selamat berjumpa semoga tidak marah-marah

Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka hanya menipu diri sendiri sedang mereka tidak sadar. (QS. 2:9)

In trying to deceive GOD and those who believe, they only deceive themselves without perceiving


Rabu, November 28, 2007

Buka puasa di tengah jalan

Kamis, 4 Oktober 2007

Jam 02.10 sebab Tyasnya miss call ke Hp hitam yang sengaja saya bawa ke tempat tidur, sebab ini hari adalah hari terakhir meningmati bebas pulsa berbicara sesama mentari dari jam 00.00 hingga 03.00.

Tyas masih dirumahnya Herman, keponakannya pak Nana Suryana Almarhum dari istrinya.
Herman yang sengaja menjemput Tyas dari rumah sakit Sanglah Denpasar
Dan tinggal sementara di rumah Herman sebelum kembali ke indekosannya di Bukit Jimbaran.

Yasin terlambat bangunnya sehingga ia maunya marah- marah, padahal sejak azhan shubuh berkumandang pagi ini, disaat saya juga harus mandi untuk memulai kehidupan hari ini, sudah dibangunkan untuk segera bersiap, tetapi Yasinnya tidur saja

Saat menyisip diantara jarak trotoar dengan badan bus mayasari bhakti yang menepi, diantara itu terdapat ruang sekitar 1 meteran, itupun motor saya masih bisa masuk, tiba-tiba saat saya sudah didepan, pintu bus dibuka dan terkena stang sisi kanan saya, tangan saya tidak kena, dan semuanya berjalan mendadak, untung saja benturan dua besi itu tangan saya tidak kena. Kejadiannya di Lampu Merah Fatmawati.

Di Kantor pak Satpam Muhadi meninggal dunia, dikeluhkan tidak ada perhatian dari kantor terhadap satuan pengamanan yang meninggal, tidak seperti kepegawaian swasta. Terlalu dingin, saya mengingatkan hal ini terjadi sebab tidak pernah dianggarkan jikalau ada yang meninggal, seharusnya suatu lembaga kantor ya bisalah menyisihkan sesuatu untuk personilnya yang meninggal.

Jam 09.00 terkumpul beberapa orang yang hendak ke Sukabumi alamat duka, rumah Almarhum pak Muhadi.

Langsung berangkat dengan mobil dinasnya pak Edi, Balai Jakarta. Yang duduk paling belakang adalah, saya, berdampingan dengan pak Hendar, didepan saya pak Imam dan Roni, di deretan tengah, empat orang ibu-ibu, Flori, Ibu Mulyani, Ibu Ristien dan Ibu Tintien dari Widiaiswara. Dan yang paling depan pak Edi dan Cipta yang mengemudikan kendaraan.

Perjalanan ke Lido Sukabumi, lancar melewati tol Simatupang, Ciawi dan keluar di pintu Sukabumi dan masuk jalan lokal yangpadatnya luar biasa, jalan mendaki dan menyempit, dengan banyak angkot yang parkir, sehingga jalanan melambat.

Sesampainya di rumah duka, jenazah pak Muhadi alm telah dimakamkan, rombongan dari kantor diterima oleh anaknya yang nomer satu pak Slamet seorang polisi yang bertugas di Batam.

Selama perjalanan berangkat dan pulang udara sangat panas, sebab pepohonan sepanjang jalan telah ditebang, disini terlihat kegagalan kita untuk mempertahan hijauan, daerah ini dingin kerena terletak di ketinggian sehingga udara akanmenjadi dingin setelah jam 5 sore dan panas menyengat setelah jam 10 pagi.

Sewaktu pulang di jalan tol sempat mampir untuk mengerjakan shalat dhluhur, saat itu waktu terbaik bagi saya untuk tidur. Tidur sangat lelap dan nyenyak sekali, memang betul jikalau kecapaian akibat beribadah memang enaknya juga luar biasa.

Saya berusaha untuk tidak terlalu membebani pikiran dengan segala pemikiran sebab saya harus menghadirkan malaikat sebanyak mungkin disamping saya sebab perjalanan hidup saya sangat berat, jikalau tidak ditolong oleh Allah maka susah jadinya.

Merasakan ada rezeki yang masuk langsung dibelikan lauk pauk yang sudah berkurang dirumah, daging, ikan kerapu, bakso, ikan kaleng, obat nyamuk, sprite total habis Rp 99 000,-

Luar biasa macetnya dalam perjalanan pulang sore hari ini, setelah menelusuri jalan Simatupang sampai di pertigaan Antasari kemacetan sangat berlimpah, sepanjang jalan di depan yang saya lihat adalah kendaraan yang terjebak kemacetan.

Saya ambil kekiri untuk mencari peluang longgarnya jalan, menyusuri jalan Antasari hingga ke lampu merah, ternyata polisi tidak mengijinkan belok kekanan, disini, saya melihat egitu banyaknya arus kendaraan yang menuju jalan Simatupang, kalau begini tekanan arusnya ya siapa duga kalau Simatupang juga akan terkena kemacetan berat.

Akhirnya mendapat puteran kekanan itupun dengan antri yang cukup panjang, kemudian menelusuri jalan Antasari kearah balik dan setelah tiba di lampu merah yang tadi tidak boleh belok kenan, belok ke kiri mengikuti jalan Puri Mutiara dan dilanjutkan ke jalan Benda, jalan ini merupakan lanjutan dari jalan Cipete Raya, kemudian setelah mengikuti jalan Benda yang belok kiri ketemu jalan Kemang selatan, belok kanan dan menyusuri jalan Pejaten Barat dan perempoatan pasar minggu Republika belok kanan jalan Warung Jati barat, di jalan ini memasuki saparator jalan Bus Way, sehingga laju kendaraan bisa cepat, setelah ketemu lagi dengan jalan Simatupang di lampu merah Ranggunan, aduh rombongan kendaraan dari arah Simatupang Pondok Indah tempat saya berangkat tadi sangat banyak mengerumut.

Apakah ini bukan rezeki.

Buka puasa.

Tahu jikalau sebentar lagi akan buka puasa, sebab posisi motor ada di Kelapa Dua Wetan, di kantong ada uang Rp 1 500,- yang rencananya akan di belanjakan Rp 500,- untuk buka puasa dan yang Rp 1000 masuk kemasjid sebab sebentar malam adalah malam lailatul qodar malam yang 23 bulan puasa.

Setiap menghampiri penjual kolak atau es atau cincau atau kelapa muda di sepanjang jalan Lapangan Tembak semua menaruh harga rata- rata Rp 2 500,- akhirnya saya mencari aqua gelas seharga Rp 500,- disekitar tempat kursusnya Tyas Al Fikri dua tahun lalu kemudian berangkat lagi.

Sesampainya di depan SPPBU SHELL Malaysia di jalan Transyogi Cibubur, terdengar adzan Maghrib, banyak pengendara yang memberhentikan kendaraan untuk sebentar berbuka puasa, saya membuka aqua gelas saya sebelumnya berdoa untuk kesehatan Aswan, Tyas, Astari Yasin dan Fifi, Istri, Ibu mertua dan Ibu Kandung kemudian saya sendiri, sebab Allah semua yang mengatur kehidupan ini.

Masuk rumah jam 18.20 dan secepatnya buka puasa yang agak lengkap dan langsung berbenah diri untuk berangkat ke Masjid.

Malam harinya jam 23.00 itikaf di masjid Nurul Hidayah

Tiada ulasan: