selamat berjumpa semoga tidak marah-marah

Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka hanya menipu diri sendiri sedang mereka tidak sadar. (QS. 2:9)

In trying to deceive GOD and those who believe, they only deceive themselves without perceiving


Khamis, Mei 07, 2009

Berangkat ke Bandung

Jumat, 13 Februari 2009.



Menjenguk Lik Slamet yang sakit di Bandung.


Jam 03.00 saat terbangun akanmengerjakan shalat tahajud, sadar jikalau hari ini mempunyai niat untuk pergi ke Bandung, setelah selesai shalat, sarapan dan mempersiapkan pakaian, kerena hari nii hari jumat pasti harus ada sarung untuk shalat dan baju putih.

Berangkat dengan motor, belum sampai di pintu gerbang kompleks perumahan ingat jikalau Hp belum diambil, tadi memang sedang di chass, terpaksa balik pulang untuk mengambil Hp.

Saat di pertigaan Gandoang pagi itu, udara masih gelap, nafas shubuh masih basah

Setibanya di Cipicung mampir sebentar di SPPBU untuk mengisi bahan bakar sepeda motor sebanyak Rp 10 000,- setelah itu berangkat lagi menyusuri jalan menuju Jonggol, panorama pagi belum terlihat ngak tahunya sudah sampai di depan Citra Indah, berjalan terus di keremangan pagi sambil menahan ingin buang air kecil, akhirnya di masjid sekitas 200 meter sebelum pertigaan yang belok kanannya ke Pasar Lama Jonggol, saya sempatkan buang air kecil disitu, disisi dalam masih terlihat para makmum yang melanjutkan dengan pembacaan Al Quar pagi ini.

Selepas SMA Jonggol di Ujung sana kota Jonggol terlihat bukit yang menjulang dikeremngan udara pagi, bukit- bukit itu yang sekarang saya harus daki.

Jalan rusak mulai mewarnai perjalanan, kendaraan angkutan tanah sangat banyak terlihat.

Cariu di pagi hari, jalan menurun dan mendaki, sudah terlihat beberapa anak sekolah yang mulai menunggu kendaraan umum.

Setelah melewati kuburan China di taman Quilin jalanan mendaki lurus dan panjang, setelah belok kiri menurun dan rombongan anak sekolah dasar bergerombol berlarian dipinggir jalan menuju sekolahan, dan ada yang sedang mengerjakan PR sekolahan di pinggir jalan yang sepi ini.

Puncak Pines.

Jalanan masih mendaki dan terlihat bergelombang kerena tanahnya longsor, longsor bukit dan longsor jalan di wilayah sini sudah terlalu sering, dalam hitungan geologis daerah ini rawan patahan.

Kiri kanan banyak kendaraan angkutan muatan berat, mengankut tanah bahan bakal pembuatan keramik, yang digali secara luara biasa merusak alam.

Disini kalau ada mobil besar terbalik kerena muatan berat dan jalanan rusak, pecah, ambles, putus urat, dan growak, adalah biasa, wilayah ini seperti wilayah tanpa pemerintah.

Motor saya masih bisa bergerak walau perlahan, didepan saya terdapat angkutan mobil terbuka yang dipenuhi dengan penumpang perdesaan, sebab angkutan umum tidak lewat disini dan kalaupun lewat ongkosnya mahal, sebab jalannya jelek.

Saat menuruni jalan memasuki kawasan Cianjur dari kecamatan Cikalong Kidul jalanan lurus menurun dan disisi jurang sebelah kiri terlihat waduk Jatiluhur di bawah jauh, dengan hamparan hijau di kiri kanannya, Kecamatan Cikalong Kulon ini cukup ramai dibandingkan wilayah Kabupaten Bogor, termasuk penduduk lebih santun, motor dikemudikan dengan perlahan.

Di kawasan ini terdapat hutan pinus atau karet yang sepi tetapi tidak selebat sewaktu tahun 1995 saya melewati daerah ini bersama rekan sekerja dari perjalanan menghadiri pernikahan teman kantor wanita di Cianjur, dimana saat itu Aswan dan Tyas masih usia SD.


Memasuki ujung terakhir ruas jalan Cileungsi Cianjur lewat Jonggol adalah jalanan disisi kiri kanan hutan yang sepi dan akhirnya hamparan sawa terbuka , sawa yang terancam alih fungsi lahan, siapa yang bisa mempertahankan lahan persawahan ini jangan sampai menjadi perumahan.

Setibanya diujung jalan, dimana ruas jalan Cileungsi jonggol Cianjur ketemu jalan berusia tua Jakarta Bogor Puncak Cianjur Bandung, belok kiri menuju Bandung, ramainya.

Sebab sedari tadi pagi jalan ditempat sepi dengan kondisi sepeda motor yang penuh lumpur sekarang memasuki jalan antar Propinsi, dengan kendaraan pribadi yang bagus, bus- bus besar ber penumpang, sehingga harus dijaga jangan sampai di tobrok dari belakang, atau menobrok dari belakang.

Saat pagi mulai disinari matahari sadar jikalau belum mengerjakan Shalat dlhuha, sekarang berfikir dimana masjid yang letaknya di sisi kiri jalan, ada tempat parkirnya, setelah memasuki ruas jalan menuju Bandung ini berjalan agak membelok kekanan dan lurus, kemudian melewati jembatan dan berjalan agak berbelok kanan sedikit dan lurus disana ada masjid yang cukup bagus, motor berhenti untuk istirahat shalat dlhuha.

Terasa badan yang lurus sekarang bisa di bengkokan, udara cukup cerah, saat air wudhu mulai mengenai tangan segarnya ank sekali.

Jembatan Raja Mandala yang masih sepi, menghadirkan ketenangan.

Kota Ciranjang ramai sekali, pedagang pagi sudah bergiat, anak sekolah dan para pegawai, memenuhi jalanan.

Kota Cipatat, kota pengrajin batu onix, terlihat seorang pengrajin membuat patung singa besar.

Jalanan belok dan mendaki, tikungan tajam.

Kota Padalarang, ternyata disana ada tertulis Pusat Pemerintahan Kabupaten Bandung Barat.


Tanda masuk SUNDIAL memasuki kawasan Bandung Baru sudah dilewati.
Akhirnya ada tulisan kalau lurus memasuki Jalan tol dan kalau belok kanan sedikit menuju Cimerame.

Cimerame akhirnya dimasukin dan sekarang mencari pertigaan jalan menuju Cililin.

Bertanya dengan tukang angkot, dia menjawab dengan sangat singkat, sekilas saya tidak bisa mengharap keramahan dari orang Bandung jaman sekarang.

Pertigaan Cililin itu sudah saya lewati sekarang berjalan lurus, ramai, perniagaan bermacam- macam usaha bermunculan.

Sewaktu bertanya kepada penarik Amalan Masjid yang ada di pinggir jalan dimana Cililin, ia menerangkan sangat jauh, kalimat sangat jauh ini mengingatkan saya untuk tidak terlalu sering bertanya kerena memang sangat jauh, sebelumnya ia memberi perkiraan saat sudah melewati jembatan panjang, belok kanan dan akan dituju Cililin.

Sekarang mencari jembatan dimana dia, sesudah jembatan belok kanan. Okey maju lagi, motor berjalan agak cepat jalanan lenggang dan kemudian ramai, memasuki pasar desa, macet sebab memang jalannya sempit, saat itulah memasuki kawasan kecamatan Batujajar.

Saat kendaraan belok kekanan, saya sempat meragukan, akhirnya saya bertanya dengan seseorang, ia adalah seorang anak muda, ia bekerja setiap malam sebagai penjaga malam, hari ini ia terasa agak capek untuk datang kekantor, sehingga sewaktu saya bertanya dimana rumahnya Pak Unang, ia tahu dan ia ingin ikut goncengan dengan saya dan nanti akan di beritahu rumahnya, beberapa saat kemudian saya sudah berkendaraan dengan dia.

Tiba disuatu rumah yang didepan nya ada tokonya dan disampingnya ada Wartelnya, dimana wartel itu yang sering saya hubungi dari kantor di Jakarta kalau saya ingin berbicara dengan Lik Slamet, tetapi pengakuan dari penjaga warung barangkalai anaknya Pak Unang, wartel itu sekarang sudah berubah nomer teleponnya.

Ya ngak apa, kemudian saya menanyakan dimana rumahnya Pak Slamet, ia adalah Paman Saya, kemudian ia menunjukan arah kekanan dari mana saya datang tadi, ada tiang listrik, disana lah rumah pak lik slamet.

Ternyata didalam ada mertuanya Palik Slamet, yaitu Pak Sofyan yang anak putrinya di nikahi Pak Lik Slamet dan mempunyai anak tiga, dua sudah mahasiswa.

Tawaran dari Istrinya Pak Sofyan Mertuanya Lik Slamet untuk sarapan tidak saya tolak, memang sudah lapar, dan memang sudah capek, tetapi informasi yang didapat, bahwa keluarganya baru saja datang dari rumah sakit Cimahi, saya baru sadar jikalau paklik Slamet dirawat di rumah sakit tentara Distira Cimahi, sehingga saya cepat- cepat menyelesaikan sarapan dan langsung minta permisi untuk berkendaraan lagi menuju Cimahi.

Untuk itu saya harus ke Cimerame lagi, menyusuri jalan yang sempit dan macet, tetapi inilah perjalanan.

Dipertigaan Cimerame, kalau belok kiri ke Jakarta dan kalau belok kanan ke Bandung lewat Cimahi, pilihan terakhir yang saya jalani.

Kota Cimahi cukup cantik, seperti kota- kota di negeri China, dan cukup sempit, ini mencerminkan jikalau ini adalah kota tua, dimana kota itu awalnya tidak direncanakan untuk menangkap keramaian dan pertumbuhan penduduk seperti sekarang ini, sehingga yang paling berbahaya adalah kecelakaan lalu lintas.

Jalan ada yang lurus dan ada yang belok kanan, untuk ini saya harus bertanya pada seseorang yang di pinggir jalan, ternyata orang baik untuk dimintai keterangan, ini baru orang Bandung asli, yang saya tanyakan adalah dimana rumah sakit tentara Distira, ia menunjukan tangannya untuk mengikuti arah belok kanan.

Setelah menyusuri jalan belok kanan tersebut dan melewati stasiun kereta api dengan ditandai harus meloncati rel ganda sebab dekat dengan stasiun kereta api Cimahi.

Belok kanan dan langsung memasuki suasana bangunan kompleks militer, keyakinan memang betaul rumah sakit tentara ya keberadaannya ada di lingkungan kompleks militer.

Masuk kelapangan parkir motor, dan saya langsung mencari jalan tembus pintu pagar halaman parkir untuk mulai memasuki selasar bangunan rumaha sakit yang menghubungkan berbagai unit perawatan.

Selasar itu cukup baik dan kompleks rumah sakitnya termasuk baik, masih terasa tangan belanda yang mendesign kompleks kesehatan ini.

Ruang Perawatan 7 dan kamar no 2, ternyata paklik Slamet berbaring disana, di tungguin dengan seorang lelaki tetangga nya.

Saya memasuki ruang itu dengan gerakan menari, sebab gembira berjumpa dan memberi semangat untuk jangan mau sakit, cepat sembuh aja Lik.

Setelah saya tanyakan ke suster Paklik Slamet masuk ke rumah sakit dengan keluhan sakit perut dan sekarang masih banyak keluhan sakit, akan dilakukan penelusuran penyebab sakit kenapa sakit masih berlarut.

Saat paklik Slamet akan memasuki alam tidurnya saat itu jam 10.45, saya minta diri untuk menuju ke Masjid, sebab ini hari Jumat.

Lorong-lorong selasar terbuka dengan taman-taman terpelihara baik menjadikan rumah sakit ini sangat baik untuk penyehatan, sewaktu saya berjalan menuju ke masjid saya melihat fasilitas diagnostik yang berjajar rapi ada hemodialisa, ada fasilitas melahirkan, ada fasilitas pemeliharaan penyakit gula, yang belum saya lihat adalah perawatan Thalasemia.

Tiba- tiba terdengar suara nyaring orang ngaji Al-Quran dari pengeras suara, saya mencari suara itu dan saya jumpai sebuah masjid yang bersih, lebar dan luas.

Didepan masjid terdapat hamparan kolam berair dengan tanaman yang baru ditanam, kerimbunannya belum banyak, dari jauh terlihan kantin.

Kantin ini sangat bersih dibandingkan kantin FKUI di belakang perawatan anak-anak RSCM. sedikit yang datang dan belanja, saya memesan nasi soto bandung, setelah makanan itu terhidang, ternyata rasanya sangat enak, susah dikatakan sebab harganya Rp 6000,- dan enak.

Memasuki masjid jam masih menunjukan 11.15, masih banyak waktu untuk ngaji, agar enak, saya mengganti pakain saya dengan sarung, dengan bersarung dan berbaju putih bersih langsung shalat dua rakaat tahajiat masjid.

Ngaji Al Quran hingga memasuki saat waktu shalat dimana Khotba Jumat dimulai, Khotba kali ini di Cimahi terasa beda yaitu terlihat kesan masyarakat Bandung berani mengurangi duration berdoa pada khotba kedua.

Ya, doa bisa panjang bisa pendek, dan ini sangat pendek, tapi memenuhi syah nya syarat khotba jumat.

Kembali lagi ke bangsal 7 perawatannya Paklik Slamet untuk melihatnya kembali, ia terlihat sudah sadar, sewaktu saya minta permisi akan pulang ia sedikit kecewa, kerena saya ngak bisa lama, saya jelaskan jikalau saya besok akan ke RSCM, sewaktu saya masukan uang ke sakunya ia terlihat sedikit gembira, saya suru optimis untuk sehat.

Perjalanan Pulang itu diawali dengan berkali- kali gagal mencari jalan keluar dari dalam kompleks Rumah Sakit Tentara Distira Cimahi, mengikuti jalan awal dimana masuk awalnya, sekarang pintu sudah ditutup.

Sewaktu akan masuki area perawatan jalan baru ketahuan jikalau ada pintu masuk besar.

Kelapangan parkir sepeda motor, sepeda motor saya terlihat jelek dan berlumpur, sebab sudah berapa kilo hari ini ia melintas hingga ke Cimahi.

Berhenti di penghalang Kereta Api, diujung kiri stasiun kereta api Cimahi, sebab ada kereta api Parahyangan yang sedang lewat, kereta itu masih berjalan perlahan- lahan.

Jalan membentang lurus setelah itu sampai pada belokan kekiri atau lurus, bertanya dahulu ke penjualan gorengan di sudut jalan, ia menganjurkan lurus nanti belok kiri dan belok kanan sampai Wali Kota Cimahi.

Saat memasuki wilayah ini teringat seperti pemandangan di negeri China, sebab semua bangunan adalah perniagaan dan berorientasi ke jalanan, sehingga beban jalan sangat berat.

Terdapat kecelakaan bermotor di ujung jalan Cimahi.

Perjalanan pulang terasa sangat melegakan, sebab niatan sudah terpenuhi, akhirnya pertigaan Simarame pun di lewati, dan berjalan terus, akhirnya Padalarang juga dilewati, motor melaju terus dan mulai menuruni jalan belok berdinding karang menandakan ini adalah Ciranjang, kawasan galian di Padalarang yang diambil bati Oniksnya.

Terlihat di arah jalan pulang awan hitam kelam saya tetap melaju dengan mempersiapkan diri sewaktu hujan turus harus berteduh, sebab sekuat- kuatnya kendaraan kalau kena percikan air ya berhenti mesinnya, padahal rumah masih jauh.

Hujan disekitar Cipatat, dengan sekitar sawah membentang, berteduh di emperan toko las pagar, hari ini toko itu tutup, sisa sisa pembakaran las dan percikan las masih terpapar di sampah.
Atap seng tempat berteduh sangat rapuh sehingga terdapat bocor disanan sini, dan memang hujannya luar biasa derasnya.

Setelah hujan redah baru berani mengendarai motor lagi dengan mengenakan lapis plastik hujan, walau bocor juga plastik ini.

Melewati jembatan Mandala yang panjang, hujan merintik dan saat akan belok kanan dimana kalau lurus menuju Cianjur dan kalau kekanan akan menuju Jonggol, terlihat dua pilihan yang kontras, yang mengambil pilihan jalan lurus adalah mobil bagus- bagus, sedangkan yang belok kanan ngak ada, memang ada mobil penumpang Cileungsi Cianjur yang lagi menunggu penumpang, tetapi sepi, saya berjalan terus walau sepi.

Saat melewati SPBU sempat mengisi premium seharga Rp 20 000,- jalanan sepi dan lurus, sengaja tidak memacu kendaraan sebab jalanan masih basah, akhirnya memasuki kawasan hutan pinus karet dan pohon lainnya, jalanan sepi dan suasana masih mendung menambah agak gelapnya kiri kanan.

Sewaktu memasuki Cikalong Kidul, dimana jalanan akan menanjak sempat membeli olie dan dituangkan ke motor untuk mengantisipasi raungan mesin sewaktu jalanan mendaki, hampir ¾ kaleng sudah tertuangkan, motor dihidupkan lagi dan mulai mendaki, lurus dan dingin.

Jalan rusak mendaki lurus, saat di puncak pegunungan, saat udara bersih menerpa, saat jauh di kanan jalan ada jurang yang bawahnya terlihat danau Jatiluhur, saat itu sadar jikalau jalan ini akan menurun, dan acara jalan menunur adalah sangat tidak enak, betul juga, saat jalan menurun itu gas motor tidak bisa dikendalikan, sehingga untuk mengendalikan terpaksa digunakan swit off mesin yang ada di tangan kanan.

Kalau jalanan menurun mesih di swit ke off berarti mesin mati, sampai bunyi mesin terkedali dan dihidupkan lagi, dan di matiin lagi dan dihidupkan lagi.

Saya merasa sudah waktunya shalat ashar sekarang tinggal mencari masjid, ada beberapa masjid yang dilewatin tetapi tidak ada tempat parkirnya sehingga sewaktu ada masjid kacil dengan tempat parkir luas saya mampir.

Sebelum shalat sempat mengisi sia ¼ kaleng sisa olie yang tadi dibeli.


Sekitar 5 km sebelum Cariu ada bengkel, saya mampir dan menjelaskan gas ngak bisa di kecilin, sewaktu itu ia sedang membenahi ban motor pelanggan anak mudah yang kempes, sehingga ia hanya mengernyitkan dahi sebab telah menuruni bukit sepanjang ini dalam kedaan gas ngak terkendali, sampai ia bertanya bagaimana cara mengendalikan kecepatan, saya bilang ya dimatiin mesinnya.

ternyata sewaktu ia menghampiri motor ia melihat terlepasnya baut kontrol tali gas, betul saja sampai gas ngak terkendali sebab putus tali gas nya, setelah di baut kuat motor sudah enak gasnya, sewaktu akan di bayar ia ngak mau di bayar.

Kota Jonggol akhirnya dicapai, dari ujung awalnya di tandai dengan parkir mobil tigaperempat bus Jonggol Kampung Rambutan, Bogor, Pulogadung, Bekasi, kemudian melewati pasar baru Jonggol, kemudian melewati SMPNegeri Jonggol, dan masuk Gandoang, masuk rumah jam 17.00 sore.

Tiada ulasan: