selamat berjumpa semoga tidak marah-marah

Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka hanya menipu diri sendiri sedang mereka tidak sadar. (QS. 2:9)

In trying to deceive GOD and those who believe, they only deceive themselves without perceiving


Rabu, September 09, 2009

Tukang Sulap

Jumat, 12 Juni 2009.
Datang lebih pagi dari biasanya untuk berharap semoga tidak ada keterlambatan pemakaian komputer di kantor akibat banyaknya yang memakai jaringan, ternyata juga ngak bisa mempan.



Draft penulisan pagi ini


Tukang Sulap
Suatu Kotemplasi Penelitian/jabatan fungsional teknis ke PU an
oleh: Ir H Siswoyo Seputro

Tidak ada yang kebetulan dalam ilmu persulapan, semuanya serba di rencanakan, semua serba di samarkan agar penonton tetap setia duduk dan membayar untuk mau di kibulin, Sejak saat pertumbuhannya, ilmu persulapan sudah terkait dengan masalah moral. Ketika Copernicus (1473—1543) mengajukan teorinya tentang kesemestaan alam dan menemukan bahwa "bumi yang berputar mengelilingi matahari" dan bukan sebaliknya seperti yang dinyatakan dalam ajaran agama maka timbullah interaksi antara ilmu dan moral bumi yang berputar mengelilingi matahari" dan bukan sebaliknya seperti yang dinyatakan dalam ajaran agama maka timbullah interaksi antara ilmu dan moral (yang bersumber pada ajaran agama) yang berkonotasi metafisik. Dalam pemikiran seorang pesulap, bagaimana menghadirkan fenomena alam dalam denyut penerimaan masyarakat secara awam dan penuh dengan batasan, secara metafisik ilmu persulapan ingin mempelajari alam sebagaimana adanya, sedangkan di pihak lain terdapat keinginan agar ilmu persulapan mendasarkan kepada kenyataan-kenyataan fisik yang meliputi keindahan, keinginan, kecantikan dan hitam yang selalu mengiringi syarat persulapan.

Ketika suatu saat peneliti dan jabatan fungsional teknis ke PU an dapat mengembangkan dirinya, yakni dari pengembangan konsepsional yang bersifat kontemplatif disusul penerapan-penerapan konsep ilmiah ke masalah-masalah praktis atau dengan perkataan lain dari konsep ilmiah yang bersifat abstrak menjelma dalam bentuk konkret yang berupa penerapan atau kajian teknologi, konflik antarilmu dan moral berlanjut. Seperti kita ketahui, dalam tahapan penerapan konsep penelitian , ilmu tidak saja bertujuan menjelaskan gejala-gejala alam untuk tujuan pengertian dan pemahaman suatu penelitian, tetapi lebih jauh lagi bertujuan memanipulasi faktor-faktor yang terkait dalam gejala tersebut untuk mengontrol dan mengarahkan proses yang terjadi. Bertrand Russel menyebut perkembangan ini sebagai peralihan ilmu dari tahap “kontemplasi ke manipulasi” (Sumantri, 2001:234).
Dalam tahap implementasi penelitian, kegiatan manipulasi akhirnya muncul kembali. Kalau dalam kontemplasi masalah moral berkaitan dengan metafisika keilmuan maka dalam tahap manipulasi masalah moral berkaitan dengan cara penggunaan pengetahuan ilmiah. Atau secara filsafati dapat dikatakan bahwa dalam tahap pengembangan konsep terdapat masalah moral yang ditinjau dari segi ontologis keilmuan, sedangkan dalam tahap penerapan konsep penelitian terdapat masalah moral yang ditinjau dari segi praktisi penelitian, keterbatasan peneliti, dan ambang batas hasil penelitian. praktisi penelitian itu sendiri adalah penerapan teori nilai yang berkaitan dengan kegunaan dari pengetahuan yang didapat sambil menakar perkembangan nya.
Dihadapkan dengan masalah moral dalam menghadapai aktualitas permasalahan penelitian, penerapan teknologi dan dampak sosial kemasyarakatan suatu teknologi ke PU an yang bersifat merusak para peneliti dan Jabatan fungsional teknis terbagi ke dalam dua golongan pendapat. Peneliti dan Jababatan Fungsional teknis golongan pertama menginginkan bahwa ilmu harus bersifat netral terhadap nilai-nilai, baik itu secara ontologis maupun penerapannya. Dalam tahap ini tugas peneliti dan jabatan fungsional teknis ke PU an adalah menemukan pengetahuan dan terserah kepada orang lain atau sektor lain untuk mempergunakannya, bermanfaat atau tidak, berlebihan atau kekurangan, terlepas apakah pengetahuan itu dipergunakan untuk tujuan baik ataukah untuk tujuan yang buruk. Sedangkan peneliti dan jabatan fungsional teknis ke PU an golongan kedua sebaliknya berpendapat bahwa netralitas ilmu terhadap nilai-nilai hanyalah terbatas pada metafisik keilmuan, sedangkan dalam penggunaannya kegiatan keilmuan haruslah berlandaskan pada asas-asa fungsi, almamater, kelembagaan, dan sektor terkait, sebab untuk apa dibuat adanya segmen esselon satu penelitian jikalau tidak bisa memback up kebutuhan sektor. Golongan kedua mendasarkan pendapatnya pada beberapa hal, yakni, (1) penelitian dan kajian secara faktual telah dipergunakan untuk kepentingan kesejahteraan manusia melalui konsep filsafah ke PU an yang dibuktikan dengan adanya teknologi-teknologi ke Sumber Daya Air, teknologi penerpan ke Bina margaan dan teknologi penerapan ke Ciptakaryaan; (2) penelitian dan kajian telah berkembang dengan pesat dan makin esoterik sehingga kaum peneliti dan jabatan fungsional teknis ke PU an lebih mengetahui tentang ekses-ekses sosial yang terjadi pada saat penerapan suatu konstruksi ke PU an dan (3) penelitian dan kajian telah berkembang sedemikian rupa sehingga mampu mengubah sosial kemanusiaan yang paling hakiki seperti pada kasus jembatan Surabaya Madura, dimana ilmu penerapan ke PU an akan berpengaruh secara signifikan pada teknik perubahan sosial. Berdasarkan ketiga hal itu maka golongan kedua berpendapat bahwa ilmu secara moral harus ditujukan untuk kebaikan manusia tanpa merendahkan martabat atau mengubah hakikat kemanusiaan (Sumantri, 2001:234)
Perjalanan waktu akhirnya menghasil sekumpulan hasil-hasil riset Balitbang Dep PU yang dirasa sangat perlu untuk dipasarkan, untuk mengetahui sampai dimana kesanggupan pasar menerima produk riset atau produk riset mengalami peralihan orientasi kerena jedah waktu.
Kembali ke filosofi tukang sulap, dimana diperlukan adanya penggelapan cahaya, ke genitan penampilan dan penyembunyian lakon untuk memperkenalkan suatu bentuk hiburan yang dirasa sekejap tanpa bergeming dari permasalahan dasar bangsa.
Sedemikian besarnya minat pengusaha atau para wirausaha untuk melakukan usaha dari hasil-hasil riset Balitbang Dep PU, tanpa perlu mendapat suntikan dana sedikitpun dari Departemen PU, asal mempunyai dukungan informasi.
Berkait dengan penurunan kualitas lingkungan kehidupan masyarakat , hasil-hasil riset Balitbang Dep PU dirasa sungguh memudahkan jalan keluar kesulitan.
Perkembangan lainnya adalah kesadaran para investor pengembangan lahan berskala besar mulai sadar akan fungsi memelihara lingkungan.
Bagaimana kesiapan Balitbang Sebranmas.

Balitbang Sebranmas khususnya dan Balitbang Departemen PU Umumnya saat ini memiliki banyak hasil- hasil penelitian, baik berupa riset teknologi, riset terapan maupoun kajian penelitian murni lainnya, umumnya cukup baik. Hanya saja di kalangan Esselon I lainnya di lingkungan Dept PU belum memanfaatkan, Harga pembangunan dan ke gagalannya di Indonesia sudah tinggi dan mahal. Banyak juga ide- ide bagus di Indonesia. Sayangnya, kami masih mengalami kendala terutama akibat otorisasi siapa yang akan memanfaatkannya.
Apa strategi agar Sebranmas bisa menjadi etalase pemasaran hasil-hasil penelitiannya.
1. Mengemas produk hasil-hasil penelitian dalam informasi yang padat dan singkat.
2. Informasi sudah memuat tentang gambar, harga satuan, biaya yang diperkirakan, sumber bahan baku yang di dapat, keuntungan dari produk.
3. Hasil-hasil penelitiannya diharapkan bisa menimba masukan untuk perbaikan.
4. Menyiapkan ruangan pamer produk yang dipasarkan.
5. Petugas konsultasi.

Apa strategi agar Balitbang Departemen Pekerjaan Umum bisa lebih lama exist di jajaran pengambilan kepututan teknologis ke PU an.
Hilangkan hambatan. Baik hambatan kultur penelitian dan hambatan komunikasi antar sektor ke Sumber daya Air, ke Binamargaan, ke Ciptakaryaan. Saat hambatan mulai muncul, seluruh pelaku penelitian akan bersikap mereka pikir kalian akan menutup pintu sehingga mereka ingin keluar sebelum pintu tertutup. Jadi lembaga penelitian di lingkungan Departemen Pekerjaan Umum harus memiliki kemampuan meloby pasar yang lebih terbuka dan lebih likuid,
Hal kedua, pastikan investor konstruksi dan masyarakat luas merasa aman dalam arti risikonya cukup rendah. Artinya kebijakan lembaga penelitian di lingkungan Departemen Pekerjaan Umum harus konsisten.
Indonesia harus sangat hati-hati, tidak membuat kesalahan seperti yang menyebabkan krisis ekonomi dulu, walau diketahui peranan investasi bidang ke PU an mampu mengangkat sektor riil perekonomian Indonesia, harus diperhatikan banyak pinjaman mata uang asing di lingkungan investasi ke PU an, sementara sektor finansial masih mengalami banyak tekanan.
Departemen Pekerjaan Umum di Afrika Selatan lebih baik dalam hal tata kelola management asset dan sharing pembiayaan dalam investasi ke PU an. Mereka lebih fair dalam memperlakukan para pemegang sahamnya. Tidak demikian halnya di Asia. Banyak perusahaan yang masih dikendalikan oleh keluarga dan tidak memberikan perlakuan yang adil untuk investor publik.
Sebagai tanda kutip penulisan ini tidak mengatakan perusahaan yang dikendalikan oleh keluarga tidak baik, akan tetapi sewaktu perusahaan sudah menjadi perusahaan publik tentunya harus memberikan perlakuan sama terhadap pemegang saham publiknya.

Tiada ulasan: