selamat berjumpa semoga tidak marah-marah

Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka hanya menipu diri sendiri sedang mereka tidak sadar. (QS. 2:9)

In trying to deceive GOD and those who believe, they only deceive themselves without perceiving


Selasa, September 08, 2009

Donor darah saat ulang tahun POPTI

Rabu, 27 Mei 2009.

Hari Ulang Tahun POPTI

Hari ini adalah Ulang tahunnya Popti ( persatuan orang tua penderita Thalasemia ), dan dirayakan dengan mengadakan donor darah massal, mengingat 2 anak ku selalu menerima darah entah dari siapa pendonornya, sudah kewajibannya lah hari ini saya mendonorkan darah dari lenganku.

Berangkat agak siangan sekitar jam 07.30 mengingat persiapan dan segalanya pasti etrlalu di seram- seramkan nantinya di RSCM, yang ikut berangkat adalah istri dan Fifi, sesampainya di sana terlihat parkir kendaraan sudah diatur, walau saya seorang pengurus POPTI, tidak mendapat parkir di deretan undangan, toh itupun ngak jadi masalah.

Berkumpulnya antara penderita dan orang tua penderita dan undangan menjadikan rumah sakit polklinik Thalasemia menjadi ngak nyaman, terlalu sempit dan terlalu sibuk, hal ini yang menjadi faktor utama mengapa saya tidak bisa bertahan lama disana.

Saat mengambil formulir untuk dilakukan donor darah terlihat banyaknya para mahasiswa kedokteran yang ikut mendonorkan darahnya, sebab saat sekarang ini ada peluang untuk mengikuti test screening darah, apakah darah pendonor mengandung genetika thalasemia atau tidak, hal ini penting sebab akan mempengaruhi meletus atau lenyapnya penyakit thalasemia di bumi pertiwi ini.

Sayangnya hanya dilakukan terbatas dilingkungan pendidikan di kedokteran UI saja, sebab yang akan menikah dalam usia produktip adalah semua generasi muda di Indonesia, yang mempunyai andil menunurkan penyakit thalasemia pada anaknya atau tidak.

Test Hb sudah dilakukan dan test tensi darah juga baik sehingga saya berpindah menuju ke bed yang kosong untuk segera dilakukan donor darah.

Fifi yang selalu setia di samping saya melihat bagaimana jarum itu menembus lengan dan mengalirlah darah untuk dimasukan kedalam tabung plastik penyimpanan darah.

Saat mana saya sedang berbaring untuk diambil darahnya, si wanita pengurus POPTI yang bermuka garang mendekati saya menanyakan dimana form isian, saya merasa bukan kewajiban saya untuk melakukan pekerjaan itu saya hanya mengatakan jangan bersuara keras kepada saya, terlihat ia membalikan badannya dan menghindar.

Saat acara donor darah sedang memasuki tahapan mengalirnya darah dari lengan ke tabung penampungan, saya berusaha menangkap apa yang berbeda hari ini di bandingkan hari lain mengingat hari ini adalah hari ulang tahunnya POPTI, ternyata banyak kamera televisi yang diundang untuk meliputi kebaikan semu yang dipertotonkan.

Para ahli Hemotologi di tingkat Dunia kemungkinan memaklumi jikalau kondisi di Indonesia ini, penyakit Thalasemia berkaitan dengan budaya Indonesia yang sedikit permisif. Sebab secara garis lurus apabila program pencegahan itu berjalan maka bisa di asumsikan penyakit ini telah surut jumlahnya sejak 20 tahun yang lalu, saat mana Tyas baru masuk Rumah Sakit.
Kali ini terlihat menemukan kesulitan luar biasa untuk mendefinisikan dimana letak pemutus mata rantai penyebaran penyakit ini, menurut sebagian orang tua penderita Thalasemia yang di rawat di RSCM, sebagai mewakili pendapat yang paling tepat, metode bertumpukan pada pengalaman pribadi mereka dan pergesekan dengan peradaban-peradaban tradisional selama ini, dan suku-suku Betawi, Sunda Jawa dll, tampak mempunyai keunikan tersendiri. Hal itu di dalamnya hanya tampak satu unsur sebagai tanda yang memberi ciri khas penyebab penyakit Thalsemia ini bangkit adalah tidak memeriksakan darahnya sebelum menikah dahulunya.
Sampai-sampai anak kecil si penderita Thalasemia pun berkata sekalipun bisa menilai dengan tepat keunikan kehidupan, karena ia mempunyai ciri tersendiri.
Kembali ke acara ulang tahun POPTI hari ini tentunya, tidak ada gerakan organisasi yang sangat spektakuler kecuali melihat rintihan tangis anak atau bayi yang menderita, yang telah berlangsung bertahun – tahun semenjak dulunya. Demikian juga perawatan thalasemia hari ini yang tidak mulai dari nol, namun ia menyerap banyak simpati dan penyumbang dana lain dalam masa perkembangannya. Selama itu, POPTI hanya sebagai orang dungu yang dianggap tidak mengerti apa- apa, padahal merekalah yang menyelamatkan anak- anak penderita thalasemia dengan kesabarannya dan kemampuannya menekan sakit hatinya untuk agar dilihat oleh anak penderita thalasemia bahwa orang tuanya selalu memiliki uang jikalau si anak meminta perawatan dengan segala kemahalannya.

Dapat mengerti sampai disini POPTI bisa sangat berharga, tidak hanya menyiapkan acara Ulang tahun tetapi yang bergembira buka anak- anak Thalasemia, dan jikalau di gembirakan tetapi disuru menyanyi yang tujuannya untuk merajuk agar dana mengalir, seperti kalau anak- anak menyayikan lagu bunda pelihara, tetapi penekannya adalah memuji- memuji perseorangan atas dedikasinya terhadap POPTI dan Yayasan.
Oleh karena itu, tidak heran Penampilan ulang tahun hari ini sangat tak patut, si orang undangan terlihat dengan pakaian yang aneh di antara banyak pasien yang bersabar, melintas dengan semangat entah untuk sipenderita atau untuk menghibur dirinya.

jika bangunanPoliklinik Thalaemia dalam pengabdiannya mampu memberi pelayanan Malam hari, memberi peluang kepada penderita yang telah bekerja, sehingga malamnya bisa transfusi, ini baru hebat- se hebatnya ornamen interior dan eksteriornya walau sederhana, tetapi fungsi bangunan thalasemia bisa berbakti pada penderita itupun sudah cukup.
Saat mana di beritahu jikalau obat desferalnya Yasin sudah ada di Apotik, dimana resep pengajuan obat sudah di masukan sejak dua minggu yang lalu, maka secepatnya mengurus adminstratip penunjangnya, dan mendapat nomer giliran 50.
Untuk menutup waktu yang sekian lama ini Fifi yang terlihat sedikit kecewa sebab saya tidak berniat mengikuti acara Hari Ulang Tahun Popti sebab ada kesan ter fragmentasi, hari ulang tahun hanya berlaku untuk sebagian orang saja. Saya merasa ngak ada, kecuali donor darah saja, berjalan bertiga di Pasar Baru, Saat mendengar adzan Dzhuhur, shalat dzhuhur di masjid di samping hotel Ailia di Pasar Baru.
Di tengah ruangan shalat dimana merupakan masjid satu-satunya yang berdampingan dengan hotel Ailia, ruangan terasa lebarnya, banyak buku terjajar rapi, ruangan terlihat sangat terang oleh pencahayaan alam, kebetulan saat setelah shalat melihat dari tempat dudukku berada di samping seorang pria yang sedang berbaring istirahat,. Pria itu tampak nyenyak melepas kepenatan, sementara udara di luar panas menyengat.

motor di parkir di gedung Kantor Pos, Fifi dapat sepatu seharga Rp 25 000,- dan Ibunya dapat sepatu Rp 30 000,- dan Yasin dapat sandal Rp 30 000,- tetapi sesampainya di rumah Yasin menolak sebab model landasannya seperti milik sandal wanita.
Jam 14.00 sudah di RSCM kembali dan istri yang berjalan sendiri memasuki apotik RSCM, sementara saya dengan Fifi parkir diatas motor menunggu didepan RSCM di pinggir jalan.
Dalam perjalanan pulang mendengar adzan Ashar, shalat ashar di masjid Komando Angkutan Mabes Hankam Cililitan.
Masuk rumah sekitar jam 17.00

Tiada ulasan: