selamat berjumpa semoga tidak marah-marah

Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka hanya menipu diri sendiri sedang mereka tidak sadar. (QS. 2:9)

In trying to deceive GOD and those who believe, they only deceive themselves without perceiving


Khamis, April 26, 2007

Berhadapan dgn korban Lumpur

Kamis, 05 April 2007

Hp berbunyi jam 03.00, saat nya shalat tahajud, saya pergi ke Masjid, dan disana banyak peserta kursus statistik Kab Lamongan yang tidur diluar, kepanasan barangkali.

Masuk ruang lagi dan pak Budi sudah bangun, bicara-bicara mengenai rencana pemberangkatan pagi ini.

Adzan Shubuh berkumandang, saya ke Masjid kompleks untuk mengerjakan shalat shubuh

Selesai shalat saya memberikan tausyiah pada jemaah mengenai sifat Allah yang jarang di ingat bahwa Allah tahu jikalau Allah dinomer duakan, sehingga secepatnya kita toubat.

Yang mendengar tausyiah cukup lumayan banyaknya.

Seturunnya dari jemaah shalat shubuh, dikamar pak Budi sudah menunggu untuk berangkat ke Lumpur Sidoharjo pagi ini.

Yang ikut berangkat dalam mobil sewaan ini adalah, saya, pak Budi, Ilyas, Sopir pengantar.

Melintas kota Surabaya diwaktu pagi, dan memasuki daerah larangan mobil masuk dan mencoba mencari jalan masuk dengan tidak menggunakan orang pemadu. Memasuki jalan berliku- liku dan keluarnya ya di titik masuk sehingga diniatkan untuk mencari pemandu saja.

Memasuki kawasan larangan Sidoharjo, harus mencari pemandu, nawar pemandu dapat Rp 30 000,- kalau sore pasarannya bisa Rp 150 000,-

Lewat jalan kampung berkelok dan merambat, sedikit jarak lagi ada pemungut sumbangan dan maju lagi selangka ada pemungut sumbangan, banyak sekali pemungut sumbangan.

Kegembiraan penduduk sudah dicabut, penduduk sekarang mencari jalan keluarnya sendiri, wajah apatis berserakan dimana-mana, baik itu pengusaha maupun awam sahaja, semua melihat dan menghitung, dalam posisi apakah diriku, menguntungkan atau merugikan, bisa mendapatkan untuk dari bubur lumpur ini atau tenggelam dalam kerugian.
Sampai di bibir Tanggul Lumpur Sidoharjo, pemandangan sesungguhnya indah, tetapi dibawah lumpur itu terendam banyak kekayaan penduduk yang hilang, apakah disini Allah tidak tahu, tahu.

Saat saya ditanya dengan penduduk, saya jawab pindah, ikuti anjuran Rosullulloh.

Saya sempat sket lumpur sejauh mata memandang hanya putih ke abu-abuan lumpur Lapindo.

Pemikiran saya untuk jalan keluarnya adalah perencanaan makro tata kota dan industri Porong Sidoharjo.

Penyiapan lahan- lahan pemukiman terutama penduduk yang tersisihkan akibat genangan lumpur.

Pulang, keluar dari lingkungan lumpur sidoharjo,
Dalam perjalanan pulang ini banyak dijumpai kendaraan bagus- bagus yang memasuki lokasi genangan hanya untuk mencari jalan pintas menuju tempat kerjanya di Porong Selatan yang tidak terendam lumpur, sebab disana banyak juga pabrik- pabrik industri.

Perjalanan pulang ini diwarnai dengan rasa lapar yang sangat pada perut saya, sebab habis menjelajah jauh ke dalam lumpur Sidoharjo.

Setibanya di Kantor, jam 08.15 hidangan sarapan sudah dipersiapkan.

Setelah sarapan minta antar dengan mobil sewa tadi untuk mengantar ke stasiun Wonokromo. Setibanya di Stasiun Wonokromo membeli tiket ke Jakarta Kereta Api Jayabaya Bisnis, dengan pemberangkatan jam 15.30

Distasiun Wonokromo saya duduk lama menulis laporan, dan abstraksi hasil kunjungan ke Lumpur Sidoharjo, suasana stasiun sangat ramai, disini saya sampai terpaksa sewa kamar kecil sebab perut sudah ngak tahan untuk segerah ke belakang.

Setelah itu keluar dari stasiun, untuk belanja kerupuk Sidoharjo rasa udang satu kartonnya seharga Rp 75 000 ,- isi sepuluh bungkus seberat setngah kilograman.

Naih line F menuju Sidotopo Lor untuk menjemput Tyas yang ada disana sejak kemaren

Setibanya di Sidotopo langsung mempersiapkan diri untuk berangkat pulang ke Jakarta jam 13.00

Mbah Ni memaksa saya untuk makan nasi goreng, kemudian mandi, kemudian memberi uang gembira kepada 2 para mbah, 1 bu lik dan satu keponakannya yang baru melahirkan.

Shalat dzhuhur dan langsung berangkat.

Setibanya di stasiun Gubeng jam 13.30. masih banyak waktu untuk belanja makanan ke supermarket Delta Plaza.

Jam 14.00 sudah pulang kembali di stasiun, sebab sewaktu saya berangkat ke delta plaza Tyasnya menjaga barang-barang di stasiun, kemudian memasuki ruang istirahat di tempat pembelian tiket eksekutip.

Bisa tertidur sedikit, sampai terdengar adzan Ashar, kemudian shalat ditempat peristirihatan itu, kemudian berkemas untuk menuju ke peron stasiun menunggu kedatangan kereta.

Kereta Jayabaya tiba di stasiun Gubeng jam 15.25. gerbong satu dimana tiket saya menyatakan saya duduk disitu letaknya paling belakang, rupanya menghitung satu dihitung dari belakang.

Kereta berangkat tepat jam 15.30.

Saat shalat Maghrib kereta akan memasuki stasiun Madiun, kemudian setelah itu makan malam, makan makanan yang dibeli di Delta Plaza supermarket terdiri dari nasi, sepotong ikan tenggiri goreng, sayur kacang dan acar asam manis ketimun dan wortel.

Setelah makan kereta masih berjalan, tetapi ngantuknya luar biasa sehingga plus teridur pulas sambil duduk.

Tiada ulasan: