selamat berjumpa semoga tidak marah-marah

Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka hanya menipu diri sendiri sedang mereka tidak sadar. (QS. 2:9)

In trying to deceive GOD and those who believe, they only deceive themselves without perceiving


Selasa, Disember 28, 2010

Minggu 1 Agust - 7 Agust 2010

Minggu, 1 Agustus 2010.

Pagi- pagi setelah mempersiapkan jus sayur yang terdiri dari tomat, wortel, buncis, mengkudu, terong ungu, nenas, langsung di peras dan di minum, berangkat kepasar.

Hari agak lenggang, keramaian di jalan agak berkurang, tetapi kemacetan di depan pasar Cileungsi sudah terjadi sebab pedagang mengambil luasan jalur jalan untuk berdagang.

Dari kejauhan pedagang yang berjualan sudah memanggil untuk membeli jualannya, seperti biasanya, yang di sasar pertama adalah wortel, buncis, tomat, kol, terong ungu, kentang dan satu bal kerupuk dari singkong yang dibentuk kecil dan ada rasa pedasnya sedikit.

Sementara ibunya menghilang di keramaian pasar.








Senen, 2 Agustus 2010.


Hari kerja awal bulan Agustus, teringat program penyantunan anak yatim piatu Timor Tengah Selatan, yang sampai motor saya tertobrok motor anak sekolah hari Kamis kemaren, maka sengaja berangkat agak siang biar bank Muamalat yang ada di dekat rumahnya SBY buka, betul juga pagi ini sudah buka dan langsung mengirimkan uang untuk Yatim Piatu Timor Tengah Selatan.
Setiba di kantor, Bangkit, teman muda satu group penelitian Rawa pening mengirim SMS jikalau besok Selasa akan ke Wonorejo bersama saya, sedikit tidak percaya saya mencari informasi apakah benar ke Wonorejo Tulungagung.

Tiba- tiba Bangkit muncul di depan meja saya memberitahukan akan keberangkatan besok ke Wonorejo, dan saya menyetujui sebab saya lagi sibuk dengan banyak pekerjaan yang lain.

Menjelang sore hari, sewaktunyalah pulang, tetapi saya tunda sebab sedang berdiskusi dengan pak Budi perihal Digest yang harus di masukan hari Senen minggu depan.


Selasa, 3 Agustus 2010.

Semenjak habis shalat tahajud dan berhenti sebentar kemudian shalat shubuh, persiapan berangkat ke Malang sudah di lakukan, minum teh panas, juga jus sayur ngak lupa, apalagi akan beberapa hari tidak akan berjumpa dengan jus sayur, setelah jam menunjukan angka 06.00 keluar dari rumah, ibuya serta Fifi mengantar sampai jalan naik bukit kecil di belakang rumah, sebab Yasin lebih baik tidur lagi katanya, jalan bersama Tyas dan Astari menuju jalan raya Jonggol Cileungsi, setibanya di pertigaan Gandoang, Astari pisah, ia menuju Jonggol sebab sekolahnya di sana dan Tyas bersama saya naik angkot menuju ke Cileungsi.
Perjalanan dari Cileungsi menuju ke Terminal Kampung Rambutan lancar saja, memang terlihat dari jauh seperti banyak kendaraan yang terhambat di jalan tol, tetapi setelah memasuki jalan tol, angkot yang saya naik lancar saja hingga Kampung Rambutan.

Jam 07.30 saat naik bus Damri Bandara saya naiki, naik dari pintu belakang, sebab pintu itu yang pertama di jumpai, bus dalam keadaan kosong, hanya 7 orang telah menduduki baris depan.

Setelah duduk di bus berarti sudah saatnya makan donat tanpa lapis atasnya buatan istri yang selalu mengiringi perjalanan dinas kemana saja, donat buatan istri itu enaknya tidak kosong tengahnya, kalau kita membeli di toko donatnya setelah ketemu gig malahan kempes, cari untung sih, sebab makan donat yang kadar gulanya sudah diatur sedikit dengan di dorong dengan air minum bawaan dari rumah, enak juga rasanya, ngak terasa dua sudah habis.

Jam 07.33 naik penumpang duduk di depan saya dengan kesibukan sedikit tegang sebab ia berkali- kali menelpon Hp, ternyata istrinya salah naik bus Damri yang di parkir, sama- sama sudah naik bus tetapi istrinya naik bus Damri yang di belakang yang sepi penumpang dan yang akan berangkat setelah bus yang saya naiki ini berangkat.

Pantesan tegang juga suaminya, habis istrinya salah naik bus.

Jam 07.34 Pedagang makanan bus bandara ini masuk dengan membawa sesuatu yang akan di ragakan setelah ia duduk di depan ternyata ia tidak menjual makanan, sementara kotak makanan di dadanya yang di sangkutkan di pundaknya tetap di jual tetapi ia mempromosikan pulpen satu dus isi 12 biji seharga Rp 7 000,-

Dari sini terlihat si pedagang memang betul tidak mendapat bantuan dari pemerintah pusat, apakah ia dibantu informasi cara berdagang asongan di bus bandara, yang memang rata- rata yang naik adaklah manusia tertentu dengan kualifikasi tertentu pula, sehingga gampang di baca segmen pasarnya, ini ngak di beritahukan ke pedagang, saya yakin, tanpa saya bertanya lebih jauh.

Orang mau berangkat ke Bandara di tawari pulpen, hanya 1 dari 50 orang penumpang bus yang membeli.

07.40 masuk pedagang Aqua, aqua Rp 3 000,- aqua mahal di bandara katanya, memang betul sih, dan disini terlihat sistim riba dalam perdagangan tetapi riba yang di sebabkan mata rantai panjang hingga membeli aqua di bandara harganya mahal, dari harga sewa ruang jualan di bandara yang sangat tinggi, dan berakibat harga jualan makanan konsumen tinggi juga.

Siapa penentu riba di sini, yang menguasai hak properti, pengelolah bandara lantas kemana keuntungannya, atau pertanyaanya adakah untuk penetapan harga property tersebut.

Kalau untung ke untungannya di bawa kemana, sebab ke untungan yang di ridloi itu apabila keuntungan bisa meningkat kan kesejahteraan masyarakat, atau boleh di kata, keuntungannya jatuh di tangan sekelompok pengelolah, terlihat kan tidak adilnya sistim bernegara di Indonesia ini.

Saya ingat dengan tukang sewa kamar indekosan, yang pelit dan sekakernya luar biasa, ruang sewa indekosannnya kecil dan cukup terjangkau tetapi pas- pasan untuk yang kepepet, masuk kamar mandi di kenai biaya, mau minum satu gelas Rp 1000,- apalagi mau buang air besar di pagi hari.

Sehingga saya melihat dengan jumlah manusia yang semakin banyak ini, yang di lihat dari mata pencari kekayaan dari adanya manusia adalah bagaimana memanfaatkan kebutuhan si manusia itu sampai kering, riba sekali sifatnya.

07.46 bus mulai bergerak meninggalkan terminal kampung rambutan, meninggalkan deretan bus antar kota yang parkir, meninggal kan banyak penumpang yang naik turun, berangkat tanpa kepedulian tinggi, yang tahu bus ini jalan ke depan, tanpa sedikitpun menoleh kekiri kekanan, sebab bus berbadan besar, semua kendaraan yang kecil akan mikir untuk menyalipnya, bus bergerak memasuki jalan tol ternyata saya terkenan serangan ngantuk yang hebat dan tidak beberapa lama saya tertidur duduk.

Dalam tidur terasa matahari pagi yang menyinari dari jendela kaca bus yang terbuka lebar dan tinggi itu, campuran antara udara panas dan dinginnya tiupan AC bus cukup membuat perasaan ini seperti bermotor di daerah puncak.

07.57 di bangunkan kondektur bus untuk meminta karcis perpenumpang, dan disisi kanan jendela bus terlihat kemacetan pagi hari di jalan tol Taman Mini Indonesia Indah.

08.38 terbangun saat Hp berdering menerima sms dari istri menanyakan sudah sampai dimana, sewaktu saya perhatikan sisi kanan jendela terbaca sedang di Ancol.

08.43 Tol Sudyatmo Kapok.

08.50 Pintu Tol Cengkareng.

08.52 Naik petugas lapangan dari bawah menghitung jumlah penumpang.

08.56 Turun dari bus setelah menyakinkan ke supir apakah betul gate Batavia Airline sesuai tiket yang saya pegang.

09.00 Boarding pas di depan desk pemberangkatan tujuan Malang, banyaknya yang menuju malang sehingga natrian cukup panjang, ada penumpag yang pindah dari depan ke belakang di depan saya ia bilang alat elektronik komputer rusak, sehingga terjadi sedikit kelambatan, tetapi hal ini tidak berlangsung lama.

09.35 Memasuki musholah di dalam areal terjaga setelah melalui beberapa kali pemeriksaan, musholah ini belum pernah saya gunakan, selama ini yang sering di gunakan adalah musholah di ruang bawah ruang tunggu.

Setelah shalat dlhuha sempat ngaji dan setelah di rasa cukup keluar dari musholah, e rezeki ternyata Bangkit rekan senior dari kantor sudah ada di depan pintu, padahal ngak janji akan ketemu.

Memasuki Gate 4, kemudian 10 menit kemudian di panggil menuju pesawat.

Sempat meng Hp istri jikalau sudah memasuki pesawat dan Hp harus dimatikan, di dalam pesawat dapat tempat duduk di tengah, padahal saya yang meminta di pinggir tetapi Bangkit yang dapat rezeki di pinggir.

Sebelah kanan duduk saya adalah seorang wanita, tetapi saya melihat dua kursi didepan terlihat kosong, saya pindah ke baris kursi tersebut, ternyata paling depan, dan duduk di pinggir jendela sisi kanan, padahal saya minta sisi kiri, kan selalu apa yang di inginkan dan di minta sesuai ke inginan.

Jelaknya saat pesawat sudah take off, jendela ini kuning terlhat ngak enak dan pandangan susah untuk menembus kabut melihat jakarta dari bawah, akhirnya mata di usahakan sebisa – bisa nya melihat apa yang ada di bawah, yang paling berkesan adalah pesawat lterbang diatas selatan sedikit kota Kerawang, dan terlihat jelas kota Kerawang yang beberapa hari yang lalu sempat di gambar petanya.

Melihat sungai Citarum yang melewati kota Kerawang sehingga perkembangan kota Kerawang terkendala harus menyeberangi sungai.

Kemudian semua pemandanga keluar jendela menjadi putih cukup menyilaukan, sinar ultta violet akibat pantulan awan yang menghampar luas sepanjang Pulau Jawa.

Ini pesawat tujuan Malang, sehingga asumsi saya adalah pesawat akan mulai mengarah ke selatan sedikit dari timur menuju arah malang di titik Cirebon, sesuai sewaktu naik pesawat Herkules beberapa tahun yang lalu sewaktu anak- anak masih kecil, ternayat dugaan saya salah, mungkin itu jalur pesawat militer, dan sekarang pesawat penumpang umum.

Jauh di bawa di balik awan yang terkadang hilang dan lenyap adalah sebua pesawat yang terbang jauh lebih di bawah, mungkin tujuan Surabaya dan pesawat yang saya tumpangin ini jauh lebih tinggi.

Ada sesuatu yang mendebarkan seperti mengenal betul yaitu sewaktu melihat kebawah yaitu sesuatu yang meliuk, setelah saya mencoba menaksir lebarnya dibandingkan luas atap rumah yang bertebaran di sisinya baru saya putuskan untuk yakin yaitu ini adalah sungai bengawan Solo, sebab kelokannya yang paling utara dan paling sebelah barat di atas Sragen belokannya itu persis sewaktu saya menyalin dari site google earth. Dan lebarnya yang sangat mengagumkan adalah saya taksir lebih dua puluh kali lebar luas atap rata- rata penduduk sekitar sungai, berarti lebar sungai diatas 160 meter.

Belak beloknya sungai itu sama persis sewaktu saya menguratkan mouse diatas komputer untuk menyalin sungai Bengawan Solo di Coreldraw.

Tiba- tiba terpapar di bawa pemandangan kota Surabaya, dan jembatan Suramadu terlihat jelas, kemudian pesawat terlihat belok ke kanan, jarak Surabaya dan Malang sangat dekat, sehingga ketinggian pesawat di atas kota malang masih di atas 10 000, feet. Gumpalan awan hujan di atas kota malang sangat mengganggu pendaratan, terlihat pesawat melayang ditasa kota malang tiga kali sebab saya melihat pemandangan di bawa yang sama sampai tiga kali.

Mendarat di kota Malang.

Seperti dugaan semula, ternyata betul juga bandara Malang ini belum siap, sedang di kerjakan bangunan penerimaan penumpangnya sehingga sewaktu turun malahan di sambut di ruangan kecil, dengan atap plastik yang serba darurat.

Bertaksi dari Bandara Abdulrahman Saleh ke kota Malang.

Turun di jalan Surabaya saat jam menunjukan 12.00

Langsung memasuki ruangan Jasa Tirta I dan menjumpai bapak Harry M Sungguh, seorang kepala Biro, dan berdiskusi tentang OP Waduk.

Di Kantor ini sekitar 90 menit dan sudah cukup sebab akan di perluas dengan evaluasi melalui web site.






Rabu, 4 Agustus 2010.

03.00 saat Hp berdering alarm nya, pagi masih menghadang, semalam memang sulit tidur, tetapi juga akhirnya tidur juga, mandi air hangat di kamar mandi yang tidak terlalu besar, maunya, tetapi kenyataannya air hangat tidak keluar, ya ngak apa, langsung keluar menuju masjid jamie Malang.

Masjid itu dari Hotel sangat dekat, dan terlihat di ujung jalan beberap ibu- ibu tua dengan tertatih- tatih jalannya menuju masjid, mencari Kaharibaan Allah SWT semata di usia akhir senjanya.

Masjid yang masih terkunci, tetapi di pintu kecil sudah terbuka.

Hanya berjalan kaki, pemandangan sangat sepi, di hotel masih terlihat gelap, jalan raya di depan hotel sangat sepi sekali, saat berjalan telah berjalan pula dua orang ibu- ibu yang berangkat menuju masjid jamie, dan pintu besar masjid jamie tertutup, masuk lewat pintu samping yang agak kecil, mobil operasional masjid parkir di depan.

Masjid yang lebar dan cukup luas memanjang dari timur barat, dan sudah ada makmum sekitar 12 orang telah shalat tahajud, kemudian saya langsung terlibat shalat tahajud.

Shalat shubuh usai langsung pulang ke hotel dan ternyata Bangkit yunior yang turut serta dalam perjalanan dinas kali ini sedang tidur, masuknya saya berusaha untuk tidak membangunkan ia, tetapi betul juga ia tidak terbangun kerena masuknya saya.

Waktu berjalan terus dan jam 05.55 keluar dari kamar dan menanyakan di mana sarapan. Ternyata sarapan di tempatkan di tenda, suatu tempat disisi ruang makan yang seharusnya untuk makan tetapi kerena kebutuhan mendesak untuk tempat kursus pendidikan suatu kantor di Jawa Timur, makan di tenda dengan dinding dan atap kain.

Makananya standard saja, Cuma potongan sayuran untuk soup pagi ini gede- gedenya, barangkali menonjolkan kelebihan kota Malang yang berlimpah sayurannya.

Sebagai penutup saya melipat dua lapis roti tawar untuk darurat di jalan apabila tidak menjumpai makanan dalam perjalanan.

Keluar dari hotel tepat jam 07.00 pagi

Mobil sewa yang akan membawa ke waduk Wonorejo telah datang, Bangkit rekan kantor duduk di belakang dan saya di samping sopir.

Kota malang pagi ini di tinggalkan, ada rencana satu rute dengan rombongan dari Tirta Jasa I yang menemani seorang senior Dirjen Sumber Daya Air Kementerian Pekerjaan Umum, sempat janjian jumpa di depan Pabrik Gula Kebon Agung 07.30, sudah tiba di sana, Pabrik gula yang masih aktif, da air limbah di buang ke sungai di depan pabrik, jalan lurus di depan pabrik sangat bahaya, pagi itu iringan bermotor para pekerja yang berumah di Malang sebelah Barat yang memasuki Malang untuk bekerja di kota Malang sangat ramai.

07.35 sudah menunggu beberapa lama yang di tunggu memberi aba- aba utuk berjalan terlebih dahulu, dan mobil sewa berjalan keluar kota Malang.
07.56 masuk kecamatan Kepanjen, kota ini sering saya dengar sejak tahun 1980 saat masih tinggal di asrama jalan sudirman I / 17 Denpasar, sebab orang tetangga berasal dari Kepanjen Malang, Kepanjen sekarng telah menjadi ibu kota Kabupaten Malang.

08.18 memasuki kawasan waduk Lohor, setelah keluar dari area waduk ini langsung diterima dengan perbatasan kabupaten Blitar.

08.27 Kabupaten Blitar, dengan hutan jatinya, terlihat di sepanjang jalan sisi kiri dari kendaraan yang di naiki, adalah rel kereta api yang menuju Jakarta – Malang.

09.14 memasuki kota Blitar, kota ini paling banyak lampu merahnya, dan letak lampu merah yang satu dengan yang lain sangat berdekatan.

Suatu tanda penggunaan anggaran APBD yang d tidak efisien.

Jam 09.48 memasuki pasar Ngunut Tulung Agung.

Setelah bertanya berapa kali akhirnya menjumpai jalan lurus yang menghubungkan Tulungagung dengan waduk Wonorejo.

Memasuki kawasan Bendungan Wonorejo, desa Wonorejonya sendiri telah hilang sebab di tenggalamkan dengan naiknya genangan air waduk.

Panorama Pegunungan Tropis kering dan berangin, dengan panorama gunung Wilis.

Setelah berkeliling mencari kantor Jasa Tirta di kompleks bendungan tersebut, dan setelah berkali- kalai mengeluarkan kartu nama Departemen Pekerjaan Umum untuk memastikan kepaa penjaga bahwa kami adalah team dari Departemen Pekerjaaan Umum pusat Jakarta.

Ternyata kantor itu hanya di tunggu oleh tiga orang yang satu bagian keuangan yang lain bagian umum pekerjaan bendung, sebab rekan kantor yang lainnnya sedang mengikuti rapat putar bulanan antar stakeholder di lingkungan jasa Tirta.

Jam 12.00 pun tiba dan sudah waktunya shalat Dzuhur, tanpa adzan sebab jauh dari pemukiman penduduk. Shalat di kantor Jasa Tirta.

Setelah di pastikan rombongan akan datang jam 14.00 siang ini, di putuskan untuk mencari makan siang dahulu dan penginapan.

Makan siang di kompleks bendungan itu dengan hidangan ikan bakar.


Kamis, 5 Agustus 2010.



Jumat, 6 Agustus 2010.



Sabtu, 7 Agustus 2010

Tiada ulasan: