selamat berjumpa semoga tidak marah-marah

Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka hanya menipu diri sendiri sedang mereka tidak sadar. (QS. 2:9)

In trying to deceive GOD and those who believe, they only deceive themselves without perceiving


Khamis, April 26, 2007

Ke Bandung naik Mobil Tangki Susu

Rabu, 28 Februari 2007


Jam 02.45 Hp sudah berbunyi membangunkan saya yang tertidur, saya mulai membenahi makanan dahulu, pagi itu yang dilakukan adalah memasak sayur sisah semalam, kemudian menggoreng ikan yang tersimpan di kulkas, kemudian masak air panas, membuat kopi hangat, makan pagi sekali dengan lauk ikan goreng dan tempe dipanasi.

Setelah itu buang air besar dan setelahnya munlai mandi jebar jebur dipagi hari dan seterusnya mengambil air wudhu untuk shalat Tahajud, saat selesai shalat jam sudah menunjukan pukul 02.45.

Persiapan cepat, sebab hanya membawa baju tangan panjang selembar dengan roti gepeng kering yang dibelikan istri semalam untuk dimakan sedikit-dikit diperjalanan.

Keluar dari rumah jam 03.00 dan berjalan menembus kesenyapan malam di lingkungan Puri Cilengsi, sewaktu memasuki jalan aspal, jalan desa hanya ada penjual rokok saja yang masih buka ditengah malam dingin itu, tetapi seorang pembeli terlihat mencurigakan dengan jiket hitam, ia melihat kearah saya, saya biarin.

Sewaktu perjalan sudah 1000 m dari rumah saya mendengar dari kejauhan ada sepeda motor yang dikemudikan dengan kecepatan tinggi dari belakang
Saya langsung secara instik melepaskan sabuk ikat pinggang saya dan saya putar- putarkan diatas kepala, untuk memberi efek peringatan kepada pengemudi motor dibelakang saya yang berkecepatan tinggi itu untuk jangan main- main sebab saya sudah siap.

Akhirnya motor itu melintas cepat di sisi saya tanpa ada sesuatu yang patut di pikirkan lagi, ya tidak terjadi- apa apa.

Berjalan lagi, sesampai di ujung jalan Gandoang, terlihat pedangan sayur yang mulai berangkat ke pasar kecamatan yang lebih besar, ia rupanya tertidur di emper toko dimana saya berdiri untuk menanti bus yang akan membawa saya ke Bogor, rencananya dari Bogor akan naik bus yang ke Bandung.
Tetapi bus yang ditunggu- tunggu ngak datang, tiba- tiba lewat mobil tangki pengangkut susu yang akan ke Bandung, saya stop dengan melambaikan tangan, sambil berteriak Bandung- bandung, untuk memberi tahukan sopir mobil angkutan susu itu bahwa saya akan ke Bandung.
Mobil itu terlihat berhenti dan saya berlari mendekati, sebab mobil itu berhenti 100 meter dari saya berdiri.

Sewaktu saya sudah berada disamping mobil itu ternyata mobil tiu tinggi, saya mencari pijakan di kegelapan untuk menaiki susah juga di dapat, tetapi dapat juga dan saya naik, dan duduk ditengah-tengah,
Disisi kanan saya sopir dan disisi kiri saya kernetnya, sepanjang jalan banyak berceritra dengan sopir agar ia terlihat tenang sewaktu mengemudi.
Kota Jonggol akhirnya dilewati, dan memasuki kota Kecamatan Cariu, mobil berjalan berkelok-kelok dan tiba- tiba
Mobil tangki susu ini di sto dan naik empat orang duduk didepan seorang dan dan duduk dibelang sisanya. Setelah itu mobil berjalan dan terdengar adzan Shubuh, saya langsung mengambil tayamun untuk berwudhu dan mengerjakan shalat shubuh diatas mobil tangki susu ini.

Ternyata dari pembicaraan yang saya dengar mobil akan berhenti sejenak di Masjid besar di Depan untuk memberi kesempatan pada saya untuk mengerjakan shalat shubuh di Masjid.

Mobil tangki susu itu betul berhenti dijalan raya di depan Masjid besar di batas Kabupaten Bogor. Tetapi berhentinya di sisi kanan. Ini yang saya tidak tahu apa alasannya,

Saya menuruni anak tangga mobil tangki susu ini danb berlari menuju masjid, yang terdengar lamat- lamat shalat sudah dimulai, tempat wudhunya ada dibawah dan tempat shalatnya ada diatas, dengan menaiki tangga yang lebarnya sepanjang 8 meter dan tingginya ada 5 meter.

Shalat shubuh berjamaah sudah dilakukan, kemudian mobil berjalan lagi, omong- ternyata empat orang yang naik terakhir ini adalah pekerja pembuatan bakso. Di Cipanas ada Bakso setan kerena enaknya.
Memasuki kecamatan Ciajur pedangang bakso itu turun dan memberi uang pada sopir, kemudian mobil tangki berjalan terus dan memasuki jalan utama Bandung Jakarta yang kalau diluruskan akan melewati Puncak.

Memasuki bandung sudah terang tanah, Padalarang dimasuki, kecamatan kota Padalarang masih seperti itu sewaktu saya kuliah dahulu pernah mampir untuk mampir ke rumah orang tuanya penyiar RCTI sekarang.

Hanya ruangan terbuka disisi kecapamatan Padalarang itu yang sekarang sudah di isi bangunan lain.

Memasuki jalan Tol Semarame untuk secepatnya mencapai Bandung, mobil tangki diberhentikan sebab ada teman sopir yang ikut naik dan siap membayar uang tool

Memasuki Pasteur, pintu tol pasteur, mobil berhenti dan menurunkan saya untuk ganti kendaraan angkot yang menuju Cicahem.

Untungnya di dalam angkot ada penumpang yang bisa di tanya, ternyata ia orang tekstil yang kantornya pagi itu selewatan dimana kantor tujuan saya sehingga sewaktu turunnya bisa berjalan bersama, malahan kantor yang saya tuju lebih dahulu dicapai, Cuma 100 meter setelah terminal Cihampelas Bandung.

Setelah menyebrang jalan dan memasuki pintu gerbang, ternyata jalan selanjutnya adalah mendaki, dan letak kantor itu harus menempuh jalan pendakian itu, cukup jauh juga, ada kompleks perumahan pegawai, ada masjidnya, ada asrama peserta pendidikan, dan ada bangunan kantor tiga blok yang di tengahnya ada lapangan.

Sewaktu pendaftaran peserta saya melihat jam tepat jam 08.15, setelah mendaftar saya ke toilet untuk berganti baju, sebab baju yang saya kenakan adalah kaos untuk berangkat, ternyata toiletnya ada dilantai bawah, dibagian belakang ruang pertemuan besar.

Ruang toiletnya kelihatannya sangat tidak baik, nilainya 49 lah, air ada, dan disana saya berganti pakaian untuk siap melaksanakan seminar sehari.

Ditempat duduk yang tersedia saya nikmati hidangan snak yang di suguhkan pagi itu, terdiri dari arem-arem isi daging, kue dan kue bolu, semuanya ada empat jenis dan kelimanya adalah air minum aqua gelas.

Sambil menunggu acara berlangsung saya sempatkan untuk menjumpai sejawat kerja yang sekarang sudah menjadi pimpinan, yaitu pak Nana Rukmana, malahan dia yang mengundang, ia kepala balai Pusat Pendidikan Keahlian Tenaga Teknik Departemen Pekerjaan Umum.

Ada pak Endang yang dahulu sama- sama hidup di Ambon sekitar tahun 1986. ia sekarang pindah ke Bandung.

Acara dimulai, Keynote Speaker di isi oleh ibu Sek Dirjen SDA ibu Dya Pangesti dan Speaker ke dua Pak If dari Penataan Ruang.

Acara berikutnya adalah empat penyaji dari UGM, dari Undip dari ITB dua orang, semua pengurainya banyak dipengaruhi teori semata terhadap konsep banjir, ini betul- betul membicarakan banjir tapi ia tidak kebanjiran.

Saat itu jam sudah 11.57, saya perhitungkan ini adalah Bandung sehingga waktu Dzuhurnya pasti maju, sehingga saya mulai keluar ruangan untuk mulai menuju ke Masjid, yang saya tahu letaknya ada didepan pintu masuk, cukup jauhlah jaraknya, apalagi dengan kemiringan lahan yang hampir 20 %.

Mendekati masjid, terdengar suara adzan menggelegar dari segenap masjid disekitar wilayah itu, dan saya menuruni jalan miring itu dan langsung mencari masjid yang dimaksud, didepan duduk pegawai berkaian seragam daerah sedang istirahat setelah mengambil air wudhu rupanya, saya bersalaman kepadanya kerena saya tahu belum tentu saya bisa berjumpa dengan dirinya setelah peristiwa ini.

Shalat Dhzuhur saya dijinkan untuk menjadi iman shalat, dan saya mengucap syukur bisa bersilaturahmi disaksikan oleh Allah, sebab kita akan shalat berjamaah.

Kembali keruangan acara seminar masih berlangsung. Sekarang membahas konsep penangulangan banjir menurut teori sebab akibat, dan ternyata penyebab banjir itu adalah sampah kesimpulannya.

Acara istirahat, dan ternyata meja hidangan makanan diserbu oleh para mahasiswa yang ikut dalam seminar ini, kita-kita ini banyak yang tertawa melihat kelakuan mereka sebab mengingatkan bahwa mereka sesungguhnya lebih lapar dari kita.

Acara berikutnya adalah tanya jawab, saya memberi saran dan masukan untuk menguji semua konsep pengendalian banjir yang dipaparkan diatas untuk diuji di Badan Penelitian Departemen Pekerjaan Umum.

Jam 15.00 saya pulang bersama pak Pitoyo ke Jakarta, ia adalah Kepala Balai Sungai Ciliwung, Cisedane.

Perjalanan pulang cukup enak, sebab menggunakan mobil baru sekelas sedan, dan saya ngak tahu apa nama mobilnya.

Pokoknya enak, saya duduk sendiri dibelakang, dan pak Pitoyo duduk didepan sedangkan disampingnya adalah Sopirnya.

Perjalan menuju keluar dari kota Bnadung sangat sulit kerena macetnya, sehingga sewaktu mobil mengisi bahan bakar saya minta ijin untuk melaksanakan shalat Ashar terlebih dahulu di musholah SBBU Pasteur.

Memasuki pintu tol Pasteur untuk mengawali perjalanan panjang Bandung Jakarta lewat tol, mobil dikemudikan dengan kecepatan diatas 120 km, dengan kecepatan sedemikian mobil tenang saja, berarti mobil ini memang bagus, Cuma ngak tahu mobil apa ini.

Jalan kereta api terlihat mendampingi perjalanan di sebelah kanan saya, sesekali terlihat jembatan yang berbentang panjang- panjang ciri-ciri jembatan diatas pegunungan tinggi.

Perut terasa lapar tetapi saya isi dengan makan kue yang diberikan istri sewaktu berangkat tadi pagi.

Sewaktu melewati Delta Mas di Cikarang, pak Pitoyo belok memasuki Delta Mas untuk melihat keponakannya yang sedang hamil dua bulan dan sekarang tinggal disana, sewaktu tiba disana saya sempat diperkenalkan kepada keluarga keponakannya, mereka tinggal dan menyewa disana sebab mereka bekerja di Delta Mas, keluhannya disini panas dan angin katanya, Rupanya pak Pitoyo ini sedang mempunyai pekerjaan besar berupa tanah milik yayasan keluarganya akan membangun sebuah asrama di Delta mas yang diperkirakan dekat dengan rencana Kampus ITB yang baru.

Mohon diri dari rumah keponakannya pak Pitoyo mengaja saya untuk berangkat lagi ke Jakarta dan dijalan tol kemacetan panjang mulai menghadang.

Adzan maghrib terdengar masih di jalan tol dekat jati asih bekasi.

Keluar dari pintu Tol Jatiwaringin, memasuki jalan biasa yang padat dan merayap sore ini, kendaraan maju perlahan- lahan, dan setibanya di sebuah restorant, di jalan jatiwaringin, pak Pitoyo mengajak saya untuk makan terlebih dahulu, sewaktu saya memasuki restoratn itu cukup bersih dan banyak keluarga yang mulai makan malam disini, teh hangat pesanan saya datang sewaktu saya mulai duduk dan langsung meminum sebab dari tadi kedinginan akibat ac mobil.

Pak Pitoyo terlihat memesan mie goreng kering dengan sayuran lengkap dan hidangan laut, begitu saya dipersilahkan untuk memilih menu saya pilih sama saja pesanannya pak sebab saya tidak bisa memilih makanan yang enak- enak.

Ternyata setelah pesanan itu datang diatas meja, mie itu terhidang dengan piring besar, dan banyak sekali potongan cumi dan udangnya serta sayuran, pokoknya sedap, tetapi ini bagi saya adalah lauk, sehingga saya harus memesan nasi untuk mengantar ini masuk keperut.

Setelah itu naik lagi kendaraan dan pak Pitoyo memasuki kantornya menjelang malam itu di dekat Cawang, saya berjalan kaki sekitar seribu meter untuk mencari kendaraan angkot ke Cileungsi Nomer 56.

Diatas angkot 56, dengan cepat kendaraan penuh, dan tiba diCileungsi, saya bernostalgia untuk tetap mencari bus untuk pergi ke Gandoang, hapir 15 menit waktu saya disini hilang kerena bus tidak datang juga, terpaksa saya naik angkot dan memaskiu desa Gandoang, setibanya disana saya dijemput dengan tukang ojek, tetapi saya menolak dengan halus untuk di ijinkan jalan kaki saja menuju rumah.

Jalan kaki menuju rumah, begitu lakunya, gelap pun mengantar, padahal jalan ini tadi pagi juga gelap dan sekarang juga gelap, berangjat gelap dan pulang gelap.

Memasuki rumah anak-anak belum tidur dan istirahat sebentar dan shalat Maghrib dan Isya dan langsung tidur.

Ternyata Yasin tadi siang tidak sekolah kerena masih sakit di perutnya habis memasang alat suntik desferalnya.

Tiada ulasan: