selamat berjumpa semoga tidak marah-marah

Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka hanya menipu diri sendiri sedang mereka tidak sadar. (QS. 2:9)

In trying to deceive GOD and those who believe, they only deceive themselves without perceiving


Selasa, Julai 31, 2007

Hari kedua di Convention Hall

Kamis, 12 Juli 2007.

Hari kedua di Jakarta Convension Center Jakarta, berangkat niatnya ke kantor terlebih dahulu untuk mengambil tustel/kamera, tetapi baru berjalan beberapa menit, rasa kantuk datang menyerang, padahal Yasin Fifi dan Istri ikut, sehingga harus aman benar, harus berbaring terlebih dahulu konsepnya, sehingga sesampainya di masjid kuning Cibubur, masuk halaman masjid dan mulai parkir dan melepas semua pakaian pelindung jiket dan anak- anak sudah turun, langsung saya baring.

Setelah baring beberapa saat kemudian ke peturasan untuk membuang air seni, kemudian bersiap berangkat lagi, sampai anak- anak bertanya sudah sehat lagi pak, sudah jawabku menggembirakan.

Berkendaraan lancar hingga ke kantor dan langsung saya naik kelantai tiga, sementara motor saya parkir diluar, sedangkan istri dan Fifi duduk dibawah dengan Satpam. Ternyata Yasin ikut menyusul keatas, disana saya sempat membuat air teh panas manis dan dimasukan ke plastik untuk diminum dijalan.

Berangkat ke Jakarta Convension Center melalui jalan Kebayoran lama, kemudian mengikuti jalan Slipi dan Palmerah disamping jalan kereta api, kemudian melakukan belok kanan menuju hotel mulia dan dari sana belok kiri menuju Convension, tetapi disini tidak ada jalan putar, sehingga harus putar didepan Rumah Sakit AL Mintoharjo.

Kemudian sudah berada dijalan balik dan diujung jembatan penyebrangan berhenti untuk balik sebab sudah kelewatan 100 meter, kerena ini motor saya berjalan perlahan di sisi kanan, dan masuk, kemudian cari parkir, ternyata harus putar.

Memasuki Convention Center diawali dngan membuat Tanda Pengenal Identitas yang digantung dileher, yang membuat saya dengan istri dan kemudian masuk.

Mencari ruangan agak lama, setelah dapat informasi kalau ruang pertemuan dibawah, kemudian saya turun, kemudian melakukan pendaftaran dan memasuki ruangan, didalam menyadari jikalau ada ruangan disamping yang melakukan hal yang sama tapi dengan topik yang beda yaitu topiknya masalah kuliner, dimana sebaiknya istri saya yang ikut, kemudian istri saya memisahkan diri untuk menuju ke ruang samping.

Acara pagi ini diisi dengan acara pembahasan Permainan Anak-anak Tradisional sebagai bentuk warisan budaya.

Pembahasan permainan anak- anak hampir kehilangan makna sebab lebih banyak membicarakan bentuk ke ilmiahan dari setiap permainan anak- anak, yang jadi kajian saya adalah permainan itu agak terpisah dengan anak- anak sebab terpisahkan oleh mahalnya harga permainan, sebab permainan sudah di rupiahkan.

1. Pembicara pertama, Prof DR Edi Sedyawati,

Membahas Mainan dan permainan tradisional mengarah ke pengembangannya, lebih banyak pada membahas pendifinisian setiap atem permainan, asal usul dan luasnya wilayah pengaruhnya, keterkaitannya dengan pelestarian alam yang menyediakan sarana permaianan, dalam hal ini Prof Dr Edi Sedyawati mencontohkan permainan susur suruh, yang hingga pengamatannya hari ini sudah tidak memndapat perhatian lagi dari anak- anak Indonesia, disebabkan sawo kecik sebagai penyedia sarananya ( dalam hal ini bijinya ) sudah banyak ditebangi, dan tidak secara gampang didapat, untuk digunakan sebagai sarana permainan oleh anak- anak.

Tataruang perkotaan tidak lagi memprinsipkan harus ada lahan terbuka untuk menampung permainan anak- anak yang paling sederhana berupa gobak sodor, sebab lahan kosong sekarang lebih cenderung digunakan untuk kegiatan ekonomi.

2. Pembicara kedua, Zaini Alif, Peneliti Permainan anakn tradisional.

Membahas permainan tradisional yang ada di wilayah Jawa Barat hingga sebanyak 367 macam ragamnya, dari permainan tiup, ketrampilan, menyerang musuh- musuhan, berlari, melompat, berfikir, menghitung, menghafal bentuk, sembunyi-sembunyian, menunjuk, menolak, menggapai.

Negara asing seperti Amerika Serikat sering datang ke Indonesia untuk meneliti permainan anak Indonesia dan dikemas ulang untuk dijadikan permaianan anak- anak di Amerika, dengan memotivasi nalar dan gerak.


Pembahasan kedua menampilkan Iwan Tirta Design Sutera Batik,

1. Pembicara pertama, Iwan Tirta, Designer Sutera.

Mengedepankan tingkat kekejaman pengambilan hak cipta kain dan sutera yang sekarang sangat terasa, jikalau dahulu dikenal adanya perang dunia ke Dua, sekarang ini secara tidak langsung telah memasuki perang dunia total.

Negara lain dengan beraninya menyatakan produk sutera adalah miliknya, tetapi sekarang banyak anak- bangsa yang membuat kreativitas di bidang persuteraan yang meliputi karya- karya seni tinggi, contohnya salah seorang pengrajin sutera yang bermukim di Bali, ia sekarang sudah berani menanamkan modal untuk menanam murbei sebagai makanan ulat sutera, ternyata produk sutera itu sangat tergantung pada apa yang dimakan oleh ulat suteranya.



2. Pembicara kedua, Ghea Pangabean, Designer fasyen.

Mencoba bersikap kompromi dengan karya- karya kain songket dan tenun ikat tradisional asli bangsa Indonesia, sekarangh yang sedang dihadapi adalah permintaan yang mendadak banyak hingga jumlahnya jutaan pies, perlu dipikirkan bahan baku pengadaan rayon, dan cara untuk mewarna, apakah harus jatuh pada printing, mengingat kemampuannya untuk berproduk missal.


3. Pembicara ke tiga, Harry Darsono, Dr. Phd.
Membahas karya seni tinggi Houte Couter dimana ia harus menghadapi designer dunia dan cara kerja mereka yang suka memandang rendah budaya bangsa, design banyak dibeli oleh Negara asing dalam hal ini Sanghai, Itali tetapi nama jualannya adalah nama mereka, Harry Darsono di berikan disudut tersembunyi dari setiap karya houte couter yang dirancangnya, sehingga perna ia me sayembarakan, siapa konsumen yang bisa mengumpulkan 4 tanda tangannya di produk houte couter yang ia beli ia mendapat hadiah, ini hanya menandakan bahwa produk rancangan pakaiannya telah tersebar banyak di dunia tetapi dengan nama dagang orang lain.

Komentar saya mereka ini terlalu baik dan bersih untuk melihat permasalahan ekonomi perdagangan di Indonesia, sebab mereka bangkit dari kesendiriannya untuk meraih sukses seperti sekarang ini, hanya saja pemerintah selalu terlambat dalam mengantisipasi permaslahan global yang akan muncul setiap saat.

Makan siang di Covension Center, dengan hidangan lengkap. Standar hotel bintang lima. Fifi sangat rewel makannya, ia hanya menyantap kue sedikit dan daging iris sedikit kemudian minum.

Terlihat istri kemudian menyusul sebab tadi ruangannya terpisah sehingga untuk menuju ruangan ini juga terpisah.

Saat istri akan mengambil hidangan ikan salmon, ternyata hidangan itu sudah habis.

Kemudian shalat Dhluhur.

Lokakarya ketiga “ Produk Budaya Kriya “

1. Ahadiat Joedawinata.

Kemampuan designer kriya di Indonesia terbentuk untuk memenuhi tuntutan fungsi kegiatan keseharian masyarakat, konsep dasar pembentukan produk kriya di Indonesia adalah paduan unsure alam, dan bahan baku yang ada.
Produk kriya masih bisa dikembangkan dengan mempertimbangkan : a) keunikan budaya disetiap daerah, b) penerapan regulasi yang sama disetiap daerah terhadap issue pelestarian lingkungan, issue pengguna produk ancaman terhadap penggunaan, contohnya kimia pewarnaan, issue keselamatan terhadap pengguna, seperti ketajaman pada sisi tajam rotan tidak diijinkan terlalu tajam, atau produk kriya yang bisa disalah gunakan, c) orintasi pasar pada wilayah pennguna produk kriya Indonesia, contohnya jikalau produk kriya akan di pasarkan ke Amerika berkaitan dengan acara khusus, maka designya harus disesuaikan dengan life style mereka, d) pola transportasi, pengiriman barang yang masih terkendala pada lamanya perjalanan antara Indonesia dengan Eropa, Amerika dan Afrika. e) Teknologi yang diterapkan sebaiknya di tingkatkan, f) R & D.

2. Biranul Anas

Produk kriya di Indonesia mengikuti jamannya, ada yang masih bertahan dan ada pula yang telah menghilang, kerena pengguna setia dan produsennya telah tidak berproduk lagi.
Kini produk kriya tradisional bangsa mendapat perhatian dari sesame Negara untuk dijadikan konsumsi keseharian mereka, seperti produk kriya Jepara dengan mebelernya, perkembangan terakhir produk kriya sudah diklaim antar bangsa.


Untuk kegiatan Kriya ini komentar saya adalah bangga dengan telah dibentuknya perguruan tinggi yang membidangi seni Kriya sehingga penelitian designya juga akan bermuara kepada budaya apa yang akan dikemas untuk mewujudkan karya seni Kriya.
Pulang sekitar jam 17.00 dan masuk rumah sekitar jam 20.00

Tiada ulasan: