ini jangan terlalu diharap di negara ini.

Ketemu pengemis ibu-ibu tua yang sedang menjulurkan tangannya, saya merogoh kantong dan menangkap satu lempeng uang logam entah berapa nilainya, saya letakan ditempat yang telah disediakan oleh ibu itu di depannya.

Tiba-tiba terdengar iringan motor dengan suara berbanyak dan membunyikan sirene, kalau dilihat dari banyaknya pasti ini para anggota buruh yang hendak demo di hari ini, memperingati hari buruh di dunia

Ternyata sewaktu ia lewat, ternyata iring- iringan pengantar jenazah yang hendak dikubur pagi ini, bendera kuning terbuat dari kertas minyak tipis dilambai-lambaikan oleh setiap pengendara motor pengantar, untuk meminta pelintas yang lain untuk berhenti dan memberikan jalan pada rombongan.

Kematian selalu menghadirkan semangat kegotong royongan, semangat murka dan merusak bersama-sama, semangat yang sama untuk akan menghadapi maut, entah hari ini atau esok.

Kantor pos itu masih kosong sehingga saya dilayani pertama, tiba-tiba disamping kanan saya datang seorang anak muda lelaki dengan badan gempal dan berambut panjang, juga ingin mengirim uang entah untuk siapa.

Saya menyapa dia dengan mengatakan panjang rambutnya, ia mengatakan jikalau telah lima tahun tidak memotong rambutnya, sayapun mengatakan bahwa saya baru hari minggu kemaren mencukur rambut saya yang hendak memanjang bebas.

Setelah selesai urusan pulang balik kekantor berjalan kaki menyelusuri jalan di depan Sekolah Polisi Wanita dan disini jumpa lagi dengan ibu tua yang duduk di pinggir jalan menanti sedekah dari siapa yang lewat, saya meletakan satu keping uang logam dan berjalan kembali.

Menjelang petang setelah shalat Ashar, pak Budi meminta daftar biaya siapa – siapa yang akan berangkat ke Jogjakarta, saya mendaftarkan tiga nama, saya sendiri, pak Abdullah dan pak Damanhuri, ternyata kerena ini tanggal satu sehingga setelah shalat Ashar semua pada pulang, Pak Abdullag puulang, demikian juga pak Daman pulang, saya sampai mengejar ke Satpam dibawa tetapi mereka semua menghilang, tinggal saya sendiri menyusun anggaran untuk pemberangkatan ke Jogjakarta.

Menerima uang masing – masing Rp 1 160 000 ,- untuk tiga hari perjalanan dinas dengan transport kereta api.

Uang pak Daman akan diberikan besok setelah jumpa di Jogja, dan uangnya pak Abdullah dipisahkan, untuk transportnya dilimpahkan ke Tyas, pak Abdullah tidak pergi hanya Tyasnya yang pergi mengganti fungsi pak Abdullah, sedangkan lumpsum harian tetap diberikan ke pak Abdullah.

Masuk rumah jam 22.00, memang agak lambat mengingat semakin malam semakin ngantuk dan bahaya perjalanan pulang semakin besar.

Tiada ulasan: