selamat berjumpa semoga tidak marah-marah

Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka hanya menipu diri sendiri sedang mereka tidak sadar. (QS. 2:9)

In trying to deceive GOD and those who believe, they only deceive themselves without perceiving


Khamis, April 26, 2007

Di Surabaya

Rabu, 04 April 2007


Terbangun dari tidur diatas kereta api Kertajaya, saat kereta berhenti di stasiun Semarang Poncol. Ternyata jam menunjukan 04.30 belum shubuh pikirku.
Turun di stasiun untuk memasuki kamar kecil dan sempat buang air kecil segala, kemudian berwudu dan naik lagi ke kereta api.

Kereta sudah berangkat lagi ke Surabaya, saya menembus kegelapan malam untuk mencari sinar yang menyatakan sudah shubuhkah hari ini, ternyata shubuh belum datang juga.

Sewaktu kereta mulai melambat dan memasuki perkampungan terdengar adzan shubuh sayup-sayup sampai.

Masuk waktu shubuh, itu pun masih dikereta, surabaya masih 5 jam lagi perjalanan, biarlah, yang jelas roda besi itu masih berputar, sejauh manapun pasti akan di capai, cepat atau lambat.

Setelah shalat langsung bersiap untuk tidur sambil duduk, sebab kereta memang penuh, sejak di stasiun Randubelatung dan di stasiun Babat sudah banyak penumpang kereta yang turun, tetapi deretan saya duduk masih penuh juga, setelah melewati stasiun Lamongan, setelah anak muda di depan saya turun, baru terlihat longgar, saya bisa menumpangkan kaki diatas kursi.

Di Stasiun Lamongan ada penjual kue onde- onde yang besar dan seharga seribu rupiah sebutirnya, saya beli dua dengan Tyas dan memakannya untuk sarapan, dan setelah itu rasa kantukpun datang dan tertidur pulas.

Memasuki stasiun Pasar Turi, jam menunjukan 10.30. turun dan mencari angkot menuju Sidotopo Lor, lama menunggu ternyata tidak ada yang lewat, salah berdiri pikirku, sehingga banyak becak yang menawari jasa untuk mengantar, tetapi kerena pengalaman naik becak di Surabaya selalu ngak enak sehingga di urungkan untuk naik becak.

Naik Angkot tujuan Blauran Surabaya, dan disana rencananya naik leter F tujuan Sidotopo, a... setalah berjalan agak lama saya dengan Tyas dioper ke angkot yang lain yang lewat Gubeng Stasiun Kereta, untuk angkot pertama tadi tidak meminta bayaran.

Setibanya di Stasiun Gubeng ganti angkot letter F tujuan Sidotopo dan langsung turun di depan rumah mbah Ni.

Terlihat dari seberang jalan sewaktu saya turun dengan Tyas dari Angkot, mbah Ni sedang duduk- duduk didepan rumah.

Berepelukan dengan Mbah Ni, Mbah Ya, Mbah Ma, mbah Ma agak sedih melaporkan jikalau Yu Ani telah meninggal dunia, saya turut berduka, sebab saya lagi mengejar waktu untuk mengikuti rapat di Gayung Kebonsari.

Setelah mandi dan makan dan Shalat Dzhuhur, mohon diri untuk kekantor Surabaya, Tyasnya sengaja ngak ikut pasti ia kecapaean mengalami perjalanan jauh.

Naik angkot letter F turun di Stasiun Wonokromo dan melanjutkan angkot ke Gayungan, dan menyebrang jalan Ahmad Yani yang sangat ramai, padat kendaraannya dan memasuki kompleks Pu Gayung Kebon Sari dengan berjalan kaki.

Ternyata acara Rakorla baru ditutup, dan saya ikut gabung untuk makan siang bersama, santapan yang saya cari pasti rujak cingur, yang dihidangkan dengan aroma amis udangnya dengan warna hitam ke hitaman.

Rapat berikutnya diruang pak Pardoto untuk mencari informasi bagaimana lumpur Lapindo itu keadaanya sekarang, dan ceritra mengenai kunjungan teman- teman dengan lembaga LSM Surabaya dan IAIN Surabaya yang ikut ke Lumpur Sidoharjo semalam.

Jam 15.40 setelah shalat Ashar berjamaah, keluar menuju Kali Surabaya dan dilanjutkan ke Lumpur Sidoharjo, sepanjang jalan pak Budi berceritra jikalau semalaman sewaktu mengantar pimpinan ke Lusi ia banyak diliputi ketegangan, sebab khawatir menyulut kerusuhan massa.

Kekhawatiran itu beralasan sebab saya melihat sendiri kerumunan masa untuk mendaftarkan diri menjadi pemandu setiap orang yang datang memasuki wilayah Lusi dengan tawaran harga yang tinggi, sore itu ia meminta harga Rp 75 000,- saya menolak sebab terlalu mahal, dan sebaiknya besok pagi usul saya.

Sore ini gagal memasuki kawasan Lusi, sehingga rekan semobil membelokan tujuan ke tempat penjualan kerajinan tas di Tanggulangin, disini saya sempat membelikan tas putih untuk istri, biar serasi untuk digunakan ke acara pengajian apabila mengenakan pakaian putih- putih.

Memasuki kota Surabaya hampir jam 19.00
Setelah shalat maghrib terlihat kesibukan persiapan acara rapat untuk membahas Sungai Surabaya dan Lumpur Lapindo. Sebentar malam.

Adzan shalat Isya terdengar terasa dekat, memang dekat sebab masjidnya di depan penginapan.

Mengimami shalat Isya, saya tidak membawa baju ganti, sehingga sewaktu mengimami shalat Ashar juga baju itu dan sekarang shalat Isya juga baju itu.

Setelah shalat Isya memasuki ruang rapat dan Pak Pardino sudah masuk, acara diawali dengan makan malam nasi boks bersama, lauknya lumayan enak, terdiri dari daging sepotong, gorengan dan sayuran buah.

Acara diskusi Kali Surabaya permasalahan pokoknya adalah sebagai berikut:
1. Tahun ini Kali Surabaya sudah hasil Indikasi Programnya.
2. Contoh baik di Bidang Ranmas Jalan, dahulu belum ada konsepnya sekarang sudah ada konsep yang bisa dijalankan sendiri oleh masyarakat.
3. Perlu dirumuskan dalam bentuk besaran uang mana pekerjaan yang kalau dilibatkan masyarakat berapa nilainya dan kalau tidak melibatkan masyarakat berapa juga nilainya.
4. Atas permintaan Dinas Pengairan Surabaya, Bapak Walikota Surabaya menyetujui untuk membebaskan bantaran kali Surabaya dari pemukiman penduduk.



Jam 22.30 acara pembahasan Lumpur Lapindo di buka:

1. Bertitik tolak dari kekusutan situasi, dikaji mencari jalan keluar yang baik, menguntungkan masyarakat dan tidak memebbani pemerintah
2. Skenario di lapangan seperti apa
3. Lusi hanya dibahas selama 2 bulan
4. Methode PAR dan methode Rapid gunakan
5. Dokumentasikan dan pikirkan non politik dan non janji anggaran
6. banyak tokoh masyarakat yang tidak di panuti kerena sudah dibayar
7. Lapindo takut berhadapan langsung dengan masyarakat
8. situasi ini di manfaatkan oleh masyarakat sendiri untuk mencari untung
9. Pen zone ing masalah
10. sebagian masyarakat minta kelompok Sebranmas membantu susu bayi.


Jam 23.30 masuk tidur, saya tidak mandi dan ganti pakaian, saya tidur se ruangan dengan pak Budi, pak Budi tidurnya ngorok, sangat bising sekali.

Tiada ulasan: