selamat berjumpa semoga tidak marah-marah

Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka hanya menipu diri sendiri sedang mereka tidak sadar. (QS. 2:9)

In trying to deceive GOD and those who believe, they only deceive themselves without perceiving


Selasa, Julai 31, 2007

Menyerbu Pintu Keberangkatan

Senen, 18 Juni 2007


Menyerbu Pintu keberangkatan

Saat itu shalat Maghrib baru saja dilakukan, Yasin yang berjamaah dengan saya masih mencari cari sandalnya yang tertumpuk, Istri yang duduk menunggu barang saya ijinkan untuk mengerjanakn shalat mahgrib, biar saya yang menjaga barang, Fifi yang keluar ruang shalat wanita, ia terlihat berusaha mencari saudara-saudaranya atau orang yang dikenal, tetapi ngak didapat sebab terhalang kereta dorong bandara yang disusun memanjang dengan tukang sortir kereta.
Yasin berusa memanggil Fifi, dan Fifi menoleh kekanan dan kekiri mencari sumber suara, tetapi tidak didapat, sehingga sewaktu Yasin berbicara semakin nyaring baru Fifi bisa mencari sumber suara, dan di terlihat berlari kearah saya.
Kemudian Tyas dan ibunya keluar dari ruangan shalat kelompok wanita, tinggal Astari yang terlambat.
Saya menisyaratkan untuk segerah berangkat tetapi saya melihat wajah Astari ada sedikit yang ditahan ngak enak dihatinya.
Yasin minta dibetulkan susunan barang di kereta dorong, agar ia bisa duduk, melihat Yasin duduk diatas kereta dorong barang bandara, Fifi juga ingin ikut, saya letak Fifi diatas barang agak lebih tinggi dari Yasin diatas ranselnya Astari, terlihat dua anak diatas susunan barang yang didorong bergegas menuju pintu masuk pemeriksaan tiket Lion Air.

Sewaktu saya mendorong terasa berat kereta dorongan itu, hal ini saya anggap olah raga sambil menghibur anak- anak, banyak orang melintas menyongsong, sebab diarea didepan terminal memang bukan jalan raya sehingga boleh saja orang melintas.

Sewaktu saya melewati pintu kaca dimana tertulis pintu keluar bagi petugas didalam bandara, saya pesankan pada Tyas dan Astari yang akan terbang, untuk menghampiri nanti ke pintu ini sebagai tanda bahwa semua proses boarding sukses dan saya dan istri dengan gembira akan meninggalkan bandara.

Ada hal yang terjadi, sewaktu rombongan mendekat ke jalur masuk antrian masuk, terlihat ibunya berusaha mencari uang untuk mengganti minumannya Astari yang dipaksa dibuka oleh Yasin untuk diminum olehnya, hal itu terjadi sebelum maghrib tiba, dan saat akan terbang rupanya Astari minta pergantian dari ibunya, ibunya memberi uang Rp 5 000,- kemudian Astari terlihat menghapus air matanya yang sempat turun, dongkol kerena minumannya diminum sebagian dengan Yasin.

Akhirnya Tyas dan Astari memasuki ruangan masuk, diperiksa tiketnya, dan diperlihatkan oleh Tyas dan Tyas dan Astari memasuki proses pemindaian barang-barang bawaan.

Kemudian saya menggendong Fifi untuk melihat kakaknya yang sedang diperiksa bawaannya, sebab Tyas membawa 40 ampul obat cuci darahnya, yang akan digunakan selama di Makassar nanti.

Sewaktu saya melangka kepintu kaca disamping jalur masuk penumpang, saya sadar bahwa uang boarding Pas untuk membayar airport tax masih saya kantongi, saya mendekat kepintu untuk melihat Astari atau Tyas, ternyata proses beikutnya adalah Astari yang tidak banyak mengurus barang bawaannya ia terlihat berdiri akan melangkah, tetapi sempat saya lihat langsung saya panggil untuk kepintu dan saya berikan uang Rp 50 000,- untuk pembayaran Airport Tax teruntuk 2 orang.

Proses berikutnya adalah terlihat Tyas bertanya dimana konter lapor tiket pemberangkatan menuju Makassar, dan terlihat Tyas ditunjuk arahnya oleh seorang petugas dan saya tidak bisa lagi mengikuti gerakannya sebab tidak ada celah lagi untuk melihat dibalik kaca dinding Bandara.

Saya dan istri menunggu dipintu kaca, sedangkan Fifi saya gendong sementara Yasin bersandar pada tali, kemudian saya minta tolong pada petugas penjaga pintu untuk melihat kedalam bagaimana keadaan kesibukan boarding kok sudah lama Tyas dan Astari belum juga datang.

Petugas itu mau menolong dengan masuk melihat dan dari kesimpulannya memang banyak yang antri di boarding Sulawesi.

Tiba-tiba Tyas dan Astari datang berlari dengan gembiranya ia menceritrakan jikalau semua proses sudah dilalui dengan baik dan pembayaran Airport Tax juga sudah dibayar, barang yang masuk bagasi dan barang tentenganjuga sudah beres semua, kemudian salaman, terlihat Tyasnya menyisihkan uang seribu rupiah kepada Fifi, Fifinya sangat senang menerima.


Kicau Fifi naik Bus bandara.

Proses berikutnya adalah menunggu kedatangan bus Bandara tujuan Kampung Rambutan, bus- bus tujuan lebak bulus, Rawamangun, Pasar –Minggu, Blok M, Gambir, sudah lewat tetapi bus yang ditunggu belum juga datang, saat bus bandara tujuan Lebak bulus, terlihat ada dua orang wanita yang mengejar, saya yang sedang menunggu bus Kampung Rambutan memberitahukan kepada sopir untuk menahan laju bus, untuk memberi kesempatan dua orang wanita yang berlarian itu untuk naik, dari sosoknya terlihat jikalau dua orang wanita itu adalah polisi wanita, sebab tujuan Lebak bulus disana ada pusat pendidikan Polisi Wanita.

Bus Kampung Rambutan datang, saya naik bersama istri dan Yasin dan Fifi, mengambil tempat duduk didepan, Yasin dipangku ibunya dan Fifi saya pangku, Fifinya sangat gembira naik bus dan setiap bus melewati deretan pesawat Fifinya berteriak- teriak, sampai akhirnya seluruh kursi di bus terisi semua dan terlihat ada penumpang yang berdiri.

Bus keluar dari area bandara jalanan terang oleh lampu jalanan, agak ramai, dan Fifinya selalu bernyayi dan bertanya, soal keinginannya untuk makan telor burung onta, sampai- sampai penumpang bus yang lain tersenyum mendengar keinginan Fifi.

Bus memilih lewat Ancol, saat bus melewati Ancol, Fifi sudah berteriak- teriak ingin ke Ancol. Dan kemacetan terasa sejak di Kelapa Gading, saat itu Fifinya sudah tertidur nyenyak.

Kemacetan ini sangat lama. Sampai memasuki jalan tol tujuan Bogor juga masih macet, di saat menyimpang kekiri memasuki area Taman Mini hujan deras turun mengguyur, dan dipoint ini banyak penumpang yang turun untuk menyambung naik taksi ke tujuan rumahnya.

Saat memasuki Jalan Baru, penumpang hanya saya sendiri dengan anak-anak. Akhirnya saya minta turun dijembatan untuk mencari angkot tujuan Cileungsi. Saat itu jam 21.30.

Dengan berhujan-hujan gerimis, menyetop banyak kendaraan, kerena gelap saya tidak bisa membedakan mana tujuan Cileungsi dan Tujuan tempat lain.

Akhirnya saya melihat ada angkot yang berhenti dan angkot itu tujuan Cileungsi sehingga saya naik.

Tujuan ke Cileungsi lancar dan sedikit hambatan di Kranggan kerena jalur putar kendaraan, sampai turun di Cileungsi dan naik angkot lagi tujuan Gandoang, dan hujan masih merintik di Gandoang, kemudian berjalan menuju motor yang diparkir didepan tokonya Chacha, temannya Astari.

Ayahnya Chacha juga berjualan sate Sukabumi, istri yang merasa lauk dirumah kurang enak langsung membeli 15 tusuk sate, sambil menunggu sate dibakar Ayahnya Chacha banyak bertanya soal Astari, yang sedang terbang satu jam yang lalu.
Hujan masih turun, bermotor berempat, Yasin paling depan, kemudian saya dan dibelakang saya duduk Fifi dan terakhir ibunya, semua tertutup dengan plastik hujan, kecuali Yasin yang ingin hujan-hujan ditengah malam ini.

Sesampainya dirumah, langsung makan sate, sementara itu saya menghubungi Hp nya Rasyad di Maksaar, saudara Ipar yang banyak mengurus anak-anak mengatakan jam sekarang menunjukan pukul 23.12 pesawat belum mendarat dan katanya terlambat 30 menit.

Saya tinggal tidur setelah shalat isya.

Tiada ulasan: